You are on page 1of 24

CAUSES OF STRESS FACTOR WORKERS AT WORK

( PENYEBAB FAKTOR STRESS PEKERJA DI TEMPAT KERJA )

AJUDYA PRIDA PRATAMA


2012710011
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
POGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013/2014

BAB I
ABSTRAK
Paper ini membahas tentang faktor penyebab stress pekerja di tempat kerja. Stress
dapat dialami oleh siapa saja, dimana, dan kapan saja. Stress disebabkan oleh
beberapa yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi dan faktor individu. Pengertian
stress sendiri menurut H. Handoko, Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi kesehatan seseorang. Penelitian
Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress dengan
kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta
menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan
respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat
naik pada saat mood seseorang sedang positif. Dampak dari stress bagi karyawan
dan perusahaan sangatlah merugikan bagi kedua belah pihak, dampak perusahaan
menurunnya

tingkat

produktivitas

dan

menurunnya pemasukan dan keuntungan perusahaan sehingga terjadilah PHK


terhadap karyawan. Upaya sistematis yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
timbulnya reaksi stress pada pekerja adalah mengeliminasi potential stressor di
lingkungan kerjanya. Berkaitan dengan hal itu, disarankan: (1) memberikan
kesempatan kepada pekerja untuk melakukan refreshing fisik dan mental lewat
kegiatan pelatihan atau lokakarya yang terkait dengan pengembangan diri dan
liburan; (2) memberikan tambahan insentif secara khusus sebagai bentuk
kompensasi atas besarnya beban kerja yang dilakukan oleh pekerja; (3)
menciptakan iklim lingkungan kerja yang kondusif melalui penyediaan keperluan
atau fasilitas yang diperlukan oleh pekerja untuk melakukan relaksasi, agar dapat
mengurangi kejenuhan atau kebosanan rutinitas kerja; dan (4) perlu dilakukan
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan jenis pekerjaan dan lingkungan
kerja yang merupakan sumber timbulnya kebosanan, kelelahan, kecelakaan, dan
stress psikologis; (5) memberikan penghargaan kepada karyawan yang rajin, tekun
dan ulet.
2

BAB II
PENDAHULUAN
II.A Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat membawa
perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu membawa akibat
yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan
kinerja mereka sendiri dan masyarakat luas. Agar eksistensi diri tetap terjaga, sehingga
membuat setiap individu akan mengalami stress dalam dunia kerja, sebagai contoh
seorang accounting mengalami stress jika pemasukan tidak sesuai dengan pengeluaran
perusahaan, maka sang accounting akan bertanggung jawab penuh terhadap keuangan
perusahaan yang keluar dan masuk. Akibatnya tuntutan kerja yang berat menjadi beban
bagi sang accounting yang harus memikirkan keuangan perusahaan sehingga sang
accounting menjadi stress.
Selain itu, perkembangan ekonomi yang cepat, PHK, dan bangkrutnya beberapa
perusahaan sebagai akibat dari krisis keuangan yang berkepanjangan dapat menimbulkan
dampak yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Para pekerja di
setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu
terjadinya stres kerja.
Estimasi 1997 terdapat 3418 kasus stres kerja adalah yang terendah sejak tahun 1992,
ketika BLS (Bureau of Labor Statistics) pertama mulai mengumpulkan data ini.
Penurunan ini konsisten dengan kecenderungan dari semua kecelakaan kerja fatal dan
penyakit yang melibatkan hari lagi dari pekerjaan. kasus stres Pekerjaan menurun sebesar
15 persen selama periode 1992-1997, sedangkan semua cedera dan penyakit menurun
sebesar 21 persen. Pastikan bahwa para anggota yang terkena dampak untuk bekerja
sama dengan perwakilan serikat pekerja adalah kunci dalam pengobatan stres.

II.B Permasalahan
1

Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan stress akibat kerja?

Akibat yang ditimbulkan dari stress kerja?

Apa saja dampak stress bagi perusahaan dan karyawan?

Cara Penanggulangan stress di tempat kerja?

