Professional Documents
Culture Documents
NIM : 21030114130207
Jayu Setyaningrum
NIM : 21030114120060
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
Kelompok
: 4 Selasa Siang
Anggota
NIM : 21030114130207
2. Jayu Setyaningrum
NIM : 21030114120060
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Besar mata kuliah Model dan Komputasi
Proses dapat terselesaikan dengan lancar. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat Praktikum Model dan Komputasi Proses pada Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Disadari bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka
laporan ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu ucapan terimakasih
disampaikan kepada :
1. Bapak Dr.Ir. Setia Budi Sasongko, DEA selaku dosen pengampu mata
kuliah Model dan Komputasi Proses.
2. Mohammad Farkhan Hekmatyar Dwinanda selaku koordinator asisten
Laboratorium Model dan Komputasi Proses.
3. Segenap teman-teman yang telah memberikan dukungan baik materiil
maupun spiritual.
Dalam penyusunan laporan ini, disadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
diharapkan, demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat terlaksana
dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan para pembaca
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
PRAKATA.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
INTISARI.............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................2
1.4. Manfaat.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Dasar Teori........................................................................................................3
2.1.1. Jenis Reaktor Berdasarkan Prosesnya.....................................................3
2.1.2. Jenis Reaktor Berdasarkan keadaan Operasinya.....................................5
2.1.3. Jenis-Jenis Reaksi...................................................................................6
2.2. Studi Kasus........................................................................................................8
2.2.1. Deskripsi Proses......................................................................................8
2.2.2. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk.......................................................8
2.2.3. Kondisi Operasi.......................................................................................9
2.2.4. Tinjauan Termodinamika.......................................................................10
2.2.5. Tinjauan Kinetika..................................................................................11
2.2.6. Kasus yang Akan Dirancang.................................................................12
BAB III METODE PENYELESAIAN..................................................................14
3.1. Pemodelan Kasus............................................................................................14
3.2. Algoritma.........................................................................................................14
3.2.1.Neraca Massa.........................................................................................15
3.2.2.Neraca Panas..........................................................................................17
3.3. Logika Pemrograman......................................................................................19
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Neraca Massa pada Reaktor...................................................................12
Tabel 2.2 Neraca Panas pada Reaktor....................................................................13
Tabel 2.3 Data untuk Mencari Cp..........................................................................13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiga jenis reaktor ideal.........................................................................3
Gambar 2.2 Pemodelan reaktor batch untuk fase gas..............................................3
Gambar 2.3 Profil konsentrasi pada reaktor plug flow.............................................4
Gambar 2.4 Pemodelan reaktor mixed flow.............................................................5
Gambar 3.1 Model Reaktor Alir Pipa....................................................................14
Gambar 4.1 Tampilan Console Konversi terhadap Suhu.......................................24
Gambar 4.2 Profil Hubungan Suhu terhadap Konversi.........................................24
Gambar 4.3 Profil Hubungan Suhu terhadap Konversi.........................................24
Gambar 4.4 Profil Hubungan Konversi terhadap Volume Reaktor........................25
INTISARI
Reaktor merupakan alat yang mengubah bahan baku menjadi suatu produk
yang bermanfaat atau dapat dikatakan reaktor adalah tempat berlangsungnya suatu
reaksi kimia. Secara umum terdapat tiga tipe pendekatan utama yang digunakan
dalam pengoperasian reaktor yaitu model reaktor batch, model reaktor alir tangki
berpengaduk dan reaktor alir pipa. Perancangan suatu reaktor kimia dilakukan
agar profil dari reaksi yang akan diproduksi dapat diketahui. Dalam perancangan
suatu reaktor kimia, efisiensi kinerja reaktor harus diutamakan sehingga diperoleh
hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal, baik biaya investasi maupun
biaya operasi.
