Professional Documents
Culture Documents
untuk berbagai ion. Pengukuran pH deangan potensiometrri akan kita tieliti secara
lebih mendalam. Kemudian kita akan bicarakan penggunaan cara- cara potensiometri
atas keempat jenis reaksi yang dipakai dalam analisa titrimatrik.
Kebanyakan pengukuran pH dilakukan oleh ahli kimia analisis dan biokimia dengan
mengggunakan elektroda kaca yang dihubungkan ke elektroda pembanding kalomel
oleh suatu jembatan garam kalium klorida. Diandaikan bahwa salah satu buffer NB 5
digunakan untuk menstandartkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur tidaklah
eksak sama dengan
log a H+, namun dalam kondisi biasa nilai tersebut hampir sama .
Dengan kondisi biasa dimaksudkan adalah :
1.
2.
RSS Feed
Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial listrik dengan
menggunakan elektroda dan alat yang digunakan dalam potensiometri ini adalah
potensiometer. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst
dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus
nol. Persamaan Nersnt memberikan hubungan antara potensial relative suatu elektroda
dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dengan larutan. Dengan pengukuran
potensial reversible suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu
komponen dapat dilakukuan.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif.)
Dasar dasar pemeriksaan dengan metode potensiometri
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisik kimia yang menggunakan
peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda, besarnya potensial elektroda ini
tergantung pada kepekatan ionion tertentu dalam larutan, karena itu dengan memakai
persamaan Nernst :
E = E + K log (c)
o
Dimana :
K = RT log ( 10 ) / n F
N = nomer dari elektron atau diambil dari satu molekul yang ditentukan
Tetapi dalam kenyataan ( n ) tidak diperlukan, itu terjadi jika ( n ) merupakan muatan
yang sama dan telah terbentuk menjadi ionic dari yang telah ditentukan. Sehingga
kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur
itu.
Potensial suatu elektroda tidak dapat diukur tersendiri, tetapi dapat ditentukan dengan
menggunakan elektroda indikator dengan elektroda pembanding yang hanya memiliki
harga potensial yang tetap selama pengukuran. Elektroda pembanding yang diambil
sebagai baku international adalah elektroda hidrogen baku. Harga potensial elektroda
ini ditetapkan nol pada kesadahan baku ( H )= 1 M, tekanan gas H = 1 atm dan suhu
25 C, sedangkan gaya gerak listrik ( GGL ) pasangan elektroda itu diukur dengan
bantuan potensiometer yang sesuai, dan sering digunakan peralatan elektronik ( volt
meter ).
+
Titrasi potensiometri
Pada dasarnya setiap titrasi (asambasa), kompleksiometri, ataupun titrasi redoks
dapat dilakukan secara potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian kurva titrasi yang diperoleh
dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume penitran yang ditambahkan
mempunyai kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan, dari grafik tersebut dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi jika dalam percobaan tidak ada indikator yang cocok, misalnya saja analisa untuk
larutan yang keruh atau bila daerah kesetaraannya sangat pendek.
Dalam suatu titrasi potensiometri titik akhir ditemukan dengan menentukan volume
yang menyebabkan perubahan relative besar dalam potensial apabila titran
ditambahakan beberapa metode menyalurkan beberapa data titrasi dapat digunakan
untuk semua reaksi digunakan untuk tujuan titrimetri asam basa, reaksi pengendapan
dan pembentukan kompleks. Dipilih suatu alat elektroda indicator yang tepat untuk
suatu elektroda pembanding seperti kalomel untuk melengkapi sel titrasi potensiometri
dapat digunakan dengan tangan ataupun dengan potensioautomatik penekanan kurva
titrasi secara automatic pada titik akhir.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Dalam titrasi manual potensial terukur setelah penambahan tiap tetes berurutan dari
titran dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik pada volume titran
unutk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana
dapat digunakan, akan tetapi jika tersangkut elektroda gelas, seperti dalam kebanyakan
titrasi asam basa suatu peralatan pengukur dengan ipedansi masukan tinggi diperlukan
suatu adanya tahanan tinggi dari gelas, digunakan pH meter khusus. pH meter ini
digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal penggunaannya
tidak diwajibkan.
Meskipun kurva titrasi sudah tersedia suatu unsur subjektif masuk kedalam prosedur
seorang analisis harus menentukan tempat pada kurva yang paling curam, biasanya
digunakan jenis pemeriksaan suatu reaksi yang berlangsung lengkap dengan baik, maka
kurva titrasi menjadi demikian cuiramnya dekat dengan titik ekuivalen sehingga
ketidaktentuannya adalah kecil, ketelitian untuk membuat lagi titik akhirnya
kemungkinannya lebih jelek.
Suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni perubahan potensial dengan
berubhanya volume (DE/DV) terhadap volume titran. Kurva yang dihasilkan naik
sampai suatu maksimum pada titik ekivalen. Volume pada titik ekivalen ditentukan
dengan menurunkan garis vertikal dan puncak dengan sumbu volume. Ada sedikit
ketidaktentuan dalam menetapkan secara tepat puncak dari kurva semakin kompleks
reaksinya semakin tajam puncaknya dan dengan demikian makin teliti letak titik
ekivalen.
Suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (DE /DV ) terhadap volume
titran. Pada titik tempat kemiringan DE/DV merupakan suatu maksimum, turunan
kemiringan adalah nol. Titik akhir terletak pada penggambaran suatu garis vertikal dari
tempat D E/DV adalah nol ke sumbu volume. Bagian kurva yang menghubungkan harga
harga maksimum dan minimum dari D E/DV adalah lebih curam semakin lengkap
reaksi titrasi.
2
H O + OH
Ag + CL
FE + Ce
+
2+
4+
2H O
AgCL
FE + Ce
2
(s)
3+
3+
Untuk reaksi reaksi demikian, titik tengah bagian curam dari kurva sesuai dengan titik
ekuivalen.
Untuk reaksi-reaksi tidak simetrik seperti:
2Ag + CrO Ag CrO dan
Sn + 2Ce Sn + 2Ce
+
2+
2-
4+
4+
4(s)
3+
Maka titik ekuivalen tidak terletak pada titik tengh kurva. Potensial pada titik ekuivalen
dalam titrasi dari timah putih (II) (e ) dengan ion-ion serum (IV) (e ) adalah (2e +
e )/3. Demikian pula, harga maksimal dari DE/DVuntuk suatu reaksi tidak simetrik
tidak secara tepat berhimpit dengan titik ekuivalen. Sekalipun demikian, maksimum
biasanya diambil sebagai titik akhir titrasi.kesalahan yang dibuat oleh prosedur ini
adalah sangat kecil.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Ada kemungkinan untuk menentukan tempat titik akhir dengan cara yang sederhana
yang didasarkan pada data nyata tanpa menggunakan bantuan suatu grafik. Hanya
pengamatan potensial dekat dengan titik ekuivalen yang perlu direkam. Beberapa
penambahan volume tertentu misalkan 0,10 ml dipilih dan sejumlah pengamatan
diambil, berjarak 0,10 ml dan tiap sisi titik ekuivalen. Sebuah contoh diberikan pada
tabel, yang juga memuat harga harga turunan ke 1 dan ke 2. Dapat dilihat dari
harga harga ke 2 bahwa kemiringan berubah tanda sehingga melewati nol, antara
25,00 dan 25,10 ml titran. Volume pada saat harga nol dicapai terlebih dahulu dekat
dengan 25,00 daripada 25,10 karena pembacaan sebesar + 120 adalah lebih dekat
dengan nol dan pada 224. Karena, 0,10 ml menyebabkan perubahan total dalam
turunan kedua dari 120 (-224) = 344, bagian (120 /344)*0,10 ml adalah jumlah
perkiraan ml kelebihan dari 25,00 yang diperlukan untuk membuat turunan kedua
mencapai harga nol maka volume yang dihitung pada titik ekuivalen adalah :
0
o
2
Titran (ml)
E
(mV)
DE/DV/0,1
ml
DE /DV
2
24,7
210
12
24,8
222
18
+6
24,9
240
120
+ 102
25,0
360
240
+ 120
25,10
600
16
- 224
25,2
616
19
-7
25,3
625
Titrasi Redoks
Untuk titrasi redoks, biasanya digunakan elektroda platina sebagai elektroda indikator
dan elektroda kalomel jenuh (EKJ) sebagai elektroda pembanding. Dengan memakai
pasangan elektroda ini, kurva titrasi yang didapatkan dari percabangan akan bergeser
sebanyak 0,24 V dari kurva teoritis dan juga dalam titrasi redoks tidak menimbulkan
masalah yang serius.