II.C Tujuan
1

Mengetahui faktor-faktor yang mengakibatkan stress akibat kerja

Mengetahui akibat dari stress kerja

Mengetahui dampak yang terjadi akibat stress bagi perusahaan dan karyawan

Memahami cara penanggulangan stress di tempat kerja

BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

III.A Pengertian Stres kerja


4

Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya,Yoder dan Staudohar (1982
: 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a physical or psychological
deviation from the normal human state that is caused by stimuli in the work environment.
yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang,dimana
tekanan
itu berasal
.Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai
suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena
pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Secara umum dapat dikatakan, bahwa
jika seseorang dihadapkan pada pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut,
individu yang bersangkutan mengalami stres dalam dunia kerja.
Menurut H. Handoko, Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Sedangkan berdasarkan definisi kerjanya,
pengertian:
a. Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis,
yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan ( lingkungan ), situasi atau kejadian eksternal
yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan
b. Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau
proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
(lingkungan) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik
berlebihan.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif,
stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu
stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan
bukan karena peristiwa itu sendiri. Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi
dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidak senangan yang menggerakkan.
Sebelumnya Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees adalah suatu sindrom
biologik atau badaniah. Didalam eksperimennya, seekor tikus percobaan mengalami
kedinginan pembedahan atau kerusakan sum-sum tulang belakang, akan memperlihatkan
suatu sindroma yang khas. Gejala-gejala itu tidak tergantung pada jenis zat atau ruda yang
menimbulkan kerusakan, sindroma ini lebih merupan perwujudan suatu keadaan yang
dinamakan stress dengan gejala-gejala sistembilogik makhluk hidup itu.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah
merupak badaniah saja. Ditunjukkkan nya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung
pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah
konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme
terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan
kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa
terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
5

Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami
kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan
gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama. Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan
untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda- beda dari
reaksi terhadap stress. Menurut Rice (1992), seseorang dapat dikategorikan mengalami
stress kerja, apabila stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi perusahaan tempat
orang yang bersangkutan bekerja. Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan
bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai
stimulus, stress sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus
merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus
memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan
tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari
interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu.Pendekatan stimulus-respon
mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari nteraksi antara stimulus lingkungan dengan
respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres
merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan
individu untuk memberikan tanggapan. Baron & Greenberg (dalam Margiati, 1999:71),
mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada
situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt
(dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan
karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang
terjadi baik secara fisik maupun psikologis.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
1) Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress
atau disebut juga dengan stressor.
2) Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3) Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stress adalah
keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) yang
dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga
individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis (respon) dan
melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut (proses).
III.B. Macam-macam stressor antara lain:

1. Kondisi biologik
Berbagai penyakit infeksi , trauma fisik dengan kerusakan organ biologik,mal nutrisi,
kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang kontinyu
2. Kondisi Psikologik
a. Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan moderen.
b. berbagai kondisi yang mengakibatkan sikap atau perasaan rendah diri (self devaluation )
seperti kegagalan mencapai sesuatu ynga sangt di idam-idamkan.
c. berbagai keadaan kehilangan seperti posisi, keuangan, kawan atau pasangan hidup yang
sangat dicintai.
d. berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang sangat menentukan
seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia, intelegensi dan lain-lain.
e. berbagai kondisi perasaan bersalah terutama yang menyakut kode moral etika yang
dijunjung tinggi tetapi gagal dilaksanakan.
3. Kondisi Sosio Kultural
Kehidupan moderen telah menempatkan manusia kedalam suatu kancah stress sosio kultural
yang cukup berat. Perubahan sosio ekonomi dan sosio budaya yang datang secara cepat dan
bertubi tubi memerlukan suatu mekanisme pembelaan diri yang memadai. Stresor
kehidupan moderen ini diantaranya. :
a. berbagai fluktuasi ekonomi dan segala akibatnya ( menciutnya anggaran rumah tangga ,
pengangguran dan lain-lain ).
b. Perceraian, keretakan rumah tangga akibat konflik ,kekecewaan dan sebagainya.
c. Persaingan yang keras dan tidak sehat.
d. Diskriminasi dan segala macam keterkaitannya akan membawa pengaruh yang
menghambat perkembangan individu dan kelompok.
e. Perubahan sosil yang cepat apabila tiadak diimbangi dengan penyusuaian etika dan moral
konvisional ynag memadai akan terasa ancaman. Dalam kondisi terburuk nilai materikalistik
akan mendominasi nilai moral spiritual yang akan menimbulkan benturan konflik yang
mungkin sebagian terungkap, sedangkan sebagian lainnya menjadi beban perasaan individu
atau kelompok.
Stres memiliki dua gejala, yaitu gejala fisik dan psikis.