Dalam merancang reaktor banyak hal yang harus diperhatikan seperti sifat
reaksi, jenis reaksi, tinjauan termodinamika, tinjauan kinetika dll. Dalam reaksi
kimia, ada reaksi yang membutuhkan energi panas dan juga ada reaksi yang
melepas energi panas. Reaksi kimia yang melepas energi panas ke lingkungan
disebut sebagai reaksi eksotermis. Sedangkan reaksi yang menyerap energi panas
dari lingkungan disebut sebagai reaksi endotermis. Dalam reaksi kimia juga
terdapat dua jenis reaksi yaitu reaksi bolak-balik (reversible) dan reaksi searah
(irreversible). Reaksi reversible adalah suatu reaksi yang yang berlangsung dalam
dua arah. Sedangkan reaksi irreversible adalah suatu reaksi yang berlangsung
dalam satu arah. Hal yang ditinjau dari tinjauan termodinamika mengenai nilainilai yang dipengaruhi oleh suhu, misalnya nilai H dan K. Sedangkan untuk
tinjauan kinetika, hal yang ditinjau merupakan terjadinya kinetika reaksinya yang
dinyatakan dalam persamaan Arhenius.
Simulasi program ini djalankan untuk perancangan reaktor alir pipa dengan
kondisi non-adiabatis pada pembuatan stirena. Untuk dapat merancang dan
mensimulasikan reaktor yang digunakan, kita harus mengetahui mengenai dasardasar dalam perancangan reaktor. Hal yang dapat kita lakukan yaitu melakukan
perhitungan melalui neraca massa dan neraca panas dari reaktor tersebut. Dari
neraca massa dan neraca panas tersebut, kita mensimulasikannya ke dalam
program scilab 5.5.2, sehingga kita dapat mengetahui mengenai suhu keluar
reaktor dan volume reaktor yang digunakan.
Berdasarkan running program scilab 5.5.2 yang dijalankan, diperoleh suhu
keluar reaktor sebesar 893,30005K dan volume reaktor alir yang dibutuhkan
sebesar 199,62613 liter. Semakin tinggi konversi maka suhu akan semakin turun.
Hal ini dikarenakan reaksi pembentukan stirena merupakan reaksi endotermis.
Semakin besar volume reaktor maka konversi akan semakin besar pula.
Program perancangan reaktor alir pipa dengan menggunakan software
Scilab 5.5.2 ini dibuat guna mengetahui kebutuhan volume reaktor, suhu reaktan
keluar reaktor serta profil perancangan pada berbagai kondisi (T 0, Xa, FA0 dan v0)
yang diinginkan atau sesuai dengan kebutuhan tetapi kondisi operasi tersebut
memiliki batasan agar program bisa berjalan. Input T0 sebaiknya pada rentang
suhu 873-1073K.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknik kimia merupakan ilmu teknik yang mempelajari pemrosesan
bahan mentah menjadi barang yang lebih berguna. Seorang sarjana teknik
kimia harus dapat memahami dan merancang suatu proses pengolahan bahan
baku menjadi produk yang lebih berguna. Untuk mengolah bahan baku
menjadi produk yang berguna diperlukan reaktor. Sistem yang terbatas dan
sesuai kondisi operasi tertentu, sistem inilah yang disebut sebagai reaktor.
Perancangan reaktor harus dilakukan secara detail karena reaktor merupakan
alat utama yang berperan dalam proses pembuatan suatu produk. Peran
seorang sarjana teknik kimia adalah merancang reaktor yang efisien agar hasil
yang didapatkan maksimal.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja reaktor. Perlakuan paling
tepat pada faktorfaktor tersebut merupakan masalah utama dalam
perancangan reaktor (Levenspiel, 1999). Pada beberapa perancangan reaktor
yang telah ada, perhitungan berbagai macam data dilakukan dengan metode
numerik secara manual. Perhitungan tersebut merupakan masalah numerik
yang kompleks. Sebagai perbaikan metode yang telah ada, akan dilakukan
perancangan dan simulasi reaktor secara numerik menggunakan perangkat
lunak yang disebut Scilab. Perangkat lunak ini hampir menyerupai Matlab,
sebagai sebuah program interaktif untuk komputasi numerik dan visualisasi
data (Sasongko, 2010). Dua kelebihan utama dari Scilab yaitu gratis
(freeware) dan tersedia untuk berbagai sistem operasi seperti Windows, Mac
OS/X, Unix dan Linux.
