You are on page 1of 27

Nama : Anita Anggriani

NIM

: 31112060

Kelas : IV B
Tanggal : 02 Juni 2016
Take home exam soal Ibu Tita Nofianti, M.Si., Apt :
1. Jelaskan bagaimana peranan biologi molekuler dalam pengembangan obat
serta tahap-tahap pengembangan obat berdasarkan farmakogenomik?
2. Jelaskan Kosmetika dan Kosmetikal, cara pembuatan kosmetik yang baik
serta evaluasi produk kosmetik! Berikan contohnya!
3. Bagaimana aplikasi nanoteknologi berkaitan dengan Drug Delivery System
(DDS) serta keunggulan obat berbasis nanoteknologi?
Jawab :
1. Peranan biologi molekuler dalam pengembangan obat :
Biologi molekuler merupakan kelanjutan dua cabang ilmu yang sudah ada
sebelumnya, yaitu Genetika dan Ilmu Biokimia. Bioteknologi modern ditandai
dengan kemampuan pada manipulasi DNA. Rantai/sekuen DNA yang mengkode
protein disebut gen. Gen ditranskripsikan menjadi mRNA, kemudian mRNA
ditranslasikan menjadi protein. Protein sebagai produk akhir bertugas menunjang
seluruh proses kehidupan, antara lain sebagai katalis reaksi biokimia dalam tubuh
(disebut enzim), berperan serta dalam sistem pertahanan tubuh melawan virus,
parasit dan lain-lain (disebut antibodi), menyusun struktur tubuh dari ujung kaki
(otot terbentuk dari protein actin, myosin, dan sebagainya) sampai ujung rambut
(rambut tersusun dari protein keratin), dan lain-lain. Arus informasi, DNA

RNA

Protein, inilah yang disebut sentral dogma dalam biologi molekul.


Peranan biologi molekular juga diyakini dapat mempercepat penemuan
obat baru dengan menelusuri proses perkembangan penyakit pada tingkat
molekular dan genetika sehingga dapat ditentukan cara apa yang akan dipilih
untuk suatu penyakit tertentu dengan obat yang akan dikembangkannya.
Pengembangan obat baru dapat pula dilakukan dengan pendekatan struktur

molekular suatu obat yang disesuaikan dengan struktur target. Struktur target ini
dapat diasumsikan sebagai suatu protein baik dalam bentuk reseptor, enzim,
ataupun DNA yang dapat ditentukan menggunakan perangkat bioinformatik atau
aktivitas farmakologinya. Jika suatu struktur target telah diketahui, misalnya
dengan spektroskopi NMR, maka akan dapat ditentukan molekul obat yang akan
masuk ke dalam struktur target, sehingga kita dapat melakukan simulasi untuk
membuktikannya apakah terdapat interaksi atau tidak. Struktur target yang baik
adalah yang mampu menyeleksi beberapa calon molekul obat yang secara aktif
dapat berinteraksi dengan target dan obat tersebut dapat efektif.
Beberapa produk farmasi yang diproduksi dengan teknologi DNA rekombinan
adalah sebagai berikut :
No
1
2
3
4
6
7
8

Produk
Hormone adenococorticotropic
Alfa dan gamma interferon
Sel beta factor pertumbuhan
Erythropoietin
Hormone pertumbuhn manusia
Lympotoxin
Vaksin hepatitis B

Interleukin-2

10
11
12
13

Antibody monoclonal
Nerve growth factor
Praurokinase
Platelet derivate growth factor

Kegunaan
Pengobatan penyakit reumatik
Terapi kanker dan infeksi virus
Pengobatan kelainan imun
Pengobatan anemia
Terapi defisiensi pertumbuhan pada anak
Anti tumor
Mencegah hepatitis B
Pengobatan kanker, merangsang system
imun
Terapi kanker dan rejeksi transplantasi
Memperbaiki saraf yang rusak
Antikoagulan, terapi serangan jantung
Mengobati artherosclerosis

Tahap-tahap pengembangan obat berdasarkan farmakogenomik :


Berbagai bidang ilmu berperan penting dalam pengembangan dan
penemuan obat antara lain ilmu kimia, farmasetika, farmakologi, mikrobiologi,
biokimia, dan tekno-logi farmasi. Disamping itu peranan biologi molekuler dalam
pengem-bangan obat baru diyakini tidak saja mampu mempercepat penemuan
obat, akan tetapi juga mampu menjelaskan proses-proses perkembangan penyakit
pada tingkat molekuler dan genetik, sehingga dapat diten-tukan cara yang dipilih
untuk inter-vensi penyakit tersebut dengan obat yang akan dikembangkannya.
Saat ini terdapat dua cara yang digunakan untuk penemuan bahan obat baru. Yang
pertama adalah skri-ning secara acak. Cara ini biasanya lamban dan memerlukan
proses yang panjang. Akan tetapi teknologinya saat ini telah berkembang, dan
dila-kukan secara otomatis menggunakan teknologi combinatorial chemistry dan
high throughput screening (HTS). Yang kedua adalah dengan menggunakan
perdekatan struktur molekul obat disesuaikan dengan struktur target.
Struktur target merupakan suatu pro-tein baik berupa reseptor atau enzim
ataupun DNA yang dapat ditentukan dan dapat diidentifikasi menggunakan
perangkat bioinformatik atau aktivitas farmakologiknya. Jika struktur dari target
telah diketahui misalnya ditentukan dengan cara X-ray crystallography atau
spektroskopi NMR, maka akan dapat ditentukan molekul obat yang dapat secara
tepat masuk ke dalam binding sitesdari target, sehingga kita mampu melakukan
simulasi untuk membuktikan adanya interaksi antara obat dengan target-nya.
Suatu perangkat lunak untuk melakukan simulasi interaksi obat dengan targetnya
ini telah banyak dikembangkan diantaranya adalah Tripos SYBYL program,
MSIs Cerius dan Insight II molecular modeling soft-ware (Doughty,S. 2000).
Suatu target obat yang baik adalah target yang dapat atau mampu
menyeleksi beberapa calon molekul obat yang secara aktif dapat berinteraksi
dengan target sehingga dapat digunakan sebagai obat yang efektif.