a. Gejala Fisik
Gejala stres secara fisik dapat berupa jantung berdebar, napas cepat dan memburu / terengah
7

engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi serak, perut melilit, nyeri kepala seperti
diikat, berkeringat banyak, tangan lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas , otot
tegang.
b. Gejala Psikis
Keadaan stres dapat membuat orang orang yang mengalaminya merasa gejala gejala
psikoneurosa, seperti cemas, resah, gelisah, sedih, depresi, curiga, fobia, bingung, salah
faham, agresi, labil, jengkel, marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.
III.C sumber-sumber stress
yang berkaitan dengan kerja, berbagai perubahan kehidupan yang mengharuskan seseorang
untuk beradaptasi dengannya disebut stressor. stressor yang berkaitan dengan pekerjaan
1.Kekaburan peran dan konflik peran terjadi bila seseorang dituntut mengerjakan pekerjaan
yang bukan menjadi tanggung jawabnya atau bertentangan dengan nilai-nilai kebudayaan
yang dianutnya.
2.Kelebihan beban kerja jumlah pekerjan yg terlalu banyak dengan waktu yang sedikit dan
dituntut ketepatan waktu.
3.Beban kerja terlalu sedikit beban terlalu sedikit membuat orang bosan dan tidak ada
tantangan.
4.Kualitas pekerjaan berlebihan stres meningkat pada seseorang yang dipromosikan naik
pangkat, tapi ia tidak punya kepercayaan diri atau pengalam dan keahlian di bidangnya.
5.Tanggungjawab besar frekuensi penyakit pembuluh darah lebih tinggi pada kru pengeboran
lepas pantai yang menyadari akibat yang akan timbul terhadap masyarakat dan fasilitas kerja
bila ia melakukan kesalahan.
6.Densitas social jumlah pekerja yang banyak dalam satu ruangan yang tidak cukup luasnya
atau malah terisolasi dalam ruang tertentu sehingga tidak dapat bergabung dengan kolega akan
mengakibatkan stres yang kronik
7.Lingkungan pekerjaan pekerjaan dengan lingkungan penuh polusi udara dan bunyi sehingga
suasana tidak tenang dan bau dapat menimbulkan stres
8.Relation ship hubungan dengan atasan, teman, kelompok dan keluarga yang tidak harmonis
juga dapat menimbulkan stress.

III.D Sumber-sumber Stress


Untuk memahami sumber stress kerja, kita harus melihat stress kerja ini sebagai interaksi
dari beberapa faktor, yaitu stress di pekerjaan itu sendiri sebagai faktor eksternal, dan faktor
internal seperti karakter dan persepsi dari karyawan itu sendiri. Dengan kata lain, stress kerja
tidak semata-mata disebabkan masalah internal, sebab reaksi terhadap stimulus akan sangat
8

tergantung pada reaksi subyektif individu masing-masing. Beberapa sumber stress yang
menurut Cary Cooper (1983) dianggap sebagai sumber stress kerja adalah stress karena
kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karir,
dan struktur organisasi.
Kondisi Pekerjaan. Lingkungan Kerja. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi
penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara
kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu
besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
Overload. Sebenarnya overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi
kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam
"tegangan tinggi". Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan
sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan.
Deprivational stress. George Everly dan Daniel Girdano (1980), dua orang ahli dari
Amerika memperkenalkan istilah deprivational stress untuk menjelaskan kondisi pekerjaan
yang tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang
muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung
unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).
Pekerjaan Berisiko Tinggi. Ada jenis pekerjaan yang beresiko tinggi, atau berbahaya bagi
keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam
kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasa menggunakan
gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat
berpotensi menimbulkan stress kerja karena mereka setiap saat dihadapkan pada
kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Gejala Stress
20 Gejala Utama Stress yang tiba-tiba muncul dan tidak diketahui sebabnya:
1