Titrasi Pengendapan
Pada titrasi pengendapan, elektroda perak sering digunakan sebagai elektroda
indikator, misalnya ion ion klorida, bromida, iodida, sianida, tiosianat, sulfida dan
senyawa senyawa organik yang mempunyai gugus sufhidril sehingga dapat dititrasi
dengan larutan baku AgNO dengan memakai elektroda perak sebagai elektron indikator
dan sebagai elektron pembanding dapat digunakan Hg/HgSO , sebab dengan
menggunakan elektron tersebut kesalahan yang mungkin akan terjadi akan kecil jika
dibandingkan dengan menggunakan elktron pembanding EKJ, sebab elektroda ini
mengandung larutan KCl jenuh serta ion ion chlorida.
USP XX menggunkan indikasi potensiometri pada titrasi pengendapan
penentuan kloroda dalam injeksi besi dekstran. Larutan diasamkan dengan asam
nitrast 0,1 molar. Elektroda ukur adalah elektroda perak , elektroda pembanding adalah
elektroda kalomel. Pada titrasi ini pertama tama ion perak diendapkan sebagai perak
klorida dan konsentrasi ion perak ditentujan melalui hasil kali kelarutan . Dalam hal
i8ni potensial tetap konstan . Pada titik ekuivalen potensialakan bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi ion perak. Sampai saat ini banyak dikembangkan sebagai
metode untuk analisis ion klorida seperti kalorimetri, potensiometri dengan
menggunakan elektroda selektif ion florida, elektrolilis kapiler kapiler (CE),
kromatografi ion 1910. elektroda selektif ion (EST) dan gc. Merupakan metode yang
paling banyak digunakan untuk ketentuan florida dalam berbagai matriks disbanding
GC ESI memiliki kelemahan dalam hal sansitivitasnya. Karena pada konsentrasi
rendah, GC lebih baik dari pada potensiometrik, menggunakan Esi florida metode ini
selanjutnya diaplikasikan untuk analisis florida dalam bahan baku obat, hal ini
tergantung dari produksi atau sintesanya. Penentuan kadar florida dalam bahan baku
obat diperlukan untuk mengontrol sejauh mana kandungan florida dalam sample
tersebut, kadar kadar yang ditemukan melebihi kadar yang diijinkan seperti dalam
formakope,kromatografi gas merupakan metode yang sederhana, cepat dan memiliki
presisi dan akurasi yang tinggi untuk analisis kuantitatif florida dalam konsentrasi
rendah. Metode ini dapat di terapkan untuk analisis kuantitatif florida. Metode ini dapat
diterapkan untuk analisis bahan baku obat seperti kalsium askorbat,kalsium karbonat.
3
Potensial sel galvani bergantung pada aktivitas spesies ion tertentu dalam larutan se,
pengukuran potensial sel menjadi cukup penting dalam kimia analisis. Dalam banyak
kasus suatu sel dapat direka sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas suatu
spesies ion tunggal dalam larutan itu. Salah satu elektroda sel haruslah sedemikian rupa
sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan ditetapkan; elektroda
itu disebut elektroda indikator. Elektroda yang lain adalah pembanding seperti kaloel
yang potensialnya diketahui dan tetap konstan selama penetapan.
METODE POTENSIOMETRI
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya
harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis
elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi.
1. Reaksi netralisasi
Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
1.
2.
potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu titrasi. Metode ini dapat diterapkan
pada semua jenis reaksi yang ternyata sesuai untuk analisis titrimetri.
Potensiometri Langsung
Potensiometri langsung adalah penetapan pH dari larutan air. Istilah pH didefinisikan
oleh Sorensen pada tahun 1909 sebagai negative logaritma dari konsentrasi ion
hydrogen. EMF pada sel galvanic yang digunakan untuk mengukur pH lebih tergantung
pada aktivitas ion hydrogen daripada konsentrasi. Jadi, definisi pH didefinisikan
sebagai :
pH = log [H ]
Definisi ini memuaskan dari segi teoritis, namun kuantitas itu tidak dapat diukur
secara eksperimen. Tidak ada jalan untuk mengukur aktivitas spesies ion tunggal itu
secara tidak arti (dalam istilah termodinamika bahwa pH berbanding langsung dengan
kerja yang dibutuhkan untuk menstranfer ion hydrogen secara reversible dari suatu
larutan yang sedang diuji ke larutan yang aktivitas ion hidrogennya ditransfer tanpa
sekaligus mentrasfer ion negative).
+
Sebenarnya persamaaan ini harus berisi suku Ej potensial pertemuan cairan, yang
mungkin kecil jika jembatan garamnya tetap, namun tidaklah nol. Jadi, persamaan
tersebut diatas seharusnya adalah :
E = Emf 0,095 pH + Ej
Dengan Emf adalah potensial elektroda pembanding. Bila Eref + Ej disebut K,
maka persamaan ini menjadi :
E = K 0,095 pH
Atau
pH Persamaan diatas mengandung dua pH dan K. Oleh karena itu,tidak dapat
digunakan untuk mencari nilai kedua kuantitas itu. Perlulah untuk secara sembarang
memberi suatu nilai pH bagi suatu buffer standart agar terpastikan suatu skala pH yang
praktis.
Nasional Bureu of Standart menetapkan pH buffer buffer tertentu dengan mengukur
secara seksama sel sel pilihan dengan menggunakan pengandaian yang masuk akan
mengenai koefisien aktivitas. Tabel dibawah ini berisi beberapa contoh buffer yang
direkomendasikan oleh biro itu.
PH:
25 C
30
C
40 C
KH (C O ) .2H O (0,05
M)
1,68
1,69
1,7
KHC O (satuan
3,56
3,55
3,54
4 2
atmosfer 250 C)
4,91
4,01
4,03
KH PO (0,025 M) +
Na HPO (0,025)
6,86
6,85
6,84
Na B O .10 H O (0,001
M)
9,18
9,14
9,07
12,3
11,9
9
KHC N O (0,05 M)
8
Ca(OH) (satuan
atmosfer 250 C)
2
12,4
5
larutan asam sulfat,sehingga tidak perlu memisahkan anode dan katode dengan
demikian tidak diperlukan jembatan garam. Yang perlu dijaga,jangan sampai kedua
elektrode tersebut saling bersentuhan.
Tiap sel aki mempunyai beda potensial kurang lebih 2 Volt;aki 12 V terdiri atas 6 sel
yang dihubungkan seri. Dua hal yang perlu diperhatikan dari reaksi pengosongan aki:
1.
Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi penggosokan aki tetap melekat pada
kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada
kedua elektrode. Pada penggosokan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode.
Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber
arus sehingga PbSO yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu,
PbSO yang terdapat pada PbO mengalami oksidasi membentuk PbO .
Reaksi pengisian aki adalah sebagai berikut :
4
PbSO + H + 2e Pb + HSO
Elektrode PbO2 sebagai anoda :
+
Telah disebutkan bagaimana komposisi kaca mengecilkan galat ion Natrium dari
elektrode kaca biasa pada pH tinggi. Eisenmant dan pembantunya mempelajari
pengaruh ion logam alkali dan ion hidrogen terhadap potensial membran kaca sebagai
fungsi komposisi kaca. Misalnya mereka menjumpai bahwa suatu kaca yang terdiri dari
Na O 28%, Al O 5% dan SiO 68% menunjukkan suatu respon yang selektif terhadap ion
2
kalium samapai serendah aktivitas sama dengan 10 . Suatu kaca dengan komposisi Li O
15%, Al O 25% dan SiO 60% dapat digunakan untuk menetapkan litium dalam
kehadiran baik ion natrium maupun kalium.
-4
Persamaan skala pH
Dengan menggunakan :
E K 0,059 pH
Dengan menggunakan buffer tunggal. Tetapi suku K tidaklah benar benar konstan
sepanjang jangkauan pHnya yang lebar, terutama karena perubahan komposisi larut.
Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa suatu standart pH dipilih yang dekat nilainya
dengan pH larutan.
Mungkin untuk mengukur kondisi eksperimen sehingga suku K konstan sampai kirakira 1 mV sepanjang jangkauan pH 2 sampai dengan 10. Hal ini menimbulkan
ketidaktentuan dalam nilai pH sekitar 0,01 sampai 0,02 satuan. Jadi, tidaklah mungkin
untuk memperoleh bilangan pH yang lebih cermat dan pada pengukuran
potensiometrinya.
