You are on page 1of 31

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES PADA PASIEN SIMPLEX

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN HERPES SIMPLEX

Disusun oleh:

NAMA

: NI KADEK NONIKDWIPAYANI

KELAS

: D/KP/VI

NIM

: 04.08.2057

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA

2011

BAB I

PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah
penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air
secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes
Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS)dan Herpes Zoster.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain
mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear
inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari
sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body
eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran
inti.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu :
1. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada
daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini
biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur
7 tahun..
2. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis
dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

b) Tujuan Umum dan Khusus


-

Tujuan umum
Mengetahui apa itu herpes simplex
Tujuan khusus
Mengetahui definisi herpes simplex
Mengetahui etiologi herpes simplek
Mengetahui manifestasi klinis dari herpes simplex
Mengetahui patofisiologi dari herpes simplex
Mengetahui diagnose, iintervensi,implementasi dan evaluasi keperawatan terhadap pasien
penderita herpes simplex

BAB I I
TINJAUAN TEORI
a.

Definisi
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis)
tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di
daerah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simplex disebut juga
fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis(genitalis)
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di
kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes simplex adalah
adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa
menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau
daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini
berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya
merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.

Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain
mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear
inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari
sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body
eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran
inti.

b.

Etiologi
Virus Herpes Simplek (VHS) tipe I dan tipe II adalah Herpes hominis yang termasuk virus
DNA

c.

Manifestasi Klinis

1. Infeksi primer yang biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala
( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari
antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak.
Masa inkubasi yang khas selama 3 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan
48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang
kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang
multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala
sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan
oleh viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan
dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung
menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. Retensi urin
dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air kecil atau terkenanya
nervus sakralis. Dalam waktu 2 4 minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan
menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf.

Kelainan pada serviks sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan
inflamasi serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2. Fase Laten. Tidak ditemukan gejala klinis , tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak
aktif pada ganglion dorsalis. Penularan dapat terjadi pada fase ini, akibat pelepasan virus
terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
3. Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel virus akan
menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang
berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf
secara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang
mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan atau tanpa
lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan
virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 5 hari) dibandingkan dengan yang terjadi
pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun
sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi
yang rekuren.

d.

Patofisiologi
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini
akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia
(badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya.

e.

Pathway
Kontak Langsung

Kontak Seksual

Virus Herpes Simplex (VHS) I

Perkembangan VHS I

Infeksi primer

Gejala sistomik
Gejala asimtomatik

Fase Laten

VHS tidak aktif pd


ganglion dorsalis

Infeksi Rekuren

ganglion saraf

Infeksi laten

f.

Pemeriksaan Penunjang
Virus Herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada lesi dapat
diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dari bahan

g.

vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Belum ada terapi medical

Pada episode pertama berikan :

asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari selama 7 hari, atau

asiclovyr 5mg/kgBB, Intravena tiap 8 jam selama 7 hari(bila gejala sistemik berat)

preparat isoprinosin sebagai imunomodulator

asiclovyr parenteral atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) untuk penyakit yang lebih
berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.

Pada episode rekurensi , umumnya tidak perlu diobati karena bisa membaik, namun bila
perlu dapat diobati dengan krim Asiclovyr. Bila pasien dengan gejala berat dan lama, berikan
asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari, selama 5 hari. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan
kompres.
Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah
menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu
daerah tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk
peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri.
Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik
(misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala
tambahan, bisa diberikan antibiotik per-oral atau suntikan.

Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan


langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes
yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan
timbulnya kembali erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah kelamin. Untuk keratitis
herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.

h.

Pengkajian Keperawatan

Identitas
Nama pasien

: Tn. K

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin

: Laki- laki

Suku/ bangsa

: Jawa/ Indonesia

Agama

: HINDU

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: jl Mangga, Sleman YOGYAKARTA

MRS

: 07 Maret 2009, Jam 09.10 WIB, diantar keluarga.