Beberapa langkah yang ditempuh untuk pengembangan obat adalah :


1. Identifikasi target

Target yang harus didentifikasi adalah suatu daerah tertentu didalam


genom yang erat hubungannya dengan manifestasi dan predisposisi penyakit.
Salah satu contoh target yang telah diidentifikasi adalah ditemukannya
apolipoprotein E4 sebagai faktor penting dalam penyakit Alzheimer.
2. Karakterisasi target
Karakterisasi target adalah suatu cara untuk mengidentifikasi adanya
varian-varian dari gen yang terpilih. Cara modern yang digunakan dalam
pengembangan obat adalah dengan high throughput screening (HTS) dari
sejumlah

besar

bahan

kimia

yang

diproduksi

menggunakan

teknologi

combinatorial chemistry. Dalam hal ini sangatlah penting jika kita mampu
menemukan varian-varian gen yang mempengaruhi struktur asam amino dan
fungsi protein yang diekspresi. Sebagai contoh adalah reseptor dipomin D5
manusia. Dalam bebe-rapa penelitian terbukti bahwa substitusi dari asparagin
dengan asam aspartat dapat meningkatkan afinitas reseptor terhadap dopamin.
Belakangan ini teknik DNA micro-arraysjuga digunakan untuk
mempelajari informasi bagaimana bebe-rapa gen diregulasi secara abnormal pada
suatu penyakit tertentu. Misal-nya microarry yang menggunakan sekitar 100 gen
yang berperan dalam proses inflamasi digunakan untuk menguji jaringan
rematoid. Hasil analisis menunjukkan bahwa gen yang menyandi interleukin-6
dan beberapa matrix metallo proteinases memegang peranan penting dalam
inflamasi rematoid. Dalam berbagai percobaan teknik microarray sini akan terus
memberikan kontribusi yang penting dalam pemahaman kita terdapat respon
tubuh pada pengobatan (Lennon,G.L. 2000).
3. Validasi target
Tahapan ini adalah untuk me-nentukan atau pemilihan obat atau golongan
obat yang akan digunakan untuk pengobatan jenis penyakit tertentu.

4. Sifat farmakogenetik dari molekul


Enzim spesifik atau reseptor yang berhubungan dengan metabolisme obat
dapat dijadikan target. Fungsi dan peranan dari gen target dan kerentanan varian

gen dalam mekanisme seluler yang tepat adalah hal yang sangat penting. Dalam
perancangan sebuah obat, industri farmasi dihadapkan kepada sejumlah besar sel
target obat. Genom manusia diperkirakan mengandung 35.000 jenis gen dan
diperkirakan terdapat kira-kira 3 juta single nucleotide polymorphisms (SNPs) di
dalam genom manusia yang erat kaitannya dengan kondisi penyakit atau
berpengaruh pada profil farmakokinetik dari penggunaan obat, memberikan
pengaruh yang amat besar terhadap keberagaman sel target obat. Penelitian
tentang target melekuler ini akan berkembang dengan pesat dan diperkirakan akan
meningkat dari sekitar 1000 target obat molekuler dewasa ini, menjadi sekitar
10.000 target. Struktur tiga demensi dari enzim protease pada Human
Immunodeficiency virus (HIV), yang merupakan enzim penting dalam replikasi
virus HIV, memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti untuk
mengetahui konfigurasi molekuler dari protein virus HIV. Para peneliti
menggunakan hal ini untuk medesain suatu obat yang dapat menginaktifkan
enzim protease tersebut. Pendekatan seperti itulah yang saat ini lebih
dikembangkan dalam pene-muan obat baru ketimbang mela-kukan penelitian
yang kurang terarah (trial and error).
2. Pengertian kosmetika dan kosmetikal :
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan bagian
luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.
Penggolongan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI berdasarkan
kegunaan dan lokalisasi pemakaian pada tubuh, kosmetika digolongkan menjadi
13 golongan yaitu:
1. Preparat untuk bayi; minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi; minyak mandi, bath capsules, dan lain-lain.
3. Preparat untuk mata; maskara, eye shadow, dan lain-lain.
4. Preparat wangi-wangian; parfum, toilet water dan lain lain.

5. Preparat untuk rambut; cat rambut, hairspray, pengeriting rambut dan lain-lain.
6. Preparat pewarna rambut; cat rambut, hairbleach, dan lain-lain.
7. Preparat make up (kecuali mata); lipstik, rouge, bedak muka dan lain-lain.
8. Preparat untuk kebersihan mulut; mouth washes, pasta gigi, breath freshener
dan lain-lain
9. Preparat untuk kebersihan badan; deodoran, feminism hygiene spray dan lainlain.
10. Preparat kuku; cat kuku, krem dan lotion kuku, dan lain-lain.
11. Preparat cukur; sabun cukur, after shave lotion , dan lain-lain.
12. Preparat perawatan kulit; pembersih, pelernbab, pelindung dan lain-lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen ; suntan gel, sunscreen foundation dan
lain-lain.
Kosmetikal / quasidrug / pseudodrug (mirip obat) yang merupakan bahan
antara obat dan kosmetik yang di definisikan sebagai bahan yang digunakan hanya
untuk kebutuhan tertentu, seperti kosmetik secara jelas dicatat bahwa harus
lembut dan ringan.
Jenis produk yang diperkirakan dapat digolongkan sebagai kosmeusetikal
adalah :
1. Produk anti ketombe
2. Produk anti akne
3. Produk deodorant dan anti perspiran
4. Produk depigmentasi
5. Produk anti aging
6. Produk penumbuh rambut/ anti botak
7. Produk anti selulit/ perbaikan kontur tubuh
8. Produk anti oksidan
9. Produk pengelupasan kulit superficial
Cara pembuatan kosmetik yang baik :