1.2. Rumusan Masalah
Reaktor merupakan sistem yang terbatas sesuai kondisi operasi
tertentu maka dalam merancang sebuah reaktor diperlukan banyak
pertimbangan dan perhitungan yang kompleks. Pertimbangan tersebut
diantaranya adalah jenis reaktor, volume reaktor yang dibutuhkan, kondisi
operasi reaktor, serta konversi yang dihasilkan oleh reaktor tersebut.
Pehitungan-perhitungan
mengenai
neraca
massa,
kinetika
reaksi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Jenis Reaktor Berdasarkan Prosesnya
Dalam perancangan sebuah sistem produksi, salah satu komponen
utama yang perlu diperhatikan adalah reaktor. Pemilihan reaktor
didasarkan pada jenis reaktan serta kondisi operasi dari reaktor tersebut.
Secara umum, reaktor ideal terbagi menjadi 3 jenis: reaktor batch, reaktor
plug flow dan reaktor mixed flow (Levenspiel, 1999).
Gambar 2.1 Tiga jenis reaktor ideal: (a) reaktor batch; (b) reaktor plug
flow; dan (c) reaktor mixed flow
a. Reaktor Batch
Pada reaktor batch, reaktan dimasukkan ke dalam tangki kemudian
dilakukan pengadukan dan dibiarkan bereaksi dalam waktu tertentu.
Setelah itu campuran dialirkan keluar tangki dan tangki diisi kembali
dengan reaktan yang baru (Levenspiel, 1999).
campuran di dalam reaktor selalu seragam. Tidak ada fluida yang masuk
maupun keluar selama reaksi berlangsung (Levenspiel, 1999). Sehingga
persamaan neraca massa pada reaktor dapat dituliskan:
=
0 () 0 = / () = /
b. Reaktor Plug Flow
Reaktor plug flow, atau sering pula disebut reaktor slug flow, piston
flow, ideal tubular, atau unmixed flow, termasuk pada jenis reaktor steadystate. Pada reaktor jenis ini, terjadi pencampuran lateral antar fluida di
dalamnya. Pada reaktor jenis ini, komposisi fluida di sebuah titik berbeda
dengan komposisi fluida di titik lain di sepanjang reaktor (Levenspiel,
1999).
Aliran pada reaktor plug flow adalah aliran steady state sehingga
persamaan menjadi:
() + = 0
c. Reaktor Mixed Flow
Selain reaktor plug flow, jenis reaktor steady state yang lain adalah
reaktor mixed flow atau sering dikenal dengan Continuous Stirred Tank
Reactor (CSTR). Seperti namanya, fluida di dalam tangki diaduk
kemudian dikeluarkan dengan laju alir tertentu. Oleh karena itu, komposisi
keluaran reaktor sama dengan komposisi fluida yang ada di dalam reaktor
(Levenspiel, 1999).
Aliran pada reaktor mixed flow adalah aliran steady state sehingga
persamaan menjadi:
0 () = 0
2.1.2. Jenis Reaktor Berdasarkan Keadaan Operasinya
a. Reaktor Isotermal
Reaktor isotermal adalah jika umpan atau fluida yang masuk dan
tercampur dalam reaktor maka aliran fluida yang keluar dari reaktor selalu
seragam dan bersuhu sama (/=0). Bila reaksi eksotermis atau
endotermis, maka diperlukan pengendalian temperatur (T) untuk menjaga
kondisi isotermal dengan memberi pendingin atau pemanas (Budiaman,
2007).
b. Reaktor Adiabatis
Pada reaktor adiabatis, tidak ada perpindahan panas antara reaktor
dengan sekelilingnya (Q=0). Ditinjau dari segi operasionalnya, reaktor
adiabatis yang paling sederhana, cukup dengan menyekat reaktor, sehingga
tidak ada panas yang hilang ke sekelilingnya (Maranatha, 2015).
c. Reaktor Non-adiabatis
2NO(g) + Br2(g)
b. Bimolekuler
Pada reaksi bimolekuler, terdapat dua buah senyawa yang berperan
sebagai zat reaktan dalam sebuah reaksi.