Tgl pengkajian

: 7 Maret 2011, Jam 10.35 WIB

1.1 Riwayat Keperawatan


1.1.1

Riwayat Perawatan Sekarang


Riwayat kesehatan keluarga Tuan K. 25 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir. Sebelumnya Tuan K mengalami gatalgatal selama 2 hari. Tuan K mengeluh nyeri.

1.1.2

Riwayat keperawatan yang lalu


Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini.

1.1.3

Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini dan
keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM maupun hipertensi

PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


GORDON
1. Pola manajemen kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat pelayanan
kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari ditambah makanan ringan serta
minum 4 gelas/ hari. Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai
kehilangan nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
3. Pola eliminasi
Untuk BAB dan BAK pasien tidak mengalami gangguan selama sakitnya yaitu 1x BAB dan
4x BAK.
4. Pola persepsi dan kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien masih
berfungsi dalam batas normal.
5. Pola aktivitas
Pasien beraktivitas seperti biasa yaitu pergi ke kantor untuk bekerja, dan melakukan kegiatan
yang lain sesuai dengan rutinitasnya.
6. Pola tidur dan istirahat

Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari.
Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien tahu kondisinya penyakitnya saat ini dan akan berusaha menerima segala kondisinya
saat ini. Pasien tidak merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya saat ini.
8. Pola peran dan hubungan
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan sosialnya. Pasien merupakan kepala
keluarga dari istri dan seorang anaknya dan merupakan tulang punggung bagi perekonomian
keluarganya di samping istrinya.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki laki, sudah menikah dengan seorang istri dan telah memiliki
seorang anak.
10. Pola koping dan toleransi stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus memerlukan
suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
11. Pola nilai dan kepercayaan/ agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
1.2 Pemeriksaan fisik
Kesadaran

: Composmetis

Tekanan Darah

: 130/ 90 mmHg

Nadi

: 112 x/ menit

Pernafasan

: 22 x/ menit

Suhu tubuh

: 37,5 0 C

Kulit :
Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang,
tidak ada hiperpigmentasi.
Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam lurus.

Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil 4 mm, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan
benda secara terbatas dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.
Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.

Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek
suara baik dan telinga sedikit berdenging.

Mulut :
Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak
ada stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang
membentuk gelembung yang berisi cairan.
Leher :
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
Dada :

Jantung

Inspeksi

: Simetris, statis, dinamis

Palpasi

: teraba normal

Perkusi

: Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : normal

Paru paru

Inspeksi

: Simetris, statis, dinamis

Palpasi

: Sterm fremitus kanan = kiri

Perkusi

: Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )


Perut :

Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Supel, tidak ada massa

Perkusi

: timpani

Auskultasi : bising usus ( + )


Ekstrimitas :
Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun bawah.

i.

Diagnosa Keperawatan
- Nyeri b.d. penyakit yang ditandai dengan Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri
,kesadaran composmetis, Suhu 370C ,Tekanan Darah 130/90mmHg ,Nadi 112x/ mnt
,Leukosit <4000 mmk ,Tuan K mengatakan dia mengalami gatal-gatal selama 2 hari dan Tuan
K mengeluh nyeri
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. hilangnya nafsu makan ditandai dengan BB turun
dari 65 menjadi 60, Tuan K mengatakan tidak nafsu makan karena sulit mengunyah atau
menelan, Istri klien mengatakan Tuan K hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan setiap
kali makan

j.
-

Rencana Perawatan
Pantau bintik- bintik kemerahan pada bibir pasien
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Kolaborasi pemberian analgetik ( asam mefenamat)
Kolaborasi pemberian asiklovir
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Ketahui makanan kesukaan pasien
Timbang pasien pada interval yang tepat
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi untuk pasien dengan
ketidakadekuatan asupan nutrisi atau kehilangan nutrisi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a.

