You are on page 1of 5

FEEDING RATE

"Feeding rate (FR) adalah persentase pemberian pakan harian yang


ditentukan berdasarkan ABW dan dihitung dari BIOMASS ikan.
Pemakaian FR yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang
optimal dan penggunaan pakan yang efisien. Mubadzir memberikan
pakan melebihi ambang ADG-nya, Pemberian pakan yang tidak
terkontrol, berakibat pemborosan pakan dan membebani lingkungan dg
limbahnya, padahal ikan dibatasi oleh pertumbuhan berat harian (ADG).
Analoginya.......... Ikan dalam kolam sama halnya dengan kita yang
sedang berada dalam suatu ruangan dan melakukan aktivitas makan
dalam ruangan tersebut. Jika kita makan makanan yang lebih dari
kemampuan kita maka pakan tersebut akan bersisa.
Sisa makan kita letakkan dalam ruangan tersebut. Sewaktu kita lapar
kembali dan kita akan memakan makanan yang sisa tadi ternyata sudah
tidak dapat dimakan karena sudah basi. Kemudian kita diberikan lagi
makanan yang berlebih.
Dan bersisa lagi. Sisanya juga basi. Hal ini berlangsung dalam waktu
berhari-hari sehingga makanan sisa yang basi dan membusuk
bertambah setiap harinya didalam ruangan tempat kita tinggal. Kita bisa
bayangkan apa yang akan terjadi? Kemungkinan ruangan tempat kita
berada tersebut akan terjadi bau yang tidak sedap. Jelas udaranya tidak
segar seperti awalnya dan bibit penyakit yang ditimbulkan dari sisa
makanan yang busuk tadi akan mengakibatkan kita jadi stress, sehingga
kekebalan tubuh akan menurun dan penyakit akan mudah masuk
ketubuh kita......
begitu juga dg ikan jika pakan berlebih,,,,lingkungan kotor ~ ikan stress
~ nafsu makan menurun ~ kekebalan tubuh hilang ~ mudah terserang
penyakit ~ ikan mati Utk itu lakukan FR yg tepat + asupan suplement utk
meningkatkan nafsu makan ikan dan utk memacu pertumbuhan +
asupan imunostimulant utk meningkatkan rangsang kebal (antibodi)

Di negara Indonesia usaha budidaya ikan semakin hari bertambah


intensif sejalan dengan kemajuan zaman dan teknologi sehingga
masyarakat semakin cenderung untuk memanfaatkan lahan yang tersedia
semaksimal
mungkin
sehingga
produksi
semakin
meningkat.
Keberhasilan suatu usaha budidaya sangat erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan yang optimum untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan yang dipelihara. Sementara itu dalam suatu sistem
tertutup secara berkelanjutan ikan akan memproduksi limbah dari
sisa hasil metabolisme yang secara perlahan mencapai level yang
beracun (toksin) bagi ikan itu sendiri.

Ada beberapa cara atau metode yang umum dan berkembang di


masyarakat dalam meningkatkan kualitas air antara lain teknik
penyaringan, pengendapan dan penyerapan. Bahan yang digunakan untuk
teknik penyaringan, pengendapan dan penyerapan juga beraneka ragam
seperti pasir, kerikil, arang batok, ijuk, bubur kapur, tawas, batu
dan lain-lain (Syafriadiman et al., 2005). Selanjutnya menurut
Satyani
(2001)
mengemukakan
bahwa
ada
beberapa
cara
untuk
memperbaiki kualitas air atau menghilangkan pengaruh buruk air
kotor agar menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam
budidaya yaitu aerasi, sirkulasi air, penggunaan pemanas air,
pergantian air segar dan filtrasi.
Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi perairan yang ada
sebagai media penghubung antar pulau sekaligus sebagai sumber daya
kehidupan maritim. Jika dimanfaatkan secara arif potensi kekayaan
tersebut
dapat
mendukung
pembangunan
sosial
ekonomi
menuju
masyarakat Indonesia yang maju, makmur dan berkeadilan. Namun
potensi yang besar ini belum tergarap secara optimal sehingga
membuka
peluang
bagi
kita
untuk
mengelolanya
dan
semakin
meningkatnya permintaan pasar akan kebutuhan produk hasil laut
menyebabkan terjadinya over eksploitasi terhadap biota laut yang
akan menyebabkan kerusakan terhadap ekosistem sehingga menurunkan
daya dukung lingkungan dan kepunahan spesies akibat penangkapan
yang tidak ramah lingkungan.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan hasil alam dari laut berupa
kebutuhan akan pangan obat obatan yang berdampak pada eksploitasi
besar besaran yang menyebabkan terjadinya degradasi habitat dan
bahkan menyebabkan kepunahan pada beberapa biota laut yang memiliki
nilai ekonomi dan nilai hayati yang tinggi. Metode alternatif dalam
menanggulangi eksploitasi besar besaran terhadap biota ini adalah
dengan melakukan kegiatan produksi akuakultur. Kegiatan produksi
akuakultur ini menerapkan budidaya indoor dengan sistem resirkulasi
yang dimana metode ini menerapkan sistem filtrasi yang berfungsi
sebagai pendaur ulang air sisa metabolit dalam kegiatan budidaya.
Resirkulasi
air
adalah
sistem
pada
teknik
budidaya
yang
mempertahankan kesegaran air diatas ambang toleransi selama periode
tertentu tanpa mengganggu pertumbuhan ikan. Sistem resirkulasi ini
merupakan sistem air yang dipakai terus menerus dengan memakai
sistem filtrasi. Sistem ini memerlukan aliran air yang dapat
terkendali serta pompa untuk mengalirkan air tersebut. Hal yang
pertama dilakukan pada sistem resirkulasi adalah air dipompa dan
dimasukkan kedalam akuarium, selanjutnya air buangan dari akuarium
tadi dimasukkan kedalam bak filter untuk penjernihan setelah
melewati filter air dapat digunakan kembali untuk mengisi air di
akuarium.