Berdasar keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia No HK.00.05.4.3870 tentang pedoman cara pembuatan kosmetik yang
baik menyatakan bahwa Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB)
merupakan salah satu faktor penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik
yang memenuhi standard mutu dan keamanan. Mengingat pentingnya penerapan
CPKB maka pemerintah secaraterus menerus memfasilitasi industri kosmetik baik
skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPKB melalui langkahlangkah dan pentahapan yang terprogram. Penerapan CPKB merupakan
persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan
keamanan yang diakui dunia internasional. Terlebih lagi untuk mengantisipasi
pasar bebas di era globalisasi maka penerapan CPKB merupakan nilai tambah
bagi produk kosmetik Indonesia untukbersaing dengan produk sejenis dari negara
lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional.
Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh disertai
pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh produk
yang memenuhi pesyaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produktergantung dari
bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan
pemeriksaan mutu. Aspek-aspek CPKB diantaranya :
a. Personalia
Personalia harus mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah
yang cukup. Mereka harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas
yang dibebankan kepadanya.
b. Bangunan dan fasilitas
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang,
dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
Upaya yang efektif harus dilakukan untukmencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama.
Produk kosmetik dan Produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan

peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pmbersihan dan
perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko
campur baur.
Garis pembatas, tirai plastik penyekatyang fleksibel berupa tali atau pita dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur. Hendaknya disediakan
ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus terpisah dari area produksi
guna mencegah terjadinya kontaminasi.
Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain :
Penerimaan material;
Pengambilan contoh material;
Penyimpanan barang datang dan karantina;
Gudang bahan awal.
Penimbangan dan penyerahan;
Pengolahan;
Penyimpanan produk ruahan;
Pengemasan;.
Karantina sebelum produk dinyatakan lulus.
Gudang produk jadi;
Tempat bongkar muat;
Laboratorium;
Tempat pencucian peralatan.
Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah
dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai
permukaan yang mudah dibersihkan dan disanitasi.
Saluran pembuangan air (drainase) harus mempunyai ukuran memadai dan
dilengkapi dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran
terbuka harus dihindari, tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan
dan disanitasi.
Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa salurannya
hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya
pencemaran terhadap produk.
Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
Pipa, fittting lampu, lubang ventilasi dan perlengkapan lain di area produksi
harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar
dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.
Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.

Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan


yang sesuai, diatur dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih

dan rapi.
Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara kelompok
material dan produk yang dikarantina. Area khusus dan terpisah hendaklah
tersedia untuk penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan yang ditolak atau ditarik

serta produk kembalian.


Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu dan

kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya.


Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah ditata sedemikian
rupa sehingga masing-masing tabet yang berbeda, demikian pula bahan
cetakan lain tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya campur bau

c. Peralatan
Peralatan harus didisain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang dibuat.
Rancang Bangun
Permukain peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak boleh

bereaksi atau menyerap bahan.


Peralatan tidak boleh menimbutkan akibat yang merugikan terhadap produk
misalnya melalui tetesan oli, kebocoran katub atau melalui modifikasi atau

adaptasi yang tidak salah/tidak tepat.


Peralatan harus mudah dibersihkan.
Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar harus

kedap terhadap ledakan.


Pemasangan dan Penempatan
Peralatan/mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi penandaan

yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur antar produk.
Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara, harus dipasang
sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.
Saluran ini hendaknya diberi label atau tanda yang jelas sehingga mudah
dikenali.

Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengatur suhu


udara, air (air minum, air murni, air suling), uap, udara bertekanan dan gas

harus berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat diidentifikasi.
Pemeliharaan
Peralatan untuk menimbang mengukur, menguji dan mencatat harus
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan dan

kalibrasi harus disimpan.


Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci dan jelas
diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas

d. Sanitasi dan Higiene


Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap produk yang diolah..Pelaksanaan

sanitasi dan hygiene

hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan peralatan serta


bahan awal.
Personalia
Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur untuk semua personil bagian produksi yang terkait dengan proses

pembuatan.
Semua personil harus melaksanakan higiene perorangan.
Setiap personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau menderita
luka terbuka atau yang dapat merugikan kualitas tidak diperkenankan
menangani bahan baku, bahan pengemas, bahan dalam proses dan produk

jadi.
Setiap personil diperintahkan untuk melaporkan setiap keadaan (sarana,
peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan

produk, kepada penyelia.


Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau produk yang diproses untuk
mencegah terjadinya kontaminasi. Personil harus mengenakan pakaian kerja,

tutup kepala serta menggunakan alat pelindung sesuai dengan tugasnya.


Merokok, makan-minum, mengunyah atau menyimpan makanan, minuman,
rokok atau barang lain yang mungkin dapat mengkontaminasi, hanya boleh di

daerah tertentu dan dilarang di area produksi, laboratorium, gudang atau area

lain yang mungkin dapat merugikan mutu produk.


Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus melaksanakan

higiene perorangan termasuk mengenakan pakaian kerja yang memadai.


Bangunan
Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang

terpisah dari area produksi.


Hendaklah tersedia locker di lokasi yang tepat untuk tempat ganti pakaian dan

menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik karyawan.


Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah untuk
selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar area

produlsi
Bahan sanitasi,

rodentisida,

insektisida

dan

fumigasi

tidak

boleh

mengkontaminasi peralatan, bahan baku / pengemas, bahan yang masih dalam


proses dan produk jadi.
Peralatan Dan Perlengkapan
Peralatan / perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.
Pembersihan dengan cara basah atau vakum lebih dianjurkan. Udara
bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan sedapat

mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.


Prosedur Tetap Pembersihan dan Sanitasi mesin-mesin hendaknya diikuti
dengan konsisten.

e.

Produksi
Bahan Awal
Ai r
Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan penting.
Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya harus dapat
memasok air yang berkualitas. Sistem pemasokan air hendaknya disanitasi

sesuai Prosedur Tetap.


Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya berkualitas air
minum. Mutu air yang meliputi parameter kimiawi dan mikrobilologi harus
dipantau secara berkala, sesuai prosedur tertulis dan setiap ada kelainan harus
segera ditindak lanjuti dengan tindakan koreksi.

Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionisasi, destilasi atau filtrasi


tergantung

dari

persyaratan

produk.

Sistem

penyimpanan

maupun

pendistribusian harus dipelihara dengan baik.


Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar dari

stagnasi dan resiko terjadinya pencemaran.


Verifikasi Material (Bahan)
Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas) hendaklah
diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi yang

telah ditetapkan dandapat ditelusuri sampai dengan produk jadinya.


Contoh bahan awal hendaklah diperiksa secara fisik mengenai pemenuhannya
terhadap spesifikasi yang ditetapkan, dan harus dinyatakan lulus sebelum

digunakan.
Bahan awal harus diberi label yang jelas.
Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap kemungkinan

terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.