Kasus Terkait
Tuan K. 25 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya rasa nyeri dan tidak nyaman
dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung
cair pada daerah bibir. Sebelumnya Tuan K mengalami gatal-gatal selama 2 hari. Tuan K
mengeluh nyeri. Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri. Tuan K juga mengatakan tidak
nafsu makan karena sulit mengunyah dan menelan. Istri klien mengatakan Tuan K hanya
dapat menghabiskan 5 sendik makan nasi setiap makan.Dari hasil pemeriksaan fisik di daerah
bibir Tuan K terdapat bintik kemerahan, kesadaran composmetis, suhu 37,5 0 C, tekanan darah
130/90mmHg, Nadi 112x/m, BB turun dari 65 menjadi 60 kg. Leukosit < 4000/mmk
Terapi medis:
Acyclovir intravena dosis 5 mg/ kgBB
Asam mefenamat 3x 500mg

b. Pengkajian: anamnesa, pemeriksaan fisik & pemeriksaan penunjang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN HERPES SIMPLEX

PENGKAJIAN
Tanggal masuk
Jam
Ruang
No. Reg.

: 07 Maret 2011
: 09.10 WIB
:
:

NIM

Praktikan
:

Identitas
Nama pasien

: Tn. K

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin

: Laki- laki

Suku/ bangsa

: Jawa/ Indonesia

Agama

: HINDU

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: jl Mangga, Sleman YOGYAKARTA

MRS

: 07 Maret 2011, Jam 09.10 WIB, diantar keluarga.

Tgl pengkajian

: 7 Maret 2009, Jam 10.35 WIB

Penanggung jawab :
Nama

: Ny. S

Umur

: 25 tahun

Hubungan dg pasien : Istri

Suku/ bangsa

: Jawa/ Indonesia

Agama

: Hindu

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: PNS

1.3 Riwayat Keperawatan


1.3.1

Riwayat Perawatan Sekarang


Riwayat kesehatan keluarga Tuan K. 25 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan
adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir. Sebelumnya Tuan K mengalami gatalgatal selama 2 hari. Tuan K mengeluh nyeri.

1.3.2

Riwayat keperawatan yang lalu


Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini.

1.3.3

Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini dan
keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM maupun hipertensi

GENOGR

AM

Keterangan
Laki- laki

:
Pasien

Perempuan

Meninggal

Tinggal serumah

PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


GORDON
12. Pola manajemen kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat pelayanan
kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
13. Pola nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari ditambah makanan ringan serta
minum 4 gelas/ hari. Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai
kehilangan nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
14. Pola eliminasi
Untuk BAB dan BAK pasien tidak mengalami gangguan selama sakitnya yaitu 1x BAB dan
4x BAK.
15. Pola persepsi dan kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien masih
berfungsi dalam batas normal.

16. Pola aktivitas


Pasien beraktivitas seperti biasa yaitu pergi ke kantor untuk bekerja, dan melakukan kegiatan
yang lain sesuai dengan rutinitasnya.
17. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari.
Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri.
18. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien tahu kondisinya penyakitnya saat ini dan akan berusaha menerima segala kondisinya
saat ini. Pasien tidak merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya saat ini.
19. Pola peran dan hubungan
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan sosialnya. Pasien merupakan kepala
keluarga dari istri dan seorang anaknya dan merupakan tulang punggung bagi perekonomian
keluarganya di samping istrinya.
20. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki laki, sudah menikah dengan seorang istri dan telah memiliki
seorang anak.
21. Pola koping dan toleransi stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus memerlukan
suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
22. Pola nilai dan kepercayaan/ agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
1.4 Pemeriksaan fisik
Kesadaran

: Composmetis

Tekanan Darah

: 130/ 90 mmHg

Nadi

: 112 x/ menit

Pernafasan

: 22 x/ menit

Suhu tubuh

: 37,5 0 C

Kulit :
Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang,
tidak ada hiperpigmentasi.
Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam lurus.
Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil 4 mm, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan
benda secara terbatas dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.
Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.
Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek
suara baik dan telinga sedikit berdenging.
Mulut :
Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak
ada stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang
membentuk gelembung yang berisi cairan.
Leher :
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
Dada :