Pengukuran potensiometri secara langsung adalah sangat berguna untuk menentukan
aktivitas suatu macam zat didalam suatu campuran yang berkesetimbangan, karena
keseimbangan tidak terganggu oleh pengukuran. Misal pH suatu larutan 0,1 F asam
asetat dapat diukur dan konsentrasi ion hidrogen (dapat diperkirakan dari aktivitas)
ditemukan sejumlah 0,0013 M. Sebaliknya jika larutan dititrasi kita akan menemukan
bahwa konsentrasinya adalah 0,1 M. Titrasi menghasilkan keterangan stoikiometri
tentang jumlah proton yang tersedia, sedangkan pengukuran langsung memberi
aktivitas keseimbangan dari proton di dalam larutan setiap saat.
Karena adanya hubungan logaritmik dari potensial terhadap aktivitas, penentuan
dengan potensiometrik secara langsung biasanya tidak sangat teliti kecuali kalau
pengukuran istimewa dilakukan. Dengan menggunakan angka-angka dalam persamaan
NERST dengan mudah terlihat bahwa kesalahan seetingkat beberapa persen dalam
suatu aktivitas ion mungkin terjadi dari suatu kesalahan 1 mV pada pengukuran
potensial.
Kebanyakan pengukuran pH dilakukan oleh ahli kimia analisis dan biokimia dengan
mengggunakan elektroda kaca yang dihubungkan ke elektroda pembanding kalomel
oleh suatu jembatan garam kalium klorida. Diandaikan bahwa salah satu buffer NB 5
digunakan untuk menstandartkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur tidaklah
eksak sama dengan
log a H+, namun dalam kondisi biasa nilai tersebut hampir sama .
Dengan kondisi biasa dimaksudkan adalah :
1.
2.
Jika nilai H diambil sama dengan satu dapat ditimbulkan galat yang sangat besar.,
bergantung pada kuat ion sebesar 0,16 yang sangat penting dalam kimia biologis
besaran galat dalam menentukan konsentrasi ion hidrogen adalah sekitar 25 % jika
diandaikan [H ] a H .
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
+
dilanjutkan sampai titik akhir kedua. Dari jumlah asam klorida yang ditambahkan dan
jumlah natrium hodroksida yang digunakan pada kedua tahap, kasar natrium
hidroksida fosfat dan natrium monohodropgen fosfat dapat dihitung.
-5
Bahan padat yang selektif terhadap anion, seperti kaca selektif terhadap kation, telah
digunakan dengan berhasil sebagai elektroda membran tahun-tahun terakhir ini. Suatu
elektroda zat padat mempunyai membran dalam bentuk kristal tunggal atau suatu
butiran senyawa yang mengandung anion yang dapat ditetapkan. Suatu elektrode
endapan disiapkan dengan mensuspensikan suatu garam tak larut yang tertumpuk
halus dalam suatu matrik setengah fleksibel yang lamban atau inert, dari mana
membran itu dibuat.
Suatu elektroda zat padat yang sangat berhasil adalah yang pernah digunakan untuk
menetapkan ion florida. Sebuah kristal tunggal lantanum florida bertindak sebagai
membran. Kristal itu dikontaminasi oleh suatu unsur tanah langka, eurotium (II) untuk
meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda itu berespon terhadap ion florida
sampai konsentrasi serendah kira-kira 10 M. Selektifitasnya untuk florida 1000 kali
lebih tinggi daripada untuk anion-anion biasa lainnya. Ion hidroksida memang
mengganggu dan elektroda itu terbatas penggunaannya dalam jangkauan pH kira-kira 0
sampai dengan 8,5. Elektrode zat padat lain yang berhasil, yang tersedia adalah untuk
ion klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida, dan tiosianat. Dalam elektrode ini
membrannya adalah suatu butiran garam tak larut dari masing-masing anion, seperti
misalnya perak klorida untuk ion klorida. Butiran itu dituang (dilelehkan kemudian
dibekukan tetes demi tetes).
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
-5
Elektroda Indikator
Elektroda indikator berfungsi sebagai pengukuran secara potensiometer yang terdiri
atas dua dua jenis yaitu :
Ag+/Ag
o
Ag+/Ag
Dalam hal ini yang dapat tereduksi adalah logam itu sendiri yang berada dalam keadaan
bakunya ( a=1 ), tetapi dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, keaktifan ion
Ag dapat diganti dengan kepekaan ion Ag, karena itu dapat ditulis sebagai berikut :
E =E
+ 0,059 log ( Ag )
+
Ag+/Ag
o
Ag+/Ag
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung kepekaan ion perak dalam
larutan, dengan syarat potensial dalam elektroda perak dapat diketahui, misalnya,
potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan ion perak telah diukur dan
telah diketahui besarnya + 0,682 V terhadap elektroda hidrogen baku, untuk
menghitung kepekatan ion perak tersebut dalam larutan ( E
= + 0,8 V ).
Selain itu menentukan kadar ion perak, persamaan diatas dapat pula digunakan untuk
menentukan apakah elektroda perak mengikuti persamaan nernst atau tidak, misalnya
potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam dalam larutan AgNO3 0,1 M telah
diukur dan telah diketahui besarnya + 0,741 V terhadap elektroda hidrogen baku. Selain
terhadap ion perak, elektroda perak juga mempunyai tanggapan yang sesuai dengan
persamaan nernst terhadap ion-ion yang membentuk senyawa-senyawa halida(kecuali
o
Ag+/Ag
fluorida)dan beberapa senyawa lain. Hal ini dapat diterangkan denggan muda, karena
kepekatan ion perak akan dapat ditentukan ole hasil kali kelarutan senyawa perak yang
sukar larut itu dan kepekatan anion yang terlibat, misalnya, hasil kali kelarutan AgCl di
rumuskan sebagai berikut :
Ksp ,AgCl = ( Ag ) ( Cl )
( Ag ) = K , /( Cl )
+
sp AgCl
Ag Ag
Ag
3+
Au
Au Au
3+
Pd Pd
2+
Pd
2+
Pb Pb
2+
Pb
2+
Cd Cd
Zn Zn
2+
Cd
2+
Zn
Hg HgCl Cl
Ag AgI I
Ag AgBr Br
2+
Cl
2+
Br
Cl
Ag AgCl Cl
Elektroda indikator yang terbuat dari logam mulia (Pt, Pd) mempunyai tanggapan yang
sesuai dengan persamaan nernst terhadap beberapa pasangan redoks logam seperti
Fe /Fe, Ce /Ce , tetapi tidak dapat dijadikan pedoman karena potensial yang diukur
bersesuaian dengan pengaruh keseluruhan selektif redoks yang terjadi didalam system,
beberapa contoh elektroda indikator seperti dibawah ini.
2+
4+
2+
Tabel 1.4 Beberapa contoh system elektroda indikator yang peka terhadap pasangan
redoks
System
Elektroda
Indikator
Jumlah elektroda
yang dipertukarkan
Pt H (gas)
H
2
Pasangan
redoks
1
H H
2
Pt I I
3
I I
- 3
2
Pt Tl Tl
Tl Tl
3+
3+
1
Pt Fe Fe
3+
Fe Fe
2+
3+
2+
1
Pt Ce Ce
3+
Ce Ce
2+
4+
3+
1
Pt Co Co
3+
Pt Fe(CN)
Fe(CN)
3-
46
Co Co
2+
3+
2+
Fe(CN) /Fe
(CN)
6
3-
4-
Elektroda gelas ini terdiri dari sebuah bola gelas khusus berdinding tipis didalamnya
terdapat elektroda pembanding yang dicelupkan kedalam larutan penyangga,bila
elektroda gelas ini dicelupkan kedalam suatu larutan yang akan diuji, sehingga semakin
besar kadar ion hidrogen yang masuk kedalam lapisan gelas tadi dan makin besar kadar
ion dalam larutan uji, sehingga semakin banyak pengujian makin banyak ion hidrogen
yang akan masuk kedalam lapisan gelas tersebut dan makin besar muatan positif
elektroda gelas itu secara keseluruhan. Lapisan gelas tersebut bertindak sebagai selaput
yang selektif ion yang hanya memberikan proton.