Pencatatan Bahan
Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai nama
bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan, tanggal

penerimaan, nama pemasok, nomor batch dan jumlah.


Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan

diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.


Material Ditolak (Reiect)
Pasokan bahan yang tidak memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai, dipisah

dan untuk segera diproses lebih lanjut sesuai Prosedur Tetap.


Sistem Pemberian Nomor Bets
Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi
nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat memungkinkan

penelusuran kembali riwayat produk.


Sistem pemberian nomor bets hendaknya spesifik dan tidak berulang untuk

produk yang sama untuk menghindari kebingungan / kekacauan.


Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah dan

bungkus luar.
Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara.
Penimbangan dan Pengukuran
Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu menggunakan peralatan
yang telah dikalibrasi.

Semua pelaksanaan penimbangan dan pengukuran harus dicatat dan

dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.


Prosedur dan Pengolahan
Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap tertulis.
Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus dilaksanakan dan

dicatat.
Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus oleh Bagian

Pengawasan Mutu.
Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan terjadinya

kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.


Hendaknya dilakukan pengawasan yang seksama terhadap kegiatan
pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya pengaturan suhu,

tekanan, waktu dan kelembaban.


Hasil akhir proses produksi harus dicatat.
Produk Kering
Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus dan bila
perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau sistem hampa udara

sentral atau cara lain yang sesuai.


Produk Basah
Cairan, krim, dan lotion harusdiproduksi sedemikian rupa untuk mencegah

dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.


Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat dianjurkan.
Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk ruahan

harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah di bersihkan.


Produk Aerosol
Pembuatan aerosol memerlukan pertimbangan khusus karena sifat alami dari

bentuk sediaan ini.


Pembuatan harus dilakukan dalam ruang khusus yang dapat menjamin

terhindarnya ledakan atau kebakaran.


Pelabelan dan Pengemasan
Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan harus
bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari kegiatan

pengemasan sebelumnya harus dipindahkan.


Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus diambil contoh
secara acak dan diperiksa.

Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas untuk

mencegah campur baur.


Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan dicatat.
Bahan pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses lebih lanjut sesuai

dengan Prosedur Tetap.


Produk Jadi, Karantina dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi
Semua produk jadi harus dikarantina terlebih dahulu. Setelah dinyatakan lulus
uji oleh bagian Pengawasan Mutu dimasukkan ke gudang produk jadi.
Selanjutnya produk dapat didistribusikan.

f. Pengawasan Mutu
Pendahuluan
Pengawasan mutu merupakan bagian penting dari CPKB, karena memberi
jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan.

Hendaknya diciptakan Sistem Pengawasan Mutu untuk menjamin bahwa


produk dibuat dari bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta

kondisi pembuatan yang tepat sesuai Prosedur Tetap.


Pengawasan mutu meliputi:
Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap bahan
awal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk jadi

sesuai spesifikasi yang ditetapkan.


Program pemantauan lingkungan,tinjauan terhadap dokumentasi bets,
program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di
peredaran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan

produk jadi agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.


Pengambilan contoh hendaklah dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan diberi
kewenangan untuk tugas tersebut, guna menjamin contoh yang diambil
senantiasa sesuai dengan indentitas dan kualitas bets yang diterima

Pengolahan Ulang
Metoda pengolahan ulang hendaklah senantiasa dievaluasi untuk menjamin

agar pengolahan ulang tidak mempengaruhi mutu produk.


Pengujian tambahan hendaklah dilakukan terhadap produk jadi hasil

pengolahan ulang.
Produk Kembalian

Produk kembalian hendaklah diidentifikasi dan disimpan terpisah di tempat


yang dialokasikan untuk itu atau diberi pembatas yang dapat dipindah-pindah

misalnya pembatas dari bahan pita, rantai atau tali.


Semua produk kembalian hendaklah diuji kembali apabila perlu, disamping

evaluasi fisik sebelum diluluskan untuk diedarkan kembali


Produk kembalian yang tidak memenuhi syarat spesifikasi hendaklah ditolak.
Produk yang ditolak hendaklah dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap.
Catatan produk kembalian hendaklah dipelihara

g. Dokumentasi
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari bahan
awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang
dilakukan, meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengawasan mutu,
distribusi dan hal-hal spesifik lain yang terkait dengan CPKB.
Hendaknya ada sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang sudah
tidak berlaku.
Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen hendaknya
dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap
terdokumentasi.
Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi langkah
dalam bentuk kalimat perintah.
Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.
Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan
pendistribusiannya dicatat.
Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala,
dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-pihak
terkait untuk diamankan.
h. Audit internal
Audit Internal terdiri dari kegiatan penilaian dan pengujian seluruh atau
sebagian dari aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk
meningkatkan sistem mutu. Audit Internal dapat dilakukan oleh pihak luar, atau
auditor profesional atau tim internal yang dirancang oleh manajem untuk
keperluan ini. Pelaksanaan Audit Internal dapat diperluas sampai ke tingkat

pemasok dan kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat pada saat selesainya
tiap kegiatan Audit Internal dan didokumentasikan dengan baik.
i. Penyimpanan
Area Penyimpanan
Area penyimpanan

hendaknya

cukup

luas

untuk

memungkinkan

penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun


produk, seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk jadi, produk
yang dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan atau

ditarik dari peredaran.


Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik. Harus bersih, kering dan dirawat dengan

baik.
Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan kelembaban)

hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya.


Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi
material dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya
dirancang dan diberi peralatan untuk memungkinkan barang yang datang

dapat dibersihkan apabila diperlukan sebelum disimpan.


Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas secara

jelas.
Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.
Penanganan dan Pengawasan Persediaan
Penerimaan Produk
- Pada saat penerimaan, barang dokumen hendaknya diperiksa dan dilakukan
verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang meliputi tipe
-

barang dan jumlahnya.


Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap kemungkinan
terjadinya kerusakan dan atau cacat. Hendaknya ada Catatan Pertinggal untuk

setiap penerimaan barang.