Contoh: 2H2(g) + O2(g)
2H2O(g)
4. Reaksi Kompleks
a. Reaksi Seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk
produk antara yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk
lain yang stabil. Reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi
antara etilen-oksid dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin,
kemudian reaksi berlanjut terbentuk di-etanol-amin dan produk akhir
adalah tri-etanol-amin (Harsanti, 2015).
C2H4O+NH3NH3
HOCH2CH2NH2
(HOCH2CH2NH)2NH
(HOCH2CH2)3N
b. Reaksi Paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari
reaktan yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi
yang berbeda pula. Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala
industri adalah reaksi oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang
diinginkan adalah etilen oksid sementara selama terjadi reaksi oksidasi
sebagian etilen terbakar sempurna dan dihasilkan produk yang tidak
diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida (Harsanti, 2015).
C2H4 + O2
C2H4O
C2H4 + 3O2
2CO2 + 2H2O
kebanyakan
berlangsung
secara
endotermis
yaitu
membutuhkan panas.
Reaksi monomolekuler merupakan reaksi berlangsung dengan
molekul reaktan yang sama. Sebagai contoh adalah reaksi polimerisasi
kondensasi, dekomposisi, dan dehidrogenasi (cracking).
Reaksi paralel merupakan reaksi dimana suatu reaktan akan
menghasilkan produk yang berbeda, sehingga ada selektivitas reaktan
untuk menghasilkan produk yang satu terhadap yang lain. Proses
pembuatan stirena dari etilbenzena berdasarkan pada reaksi dehidrogenasi
pada molekul etilbenzena dengan melepaskan dua atom hidrogen dari
cabang etil. Reaksi berlangsung dalam fasa gas, bersifat reversibel
endotermis. Panas yang dibutuhkan digunakan untuk memutus ikatan C-H.
Reaksi Utama:
C6H5C2H5(g) C6H5C2H3(g) + H2(g)
Reaksi dehidrogenasi ini juga menimbulkan reaksi samping sebagai
berikut:
C6H5C2H5(g) C6H6(g) + C2H4(g)
2.2.2. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
A. Spesifikasi Bahan Baku
Wujud=Cair
Kenampakan=Tidak berwarna
Bau=Khas aromatis
Komposisi :
Etilbenzena=Minimal 99,85 % berat
Benzena=Maksimal 0,15 % berat
Wujud = Cair
Komposisi :
Stirena = Minimal 99,7 % berat
Etilbenzena = Maksimal 0,3 % berat
Wujud = Cair
Komposisi :
Benzena = Minimal 99,95 % berat
Toluena = Maksimal 0,05 % berat
Reaktor beroperasi dengan kondisi non-adiabatis dan nonisotermal (adanya perpindahan kalor).
Stirena
Hidrogen
Dengan
demikian
reaksi
yang
berlangsung
adalah
reaksi
= Goproduk - Goreaktan
= (Gostirena + Gohidrogen) (Goetilbenzena)
= (21,39 + 0 13,073) x 107 J/kmol
= 8,317 x 107 J/kmol
Go
= -RT ln K
10
ln K = -Go/ RT =
8,317 x 10 J /kmol