Sifat yang sangat penting dari elektroda gelas ini adalah bahwa potensialnya mengikuti
persamaan nernst sebagai berikut
E + E + 0,059 log (H )
o
ge
ge
Dalam pemeriksaan yang sesungguhnya, keaktifan ion hidrogen dapat diganti dengan
kepekatan ion hidrogen, sehingga persamaan diatas menjadi :
E = E + 0,059 ( H )
ge
ge
Kendati demikian, untuk pengukuran yang seksama harus digunakan kurva tera, dalam
persamaan diatas, E adalah potensial elektroda baku dari elektroda gelas, tetapi dari
E ini berbeda anatara satu elektroda dengan elektroda lainnya, sehingga nilai Eo
tersebut juga beragam dengan waktu, walaupun keragaman ini tidak begitu besar
pengaruhnya. Ciri lain dari elektroda adalah potensial yang hampir tidak sama, nilai
potensial ini dapat diukur dengan percobaan asalkan pH larutan dibagian dalam dan
dibagian luar bola gelas bernilai sama. Dalam hal demikian, potensial elektroda gelas itu
sebenarnya sama dengan nol, namun pada kenyataannya selalu diperoleh nilai potensial
yang disebut potensial setangkup selaput gelas tersebut, sehingga nilai tersebut dapat
dimasukkan kedalam nilai potensial elektroda baku jika nilainya tetap, sehingga tidak
perlu ditentukan dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya.
Elektroda gelas merupakan salah satu elektroda selektif ion yang baik karena
tanggapannya terhadap kepekaan ion hidrogen sama dengan tanggapan yang dihitung
secara teoritis pada rentang kepekaan hidrogen yang cukup luas, dengan demikian
untuk setiap perubahan keaktifan ion hidrogen dapat bernilai sepuluh kali lipat,
potensialnya berubah 0,059 V, sedangkan ion ion lain seperti oksidator, koloid dan
senyawasenyawa organik tidak akan mempengaruhi responnya.
o
Salah satu kelemahan elektroda gelas ini adalah, jika adanya kesalahan alkali, yakni
kesalahan timbul karena elektroda gelas juga memberi tanggapan terhadap kepekatan
ion alkali dalam larutan yang bersifat basa. Kesalahan alkali ini timbul pada harga pH
yang tinggi dan pada kepekaan ion logam alkali yang tinggi (terutama ion natrium).
Dalam beberapa hal, kesalahan alkali dapat mencapai beberapa persepuluhan satuan
pH, namun sekarang sudah tersedia elektroda gelas khusus yang kesalahan alkalinya
tidak begitu tinggi.
Disamping elektroda gelas, beberapa elektroda dapat dipilih untuk ion yang lain dan
sering digunakan dalam analisa kimia. Serupa dengan elktroda gelas, elektroda
elektroda lain itu mempunyai selaput yang selektif terhadap ion, yang terdiri dari garam
yang sukar larut, dan yang biasanya dimasukkan kedalam suatu acuan yang lembam
secara kimia, atau terdiri dari sebuah hablur garam yang sukar larut, misalnya, selaput
hablur Ag S yang bersifat untuk menentukan ion S , sednagkan selaput Ag S yang
didalamnya terdapat hablur CuS bersifat selektif terhadap ion Cu . Beberapa elektroda
indikator selektif ion yang lazim dipakai dalam pemeriksaan kimia disajikan dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 1.5 Beberapa Elektroda Indikator untuk menentukan ion
2
2-
2+
Ion yang
ditentukan
Bahan Selaput
Ion
Pengganggu
Na pada pH
10
+
Gelas
Ag S
S , Ag
Hg
CuS dalam Ag S
Cu
2+
Hg , Ag
PbS dalam Ag S
Pb
2+
Hg , Ag , Cu
AgI dalam Ag S
AgI dalam Ag S
CN
AgBr dalam Ag S
Br
2-
AgSCN dalam
Ag S
2
2+
2+
2+
S , CN
2-
S,I
2-
I , S , CN , NH
-
2-
Br , I , S , CN ,
NH
-
SCN
2+
2-
Elektroda Pembanding
Pada dasarnya, elektroda hidrogen baku merupakan elektroda pembanding yang
utama karena harga potensial elektroda ini dianggap nol, namun elektroda ini
mempunyai banyak kelemahan yang menyebabkan pemakaian alat ini tidak mudah
dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, kelemahan alat ini antara lain : Potensial
elektrodanya mudah terkontaminasi oleh senyawa senyawa yang lainnya, sepeti
oksidator, reduktor, koloid, ion sulfida dan sebagainya, sert adiperlukan gas hidrogen
yang sangat murni (bebas oksigen), dan sulit dipertahankan dalam keadaan baku,
karena itulah elektroda pembanding hanya untuk pengukuran yang sangat teliti.
Dalam pemerikasaan kimia yang sebenarnya, lebih sering digunakan elektroda
pembanding yang lain, yaitu Kalomel Jenuh (EKJ). Elektroda ini lebih mudah
digunakan untuk analisa kimia tanggapan serta kemudahan perawatannya didalam
laboratorium. Beberapa contoh elektroda pembanding akan diuraikan berikut ini:
Elektroda kalomel (calomel electroda)
Setengah sel elektroda kalomel dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Hg Cl (satd), KCL (M)
2
Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x, dan harga konsentrasi ini
harus dituliskan untuk menjelaskan elktroda.
Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode, SCE) biasanya banyak digunakan
oleh pakar kimia analitik karena banyak tersedia di pasaran dan konsentrasi klorida
tidak mempengaruhi haraga potensial elektroda. Haraga potensial dari SCE adalah
0,244 V pada 25 C dibandingkan terhadap elektroda hydrogen standart.
o
2-
Dengan ketentuan (a ) dan (a ) adalah aktivitas ion kalsium dalamm larutan berair
dan (a ) dan (a ) adalah aktivitas dalam fase penukar. Maka potensial total:
Karena (a ) adalah tertentu, maka:
Elektroda kalsium lebih selektif untuk kalsium daripada natrium dan kalium.
Perbandingan selektivitas untuk kalsium terhadap magnesium kira-kira 200, dan untuk
kalsium terhadap strontium kira-kira 70. Oleh karena itu, ia tidak tergantung dari pH
dalam batas-batas antara 5,5 11, dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
ion kalsium serendah 10 M. Elektroda yang tanggap terhadap beberapa kation divalen
digunakan untuk mengukur kesadahan air.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
1
Ex
aq
aq
Ex
aq
-5
lebih selektif terhadap fluorida daripada terhadap anion-anion biasa yang lain. Ion
hidroksida elektrodanya terbatas pemakaiannya, yaitu dalam jangkau pH sekitar 0
sampai 8,5. Elektroda-elektroda zadat lain yang berhasil diperoleh untuk ion-ion
klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida dan tiosulfanat. Pada elektroda ini
membrannya merupakan butiran yang dituang dan terdiri dari garam tak larut dari
anionnya seperti perak klorida untuk ion klorida.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Suatu elektroda endapan yang selektif terhadap iodida dapat dibuat dengan
polimerisasi karet silikon dengan adanya perak iodida terbagi halus sebanyak berat
yang sama. Setelah campuran membeku, dilekatkan pada dasar suatu tabung gelas
dengan rapat sekali. Di dalam tabung ditempatkan sebuah elektroda perak-perak
klorida yang terendam dalam sebuah larutan kalium iodida. Barium sulfat yang
disuspensikan dalam parafin digunakan dengan cara yang sama untuk membuat suatu
elektroda peka terhadap ion sulfat.
Misalnya sebuah sel yang terdiri dari dua buah elektroda hidrogen, satu sebagai
elektroda indikator dan yang satu sebagai elektroda pembanding. Elektroda indikator
itu dicelupkan kedalam larutan sel galvani, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jika kadar uji larutan kurang dari 1 M ( pH > 0 ), maka elektroda indikator akan
bermuatan negatif, sehingga langsung dari persamaan nernst, potensial sel ini akan
menjadi sebagai berikut :
E=E E
+
ind
ind
o
ind
EHB
= 0 dan pada
EHB
ind
Persamaan ini memperlihatkan bahwa potensial sel galvani ini bisa digunakan secara
langsung dari penentuan pH suatu larutan yang tidak diketahui aktivitas ion hidrogen.
Cara ini disebut cara potensiometri untuk penentuan pH, akan tetapi karena banyak
kesulitan yang ditemui, maka cara ini tidak digunakan lagi, meskipun demikian
elektroda digunakan dalam penelitian, seperti untuk pengukuran pH yang sangat teliti
untuk penetapan sifat larutan penyangga pH baku.