Jantung

Inspeksi

: Simetris, statis, dinamis

Palpasi

: teraba normal

Perkusi

: Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : normal

Paru paru

Inspeksi

: Simetris, statis, dinamis

Palpasi

: Sterm fremitus kanan = kiri

Perkusi

: Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )


Perut :

Inspeksi

: Datar

Palpasi

: Supel, tidak ada massa

Perkusi

: timpani

Auskultasi : bising usus ( + )


Ekstrimitas :
Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun bawah.

c.

Analisa Data
ANALISA DATA
NO
1

D ATA
Do :
- Raut wajah Tuan K
tampak menahan nyeri
- Kesadaran
composmetis
- Suhu 370C
- Tekanan Darah
130/90mmHg
- Nadi 112x/ mnt
- Leukosit <4000 mmk
Ds:
- Tuan K mengatakan
dia mengalami gatalgatal selama 2 hari
Tuan K mengeluh

ETIOLOGI
Penyakit

MASALAH
Nyeri

nyeri

Do:

Hilangnya nafsu makan Nutrisi kurang dari

- BB turun dari 65

kebutuhan tubuh

menjadi 60
Ds:
- Tuan K mengatakan
tidak nafsu makan
karena sulit mengunyah
atau menelan
- Istri klien mengatakan
Tuan K hanya dapat
menghabiskan 5 sendok
makan setiap kali makan

d. Prioritas Diagnosa Keperawatan


-

Nyeri b.d. penyakit yang ditandai dengan Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri
,kesadaran composmetis, Suhu 370C ,Tekanan Darah 130/90mmHg ,Nadi 112x/ mnt
,Leukosit <4000 mmk ,Tuan K mengatakan dia mengalami gatal-gatal selama 2 hari dan Tuan

K mengeluh nyeri
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. hilangnya nafsu makan ditandai dengan BB turun
dari 65 menjadi 60, Tuan K mengatakan tidak nafsu makan karena sulit mengunyah atau
menelan, Istri klien mengatakan Tuan K hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan setiap
kali makan

e.

Rencana (intervensi) Keperawatan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri b.d.
penyakit ditandai

TUJUAN DAN
KRITERIA
INTERVENSI ( NIC )
HASIL ( NOC )
Tujuan :
- Pantau bintik- bintik
kemerahan pada bibir
Setelah

RASIONAL
Dengan memantau bintik
bintik kemerahan pada

dengan raut wajah

bibir pasien, maka perawat

daerah

pasien
- Ciptakan lingkungan yang
asuhan
tenang dan nyaman
keperawatan
- kolaborasi pemberian
analgetik ( asam
selama 2 x 24
mefenamat)
jam klien akan - kolaborasi pemberian
asiklovir
menunjukkan

bibir,kesadaran

tingkat nyeri

dan nyaman, maka pasien

composmetis,

yang ditandai

akan dapat beristirahat

suhu 37,5o C,

dengan criteria

dengan tenang.

tekanan darah

hasil:

Dengan melakukan

130 / 90 mmHg,

Pasien

kolaborasi dengan

nadi 112 x / menit,

melaporkan

pemberian analgetik ( asam

BB turun dari 65

nyeri berkurang

mefenamat) akan dapat

kg menjadi 60 kg,

Skala nyeri < 5

mengurangi tingkat nyeri

Tuan K mengeluh

Pasien rileks,

pasien.