J
8314
x 298 K
kmol . K
= -33,569
= 2,63 x 10-15
ln
ln
K 2 H reaksi
1
1
=
x
K1
R
T1 T 2
K 298
8,314 J /(mol . K )
298 K 923 K
K 923
15
2,63 x 10
=32,1
K 923
15
2,63 x 10
=e32,1
Benzena
Etilen
= 298K :
Hof Etilbenzena
Hof Benzena
= 8,288 x 107J/kmol
Hof Etilen
= 5,251 x 107J/kmol
Horeaksi
11
12
Masuk (kg/jam)
8816,984
0
0
12,029
0
71,884
0
8900,897
Keluar (kg/jam)
881,698
7557,868
143,367
68,713
20,358
205,609
23,283
8900,897
Masuk (kJ/jam)
11995089,2019
0
0
14977,7705
0
85491,3076
0
0
8966938,2676
21062496,5476
Keluar (kJ/jam)
1199508,9202
9612991,0433
1305801,3519
85554,7181
31641,6910
259205,1758
47862,6217
8519931,0255
0
21062496,5476
C1
C2
C3
C4
C5
78440
339900
1559
242600
702
89300
27617
44767
33380
212270
9560
230850
94790
1349,1
2466
1479,2
1596
151400
3760
168360
55100
2442
567,6
677,66
740,8
13
BAB III
METODE PENYELESAIAN
3.1. Pemodelan Kasus
Reaksi pembuatan stirena dari etilbenzena:
Reaksi samping:
C6H5C2H5(g) C6H6(g) + C2H4(g)
A
14
3.2.1.Neraca Massa
][
][
][
=
reaktan A masuk
reaktan A keluar
perubahan reaktan A
reaktan A
reaktor
reaktor
karenareaksi
dalam reaktor
Laju Reaksi
Reaksi pembentukan stirena pada hidrogenasi etilbenzena
merupakan reaksi endotermis monomolekuler dengan reaksi sebagai
berikut:
C6H5C2H5(g) C6H5C2H3(g) + H2(g)
C6H5C2H5(g) C6H6(g) + C2H4(g)
Reaksi monomolekuler reversibel dapat dituliskan sebagai:
B+C..............(1)
D+E..............(2)
Dengan persamaan laju reaksi:
15
][
][
laju
laju pengurangan
laju penambahan
pengurangan = reaktan A akibat reaktan A akibat
reaktan A
reaksi ke kanan
reaksi ke k iri
1 = 1 2BC
2 = 3
= 1 2BC + 3
Dengan harga k masing-masing reaksi :
logk1 = (-31.370/5,575T) + 0,883
logk2 = (-50.800/5,575T) + 9,130
logk3 = (-21.800/5,575T) + 2,780
Stoikiometri
Konsentrasi CA dalam suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai:
CA=
FA
V
F A =F A 0 (1 X A )
V =v 0 (1+ X A )
P0 T
P T0
Sehingga
CA=
F A 0 (1 X A )
F (1X A ) P T 0 C A 0 (1 X A ) P T 0
= A0
=
P0 T
v 0 (1+ X A ) P0 T
(1+ X A ) P0 T
v 0 (1+ X A )
P T0
Asumsi bahwa
CA=
P=P0
, maka:
C A 0 (1X A ) T 0
(1+ X A ) T
Asumsi umpan terdiri dari etilbenzena murni dengan laju alir
8816,984 kg/jam = 1,386 kmol/menit. Laju alir volumetrik adalah 15
liter/menit.
Nilai epsilon () penghitungan CA reaksi 1:
16
(1+1+1 ) x
F A0
F
1,386
=1 x A 0 =1 x
=1
Ftotal
F total
1,386
F A0
F
1,386
=1 x A 0 =1 x
=1
Ftotal
F total
1,386
C A 0 (1X A 1 ) T 0
(1+ X A 1) T
CB = C6H5C2H3(g) =
C
( A 0 X A 1 ) T 0
( 1+ X A 1 ) T
C
C A0( B 0 + X A1)
C A0
T0
=
T
(1+ X A 1)
CC = H2(g) =
A
0
X A1) T 0
(
( 1+ X A 1 ) T
C
C A0( C 0 + X A1)
C A0
T0
=
T
(1+ X A 1)
CD = C6H6(g) =
A
0
X A2) T0
(
(1+ X A 2 ) T