Metode sirkulasi dilakukan dengan cara pergantian air secara


berkala sesuai jumlah persentase air yang diganti dan penggunaan
air yang sekali pakai. Pergantian air dilakukan dengan menambahkan
air dari air tandon yang telah dipersiapkan. Pembuangan air
dilakukan dengan metode sipon yaitu menggunakan selang yang diberi
saringan pada ujung yang berada di dalam akuarium agar ikan tidak
tersedot dan terbuang.
Untuk melakukan sebuah kegiatan produksi akuakultur secara indoor
dengan sistem resirkulasi tidak dibutuhkan dana yang besar bila
dibandingkan dengan produksi akuakultur secara outdoor (dialam).
Secara teknis kegiatan produksi indoor ini lebih mudah untuk
dipahami dan dimengerti bagi para pemula yang ingin melakukan
kegiatan produksi ini. Didalam komponen sebuah sistem resirkulasi
terdiri penggunaan dua filter yaitu filter biologi dan filter
fisik. Filter biologi ini komponennnya berupa pecahan karang, pasir
dan
bioball
yang
berfungsi
sebagai
tempat
berlangsungnya
nitrifikasi dari amoniak menjadi nitrat. Filter fisik terdiri atas
kapas dan cartridge filter yang berfungsi untuk menyaring partikel
partikel yang tersuspensi di dalam air.
Sistem kerja resirkulasi ialah dimulai dari air hasil penggunaan
dari wadah pemeliharaan kemudian mengalir ke pipa pembuangan menuju
wadah resirkulasi yang didalamnya terdapat berbagai tingkatan
filtrasi. Filtrasi pertama dengan kapas untuk menyaring partikel
fisik kemudian menuju filtrasi kedua berisi kapas, pecahan karang
dan pasir. Pada filtrasi tingkat kedua ini terjadi proses
biofiltrasi dengan memanfaatkan pecahan karang dan pasir yang
berfungsi untuk mempertahankan pH air. Filtrasi yang terakhir
berisi bioball yang berfungsi sebagai tempat hidup bakteri yang
berperan dalam proses pemecahan amoniak menjadi nitrit dan nitrit
menjadi nitrat yang tidak beracun. Kemudian air hasil filtrasi ini
dialirkan kembali menuju wadah pemeliharaan.
Sistem sirkulasi (perputaran atau pergerakan) air adalah sistem
produksi yang menggunakan air pada suatu tempat lebih dari satu
kali dengan adanya proses pengolahan limbah dan adanya perputaran
air (Lasordo, 1998). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kelulushidupan dan produksi benih ikan nila adalah
dengan cara memperbaiki kualitas air yaitu dengan cara sirkulasi
air karena resirkulasi air dapat mengurangi pengaruh buruk air
menjadi layak dan sehat untuk kehidupan ikan dalam pembudidayaan.
Selain itu resirkulasi air dapat mengurangi persaingan antar larva
untuk mendapatkan oksigen yang dapat menyebabkan mortalitas pada
larva. Lesmana (2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air
dalam
pemeliharaan
ikan
sangat
berfungsi
untuk
membantu
keseimbangan biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, membantu