nyeri, Tuan K

tenang

Dengan melakukan

mengatakan dia

Tekanan darah

kolaboraaasi dengan

mengalami gatal-

130/90 mmHg

pemberian asiklovir, maka

Tuan K tampak
menahan nyeri,
terdapat bintik
kemerahan di

dilakukan

gatal selama 2 hari ( nilai 2,


gangguan ringan

dapat mengetahui tingkat


perkembangan kesembuhan
pasien.
Dengan menciptakan
lingkungam yang tenang

akan dapat menyembuhkan


penyakit pasien

) menjadi
tekanan darah
120/90 mmHg
( nilai 1, tidak
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d.
hilangnya nafsu
makan ditandai
dengan BB turun
dari 65 menjadi
60, Tuan K
mengatakan tidak

ada gangguan
Setelah
- Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
dilakukan
asupan
asuhan
- Ketahui makanan kesukaan
pasien
keperawatan
- Timbang pasien pada
selama 2 x 24
interval yang tepat
- Ajarkan pasien dan
jam klien akan
keluarga tentang makanan
menunjukkan
yang bergizi dan tidak
mahal
status gizi yang
- Diskusikan dengan ahli gizi
ditandai dengan dalam menentukan

Dengan memantau
kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan
maka perawat akan
mengetahui perkembangan
pasien
Dengan mengetahui
makanan kesukaan pasien,
akan mempermudah
peningkatan berat badan
Dengan menimbang pasien
pada interval yang tepat,
perawat akan mengetahui

nafsu makan

criteria hasil:

karena sulit

Nafsu makan

mengunyah atau

meningkat dari

menelan, Istri

5 sendok makan

klien mengatakan

menjadi

Tuan K hanya

setengah piring.

dapat

BB kembali

menghabiskan 5

normal

kebutuhan nutrisi untuk


pasien dengan
ketidakadekuatan asupan
nutrisi atau kehilangan
nutrisi

perkembangan berat badan


pasien
- Dengan mengajarkan
pasien dan keluarga tentang
makanan yang bergizi dan
tidak mahal maka pasien
lebih mudah memperoleh
makanan yang sehat dan
bergizi.
Dengan mendiskusikan
dengan ahli gizi dalam

sendok makan

menentukan kebutuhan

setiap kali makan

nutrisi maka perawat akan


mudah melakukan
perawatan pada pasien

f.
N

Implementasi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI

O
1 - Nyeri b.d. penyakit yang ditandai dengan Raut Tanggal 7 maret 2011
wajah

Tuan

tampak

menahan

nyeri Jam10.00 10.30

,kesadaran composmetis, Suhu 370C ,Tekanan


Darah

130/90mmHg

,Nadi

112x/

mnt

Memantau bintik bintik kemerahan pada

,Leukosit <4000 mmk ,Tuan K mengatakan dia bibir pasien


mengalami gatal-gatal selama 2 hari dan Tuan

( dwix )

K mengeluh nyeri
Tanggal 7 maret 2011
Jam 11.00 11.30
menciptakan lingkungam yang tenang dan
nyaman
( manda )
Tanggal 7 maret 2011

Jam 13.00 13.30


melakukan kolaborasi dengan pemberian
analgetik ( asam mefenamat)
( kadek )
Tanggal 7 maret 2011
Jam 15.00 15.30
melakukan kolaboraaasi dengan pemberian
asiklovir
2

( arya )
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Tanggal 8 maret 2011
hilangnya nafsu makan ditandai dengan BB Jam10.00 10.30
turun dari 65 menjadi 60, Tuan K mengatakan
tidak nafsu makan karena sulit mengunyah

memantau kandungan nutrisi dan kalori

atau menelan, Istri klien mengatakan Tuan K pada catatan asupan


hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan

( alit)

setiap kali makan


Tanggal 8 maret 2011
Jam 11.00 11.15
mengetahui makanan kesukaan pasien
( dwix )
Tanggal 8 maret 2011
Jam 13.00 13.15
menimbang pasien pada interval yang tepat
( manda )
Tanggal 8 maret 2011
Jam 14.00 14.30
mengajarkan pasien dan keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak mahal
( arya )