C
C A 0 ( D 0 + X A 2)
C A0
T0
=
T
(1+ X A 2 )
CE = C2H4(g) =
C
( A 0 X A 2) T 0
( 1+ X A 2 ) T
C
C A0( E 0 + X A2)
C A0
T0
=
T
(1+ X A 2)
17
Dimana:
XA1 = Konversi A pada reaksi pertama = 0,97 XA
XA2 = Konversi A pada reaksi kedua = 0,03 XA
Substitusi:
CA = C6H5C2H5(g) =
C A 0 (10,97 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
CB = C6H5C2H3(g) =
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
CC = H2(g) =
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
CD = C6H6(g) =
0,03 C
A
( 0 X A ) T 0
(1+0,03 X A ) T
CE = C2H4(g) =
0,03 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,03 X A ) T
Kombinasi
= 1 2BC + 3
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
=
(1+0,97 X A ) T
C A 0 (10,97 X A ) T 0
k1
k 2
(1+0,97 X A ) T
18
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
C A 0 (10,97 X A ) T 0
k1
k 2
(1+0,97 X A ) T
dV F A 0
=
dX A r A
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
C A 0 (10,97 X A ) T 0
k1
k 2
(1+0,97 X A ) T
dV F A 0
=
dX A
][
][
][
kec . kerja
kec . energi
kec . energi
kec . aliran
+
= kec . akumu
yang diberikan
masuk sistem
keluar sistem
panas ke sistem
energi dalam
ke sistem
karena aliran massa
karena aliran massa
QW F A 0 i C pi dT H RX ( T R ) + C p dT F A 0 X =0
i=1 T i0
TR
QF A 0 i C pi dT H RX ( T R ) + C p dT F A 0 X =0
i=1 T i0
TR
19
dQ
dT
dX
0
F A 0 ( i C pi + X C p )
H RX ( T R ) + C p dT F A 0
=0
dV
dV
dV
T
0,97 C
A
( 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
C (10,97 X A ) T 0
r A=k 1 A 0
k 2
(1+ 0,97 X A ) T
H RX ( T ) H RX 1 ( T ) + H RX 2 ( T )
H RX 1 (T )= H RX 1 ( T R ) + C p 1 (T T R )
H RX 2 (T )= H RX 2 ( T R ) + C p 2 (T T R )
H RX ( T ) = H RX 1 ( T R ) + H RX 2 ( T R ) + C p 1(T T R )+ C p 2 (T T R )
H RX ( T ) = H RX 1 ( T R ) + H RX 2 ( T R ) + ( C p 1 + C p 2 ) (T T R )
C p 1=C p B +C pC C p A
C p 2=C p D +C pEC p A
C p=C p 1 + C p 2
Cp
] [
C 3 /T
C5 /T
C p =C1 +C 2
+ C4
sinh C 3 /T
cosh C5 /T
Model dan Komputasi Proses
20
i C pi + X C p
( A C pA + B C pB +C C pC + X A 1 C p 1) +
( A C pA + D C pD+ E C pE+ X A 2 C p2 )
dT U A ( T A T ) + (r A ) ( H RX ( T ))
=
dV
F A 0 ( i C pi + X C p )
dT
=
dV
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
A C pA + B C pB +C C pC + X A 1 C p 1
( A C pA + D C pD + E C pE + X A 2 C p 2 )
+
F A0
C A 0 (10,97 X A ) T 0
2
( +k 3
) H
RX 1 ( T R ) + H RX 2 ( T R ) + (
(1+0,97 X A ) T ( (
C A 0 (10,97 X A ) T 0
k1
k 2
(1+0,97 X A ) T
U A ( T A T ) +
3.2.3. Hubungan T vs XA
21
dT
dT dV
=
x
d X A dV d X A
dT
dXA
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
A C pA +B C pB +C C pC + X A 1 C p 1
( A C pA + D C pD + E C pE + X A 2 C p 2 )
+
F A0