Sel yang sangat penting untuk pengukuran pH dalam pemeriksaan kimia yang
sesungguhnya dilaboratorium terdiri dari sebuah elektroda gelas dan sebuah elektroda
kolomel bagan sel ini dapat ditulis sebagai berikut :
-
Potensial sel ini sama dengan beda antara potensial positif dan potensial negatif seperti
diatas. Dalam sel EKJ selalu merupakan elektron positif (EKJ) mempunyai potensial
elektroda baku + 0,24 V dan elektroda gelas bermuatan negatif.
Akibat dari persamaan diatas diperoleh persamaan berikut:
EKJ
ge
PH = E E / 0,059
o
Persamaan tersebut serupa dengan persamaan diatas, sehingga dapat digunakan untuk
perhitungan pH larutan uji dengan pengukuran potensiometri, namun nilai E tidak
diketahui, seperti diperlihatkan dalam persamaan diatas dimana E adalah beda antara
dua tetapan, yaitu E dan E , sebagaimana telah ditegaskan dalam persamaan diatas.
Setiap elektroda gelas mempunyai harga potensial elektroda bakunya masing masing,
sedangkan EKJ merupakan pembanding dalam laboratorium tidak digunakan sebagai
acuan karena mempunyai nilai potensial tetap (0,24 V), karena itu jelas bahwa masalah
utama dalam penentuan pH dengan elektroda gelas yang digabung dengan E adalah
untuk menentukan atau tidak menentukan harga E . Cara terbaik untuk memecahkan
masalah ini adalah dengan menggunakan penyangga pH baku, penyangga pH baku
adalah larutan penyangga pH yang diketahui susunannya secara pasti, dan pH yang
akan ditentukan dengan pengukuran yang sama secara pasti, harga pH beberapa
penyangg baku pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
o
o
ge
o
EKJ
KLJ
Penyangga
Susunan zat
dalam 1 L air
25 C
o
30 C
o
10,21 g
KHC H O
Ftalat
3,4 gr KH PO
Borak
3,81 gr
Na B O .10
HO
4,01
4,01
6,88
6,86
6,85
9,23
9,18
9,14
Fosfat
4,00
E = E + 0,059 pH
E = E + 0,059 pH
o
Disini E adalah potensial yang diukur pada penyangga baku dan E adalah potensial
yang diukur pada larutan zat uji, setelah persamaan tersebut diperkurangkan satu sama
lain, maka E hilang, sehingga diperoleh persamaan berikut yang dapat dipakai untuk
menghitug pH larutan uji :
s
PH =( E E / 0,059 ) + pH
x
Misalnya untuk penentuan pH suatu larutan, digunakan sel galvani yang tersusun dari
elektroda gelas dan elektroda kalomel jenuh ( EKJ ). Harga potensial + 0,22 V sehingga
diperoleh pada pengukuran larutan penyangga beraks dengan pHs = 9,18 ( 25 C ), dan
harga potensial pada larutan uji adalah + 0,18, maka dapat dihitung dengan cara :
o
pH meter
Potensiometri biasa tidak dapat digunakan dengan elektroda pembanding gelas, karena
elektroda mempunyai ketahanan yang tinggi yaitu 1 100 M. Yang disebut pH meter
adalah suatu peralatan pengukur voltase yang direncanakan untuk digunakan dengan
sel sel dengan ketahanan yang tinggi. Ada dua jenis yaitu potensiometrik dan yang
pembacaan langsung. Yang pertama pada dasarnya suatu potensiometer, tetapi karena
arus arus yang keluar seimbang adalah sedemikian sehingga memberikan bacaan
meteran sebanding dengan pH voltase dari pasangan elektroda elektroda gelas
pembanding dikenal pada suatu tahanan yang sangat tinggi sehinggan arus yang
diambil adalah yang sangat rendah.
Alat alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah :
1.
2.
3.
Elektroda pembanding
Elektroda indikator
Alat pengukur potensial
1. Elektroda Pembanding
Didalam penggunaan analisis elektrokimia diperlukan suatu elektroda dengan harga
potensial setengah sel yanng diketahui, konstan dan sama sekali tidak peka dengan
komposisi larutan yang sedang diselidiki. Suatu elektroda yang memenuhi persyaratan
diatas tersebut dinamakan dengan elektroda pembanding. Pasangan elektroda
pembanding adalah elektroda indikator yang potensialnya tergantung pada konsentrasi
zat yang sedang diselidiki. Beberapa contoh elektroda pembanding akan diuraikan
sebagai berikut :
Elektroda Kalomel
Elektroda kalomel pada dasarnya adalah elektroda merkurium (raksa), yang potensial
elektrodanya bergantung semata mata pada konsentrasi ion merkurium (I) (Hg )
dalam larutan yang bersentuhan. Konsentrasi ion merkurium (I) dijaga agar tetap
(meskipun rendah) dengan menambahkan endapan merkurium (I) klorida (Hg Cl ,
kalomel) kepada larutan, dan dengan memakai konsentrasi kalium klorida yang besar.
Dalam elektroda kalomel jenuh itu, dipakai larutan kalium klorida yang jenuh,
kejenuhan dipertahankan dengan menaruh kristal kristal KCl yang belum melarut
2
2+
dalam larutan. Pada suhu yang konstan, konsentrasi ion klorida adalah konstan, ini
berarti bahwa konsentrasi ion merkurium (I) tetap konstan, jadi potensial elektroda
tetap konstan pula. Selama kalomel dan kalium klorida ada, dalam bentuk padat,
konsentrasi ion merkurium (I) akan tetap konstan, bahkan sekalipun ada arus listrik
yang besar sekali melalui elektroda itu. Maka elektroda ini tak terpolarisasikan.
Elektroda perak
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda kalomel adalah terdiri dari suatu
elektroda perak yang dicelupkan ke dalam larutan KCl yang dijenuhkan dengan AgCl.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh.
Potensial Elektroda
Pengukuran potensial sel dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan
logam logam atau spasi lain untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Untuk
membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektroda telah
ditetapkan suatu elektroda pembanding, yaitu elektroda hidrogen. Elektroda hidrogen
terdiri atas gas hidrogen yang dialirkan dalam larutan asam melalui logam inert yaitu
platina. Dalam susunan itu gas hidrogen diabsorbsi oleh permukaan logam platina
sehingga bukan logam platina lagi yang kontak dengan laruan asam melainkan
hidrogen.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda (M) dengan elektroda hidrogen
disebut potensial elektroda dan dinyatakan dengan lambang E. Apabila pengukuran
dilakukan dengan kondisi standar yaitu pada suhu 25 C dengan konsentrasi ion ion 1
M dan tekanan gas 1 atm disebut potensial elektroda standar dan disebut E . Harga
potensial elektroda standar (E ) dari berbagai elektroda diberikan dibawah ini.
Tabel.1.7 Daftar Potensial Elektroda Standar
o
Potensial Standart
(E )
Reaksi Elektroda
-3,04
Li (aq) Li(s)
+
-2,92
K (aq) K(s)
+
-2,90
Ba (aq) + 2e
2+
Ca (aq) + 2e
2+
Ba(s)
-2,87
Ca(s0
Na (aq) + 2e
Na(s)
2+
-2,72
-2,37
Mg (aq) + 2e
Mg(s)
2+
-1,66
Al (aq) + 2e Al(s)
2+
-1,18
Mn (aq) + 2e
Mn(s)
2+
2H O(l) + 2e H (g)
+ 2OH (aq)
2
-0,83
-0,76
Zn (aq) + 2e Zn(s)
2+
-0,74
Cr (aq) + 2e
Cr(s)
2+
-0,44
Fe (aq) + 2e
Fe(s)
2+
-0,40
Cd (aq) + 2e Cd(s)
2+
-0,28
Ni (aq) + 2e
Ni(s)
Co (aq) + 2e
Co(s)
2+
-0,28
2+
Sn (aq) + 2e
Sn(s)
2+
-0,14
-0,13
Pb (aq) + 2e
Pb(s)
2+
0,00
2H (aq) + 2e H (g)
+
Cu (aq) + 2e
Cu(s)
2+
0,34
0,40
O (g) + 2H O(l) + 4e
4OH (aq)
2
0,54
I (s) + 2e
2
2I
-(aq)
+
(aq)
+ Na Gl
+
(p)
Na
+
(aq)
+ H Gl
+
(p)
Ini merupakan jenis reaksi yang terjadi dengan resin penukar kation. Proton bebas
untuk bergerak dan bertukar dengan ion-ion lain, tetapi kisi-kisi silikat tidak. Pada
permukaan-permukaan dalam dan luar dari membran gelas, ditimbulkan potensialpotensial bidang batas E dan E . Pa
Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial listrik dengan
menggunakan elektroda dan alat yang digunakan dalam potensiometri ini adalah
potensiometer. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst
dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus
nol. Persamaan Nersnt memberikan hubungan antara potensial relative suatu elektroda
dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dengan larutan. Dengan pengukuran
potensial reversible suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu
komponen dapat dilakukuan.
i
E = E + K log (c)
o
Dimana :
K = RT log ( 10 ) / n F
N = nomer dari elektron atau diambil dari satu molekul yang ditentukan
Tetapi dalam kenyataan ( n ) tidak diperlukan, itu terjadi jika ( n ) merupakan muatan
yang sama dan telah terbentuk menjadi ionic dari yang telah ditentukan. Sehingga
kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur
itu.