Tanggal 8 maret 2011


Jam 15.00 15.30
mendiskusikan dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan nutrisi
( kadek )

g. Evaluasi
NO
1

EVALUASI
Tanggal 7 maret 2009
Jam 15.00
S : klien mengatakan nyeri saya sudah berkurang
O : raut wajah pasien tampak ceria
A : masalah teratasi
P : implementasi dipertahankan

Tanggal 8 maret 2009


Jam 15.00
S : klien mengatakan sudah nafsu makan
O: berat badan pasien 65 kg ( kembali ke keadaan semula)
A : masalah teratasi
P : implementasi dipertahankan

BAB IV
PEMBAHASAN
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain
mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear
inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari

sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body
eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran
inti.
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi
dua tipe yaitu :
1. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya
pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi
virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat
pada waktu umur 7 tahun..
2. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus
genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
Cara Penularannya
Seperti penyakit lain yang disebabkan oleh virus, maka herpes dapat menular dengan
cepat. Cara penularannya bermacam-macam. Herpes Simplex tipe dua yang menyerang
kelamin biasanya menular lewat hubungan seks, baik melalui oral maupun vaginal. Jamur
yang sering timbul pada area yang terkena biasanya memperparah kondisi penyakitnya.
Sedangkan Herpes Simplex tipe pertama biasanya menyerang pada anak-anak yang tertular
dari orang dewasa.
Pada anak-anak cara penularan yang paling mudah melalui kontak fisik, seperti dicium
oleh orang yang terinfeksi. Bisa juga melalui benda perantara, misalnya alat-alat kedokteran
gigi yang tidak steril, sedotan, atau sendok yang bekas dipakai penderita herpes. Selain itu,
virus herpes juga dapat menyebar melalui angin, debu atau udara. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa wanita karir seperti Diana tadi, mudah sekali tertular. Ruang perkantoran
yang ber ac seringkali menjadi media yang baik untuk penyebaran virus.
Apabila sudah telanjur kontak langsung dengan penderita, gejala herpes tidak akan
langsung muncul. Biasanya virus herpes akan 'bekerja' hingga 20 hari didalam tubuh,
tergantung daya tahan seseorang. Kemudian, bintik-bintik merah yang muncul,biasanya akan
bertahan selama kurang lebih 2 minggu. Namun, semua ini juga tergantung dari jenis virus
apa yang tertular.

Penyakit kambuhan
Seseorang yang sudah terinfeksi virus herpes simplex biasanya akan mudah terinfeksi
lagi. Herpes kambuhan biasanya terjadi di area yang sama. Sampai saat ini faktor yang
mneyebabkan kambuhnya masih belum jelas. Kelelahan yang berkepanjangan, stress
emosional, kurang istirahat, menstruasi, pembedahan dan tertular lagi, merupakan faktor yang
menjadi pencetus kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu, dua minggu
atau bahkan bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena itu, diet yang baik, cukup
istirahat, dan waspada media penularan, merupakan cara ampuh untuk mencegahnya,
minimal memperpendek waktu kambuhnya. Hal ini penting dilakukan karena penyakit ini
sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara total. Ratih Soeroto/Nes
Gejala herpes
1. Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu
timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi. Kadang-kadang hanya 1 bintik saja.
2. Rasa gatal dan perih di area yang terkena. Bahkan kadang-kadang disertai rasa seperti
terbakar.
3. Tubuh terasa meriang, pening, pegal-pegal, dan kurang nafsu makan.
4. Pada herpes kelamin, kadang-kadang penderita menjadi susah buang air kecil.