sering berdebar tanpa sebab diketaui

Berkeringat-dingi atau merasa menggigil

Ke toilet lebih sering dari biasanya

Mulut terasa kering

Sakit/ nyeri di perut bagian atas

Mudah lelah walaupun mengerjakan pekerjaan yang ringan


9

Merasa sakit seluruh otot badan yang tidak biasa

Sakit kepala tanpa sebab

Mudah tersinggung,

10 Kurang rasa humor


11 Kurang selera terhadap makanan, kesenangan ataupun seks
12 Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit tanpa disadari
13 Kurang punya waktu menjalankan hobi/ kebiasaan
14 Merasa tidak mampu mengatasi permasalahan apapun
15 Kurang tertarik berkomunikasi dengan orang lain, selalu menghindar
16 Kurang percaya terhadap penampilan diri
17 Merasa segala sesuatu tidak berguna
18 Selalu merasa kehilangan dan sedih
19 Pelupa
20 Sulit tidur, tidur tidak nyaman dan mudah terbangun, bangun merasa tidak segar
III.E Hasil Penelitian-Penelitian
Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan merubah
cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah
fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang
penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak
memproduksi selsel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Dua orang
peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress dengan
kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan
sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di
saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang
10

sedang positif. Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress
dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya
tahaditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti
lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama,
akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan
hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress
dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk
mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.A Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber muncuinya stres atau stres kerja, yaitu faktor
Hngkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001:75). Faktor lingkungan kerja dapat
berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.
Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun
kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri.
Betapapun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan,
namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi
ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum dikelompokkan
sebagai berikut (Dwiyanti, 2001:77-79):
1

Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan
yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini
bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak
11

kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mercka
yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua,
mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh
dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih
mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan social yang
menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.
2

Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor. Hal ini
berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan
pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat
memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewcnangannya. Stres kerja
juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan
yang menyangkut dirinya.

Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan
berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dart
yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan
semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang
tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan
stres kerja adalah perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dari lawan jenis dan janji
promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita.. Stres akibat
pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran warga (khususnya
wanita) terhadap persamaan jenis kclamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang
yang melindungmya (Baron and Greenberg dalam Margiati, 1999:72).

Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang
terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan
yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam
pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu,
kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang
sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati,
1999:73).

12

Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya
kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang
sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu
mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan
di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan
peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa
menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam
Margiati, 1999:73).

Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung mengalami sires


dibanding kepribadian tipe B. Bcbcrapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering merasa
diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan
satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang
diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau
peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu
mengalami dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu
sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain
perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung
(Minner dalam Margiati, 1999:73).

Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang


menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah,
kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran)
hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada
seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan
oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini (Baron &
Greenberg dalam Margiati, 1999:73).
Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang
menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi
dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu
lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang
yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar
13

perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang
bekerja. Faktor-faktor di pekerjaan yang bcrdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres
dapat dikelompokkan ke dalam lima kategon besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam
pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta
stniktur dan iklim organisasi Hurrel (dalam Munandar, 2001:381- 401):
1. Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik
misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: kerja malam,
beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya.
2. Peran Individu dalam Organisasi
Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga
kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan
yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja
tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masaiah. Kurang baik
berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meiiputi: konflik peran dan
ambiguitas peran (role ambiguity).
a. Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya:

Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara tanggung jawab yang ia
miliki.

Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan merupakan bagian
dari pekerjaannya.

Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang lain
yang dinilai penting bagi dirinya.

Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas


pekerjaannya.

Ambiguitas peran : Jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat
melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang

14

berkaitan dengan peran lertentu. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketaksaan


melipuli: Ketidakjelasan dari saran-saran (tujuan-tujuan) kerja.

Kesamaran tentang tanggung jawab.

Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.

Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.

Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas kerja.