Pengawasan
- Catatan-catatan harus dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan
catatan pengeluaran produk.
Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang (FlFO).
Semua label dan wadah produk tidakboleh diubah, dirusak atau diganti.

j. Kontrak produksi dan pengujian


Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian hendaknya secara jelas
dijabarkan, disepakati dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah
dalam penafsiran di kemudian hari, yang dapat berakibat tidak memuaskannya
mutu produk atau pekerjaan. Guna mencapai mutu-produk yang memenuhi
standard yang disepakati, hendaknya semua aspek pekerjaan yang dikontrakkan
ditetapkan secara rinci pada dokumen kontrak. Hendaknya ada perjanjian tertulis
antara pihak yang memberi kontrak dan pihak penerima kontrak yang
menguraikan secara jelas tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak.
Dalam hal kontrak pengujian, keputusan akhir terhadap hasil pengujian suatu
produk, tetap merupakan tanggung jawab pemberi kontrak. Pengrima kontrak
hanya bertanggungiawab terhadap pelaksanaan pengujian sampai diperoleh hasil
pengujian.

k. Penanganan keluhan dan penarikan produk


Penanganan Keluhan
Hendaknya ditentukan Personil yang bertanggungjawab untuk menangani
keluhan dan menentukan upaya pengatasannnya. Bila orang yang ditunjuk
berbeda dengan personil yang diberi kewenangan untuk menangani hal
tersebut, yang bersangkutan hendaknya diberi arahan untuk waspada terhadap

kasus-kasus keluhan, investigasi atau penarikan kembali (recall).


Harus ada prosedur tertulis yang menerangkan tindakan yang harus diambil,
termasuk perlunya tindakan penarikan kembali (recall), bila kasus keluhan

yang terjadi meliputi kerusakan produk.


Keluhan rnengenai kerusakan produk hendaknya dicatat secara rinci dan

diselidiki.
Bila kerusakan produk ditemukan ataudiduga terjadi dalam suatu bets,
hendaknya dipertimbangkan kemungkinan terjadinya kasus serupa pada bets
lain. Khususnya bets lain yang mungkin mengandung produk proses ulang
dari bets yang bermasalah hendaknya diselidiki.

Setelah evaluasi dan penyelidikan atas keluhan, apabila diperlukan dapat


dilakukan tindak lanjut yang memadai termasuk kemungkinan penarikan

produk.
Semua keputusan dan upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari
keluhan hendaknya dicatat dah dirujuk kepada catatan bets yang

bersangkutan.
Catatan keluhan hendaknya ditinjau secara periodik untuk menemukan
masalah spesifik atau masalah yang berulang yang memerlukan perhatian dan

mungkin menjadi dasar pembenaran bagi penarikan produk di peredaran.


Apabila terjadi kegagalan produk dan kerusakan produk yang menjurus
kepada terganggunya keamanan produk, Instansi yang berwenang hendaknya

diberitahu.
Penarikan Produk
Hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap produk

yang diketahui atau diduga bermasalah.


Hendaknya ditunjuk Personil yang bertanggungjawab atas pelaksanaan dan
koordinasi penarikan kembali produk termasuk personil lain dalam jumlah

yang cukup.
Harus disusun Prosedur Tetap penarikan kembali produk yang secara periodik
ditinjau kembali. Pelaksanaan penarikan kembali hendaknya dapat dilakukan

cepat dan efektif.


Catatan pendistribusian primer hendaknya segera diterirna oleh orang yang
bertanggungjawab untuk melakukan penarikan kembali produk, dan catatan
tersebut harus memuat informasi yang cukup tentang distributor.
Perkembangan proses penarikan kembali produk hendaknya dicatat dan
dibuat laporan akhir, meliputi rekonsiliasi jumlah produk yang dikirim dan
ditemukan kembali.
Keefektifan pengaturanpenarikan kembali produk hendaknya dievaluasi dari
waktu ke waktu.
Hendaklah dibuat instruksi tertulisyang menjamin bahwa produk yang ditarik
kembali disimpan dengan baik pada daerah yang terpisah sambil menanti
keputusan selanjutnya.
Evaluasi produk kosmetik :

Stabilitas kosmetik merupakan kemampuan suatu produk obat atau


kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian produk tersebut.
Hal yang menjadi evaluasi dari suatu produk kosmetik diantaranya :
- Umur simpan, yakni periode waktu penyimpanan dan penggunaan di mana
-

produk masih berada dalam batas spesifikasinya.


Stabilitas produk
Jika terjadi ketidakstabilan fisik ditandai dengan adanya pemucatan warna,
munculnya warna, timbul bau, perubahan/pemisahan fase pecahnya emulsi,

pengendapan suspensi/caking, perubahan konsistensi, terbentuknya gas.


Stabilitas wadah
Stabilitas kimia
Jika terjadi ketidakstabilan kimia biasanya terjadi pengurangan konsentrasi
zat aktif karena adanya interaksi atau reaksi kimia, rusaknya eksipien karena

hidrolisis atau reaksi sejenis, pembentukan senyawa lain.


Stabilitas mikrobiologi
Mengenai pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan yang dapat merusak
stabilitas sediaan.

Evaluasi sediaan skala laboratorium :


Evaluasi sediaan peeling cream meliputi :
Pengamatan Organoleptik
Sampel dijaga pada temperatur ruangan selama 28 hari dengan
pengamatan tiap interval waktu yang telah ditentukan. Sifat fisik dari sampel
dievaluasi secara visual. Pertimbangan yang dilakukan terhadap stabilitas fisik
diantaranya warna, bau, pemisahan fasa dan bentuk sediaan (Aryani, 2015).
Pengukuran pH dan Viskositas
Pengukuran pH sediaan krim dilakukan dengan menggunakan pH
indicator universal strips non-bleeding color pHast pH 4,0-7,0; dan pengukuran
viskositas sediaan krim dilakukan menggunakan alat viskometer Brookfield.
Pengukuran dilakukan untuk masing-masing sediaan pada saat sediaan selesai
dibuat dan setiap minggu selama 4 minggu penyimpanan (Aryani, 2015).
Uji Homogenitas

Diambil krim pada masing-masing formula secukupnya. Dioleskan pada


objek gelas, diamati dibawah mikroskop. Massa krim harus menunjukkan susunan
homogennya yaitu tidak terlihat adanya bahan padat pada objek gelas (Maulida,
2015).
Uji Tipe Emulsi
Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan metode pengenceran fasa luar.
Sejumlah sampel krim diletakkan pada kaca objek kemudian ditambahkan air, jika
terlarut maka menandakan bahwa krim tersebut merupakan emulsi tipe m/a
(minyak dalam air) (Agoes, 2012).
Uji Sentrifugasi
Pengujian sentrifugasi dilakukan dengan mensentrifugasi krim pada
kecepatan 3800 rpm selama 5 jam, dan fase pemisahan diamati (Abdassah, et al.,
2015).

