Professional Documents
Culture Documents
I.
PENDAHULUAN
dengan
faktor-faktor
yang
II. METODOLOGI
A. Waktu dan Lokasi Studi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani dan
ruang H-307 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Sukolilo Surabaya ITS pada tanggal 20
Oktober 2014.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu termometer raksa, termometer klinis, termometer
auriculaire, probandus laki-laki dan 2 probandus perempuan
dengan berat tertinggi dan berat terendah, alkohol 70%,
tissue dan es batu.
C. Cara Kerja
Satu probandus laki-laki dan dua probandus perempuan
dengan berat tertinggi dan berat terendah ditimbang berat
badannya. Suhu ruangan dihitung dengan termometer raksa
dan dicatat suhunya. Lalu ketiga probandus ditidurkan
terlentang dengan posisi relaks dan selanjutnya diukur
suhunya dengan termometer klinis di bagian fossa axillaris
yang sudah dibersihkan, ditunggu hingga termometer
berbunyi dan dicatat suhunya. Termometer dikalibrasi dan
dibersihkan dengan alkohol dan tissue. Setelah itu ketiga
probandus didudukkan dengan posisi relaks dan diukur
suhunya dengan termometer klinis di bagian bawah lidah
dalam kondisi mulut tertutup lalu ditunggu hingga
termometer berbunyi dan dicatat hasilnya. Langkah
selanjutnya yaitu diukur suhu ketiga probandus dalam
keadaan bernafas dengan mulut terbuka menggunakan
termometer auriculaire pada bagian pangkal auditory canal,
dicatat suhu hasilnya. Selanjutnya, ketiga probandus
diharuskan untuk melakukan aktivitas olahraga selama 5
menit atau hingga berkeringat dan terasa lelah, lalu diukur
suhu tubuhnya dengan termometer klinis pada bagian bawah
lidah dan dicatat hasilnya. Termometer lalu dibersihkan lagi
dengan alcohol dan tissue dan dikalibrasi. Setelah itu, es
batu yang sudah disiapkan dikulum oleh ketiga probandus
hingga es batu habis, setelah itu dihitung lagi suhu tubuh
probandus dengan termometer klinis di bagian bawah lidah
dan dicatat suhu saat termometer berbunyi pertama lalu
ditunggu lagi hingga termometer berbunyi yang kedua.
Langkah kerja ini diulangi pada suhu ruang rendah
(menggunakan air conditioner) lalu dibandingkan hasil
antara kelompok 9 dan kelompok 10.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proban
dus
Fahmi
(64kg)
Ditha
(68kg)
Vita
(39kg)
Hilman
(60kg)
Erma
(57kg)
Niki
(37kg)
5
(1)
(2)
35.6
37
36.9
36.9
32.2
36.2
35.3
36.
8
37
36.5
36.5
32.8
36
36.9
37.5
33
36.2
36.
6
36.
8
36.
9
36.4
36.9
34.2
34.6
36.7
37.3
35.2
36.4
37
37
35.5
36.4
36.5
36.3
36.3
36.2
Fahmi
(64kg)
Ditha
(68kg)
Vita
(39kg)
Hilman
(60kg)
Erma
(57kg)
Niki
(37kg)
35.3
35.9
36
35.5
36
35.8
Proban
dus
34
32
30
Ditha (68kg)
5
(1)
(2)
37.
1
36.
5
36.
7
37
36.1
36.8
33.4
33.6
36.2
37
35.9
36.1
37
37.1
34.9
35.5
36.4
37.5
33.3
34.1
36.
8
37
36.7
36.8
34.6
35.2
36.5
37.2
32.7
33.6
Dari tabel, dapat kita lihat bahwa pada suhu ruang normal
sebesar 29,5C suhu semua probandus rata-rata berada di
kisaran suhu normal manusia yaitu sekitar 36-37C. Lalu
jika dilihat lagi pada prosedur 4 dimana semua probandus
melakukan aktivitas olahraga, suhu tubuh semua probandus
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan adanya aktivitas
yang cukup keras sehingga metabolisme tubuh lebih cepat
dan menghasilkan panas. Pada prosedur kelima dimana
probandus diharuskan memakan es batu, suhu tubuh
mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan adanya
faktor yang sengaja diinduksikan yaitu es batu sebagai
penurun suhu. Namun keadaan penurunan suhu ini tidak
berangsur lama karena efek dari es batu yang berangsurangsur berkurang.
Pada tabel pengukuran suhu di ruang dengan suhu rendah
(26C) , saat dilakukan pengukuran suhu pertama sudah
dapat dilihat adanya penurunan suhu tubuh probandus. Hal
ini dikarenakan adanya faktor lingkungan dari ruangan yang
5 (1)
5 (2)
Column1
36
Column1
35
34
33
5 (1)
5 (2)
Hilman (60kg)
5 (1)
5 (2)
Column1
Hilman (60kg)
5 (1)
5 (2)
Column1
2. Berat badan
Semakin kecil ukuran badan seseorang akan lebih mudah
untuk mendapat dan mengeluarkan panas dari tubuhnya
karena luas permukaan yang lebih besar disbanding rasio
volume tubuh.
3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria
lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita
dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh
wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5C
4. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu
tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga akan
meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan
penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam
tubuh.
5. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur.
Produksi panas meningkat seiring dengan pertumbuhan
bayi memasuki masa anak-anak. regulasi suhu
akan normal setelah anak mencapai pubertas. Lansia
sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya
mekanisme kontrol suhu.
6. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
metabolisme lemak dan karbohidrat.
7. Kadar Hormon
Penjelasan hormon hamper sama denganpenjelasan faktor
jenis keamin karena adanya hormone progesteron paa
perempuan, dan hormon kelamin pria pada laki-laki.
Selain itu juga terdapat hormon pertumbuhan yang
menyebabkan peningkatan suhu.
8. Stress
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persyarafan.
Tubuh mendapatkan panas dari proses metabolisme basal
yang etrjadi di dalam tubuh. Sedangkan untuk mekanisme
kehilangan panas, pada tubuh dapat terjadi mekanisme
radiasi, konveksi, konduksi dan juga evaporasi. Konduksi
merupakan perubahan panas tubuh karena kontak dengan
suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya
gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi
dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak
langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Sedangkan
evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan
yang ditranformasikan dalam bentuk gas [1].
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] E.P. Kurniawan, R. Hantoro, G. Nugroho, Pengaruh
Jarak Antar Dinding terhadap Distribusi Temperatur
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
No.
1.
2.
3.
Perlakuan
Probandus tidur
terlentang dan
dalam posisi relaks
lalu diukur suhu
tubuhnya dengan
termometer klinis
yang diletakkan di
bagian fossa
axillaris dan dicatat
hasil
perhitungannya.
Probandus duduk
dengan relaks dan
diukur suhunya
dengan termometer
klinis yang
diletakkan di bagian
bawah lidah dan
dicatat hasilnya.
Probandus diukur
suhu tubuhnya
dengan termometer
auriculaire/auricle
di bagian pangkal
auditory canal dan
dicatat hasilnya.
Foto
4.
Probandus diukur
suhu tubuhnya
dengan termometer
klinis setelah
melakukan aktivitas
olahraga dan dicatat
hasilnya.
5.
Probandus diukur
suhu tubuhnya
dengan termometer
klinis setelah
memakan es batu
dan dicatat
perhitungan
suhunya.