Potensial suatu elektroda tidak dapat diukur tersendiri, tetapi dapat ditentukan dengan
menggunakan elektroda indikator dengan elektroda pembanding yang hanya memiliki
harga potensial yang tetap selama pengukuran. Elektroda pembanding yang diambil
sebagai baku international adalah elektroda hidrogen baku. Harga potensial elektroda
ini ditetapkan nol pada kesadahan baku ( H )= 1 M, tekanan gas H = 1 atm dan suhu
25 C, sedangkan gaya gerak listrik ( GGL ) pasangan elektroda itu diukur dengan
bantuan potensiometer yang sesuai, dan sering digunakan peralatan elektronik ( volt
meter ).
+
Titrasi potensiometri
Pada dasarnya setiap titrasi (asambasa), kompleksiometri, ataupun titrasi redoks
dapat dilakukan secara potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian kurva titrasi yang diperoleh
dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume penitran yang ditambahkan
mempunyai kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan, dari grafik tersebut dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi jika dalam percobaan tidak ada indikator yang cocok, misalnya saja analisa untuk
larutan yang keruh atau bila daerah kesetaraannya sangat pendek.
Dalam suatu titrasi potensiometri titik akhir ditemukan dengan menentukan volume
yang menyebabkan perubahan relative besar dalam potensial apabila titran
ditambahakan beberapa metode menyalurkan beberapa data titrasi dapat digunakan
untuk semua reaksi digunakan untuk tujuan titrimetri asam basa, reaksi pengendapan
dan pembentukan kompleks. Dipilih suatu alat elektroda indicator yang tepat untuk
suatu elektroda pembanding seperti kalomel untuk melengkapi sel titrasi potensiometri
dapat digunakan dengan tangan ataupun dengan potensioautomatik penekanan kurva
titrasi secara automatic pada titik akhir.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Dalam titrasi manual potensial terukur setelah penambahan tiap tetes berurutan dari
titran dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik pada volume titran
unutk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana
dapat digunakan, akan tetapi jika tersangkut elektroda gelas, seperti dalam kebanyakan
titrasi asam basa suatu peralatan pengukur dengan ipedansi masukan tinggi diperlukan
suatu adanya tahanan tinggi dari gelas, digunakan pH meter khusus. pH meter ini
digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal penggunaannya
tidak diwajibkan.
Meskipun kurva titrasi sudah tersedia suatu unsur subjektif masuk kedalam prosedur
seorang analisis harus menentukan tempat pada kurva yang paling curam, biasanya
digunakan jenis pemeriksaan suatu reaksi yang berlangsung lengkap dengan baik, maka
kurva titrasi menjadi demikian cuiramnya dekat dengan titik ekuivalen sehingga
ketidaktentuannya adalah kecil, ketelitian untuk membuat lagi titik akhirnya
kemungkinannya lebih jelek.
Suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni perubahan potensial dengan
berubhanya volume (DE/DV) terhadap volume titran. Kurva yang dihasilkan naik
sampai suatu maksimum pada titik ekivalen. Volume pada titik ekivalen ditentukan
dengan menurunkan garis vertikal dan puncak dengan sumbu volume. Ada sedikit
ketidaktentuan dalam menetapkan secara tepat puncak dari kurva semakin kompleks
reaksinya semakin tajam puncaknya dan dengan demikian makin teliti letak titik
ekivalen.
Suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (DE /DV ) terhadap volume
titran. Pada titik tempat kemiringan DE/DV merupakan suatu maksimum, turunan
kemiringan adalah nol. Titik akhir terletak pada penggambaran suatu garis vertikal dari
tempat D E/DV adalah nol ke sumbu volume. Bagian kurva yang menghubungkan harga
harga maksimum dan minimum dari D E/DV adalah lebih curam semakin lengkap
reaksi titrasi.
2
H O + OH
Ag + CL
FE + Ce
+
2+
4+
2H O
AgCL
FE + Ce
2
(s)
3+
3+
Untuk reaksi reaksi demikian, titik tengah bagian curam dari kurva sesuai dengan titik
ekuivalen.
Untuk reaksi-reaksi tidak simetrik seperti:
2Ag + CrO Ag CrO dan
Sn + 2Ce Sn + 2Ce
+
2+
2-
4+
4+
4(s)
3+
Maka titik ekuivalen tidak terletak pada titik tengh kurva. Potensial pada titik ekuivalen
dalam titrasi dari timah putih (II) (e ) dengan ion-ion serum (IV) (e ) adalah (2e +
e )/3. Demikian pula, harga maksimal dari DE/DVuntuk suatu reaksi tidak simetrik
tidak secara tepat berhimpit dengan titik ekuivalen. Sekalipun demikian, maksimum
biasanya diambil sebagai titik akhir titrasi.kesalahan yang dibuat oleh prosedur ini
adalah sangat kecil.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Ada kemungkinan untuk menentukan tempat titik akhir dengan cara yang sederhana
yang didasarkan pada data nyata tanpa menggunakan bantuan suatu grafik. Hanya
pengamatan potensial dekat dengan titik ekuivalen yang perlu direkam. Beberapa
penambahan volume tertentu misalkan 0,10 ml dipilih dan sejumlah pengamatan
diambil, berjarak 0,10 ml dan tiap sisi titik ekuivalen. Sebuah contoh diberikan pada
tabel, yang juga memuat harga harga turunan ke 1 dan ke 2. Dapat dilihat dari
harga harga ke 2 bahwa kemiringan berubah tanda sehingga melewati nol, antara
25,00 dan 25,10 ml titran. Volume pada saat harga nol dicapai terlebih dahulu dekat
dengan 25,00 daripada 25,10 karena pembacaan sebesar + 120 adalah lebih dekat
dengan nol dan pada 224. Karena, 0,10 ml menyebabkan perubahan total dalam
turunan kedua dari 120 (-224) = 344, bagian (120 /344)*0,10 ml adalah jumlah
perkiraan ml kelebihan dari 25,00 yang diperlukan untuk membuat turunan kedua
mencapai harga nol maka volume yang dihitung pada titik ekuivalen adalah :
0
o
2
Titran (ml)
E
(mV)
DE/DV/0,1
ml
DE /DV
2
24,7
210
12
24,8
222
18
+6
24,9
240
120
+ 102
25,0
360
240
+ 120
25,10
600
16
- 224
25,2
616
19
-7
25,3
625
Titrasi Redoks
Untuk titrasi redoks, biasanya digunakan elektroda platina sebagai elektroda indikator
dan elektroda kalomel jenuh (EKJ) sebagai elektroda pembanding. Dengan memakai
pasangan elektroda ini, kurva titrasi yang didapatkan dari percabangan akan bergeser
sebanyak 0,24 V dari kurva teoritis dan juga dalam titrasi redoks tidak menimbulkan
masalah yang serius.
Titrasi Pengendapan
Pada titrasi pengendapan, elektroda perak sering digunakan sebagai elektroda
indikator, misalnya ion ion klorida, bromida, iodida, sianida, tiosianat, sulfida dan
senyawa senyawa organik yang mempunyai gugus sufhidril sehingga dapat dititrasi
dengan larutan baku AgNO dengan memakai elektroda perak sebagai elektron indikator
dan sebagai elektron pembanding dapat digunakan Hg/HgSO , sebab dengan
menggunakan elektron tersebut kesalahan yang mungkin akan terjadi akan kecil jika
dibandingkan dengan menggunakan elktron pembanding EKJ, sebab elektroda ini
mengandung larutan KCl jenuh serta ion ion chlorida.