Cycling Test
Uji ini dilakukan dengan cara menyimpan sediaan dari masing-masing
formula yang ditempatkan dalam wadah gelas transparan. Sediaan disimpan pada
suhu 4+2C selama 24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam oven yang bersuhu
40+2C selama 24 jam. Perlakuan ini adalah satu siklus. Pengujian dilakukan
sebanyak 6 siklus atau 12 hari dan diamati ada atau tidaknya perubahan yang
terjadi pada masing-masing sediaan. Kondisi sediaan dibandingkan selama
percobaan dengan kondisi sediaan sebelumnya (Yulin, 2015).
Uji iritasi
Uji iritasi dan kepekaan pada kulit normal dilakukan selama 15 menit
setelah diaplikasikan kepada 20 responden yang mempunyai kulit normal dengan
persetujuan komite ETIK. Punggung tangan kiri diolesi sediaan basis tanpa zat
aktif, dan punggung tangan kanan diolesi dengan sediaan. Selanjutnya perubahan
warna yang terjadi pada punggung tangan kanan masing-masing responden
diamati. Jika tidak terjadi reaksi (tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda (-),
terjadi reaksi (kulit memerah) diberi tanda (+), dan jika terjadi pembengkakan
diberi tanda (++) (Padmadisastra, et al., 2007).

Uji Hedonik (Pengujian Pemilihan/Penerimaan)


Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan, yaitu kesan yang
berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat
sensoris atau kualitas yang dinilai (Susiwi, 2009). Uji dilakukan terhadap 20
orang responden dengan metode angket. Faktor yang menjadi evaluasi yaitu
kesukaan mereka terhadap sediaan krim yang mudah dioleskan, mudah dicuci,
dan

tidak

lengket

serta

memberikan

kenyamanan

pada

saat

aplikasi

(Padmadisastra, et al., 2007). Analisis data dilakukan dengan metode Friedman


test.
Contoh :
Kosmetik meliputi krim perawatan kulit, losion, bedak, parfum, lipstik,
kuteks, perias muka dan mata, minyak rambut, lensa kontak berwarna, pewarna
rambut, deodoran, sanitizer, produk perawatan bayi, perawatan rambut, sabun,
garam mandi, serta semua produk perlengkapan mandi. Penggunaan kosmetik,
khususnya di bagian muka dan mata, disebut dengan "riasan", "dandanan", atau
"make up".Kebanyakan perusahaan kosmetik memisahkan kosmetik menjadi dua
jenis, yakni kosmetik rias dengan kosmetik perawatan. Perbedaannya adalah :

Kosmetik rias umumnya digunakan sebagai riasan untuk area muka atau
wajah, misalnya bedak, lipstik, pensil alis, perona pipi, perona mata, celak,
dan maskara. Lebih luasnya, kosmetik rias juga termasuk produk untuk
merias kuku dan rambut seperti kuteks dan cat rambut.

Kosmetik perawatan meliputi produk yang digunakan untuk merawat


tubuh, termasuk krim kulit, losion tangan dan tubuh (hand body lotion),
deodoran, parfum, sabun, masker muka, dan sebagainya
Produk kosmeseutikal diantaranya produk anti ketombe, produk anti akne

produk deodorant dan anti perspiran, produk depigmentasi, produk anti aging,
produk penumbuh rambut/ anti botak, produk anti selulit/ perbaikan kontur tubuh,
produk anti oksidan, produk pengelupasan kulit superficial.

3. Aplikasi nanoteknologi berkaitan dengan Drug Delivery System (DDS) :


Nanopartikel sebagai drug delivery system (DDS)
Saat ini, tengah dikembangkan suatu sistem penghantaran obat terbaru
yaitu dengan penggunaan nano teknologi (Nanotech) sebagai sistem penghantaran
obat masa depan. Nano teknologi adalah pemahaman dan pengaturan materi
dengan dimensi 1 sampai 100 nanometer (nm). Nano teknologi mencakup
teknologi rekayasa, penginderaan, pengukuran, pembuatan model dan manipulasi
materi pada skala nanometer. Satu nanometer (nm) sama dengan sepermilyar
meter (10-9 m).
Para ahli riset farmasi saat ini meneliti dalam skala mikro dan nano untuk
mengembangkan metode drug delivery (penghantaran obat). Nano teknologi
merupakan terobosan untuk mengoptimalisasi sistem penghantaran obat. Dengan
pengolahan obat ke skala nano, maka obat-obat yang sukar larut akan lebih
bioavailable dan lebih aman. Selain perbaikan kelarutan, obat-obatan yang
berbasis nanoteknologi memiliki kelebihan dibandingkan obat-obatan lainnya.
Sebagai contoh, obat-obatan berbasis nano teknologi memberikan performa lebih
baik dengan efek samping yang lebih minimal.
Reseptor tertentu pada permukaan sel target akan lebih mudah mengenali
obat sehingga obat akan lebih tepat sasaran dan meminimalkan efek samping obat
pada sel-sel lain. Pengembangan DDS dengan nano teknologi merupakan ilmu
pengetahuan yang bertujuan mengendalikan molekul dan atom individu untuk
menciptakan peralatan yang beribu kali lebih kecil. Institut Nano teknologi di
Inggris mengekspresikan bahwa critical role dalam sains dan teknologi nano
mencakup dimensi dan toleransi antara 0,1100 nano meter (nm). Sebagai
perbandingan, jarak karbon C60 sekitar 1212 nm, DNA double-helix mempunyai
diameter sekitar 2 nm, dan bakteri Mikoplasma ukuran lebarnya sekitar 200 nm.
Teknologi formulasi sediaan farmasi dan sistem penghantaran obat
memegang peranan penting dalam proses penemuan terapi farmasetis baru pada
publik. Pertimbangan fisikokimia dan molekuler meliputi kesetimbangan ionmolekul, kesetimbangan hidrofilik-lipofilik, proses biofarmasetika, metabolisme
dan