Herpes Simplex
Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan,
yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya
muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan
membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah.
Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut
sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Penyakit ini bisa menular selama bintil-bintil tersebut berisi cairan karena di cairan
itulah virus herpes berada. Jika Anda bagian tubuh Anda berkontak dengan daerah berbintil-

bintil, maka virus herpes dapat menulari Anda pada daerah kontak tersebut. Infeksi virus
biasanya muncul seminggu setelah terjadinya kontak. Tetapi jika kontak dilakukan pada saat
bintil-bintil tersebut telah mengering atau bahkan sembuh, maka bisa dibilang resiko tertular
pun hilang.
Jika Anda terinfeksi virus Herpes, virus tersebut bisa menyebar ke seluruh tubuh
Anda, seperti di jari-jari (herpetic whitlow), di mata (herpetic ophthalmitis), di daerah
kemaluan (genital herpes), bahkan bisa juga menyerang otak (herpetic encephalitis),
walaupun yang terakhir ini bisa dibilang kejadiannya amat sangat jarang. Dan jika penderita
melakukan kontak dengan orang sehat, misalnya melalui oral sex, maka orang sehat tersebut
dapat terserang genital herpes.
Fase pertama genital herpes ditandai dengan demam seperti flu, nyeri otot dan sendi,
pembengkakan kelenjar limfe, rasa letih dan tidak enak badan. Rasa geli pada daerah kontak
juga bisa muncul sebelum timbulnya bintil-bintil. Jika bintil-bintil sudah timbul, daerah
sekitar bintil tersebut akan terasa sangat lunak. Dan tergantung dimana bintil-bintil itu berada,
si penderita bisa merasa kesulitan berjalan atau nyeri saat buang air kecil
Pengobatan herpes umumnya sama, di manapun herpes tersebut timbul. Yang penting
si penderita harus menjaga daerah tersebut tetap bersih dan kering. Anda dapat membersihkan
daerah sekitar dengan saline (larutan garam) dan sesudahnya harus segera dikeringkan. Jika
daerah terinfeksi terlalu lembab, dapat mengundang infeksi sekunder (infeksi lanjutan).
Pengobatan dengan obat antivirus oral biasanya dibutuhkan hanya untuk kasus genital herpes
spesifik, dan harus melalui resep dokter
4.1.Pengkajian
Yang paling penting peran perawat selama pasien herpes adalah observasi terhadap herpes
simplex. Serta lokasi dari herpes tersebut.
Seseorang yang sudah terinfeksi virus herpes simplex biasanya akan mudah terinfeksi
lagi. Herpes kambuhan biasanya terjadi di area yang sama. Sampai saat ini faktor yang
mneyebabkan kambuhnya masih belum jelas. Kelelahan yang berkepanjangan, stress
emosional, kurang istirahat, menstruasi, pembedahan dan tertular lagi, merupakan faktor yang
menjadi pencetus kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu, dua minggu
atau bahkan bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena itu, diet yang baik, cukup
istirahat, dan waspada media penularan, merupakan cara ampuh untuk mencegahnya,

minimal memperpendek waktu kambuhnya. Hal ini penting dilakukan karena penyakit ini
sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara total. Ratih Soeroto/Nes
Gejala herpes
5. Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu
timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi. Kadang-kadang hanya 1 bintik saja.
6. Rasa gatal dan perih di area yang terkena. Bahkan kadang-kadang disertai rasa seperti
terbakar.
7. Tubuh terasa meriang, pening, pegal-pegal, dan kurang nafsu makan.
8. Pada herpes kelamin, kadang-kadang penderita menjadi susah buang air kecil.
Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang
berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul
di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane
mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita
herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum
munculnya bintil-bintil tadi.
4.2.Analisa Data
Merupakan kemampuan mengkaitkan data da menghubungkan data tersebut dengan
konsep,teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Langkah analisi data:
1. Validasi data: meneliti kembali data yang terkumpul.
2. Pengelompokan data : data fisiologis,data psikologis, data social, data spiritual.
3. Membandinhkan data denan standar
4. Membuat kesimpulan tentang masalah keperaatan yang ditemukan.
4.3.Diagnosa Prioritas Keperawatan
Diagnosa prioritas keperawatan adalah diagnose keperawatan atau masalah kolaboratif
yang apabila tidak ditangani sekarang akan menghambat kemajuan untuk mencapai hasil dan
akan berdampak negative bagi status fungsional.
Prinsip dasar dalam menyusun prioritas yaitu :
Pilih metode untuk menyusun prioritas dan gunakan secara konsisten.
Masalah yang member kontribusi bagi masalah lain ditetapkan sebagai prioritas utama.
Pada herpes simplex,secara klinis bila didapatkan lesi yang khas maka dapat dicurigai
infeksi virus herpes simpleks, tetapi diagnosis yang paling baik adalah ditemukannya virus