USP XX menggunkan indikasi potensiometri pada titrasi pengendapan
penentuan kloroda dalam injeksi besi dekstran. Larutan diasamkan dengan asam
nitrast 0,1 molar. Elektroda ukur adalah elektroda perak , elektroda pembanding adalah
elektroda kalomel. Pada titrasi ini pertama tama ion perak diendapkan sebagai perak
klorida dan konsentrasi ion perak ditentujan melalui hasil kali kelarutan . Dalam hal
i8ni potensial tetap konstan . Pada titik ekuivalen potensialakan bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi ion perak. Sampai saat ini banyak dikembangkan sebagai
metode untuk analisis ion klorida seperti kalorimetri, potensiometri dengan
menggunakan elektroda selektif ion florida, elektrolilis kapiler kapiler (CE),
kromatografi ion 1910. elektroda selektif ion (EST) dan gc. Merupakan metode yang
paling banyak digunakan untuk ketentuan florida dalam berbagai matriks disbanding
GC ESI memiliki kelemahan dalam hal sansitivitasnya. Karena pada konsentrasi
rendah, GC lebih baik dari pada potensiometrik, menggunakan Esi florida metode ini
selanjutnya diaplikasikan untuk analisis florida dalam bahan baku obat, hal ini
tergantung dari produksi atau sintesanya. Penentuan kadar florida dalam bahan baku
obat diperlukan untuk mengontrol sejauh mana kandungan florida dalam sample
tersebut, kadar kadar yang ditemukan melebihi kadar yang diijinkan seperti dalam
formakope,kromatografi gas merupakan metode yang sederhana, cepat dan memiliki
presisi dan akurasi yang tinggi untuk analisis kuantitatif florida dalam konsentrasi
rendah. Metode ini dapat di terapkan untuk analisis kuantitatif florida. Metode ini dapat
diterapkan untuk analisis bahan baku obat seperti kalsium askorbat,kalsium karbonat.
3
Potensial sel galvani bergantung pada aktivitas spesies ion tertentu dalam larutan se,
pengukuran potensial sel menjadi cukup penting dalam kimia analisis. Dalam banyak
kasus suatu sel dapat direka sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas suatu
spesies ion tunggal dalam larutan itu. Salah satu elektroda sel haruslah sedemikian rupa
sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan ditetapkan; elektroda
itu disebut elektroda indikator. Elektroda yang lain adalah pembanding seperti kaloel
yang potensialnya diketahui dan tetap konstan selama penetapan.
METODE POTENSIOMETRI
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya
harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis
elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi.
1. Reaksi netralisasi
Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
1.
2.
potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu titrasi. Metode ini dapat diterapkan
pada semua jenis reaksi yang ternyata sesuai untuk analisis titrimetri.
Potensiometri Langsung
Potensiometri langsung adalah penetapan pH dari larutan air. Istilah pH didefinisikan
oleh Sorensen pada tahun 1909 sebagai negative logaritma dari konsentrasi ion
hydrogen. EMF pada sel galvanic yang digunakan untuk mengukur pH lebih tergantung
pada aktivitas ion hydrogen daripada konsentrasi. Jadi, definisi pH didefinisikan
sebagai :
pH = log [H ]
Definisi ini memuaskan dari segi teoritis, namun kuantitas itu tidak dapat diukur
secara eksperimen. Tidak ada jalan untuk mengukur aktivitas spesies ion tunggal itu
secara tidak arti (dalam istilah termodinamika bahwa pH berbanding langsung dengan
kerja yang dibutuhkan untuk menstranfer ion hydrogen secara reversible dari suatu
larutan yang sedang diuji ke larutan yang aktivitas ion hidrogennya ditransfer tanpa
sekaligus mentrasfer ion negative).
+
Sebenarnya persamaaan ini harus berisi suku Ej potensial pertemuan cairan, yang
mungkin kecil jika jembatan garamnya tetap, namun tidaklah nol. Jadi, persamaan
tersebut diatas seharusnya adalah :
E = Emf 0,095 pH + Ej
Dengan Emf adalah potensial elektroda pembanding. Bila Eref + Ej disebut K,
maka persamaan ini menjadi :
E = K 0,095 pH
Atau
pH Persamaan diatas mengandung dua pH dan K. Oleh karena itu,tidak dapat
digunakan untuk mencari nilai kedua kuantitas itu. Perlulah untuk secara sembarang
memberi suatu nilai pH bagi suatu buffer standart agar terpastikan suatu skala pH yang
praktis.
Nasional Bureu of Standart menetapkan pH buffer buffer tertentu dengan mengukur
secara seksama sel sel pilihan dengan menggunakan pengandaian yang masuk akan
mengenai koefisien aktivitas. Tabel dibawah ini berisi beberapa contoh buffer yang
direkomendasikan oleh biro itu.
PH:
25 C
30
C
40 C
KH (C O ) .2H O (0,05
M)
1,68
1,69
1,7
KHC O (satuan
3,56
3,55
3,54
4 2
atmosfer 250 C)
4,91
4,01
4,03
KH PO (0,025 M) +
Na HPO (0,025)
6,86
6,85
6,84
Na B O .10 H O (0,001
M)
9,18
9,14
9,07
12,3
11,9
9
KHC N O (0,05 M)
8
Ca(OH) (satuan
atmosfer 250 C)
2
12,4
5
larutan asam sulfat,sehingga tidak perlu memisahkan anode dan katode dengan
demikian tidak diperlukan jembatan garam. Yang perlu dijaga,jangan sampai kedua
elektrode tersebut saling bersentuhan.
Tiap sel aki mempunyai beda potensial kurang lebih 2 Volt;aki 12 V terdiri atas 6 sel
yang dihubungkan seri. Dua hal yang perlu diperhatikan dari reaksi pengosongan aki:
1.
Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi penggosokan aki tetap melekat pada
kedua elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada
kedua elektrode. Pada penggosokan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode.
Sebaliknya pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber
arus sehingga PbSO yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu,
PbSO yang terdapat pada PbO mengalami oksidasi membentuk PbO .
Reaksi pengisian aki adalah sebagai berikut :
4
PbSO + H + 2e Pb + HSO
Elektrode PbO2 sebagai anoda :
+
Telah disebutkan bagaimana komposisi kaca mengecilkan galat ion Natrium dari
elektrode kaca biasa pada pH tinggi. Eisenmant dan pembantunya mempelajari
pengaruh ion logam alkali dan ion hidrogen terhadap potensial membran kaca sebagai
fungsi komposisi kaca. Misalnya mereka menjumpai bahwa suatu kaca yang terdiri dari
Na O 28%, Al O 5% dan SiO 68% menunjukkan suatu respon yang selektif terhadap ion
2
kalium samapai serendah aktivitas sama dengan 10 . Suatu kaca dengan komposisi Li O
15%, Al O 25% dan SiO 60% dapat digunakan untuk menetapkan litium dalam
kehadiran baik ion natrium maupun kalium.
-4
Persamaan skala pH
Dengan menggunakan :
E K 0,059 pH
Dengan menggunakan buffer tunggal. Tetapi suku K tidaklah benar benar konstan
sepanjang jangkauan pHnya yang lebar, terutama karena perubahan komposisi larut.
Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa suatu standart pH dipilih yang dekat nilainya
dengan pH larutan.
Mungkin untuk mengukur kondisi eksperimen sehingga suku K konstan sampai kirakira 1 mV sepanjang jangkauan pH 2 sampai dengan 10. Hal ini menimbulkan
ketidaktentuan dalam nilai pH sekitar 0,01 sampai 0,02 satuan. Jadi, tidaklah mungkin
untuk memperoleh bilangan pH yang lebih cermat dan pada pengukuran
potensiometrinya.
Pengukuran potensiometri secara langsung adalah sangat berguna untuk menentukan
aktivitas suatu macam zat didalam suatu campuran yang berkesetimbangan, karena
keseimbangan tidak terganggu oleh pengukuran. Misal pH suatu larutan 0,1 F asam
asetat dapat diukur dan konsentrasi ion hidrogen (dapat diperkirakan dari aktivitas)
ditemukan sejumlah 0,0013 M. Sebaliknya jika larutan dititrasi kita akan menemukan
bahwa konsentrasinya adalah 0,1 M. Titrasi menghasilkan keterangan stoikiometri
tentang jumlah proton yang tersedia, sedangkan pengukuran langsung memberi
aktivitas keseimbangan dari proton di dalam larutan setiap saat.