biodegradasi,

afinitas

obat-reseptor,

pertimbangan

fisiologis,

serta

biokompatibilitas dari sistem menjadi faktor utama yang umum diperhatikan


dalam melakukan penelitian pada bidang ini. Meskipun demikian, semakin
majunya pemahaman terhadap mekanisme yang terjadi di dalam tubuh membuat
berbagai masalah yang pada mulanya kurang diperhatikan menjadi bahan
pertimbangan yang harus dicarikan solusinya. Pada beberapa kasus, misalnya
pada tahap awal, sebuah molekul obat yang poten tidak dapat menembus sistem
pertahanan tubuh dengan baik sehingga ketersediaan hayati senyawa dalam
sirkulasi sistemik maupun jaringan yang sakit menjadi sangat rendah.
Berbagai penelitian dikembangkan untuk meningkatkan kadar senyawa
tersebut di dalam darah, baik dengan meningkatkan efektivitas dan kecepatan
absorpsi, menghindari biodegradasi oleh enzim, maupun modifikasi molekuler
untuk meningkatkan absorpsi seluler. Namun demikian permasalahan timbul
setelah usaha-usaha yang dilakukan mencapai keberhasilan yaitu ditemukan gejala
ketoksikan atau munculnya efek samping maupun efek balik pada studi keamanan
secara in vivo karena jumlah obat yang mencapai kadar yang tidak dapat
ditoleransi oleh tubuh. Permasalahan tersebut mengubah cara pandang para
peneliti farmasi dalampengembangan teknologi formulasi yaitu untuk lebih fokus
pada peningkatan efektivitas penghantaran obat pada jumlah yang tepat. Fakta ini
membawa berbagai penelitian pada kecenderungan untuk melakukan berbagai
modifikasi pada sistem terbaik yang ada.
Penghantaran nanopartikel dideskripsikan sebagai formulasi suatu partikel
yang terdispersi pada ukuran nanometer atau skala per seribu mikron. Batasan
ukuran partikel yang pasti untuk sistem ini masih terdapat perbedaan karena
nanopartikel pada sistem penghantaran obat berbeda dengan teknologi
nanopartikel secara umum. Pada beberapa sumber disebutkan bahwa nanopartikel
baru menunjukkan sifat khasnya pada ukuran diameter di bawah 100 nm, namun
batasan ini sulit dicapai untuk sistem nanopartikel sebagai sistem penghantaran
obat. Nanopartikel obat secara umum harus terkandung obat dengan jumlah yang
cukup di dalam matriks pada tiap butir partikel, sehingga memerlukan ukuran
yang relatif lebih besar dibanding nanopartikel non-farmasetik. Meskipun

demikian secara umum tetap disepakati bahwa nanopartikel merupakan partikel


yang memiliki ukuran di bawah 1 mikron.
Beberapa kelebihan nanopartikel adalah kemampuan untuk menembus
ruang-ruang antar sel yang hanya dapat ditembus oleh ukuran partikel koloidal,
kemampuan untuk menembus dinding sel yang lebih tinggi, baik melalui difusi
maupun opsonifikasi, dan fleksibilitasnya untuk dikombinasi dengan berbagai
teknologi lain sehingga membuka potensi yang luas untuk dikembangkan pada
berbagai keperluan dan target. Kelebihan lain dari nanopartikel adalah adanya
peningkatan afinitas dari sistem karena peningkatan luas permukaan kontak pada
jumlah yang sama. Pembentukan nanopartikel dapat dicapai dengan berbagai
teknik yang sederhana. Nanopartikel pada sediaan farmasi dapat berupa sistem
obat dalam matriks seperti nanosfer dan nanokapsul, nanoliposom, nanoemulsi,
dan sebagai sistem yang dikombinasikan dalam perancah (scaffold) dan
penghantaran transdermal.
Pada banyak kasus, peningkatan kadar obat dalam darah ini sangat
diperlukan bagi obat untuk dapat menimbulkan efek farmakologis. Oleh karena
itu, nanopartikel memberikan solusi yang baik karena dapat memberikan efek
farmakologis pada dosis yang lebih kecil (efisien). Kesesuaian bentuk sediaan
nanopartikel dengan jaringan target dan penyakit diperlukan untuk memperoleh
sistem yang dapat memberikan hasil terapi yang optimal. Jaminan akan
tercapainya tujuan terapi merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk dapat
memperkenalkan produk sistem penghantaran obat baru yang dapat diandalkan.
Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS)
SNEDDS adalah sistem yang terdiri dari campuran minyak, surfaktan, dan
ko-surfaktan yang dapat membentuk nanoemulsi secara spontan ketika bertemu
fase air melalui agitasi yang ringan dalam lambung. SNEDDS dapat
meningkatkan kelarutan obat-obat yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air.
Obat-obat BCS kelas II seperti ketoprofen yang diformulasikan dalam bentuk
SNEDDS diharapkan dapat meningkat kelarutannya dalam cairan lambung
sehingga dapat mempercepat onset dan menurunkan t-max obat.

SNEDDS memiliki komponen utama berupa minyak sebagai pembawa


obat, surfaktan sebagai pengemulsi minyak ke dalam air melalui pembentukan dan
penjagaan stabilitas lapisan film antarmuka, dan ko-surfaktan untuk membantu
tugas surfaktan sebagai pengemulsi. Karakteristik formula SNEDDS dipengaruhi
oleh rasio minyak dan surfaktan, kepolaran dan muatan tetesan emulsi. Formula
SNEDDS juga dipengaruhi oleh sifat fisikokimia dan konsentrasi minyak,
surfaktan dan ko-surfaktan, rasio masing-masing komponen, pH dan suhu saat
emulsifikasi terjadi, serta sifat fisikokimia obat. Metode SNEDDS lebih dipilih
daripada metode nanoemulsi yang mengandung air karena lebih stabil dan lebih
kecil volumenya sehingga memungkinkan untuk dijadikan bentuk sediaan hard
atau soft gelatin capsule. Metode SNEDDS juga dapat meningkatkan kelarutan
obat yang sukar larut dalam air dengan melewati tahapan disolusi obat.
Nanoemulsi dapat menghindari problem klasik emusi yaitu creaming,
flokulasi dan sedimentasi yang biasanya dijumpai pada makroemulsi. Bentuk
emulsi ini juga dapat diaplikasikan dalam berbagai formulasi yaitu foam, spray,
cairan, dan krim untuk rute transdermal karena tidak menimbulkan iritasi
padakulit dan juga tidak toksik. Nanoemulsi untuk rute penggunaan oral juga
dapatdipastikan aman karena surfaktan yang digunakan memenuhi standar
konsumsi manusia. Sebagai sistem penghantaran obat, nanoemulsi mempunyai
beberapa keuntungan yaitu kejernihan, stabilitas yang tinggi, dan mudah dalam
preparasinya.
Ilustrasi