Menurut Kahn, dkk (dalam Munandar, 2001:392), stres yang timbul karena
ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiiiki
kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah
untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan kecenderungan untuk
meninggaikan pekerjaan.
3. Pengembangan Karir
Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

Peluang untuk menggunakan ketrampilan jabatan sepenuhnya

Peluang mengembangkan kctrampilan yang baru

Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang menyangkut


karir.

Pengembangan

karir

merupakan

pembangkit

stres

potensial

yang

mencakup

ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.


A Job Insecurity : perubahan-perubahan lingkungan menimbulkan masalah baru yang dapat
mempunyai dampak pada perusahaan. Reorganisasi dirasakan perlu untuk dapat
mcnghadapi perubahan lingkungan dengan lebih baik. Sebagai akibatnya ialah adanya
pekerjaan lama yang hilang dan adanya pekerjaan yang baru. Dapat terjadi bahwa
pckerjaan yang baru memerlukan ketrampilan yang baru. Setiap reorganisasi
menimbulkan ketidakpastian pekerjaan, yang merupakan sumber stres yang potensial.

15

B Over dan Under-promotion : setiap organisasi industri mempunyai proses pertumbuhan


masing-masing. Ada yang tumbuhnya cepat dan ada yang lambat, ada pula yang tidak
tumbuh atau setelah tumbuh besar mengalami penurunan, organisasi menjadi lebih kecil.
Pola pertumbuhan organisasi industri berbeda-beda. Salah satu akibat dari proses
pertumbuhan ini ialah tidak adanya kesinambungan dari mobilitas vertical dari para
tenaga kerjanya. Peluang dan kecepatan promosi tidak sama setiap saat. Dalam
pertumbuhan organisasi yang cepat, banyak kedudukan pimpinan mcmerlukan tenaga,
dalam keadaan sebaliknya, organisasi terpaksa harus mcmperkecil diri, tidak ada
pcluang untuk mendapatkan promosi, malahan akan timbul kecemasan akan kehilangan
pekerjaan. Peluang yang kecil untuk promosi, baik karena keadaan tidak mengizinkan
maupun karena dilupakan, dapat merupakan pembangkit stres bagi tenaga kerja yang
rnerasa sudah waktunya mendapatkan promosi. Perilaku yang mengganggu, semangat
kerja yang rendah dan hubungan antarpribadi yang bermutu rendah, berkaitan dengan
stres dari kesenjangan yang dirasakan antara kedudukannya sekarang di organisasi
dengan kedudukan yang diharapkan. Sedangkan stres yang timbul karena overpromotion memberikan kondisi beban kerja yang berlebihan serta adanya tuntutan
pengetahuan dan ketrampilan yang lidak sesuai dengan bakatnya.
4. Hubungan dalam Pekerjaan
Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam
organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang
tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan
ketegangan psikologikal dalam bcntuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari
kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekanrekan kerjanya (Kahn dkk,
dalam Munandar, 2001:395).
5. Struktur dan iklim Organisasi
Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini adalah terpusat pada sejauh mana
tenaga kerja dapat tcrlihat atau berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran
serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati

16

dan perilaku negalif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan


peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.
6. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan
Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan
seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di
dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang
keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan
organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan,
semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana
halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga
dan pribadi.
7. Ciri-ciri Individu
Menurut pandangan intcraktifdari stres, stres ditcntukan pula olehindividunya
scndiri, sejauh mana ia melihat situasinya scbagai penuh stres. Reaksi-reaksi sejauh mana
ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam
bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya,
mcncakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada
sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, kcadaan kehidupan dan kecakapan
(antara lain intcligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian, faktorfaktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari
lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor
pengubah ini yang menentukan bagaimana, dalam kenyataannya, individu bereaksi
terhadap pembangkit stres potensial.

17

*) Modifikasi dari model Cooper, C.L (dalam Munandar, 2001:380).