C A 0 (10,97 X A ) T 0
2
( +k 3
) H
RX 1 ( T R ) + H RX 2 ( T R ) + ( C p 1
(1+0,97 X A ) T ( (
C A 0 (10,97 X A ) T 0
k1
k 2
(1+0,97 X A ) T
U A ( T A T ) +
0,97 C
( A 0 X A ) T 0
(1+0,97 X A ) T
C (10,97 X A ) T 0
k1 A 0
k 2
(1+0,97 X A ) T
F
x A 0
22
Input data D
Tampilkan Profil
END
23
nokomp=1; k=0;
while nokomp>0
nokomp=x_choose(dfnamakom,tulisbs,'Selesai');
if nokomp > 0 then
k=k+1;
IDkom(k)=dt1b1(nokomp,1);
namakom(k)=dt1b1(nokomp,2);
C1(k)=dt1b1(nokomp,6);
C2(k)=dt1b1(nokomp,7);
C3(k)=dt1b1(nokomp,8);
C4(k)=dt1b1(nokomp,9);
C5(k)=dt1b1(nokomp,10);
end
end
C1a=evstr(C1(1));
C2a=evstr(C2(1));
C3a=evstr(C3(1));
C4a=evstr(C4(1));
C5a=evstr(C5(1));
C1b=evstr(C1(2));
C2b=evstr(C2(2));
C3b=evstr(C3(2));
C4b=evstr(C4(2));
C5b=evstr(C5(2));
C1c=evstr(C1(3));
C2c=evstr(C2(3));
C3c=evstr(C3(3));
C4c=evstr(C4(3));
C5c=evstr(C5(3));
C1d=evstr(C1(4));
C2d=evstr(C2(4));
C3d=evstr(C3(4));
C4d=evstr(C4(4));
C5d=evstr(C5(4));
C1e=evstr(C1(5));
C2e=evstr(C2(5));
C3e=evstr(C3(5));
C4e=evstr(C4(5));
C5e=evstr(C5(5));
T0=923;
Tr=298
Cpa=(C1a)+(C2a*((C3a/T0)/(sinh(C3a/T0)))^2)+(C4a*((C5a/T0)/
(cosh(C5a/T0)))^2);
Cpb=(C1b)+(C2b*((C3b/T0)/(sinh(C3b/T0)))^2)+(C4b*((C5b/T0)/
(cosh(C5b/T0)))^2);
24
Cpc=(C1c)+(C2c*((C3c/T0)/(sinh(C3c/T0)))^2)+(C4c*((C5c/T0)/
(cosh(C5c/T0)))^2);
Cpd=(C1d)+(C2d*((C3d/T0)/(sinh(C3d/T0)))^2)+(C4d*((C5d/T0)/
(cosh(C5d/T0)))^2);
Cpe=(C1e)+(C2e*((C3e/T0)/(sinh(C3e/T0)))^2)+(C4e*((C5e/T0)/
(cosh(C5e/T0)))^2);
function dT=suhureaktor(Xa, T)
Fao=1.386;
Fbo=0;
Fco=0;
Fdo=0;
Feo=0;
vo=15;
deltaCp1=Cpb+Cpc-Cpa;
deltaCp2=Cpd+Cpe-Cpa;
deltaCp=deltaCp1+deltaCp2
deltaHr1298=117480000
deltaHr2298=105470000
deltaHr1=deltaHr1298+(deltaCp1*(T-298))
deltaHr2=deltaHr2298+(deltaCp2*(T-298))
deltaHr=deltaHr2+deltaHr1;
k1=10^(-31370/(5.575*T))+0.883;
k2=10^(-50800/(5.575*T))+9.13;
k3=10^(-21800/(5.575*T))+2.78;
Cao=Fao/vo;
Cbo=0;
Cco=0;
Cdo=0;
Ceo=0;
Xa1=0.97*Xa;
Xa2=0.03*Xa;
E=1;
Ca=(Cao*(1-Xa1)*T0)/((1+E*Xa1)*T);
Cb=((Cao*Xa1)*T0)/((1+E*Xa1)*T);
Cc=((Cao*Xa1)*T0)/((1+E*Xa1)*T);
Cd=((Cao*Xa2)*T0)/((1+E*Xa2)*T);
Ce=((Cao*Xa2)*T0)/((1+E*Xa2)*T);
ra1=((-k1*Ca)+(k2*Cb*Cc));
ra2=(-k3*Ca);
ra=(ra1+ra2);
U=30;
a=100;
tetaA=Fao/Fao;
tetaB=Fbo/Fao;
tetaC=Fco/Fao;
tetaD=Fdo/Fao;
tetaE=Feo/Fao;
25
Ta=1000;
sigma=((tetaA*Cpa+tetaB*Cpb+tetaC*Cpc+Xa1*deltaCp1)+
(tetaA*Cpa+tetaD*Cpd+tetaE*Cpe+Xa2*deltaCp2))
dT=(((U*a*(Ta-T))+(-ra)*-deltaHr)/(Fao*(sigma+Xa*deltaCp)))
endfunction
T0=923;
Xa0=0;
Xa=0:0.15:0.9
T=ode(T0,Xa0,Xa,suhureaktor)
Xa=Xa'
T=T'
disp (" Xa T")
disp ([Xa T])
clf
plot2d(Xa,T,3)
xtitle('Hubungan suhu vs konversi', 'konversi', 'suhu')
3.4.2. Hubungan Konversi terhadap Volume Reaktor
clear
clc
function dV=VolumeReaktor(Xa, V)