konsep

sistem

penghantaran

obat

auto-nanoemulsifikasi

(SNEDDS). Sediaan diberikan dalam kombinasi obat, minyak, surfkatan, dan


kosurfaktan, kemudian akan mengalami proses emulsifikasi spontan di dalam
cairan cerna saat mengalami pencampuran dengan cairan usus. Nanoemulsi
selanjutnya mengalami proses absorpsi. keunggulan SNEDDS ini dibanding
emulsi biasa diantaranya : pemakaian lebih praktis, kelarutan meningkat, tidak
perlu memikirkan stabilitas emulsi ketika disimpan, biaya produksi dapat ditekan,
bahkan menurut beberapa jurnal : minyak ikan yang dibuat SNEDDS akan
mengeluarkan bau yang lebih baik / tidak begitu menyengat dibanding emulsi
minyak ikan biasa.

Nanopartikel sebagai Sistem Penghantaran Tertarget


Pengembangan penghantaran obat tertarget berfungsi untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi obat yang diaplikasikan, sekaligus keamanan penggunaan
obat karena mencegah obat untuk bereaksi pada tempat yang tidak diharapkan.
Penghantaran obat jenis ini secara umum dipahami sebagai hubungan ligan
dengan ligan, ligan dengan protein, atau protein dengan protein, karena kesesuaian
interaksi spesifik dapat diketahui dari fenomena kimiawi tersebut. Pemanfaatan
protein sebagai konjugat sistem nanopartikel adalah memanfaatkan kekhasan dari
polimer protein. Polimer ini tidak terbentuk atas monomer yang terus berulang
seperti halnya pada polimer secara umum. Asam amino penyusun suatu protein
dapat membentuk kombinasi urutan yang tak terbatas, membentuk sifat yang
sangat spesifik dari tiap protein, sehingga dapat mengadakan suatu interaksi yang
sangat spesifik pula. Oleh karena itu, protein banyak digunakan sebagai konjugat
dalam sistem penghantaran obat. Polimer lain seperti derivat gula juga cukup
banyak dipresentasikan karena gula merupakan komponen membran seluler yang
dapat juga secara spesifik terdapat pada sel tertentu.
Park et al (2009) mempresentasikan suatu kombinasi nanopartikel silika
dengan polietilenimin (PEI) dapat secara efektif menghantarkan plasmid DNA ke
dalam sel punca mesenkim manusia (human mesenchimal stem cell/hMSC),
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan endositosis gen ke dalam sel, baik
secara in vitro maupun in vivo. Model gen yang mengekspresikan green
fluorescence protein (GFP) berhasil diinternalisasikan dengan baik, ditandai
dengan peningkatan produksi protein tersebut hingga 75% setelah hari ke-2.
Penelitian ini menunjukkan bahwa nanopartikel silika yang bersifat netral dapat
dimodifikasi dengan metode yang sederhana untuk menghasilkan suatu sistem
penghantaran gen non-viral yang lebih aman dan murah.Hingga saat ini
pengembangan nanopartikel dalam sistem penghantaran obat tertarget sebagai
basis pada sistem penghantaran obat merupakan salah satu pilihan utama karena
menjanjikan banyak solusi baru bagi berbagai permasalahan pada penghantaran
molekul obat. Sifat nanopartikel secara umum menguntungkan karena mampu

menembus berbagai ruang yang tidak dapat ditembus oleh partikel yang
berukuran lebih besar, dapat dibuat dari berbagai bahan yang biokompatibel, serta
dapat dibuat dengan metode yang sederhana dan murah. Sistem yang dihasilkan
diharapkan mampu membawa obat dalam jumlah yang optimal sehingga lebih
efisien dalam aplikasinya karena hanya memerlukan dosis yang lebih kecil.
Kombinasi nanopartikel dengan piranti pentarget dapat meningkatkan selektivitas
nanopartikel sehingga menjaga sistem tetap aman dan dapat meminimalkan dosis
yang diaplikasikan, di mana pada dosis tersebut molekul obat secara efisien
terkonsentrasi pada sel atau jaringan yang menjadi target terapi.
Keunggulan obat berbasis nanoteknologi :
Salah satunya contoh nanoteknologi dalam bidang industri adalah nano
partikel. Nanopartikel mempermudah penggunaan obat melalui rute non invasive
yaitu secara oral, nasal, sub lingual dan ocular dan menunjukkan respon yang
efektif melalui membran sel juga stabil dalam aliran darah. Teknologi nano dapat
digunakan dalam dunia medis karena akan membantu kelarutan, stabilitas dan
kemampuan penyerapan suatu zat. Produk berteknologi nano akan lebih cepat
diserap dibandingkan dengan produk yang tidak menggunakan teknologi tersebut.
Pemanfaatan sistem penghantaran berukuran nano memiliki kelebihan berupa :
1. Dapat menembus kapiler terkecil, karena ukurannya yang kecil. Hal tersebut
juga mengurangi pengeliminasian yang cepat secara fagositosis, sehingga
memperpanjang keberadaan obat dalam aliran darah.
2. Ukuran nano mempermudah penetrasi obat pada permukaan jaringan.
3. Sistem nano dapat dimodifikasi menjadi sediaan control release dengan
modifikasi karakteristik bahannya.
4. Nanopartikel dapat meningkatkan efek obat dan mengurangi efek samping obat.

You might also like