Model Stres Dalam Pekerjaan

IV.B Akibat yang ditimbulkan dari stress kerja


Hans Selye (1936 ) memperkenalkan teori General Adaption Syndrome yang menyatakan bahwa
ada 3 fase yang dapat diidentifikasi bila seseorang terpapar oleh stres, yaitu :
Fase reaksi bahaya
Timbul ketegangan atau ketakutan. Tubuh memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk
meningkatkan aktivitas mekanisme pertahanan . Tubuh dipersiapkan secara psikofisiologis untuk
bereaksi dengan stres tersebut. Muncul reaksi emergensi dengan manifestasi menyerang atau
melarikan diri.
18

Fase Resistensi
Tubuh berusaha beradaptasi dengan stres. Mekanisme defensi bekerja secara maksimal untuk
beradaptasi dengan stres. Saat itu terjadi pengurangan gejala-gejala stres.
Fase Kelelahan
Bila stres datang terlalu kuat dan dalam waktu yang lama, kebutuhan energi untuk beradaptasi
menjadi habis sehingga timbul kelelahan atau kolaps.
Faktor kepribadian memegang peranan penting dan sangat menentukan kemampuan seseorang
berinteraksi dengan stres yang dihadapinya. Perbedaan kepribadian dapat mengakibatkan
perbedaan bentuk respons seseorang walaupun stres yang dihadapi sama.
Pada seseorang dengan gangguan kepribadian sering terdapat pola maladaptif dalam
berhubungan dan menerima stresor lingkungan dan orangnya sangat tidak fleksibel.
Seseorang yang menghadapi stresor dengan lebih optimis jarang sekali mengalami gangguan
somatik/fisik dan kalaupun terjadi gangguan somatik akan lebih mudah untuk sembuh kembali.
IV.C Dampak stress bagi perusahaan dan karyawan
Dampak Terhadap Perusahaan
Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah
satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak,
menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat
berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam
organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan
terganggu. Jika stress yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung
selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya
individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang
dinamakan Penyakit Organisasi.
Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang
berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh
karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran
kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat
berupa:
Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja
Mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunnya tingkat produktivitas dan
menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami
perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan
untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak
19

masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah
karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.
Dampak Terhadap Karyawan
Dampak stress kerja bagi karyawan adalah munculnya masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal
Kesehatan
Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk mencegah
serangan penyakit. Istilah kebal ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yaitu
Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh manusia
dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi
Antibodi.
Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan sistem
fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik
maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut sangat
mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stress dan immunocompetence.
Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang kedokteran untuk
menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh.
Jadi, tidak heran jika orang yang mudah stress, mudah pula terserang penyakit. Cobalah
Anda mulai memperhatikan diri Anda sendiri, dan tanyakan apakah Anda termasuk di
antara orang yang sedang mengalami stress kerja? Dan apakah penyakit yang sering
Anda alami merupakan akibat atau pengaruh stress kerja yang berkepanjangan ?
Psikologis.Stress berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang
terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stress berkepanjangan ini disebut stress kronis.
Stress kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh
kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stress kronis umumnya terjadi di seputar
masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak
bahagia, atau masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa
tertekan dan kehilangan harapan.
Menurut Miller (1997), seorang peneliti asal Amerika, akar dari stress kronis ini adalah
dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam
bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa membawa stress ini
kemana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga; stress kronis ini dianggap
sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari
jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang menderita stress kronis ini sudah hopeless
and helpless. Tidak heran jika para penderita stress kronis akhirnya mengambil
keputusan untuk bunuh diri, atau meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker,
atau tekanan darah tinggi. Jadi, amatilah diri Anda, apakah Anda termasuk orang yang
suka membiarkan masalah tanpa dicari jalan keluar yang positif ?
Interaksi Interpersonal
Orang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam
kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan
20

mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku
orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang
sedang stress.Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan
dirinya. Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa
percaya diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan,
tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan
sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi.
Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya.
Respon negatif dari lingkungan ini malah semakin menambah stress yang diderita
karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang
berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan
kurang-kurang yang lainnya.
Sebuah penelitian terhadap sekelompok karyawan yang bekerja di suatu organisasi
menunjukkan, bahwa stress kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik
antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya sensitivitas emosi
berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerja sama antara individu satu dengan
yang lain.