dalam kultur jaringan. Sensitivitas pada pemeriksaan kultur hampir 95 % sebelum lesi
tersebut membentuk krusta saat spesimen diperoleh dan ditangani dengan benar. Pada
hakekatnya hasil positif palsu tidak ditemukan. Sayangnya pemeriksaan ini cukup mahal dan
membutuhkan waktu lebih dari 48 jam, dan bahkan pada yang eksaserbasi asimtomatik
diperlukan waktu yang lebih lama lagi mengingat titer virus yang lebih rendah.
Cara yang lebih cepat adalah dengan memeriksa adanya antibodi secara ELISA,
dengan sensitivitas 97,5 % dan spesifisitas 98 % meskipun waktu yang dibutuhkan tetap lebih
dari 24 jam. Metode serologi ini banyak dipakai dalam penelitian epoidemiologi dan secara
luas mulai banyak dipakai meskipun manfaat dalam klinis masih diragukan karena sebagian
besar populasi adalah seropositif untuk virus herpes simpleks tipe 1 sedang reaksi silang
dengan virus herpes simpleks tipe 2 sering terjadi. Bila ditemukan serokonversi atau adanya
IgM spesifik maka kemungkinan infeksi primer harus dipikirkan
4.4.Rencana (Intervensi) Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan langsung yang dapat
dilakukan perawat atas nama klien.
Ada dua tipe dalam menentukan intervensi keperawatan :
1. Ketentuan perawat: disusun dan diimplementasikan oleh perawat.
2. Ketentuan dokter : disusun oleh dokter untuk diimplementasikan oleh staf keperawatan.

Keuntungan NIC :
Membantu menunjukkan aksi perawat dalam system pelayanan kesehatan.

Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan praktek


keperawatan.

Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.

Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan penyedia layanan
kesehatan lain.

Memudahkan perkembangan dan penggunaan system informasi perawat.

Kelebihan NIC :
Komprehensif
Berdasarkan riset
Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada
Bahasa yang jelas dan penuh arti klinis
Dikembangkan oleh tim riset yang benar dan bermacam macam tim
4.5.Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam
perencanaan.
Tahap tindakan keperawatan :

1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Dokumentasi
4.6.Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan.
Jenis evaluasi :
1. Evaluasi formatif
Merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
2. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dan hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu
berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan

BAB V
PENUTUP
a.

Kesimpulan

Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I
dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah
mukokutan.

Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang
berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan.

Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian besar
dengan kontak seksual

Gejala herpes
1. Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu
timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi. Kadang-kadang hanya 1 bintik saja.
2. Rasa gatal dan perih di area yang terkena. Bahkan kadang-kadang disertai rasa seperti
terbakar.
3. Tubuh terasa meriang, pening, pegal-pegal, dan kurang nafsu makan.
4. Pada herpes kelamin, kadang-kadang penderita menjadi susah buang air kecil.

Herpes simplek dapat diobati dengan pemberian aciclovyr.

b. Saran
-

Agar terhindar dari penyakit herpes sebaiknya kita menjaga kebersihan diri sendiri

maupun lingkungan.
- Bagi penderita herpes hindari menggaruk area yang terinfeksi agar herpes tidak
menyebar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2008. Etiologi Herpes Simplex. http://wikipedia org. ( 7 Maret 2011)
Anonym .2008. Herpes Simplex. http://wikipedia org. ( 7 Maret 2011)
Manjur,A.,dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FK UI. Jakarta.2000
Wilkinson,J.M. Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Buku
Kedokteran EGC.Jakarta. 2006

You might also like