distribusi oksigen serta menjaga akumulasi atau mengumpulkan hasil


metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
Berdasarkan hasil penelitian Oktahadi (2006) bahwa penggunaan
resirkulasi memberi pengaruh terhadap parameter kualitas air,
pertumbuhan dan kelulushidupan ikan manvis (Ptherophylllum sp).
Ulfa (2009) menyatakan bahwa pengaruh perlakuan ketebalan arang
tempurung kelapa dalam memperbaiki faktor fisika air (suhu dan
kekeruhan) dan faktor kimia air (pH, DO, CO2, amoniak, TSS dan
TOM).
Romiantoyo
(2010)
dalam
penelitiannya
bahwa
sistem
resirkulasi dengan menggunakan filter berbeda memberi pengaruh
jenis filter dalam memperbaiki kualitas air pada media pemeliharaan
benih ikan mas (Cyprinus carpio L).
Proses pengolahan limbah pada sistem resirkulasi dapat berupa
filtrasi fisik atau mekanik, filtrasi biologi dan filtrasi kimia.
Filtrasi fisik atau mekanik berupa pemisahan partikel-partikel
(berukuran > 5 m) melalui pengendapan atau penyaringan, filtrasi
biologi berupa penguraian senyawa nitrogen organik oleh bakteri
pengurai
pada
filter,
sedangkan
filter
pada
kimia
berupa
pembersihan molekul-molekul bahan organik terlarut melalui proses
oksidasi atau penyerapan langsung. Filter kimia fungsinya hampir
sama dengan sebuah filter mekanik, perbedaannnya terletak pada
ukuran partikel yang di olah, oleh karena itu boleh dikatakan bahwa
filter kimia adalah sebuah filter mekanik yang bekerja pada skala
molekuler. Filter mekanik bekerja dengan menangkap suspensi, maka
filter kimia bekerja dengan menangkap bahan terlarut seperti gas,
bahan organik terlarut dan sejenisnya. Mekanisme dilakukan dengan
bantuan media filter berupa arang aktif, resinium dan zeolite atau
melalui fraksinasi air (Spotte dalam Stickney, 1993).
Menurut Jangkaru (2004) sistem resirkulasi adalah suatu metode
pemeliharaan ikan dalam wadah terkontrol dalam menggunakan kembali
air bekas setelah proses penyaringan secara fisik dan biologi.
Lesmana (2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air dalam
pemeliharaan ikan sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan
biologis dalam air, menjaga kestabilan suhu, mambantu distribusi
oksigen serta manjaga akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit
beracun sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah efektif dalam pemanfaatan
air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan
dapat terkontrol dengan baik sedangkan kelemahan dari sistem ini
adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan karena kondisi yang
teratur agar dapat berjalan dengan baik (Lasordo, 1998). Sirkulasi
(perputaran) air dalam pemeliharaan ikan akan memberikan beberapa
keuntungan antara lain :
1.
2.

membantu menjaga keseimbangan biologi air.


mencegah berkumpulnya ikan atau pakan pada suatu tempat.

3.
4.

membantu distribusi oksigen kesegala arah.


menjaga hasil metabolit mengumpul sehingga kadar atau daya
racun dapat ditekan.
5.
keuntungan lain menggunakan sistem resirkulasi yaitu mampu
mengurangi kontiniutas penyiponan pada wadah yang tujuannya
membersihkan sisa pakan dan sisa metabolisme ikan (Silitonga,
2006).
Menurut Spotte dalam Stickney (1993) suksesnya sistem resirkulasi
terutama bergantung kepada efektivitas sistem dalam menangani atau
mengolah limbah budidaya terutama berupa limbah metabolik. Suatu
unit sistem resirkulasi yang umum biasanya terdiri atas beberapa
bagian yaitu satu atau lebih wadah untuk pemeliharaan ikan, tempat
untuk pengendapan, filter biologis, sistem aerasi dan setidaknya
satu pompa air untuk mengalirkan air kedalam sistem atau wadah
pemeliharaan.
Berdasarkan hasil penelitian saya bahwa sistem resirkulasi dengan
menggunakan filter dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan
tingkat kelulushidupan ikan. Dimana air yang mengalir beserta
kotoran dan sisa pakan dapat tersaring kembali hingga tingkat
amoniak dapat berkurang, kualitas air yang dihasil akan lebih baik,
perubahan suhu yang sering terjadi turun-naik dapat terkendali, dan
oksigen terlarut yang terkandung didalam air dapat terealisasikan
(Nurhasan,2014).
Tentang
Bagikan
ini:

iklan-iklan ini

Twitter

Facebook

Google

Terkait

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DALAM BUDIDAYA IKANdalam "Tak Berkategori"


JENIS PAKAN IKANdalam "Tak Berkategori"
PEMBESARAN IKAN PATIN DALAM KOLAMdalam "Tak BerkateTAK BERKATEGORI

You might also like