IV.D. Penanggulangan stress di tempat kerja


Program mengatasi stres dapat dipisahkan kedalam dua kelompok :
1. Pengelolaan stres
2. Mengurangi stress
Pengelolaan Stres dapat dilakukan melalui :
Rekreasi, Aktivitas fisik, Meditasi, Zikir, dukungan sosial dari keluarga dan teman.

Mengurangi Stres
Umumnya mendidik karyawan untuk melaksanakan beberapa cara adaptasi yang meliputi
strategi untuk mengatasi stres, pengelolaan waktu, menentukan prioritas, kemampuan
memperbaiki perencanaan dan keterampilan pengambilan keputusan.
Secara singkat sebagai berikut :
1. Minta penjelasan atau klarifikasi untuk hal-hal yang bersifat dualisme dan bertentangan
dengan atasan.
2. Adakan pengaturan kembali / restrukturisasi tugas dan peran (Jobdesc) dan tingkatkan
komunikasi timbal balik yang baik antara para anggota organisasi.
3. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab secara proporsional.
4. Perencanaan dan pengembangan SDM yang bersifat integral.
5. Melakukan pengaturan kondisi fisik kerja yang memadai sehingga membuat
21

kenyamanan dalam bekerja.


6. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan karyawan.
7. Jaminan fleksibilitas dalam orientasi kepemimpinan.
8. Ketrampilan interpersonal seperti latihan asertif, resolusi konflik dan membangun
hubungan kerjasama yang bermafaat, jangan biarkan waktu kosong menjadi sarang stres,
isilah dengan melakukan hobi, rekreasi dan tentunya mendekatkan diri pada Yang Maha
Esa.

BAB V
PENUTUP

22

Kesimpulan
Stress dapat dialami oleh siapa saja, kapan dan dimana saja, tidak memandang
miskin atau kaya, muda maupun tua. Stress kerja di sebabkan oleh banyak faktor
diantaranya faktor lingkungan, faktor organisasi dan faktor individu.
Stressor pekerjaan yang dapat mengakibatkan stress pun ada berbagai macam, diantaranya
factor intrinsic, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan,
struktur dalam organisasi, factor eksternal, dan lain-lain.
Dampak dari stress bagi perusahaan dan karyawan sangatlah merugikan diantaranya

menurunnya tingkat produktivitas dan


menurunnya pemasukan dan keuntungan perusahaan sehingga terjadilah PHK
terhadap karyawan.
perusahaan

bisa

bangkrut

karena

Rekomendasi
Upaya sistematis yang dapat dilakukan untuk meminimalkan timbulnya reaksi stress pada
pekerja adalah mengeliminasi potential stressor di lingkungan kerjanya. Berkaitan dengan
hal itu, disarankan: (1) memberikan kesempatan kepada pekerja untuk melakukan
refreshing fisik dan mental lewat kegiatan pelatihan atau lokakarya yang terkait dengan
pengembangan diri dan liburan; (2) memberikan tambahan insentif secara khusus sebagai
bentuk kompensasi atas besarnya beban kerja yang dilakukan oleh pekerja; (3)
menciptakan iklim lingkungan kerja yang kondusif melalui penyediaan keperluan atau
fasilitas yang diperlukan oleh pekerja untuk melakukan relaksasi, agar dapat mengurangi
kejenuhan atau kebosanan rutinitas kerja; dan (4) perlu dilakukan penelitian-penelitian
yang berhubungan dengan jenis pekerjaan dan lingkungan kerja yang merupakan sumber
timbulnya kebosanan, kelelahan, kecelakaan, dan stress psikologis; (5) memberikan
penghargaan kepada karyawan yang rajin dan tekun

DAFTAR PUSTAKA

23

http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/akibat-stress-kerja.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/penanganan-stress-kerja.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/stress-kerja-definisi-dan-faktor.html
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=307
http://www.baliusada.com/content/view/333/2/
http://www.bls.gov/opub/ils/pdf/opbils35.pdf
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/07/pengertian-stress.html
http://yh4princ3ss.wordpress.com/2010/04/19/pengertian-stress/

24

You might also like