T0=923
Fao=1.386
Xa=0.9
T=1000
vo=15
k1=10^(-31370/(5.575*T))+0.883;
k2=10^(-50800/(5.575*T))+9.13;
k3=10^(-21800/(5.575*T))+2.78;
Cao=Fao/vo;
Cbo=0;
Cco=0;
Cdo=0;
Ceo=0;
E=1;
Xa1=0.97*Xa;
Xa2=0.03*Xa;
Ca=(Cao*(1-Xa1)*T0)/((1+E*Xa1)*T);
Cb=((Cao*Xa1)*T0)/((1+E*Xa1)*T);
Cc=((Cao*Xa1)*T0)/((1+E*Xa1)*T);
Cd=((Cao*Xa2)*T0)/((1+E*Xa2)*T);
Ce=((Cao*Xa2)*T0)/((1+E*Xa2)*T);
ra1=((-k1*Ca)+(k2*Cb*Cc));
ra2=(-k3*Ca);
ra=(ra1+ra2);
dV=(Fao/-ra)
26
endfunction
vo=15
Xao=0
Xa=0:0.15:0.9
V=ode(vo,Xao,Xa,VolumeReaktor)
Xa=Xa'
V=V'
disp('Xa V')
disp([Xa V])
clf
plot2d(Xa,V,4)
xtitle('profil volume terhadap konversi','konversi','volume')
BAB IV
ANALISA HASIL
4.1. Hasil Simulasi
Berikut adalah hasil dari program yang sudah dijalankan:
27
28
29
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Metode pemodelan matematis dapat dihitung dengan memasukkan kondisi
T0= 923K, Xa= 0,9, FA0= 1,386 kmol/menit dan v0= 15 liter/menit.
2. Suhu reaksi semakin turun seiring dengan peningkatan konversi reaktan
menjadi produk.
3. Konversi meningkat seiring dengan peningkatan volume reaktor.
5.2. Saran
Program perancangan reaktor alir pipa dengan menggunakan software
Scilab 5.5.2 ini dibuat guna mengetahui kebutuhan volume reaktor, suhu
reaktan keluar reaktor serta profil perancangan pada berbagai kondisi (T 0, Xa,
FA0 dan v0) yang diinginkan atau sesuai dengan kebutuhan tetapi kondisi
operasi tersebut memiliki batasan agar program bisa berjalan. Input T 0
sebaiknya pada rentang suhu 873-1073K.
31
DAFTAR PUSTAKA
Budiaman, I Gusti S. 2007. Perancangan Reaktor. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta
Dalzell, Bruce. 2007. Chem Chap 5 final. Sidney Academy, Sidney.
Davis, J. R. 1994. ASM Specialty Handbook: Stainless Steel. ASM International
Elida, Tety, Sri W. W. Ratih, Titiek Irewati, Wirda Wizarti, Anita Wasutiningsih.
1998. Pengantar Kimia. Universitas Gunadarma
Fogler, H. Scoot. 2004. Elements of Chemical Reaction Engineering. 3rd Edition.
Prentice-Hall of India. New Delhi.
Harsanti, Mining. 2015. Reaksi Ganda. Universitas Jenderal Ahmad Yani
Kristianingrum, Susila. 2010. Kesetimbangan Kimia. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Levenspiel, O. 1999. Chemical Reaction Engineering 3rd ed. John Wiley & Sons
Inc.
Smith, J.M, H.C. Van Ness, M.M. Abbott. 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. 6th Edition. Mc Graw Hill.
Yahdi, Nirmala. 2013. Reaktor Alir Pipa. http://nirmalayahdi/2013/05/reaktor-alirpipa.html. Diakses pada 24 November 2016.
LAMPIRAN
32
TANGGAL
DIPERIKSA
KETERANGAN
1.
2 November 2016
ACC judul
2.
10 November 2016
3.
27 November 2016
TANDA TANGAN
ASISTEN