Karena adanya hubungan logaritmik dari potensial terhadap aktivitas, penentuan
dengan potensiometrik secara langsung biasanya tidak sangat teliti kecuali kalau
pengukuran istimewa dilakukan. Dengan menggunakan angka-angka dalam persamaan
NERST dengan mudah terlihat bahwa kesalahan seetingkat beberapa persen dalam
suatu aktivitas ion mungkin terjadi dari suatu kesalahan 1 mV pada pengukuran
potensial.
Kebanyakan pengukuran pH dilakukan oleh ahli kimia analisis dan biokimia dengan
mengggunakan elektroda kaca yang dihubungkan ke elektroda pembanding kalomel
oleh suatu jembatan garam kalium klorida. Diandaikan bahwa salah satu buffer NB 5
digunakan untuk menstandartkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur tidaklah
eksak sama dengan
log a H+, namun dalam kondisi biasa nilai tersebut hampir sama .
Dengan kondisi biasa dimaksudkan adalah :
1.
2.
Jika nilai H diambil sama dengan satu dapat ditimbulkan galat yang sangat besar.,
bergantung pada kuat ion sebesar 0,16 yang sangat penting dalam kimia biologis
besaran galat dalam menentukan konsentrasi ion hidrogen adalah sekitar 25 % jika
diandaikan [H ] a H .
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
+
dilanjutkan sampai titik akhir kedua. Dari jumlah asam klorida yang ditambahkan dan
jumlah natrium hodroksida yang digunakan pada kedua tahap, kasar natrium
hidroksida fosfat dan natrium monohodropgen fosfat dapat dihitung.
-5
Bahan padat yang selektif terhadap anion, seperti kaca selektif terhadap kation, telah
digunakan dengan berhasil sebagai elektroda membran tahun-tahun terakhir ini. Suatu
elektroda zat padat mempunyai membran dalam bentuk kristal tunggal atau suatu
butiran senyawa yang mengandung anion yang dapat ditetapkan. Suatu elektrode
endapan disiapkan dengan mensuspensikan suatu garam tak larut yang tertumpuk
halus dalam suatu matrik setengah fleksibel yang lamban atau inert, dari mana
membran itu dibuat.
Suatu elektroda zat padat yang sangat berhasil adalah yang pernah digunakan untuk
menetapkan ion florida. Sebuah kristal tunggal lantanum florida bertindak sebagai
membran. Kristal itu dikontaminasi oleh suatu unsur tanah langka, eurotium (II) untuk
meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda itu berespon terhadap ion florida
sampai konsentrasi serendah kira-kira 10 M. Selektifitasnya untuk florida 1000 kali
lebih tinggi daripada untuk anion-anion biasa lainnya. Ion hidroksida memang
mengganggu dan elektroda itu terbatas penggunaannya dalam jangkauan pH kira-kira 0
sampai dengan 8,5. Elektrode zat padat lain yang berhasil, yang tersedia adalah untuk
ion klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida, dan tiosianat. Dalam elektrode ini
membrannya adalah suatu butiran garam tak larut dari masing-masing anion, seperti
misalnya perak klorida untuk ion klorida. Butiran itu dituang (dilelehkan kemudian
dibekukan tetes demi tetes).
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
-5
Elektroda Indikator
Elektroda indikator berfungsi sebagai pengukuran secara potensiometer yang terdiri
atas dua dua jenis yaitu :
Ag+/Ag
o
Ag+/Ag
Dalam hal ini yang dapat tereduksi adalah logam itu sendiri yang berada dalam keadaan
bakunya ( a=1 ), tetapi dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, keaktifan ion
Ag dapat diganti dengan kepekaan ion Ag, karena itu dapat ditulis sebagai berikut :
E =E
+ 0,059 log ( Ag )
+
Ag+/Ag
o
Ag+/Ag
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung kepekaan ion perak dalam
larutan, dengan syarat potensial dalam elektroda perak dapat diketahui, misalnya,
potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan ion perak telah diukur dan
telah diketahui besarnya + 0,682 V terhadap elektroda hidrogen baku, untuk
menghitung kepekatan ion perak tersebut dalam larutan ( E
= + 0,8 V ).
Selain itu menentukan kadar ion perak, persamaan diatas dapat pula digunakan untuk
menentukan apakah elektroda perak mengikuti persamaan nernst atau tidak, misalnya
potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam dalam larutan AgNO3 0,1 M telah
diukur dan telah diketahui besarnya + 0,741 V terhadap elektroda hidrogen baku. Selain
terhadap ion perak, elektroda perak juga mempunyai tanggapan yang sesuai dengan
persamaan nernst terhadap ion-ion yang membentuk senyawa-senyawa halida(kecuali
o
Ag+/Ag
fluorida)dan beberapa senyawa lain. Hal ini dapat diterangkan denggan muda, karena
kepekatan ion perak akan dapat ditentukan ole hasil kali kelarutan senyawa perak yang
sukar larut itu dan kepekatan anion yang terlibat, misalnya, hasil kali kelarutan AgCl di
rumuskan sebagai berikut :
Ksp ,AgCl = ( Ag ) ( Cl )
( Ag ) = K , /( Cl )
+
sp AgCl
Ag Ag
Ag
3+
Au
Au Au
3+
Pd Pd
2+
Pd
2+
Pb Pb
2+
Pb
2+
Cd Cd
Zn Zn
2+
Cd
2+
Zn
Hg HgCl Cl
Ag AgI I
Ag AgBr Br
2+
Cl
2+
Br
Cl
Ag AgCl Cl
Elektroda indikator yang terbuat dari logam mulia (Pt, Pd) mempunyai tanggapan yang
sesuai dengan persamaan nernst terhadap beberapa pasangan redoks logam seperti
Fe /Fe, Ce /Ce , tetapi tidak dapat dijadikan pedoman karena potensial yang diukur
bersesuaian dengan pengaruh keseluruhan selektif redoks yang terjadi didalam system,
beberapa contoh elektroda indikator seperti dibawah ini.
2+
4+
2+
Tabel 1.4 Beberapa contoh system elektroda indikator yang peka terhadap pasangan
redoks
System
Elektroda
Indikator
Jumlah elektroda
yang dipertukarkan
Pt H (gas)
H
2
Pasangan
redoks
1
H H
2
Pt I I
3
I I
- 3
2
Pt Tl Tl
Tl Tl
3+
3+
1
Pt Fe Fe
3+
Fe Fe
2+
3+
2+
1
Pt Ce Ce
3+
Ce Ce
2+
4+
3+
1
Pt Co Co
3+
Pt Fe(CN)
Fe(CN)
3-
46
Co Co
2+
3+
2+
Fe(CN) /Fe
(CN)
6
3-
4-
Elektroda gelas ini terdiri dari sebuah bola gelas khusus berdinding tipis didalamnya
terdapat elektroda pembanding yang dicelupkan kedalam larutan penyangga,bila
elektroda gelas ini dicelupkan kedalam suatu larutan yang akan diuji, sehingga semakin
besar kadar ion hidrogen yang masuk kedalam lapisan gelas tadi dan makin besar kadar
ion dalam larutan uji, sehingga semakin banyak pengujian makin banyak ion hidrogen
yang akan masuk kedalam lapisan gelas tersebut dan makin besar muatan positif
elektroda gelas itu secara keseluruhan. Lapisan gelas tersebut bertindak sebagai selaput
yang selektif ion yang hanya memberikan proton.
Sifat yang sangat penting dari elektroda gelas ini adalah bahwa potensialnya mengikuti
persamaan nernst sebagai berikut
E + E + 0,059 log (H )
o
ge
ge
Dalam pemeriksaan yang sesungguhnya, keaktifan ion hidrogen dapat diganti dengan
kepekatan ion hidrogen, sehingga persamaan diatas menjadi :
E = E + 0,059 ( H )
ge
ge
Kendati demikian, untuk pengukuran yang seksama harus digunakan kurva tera, dalam
persamaan diatas, E adalah potensial elektroda baku dari elektroda gelas, tetapi dari
E ini berbeda anatara satu elektroda dengan elektroda lainnya, sehingga nilai Eo
tersebut juga beragam dengan waktu, walaupun keragaman ini tidak begitu besar
pengaruhnya. Ciri lain dari elektroda adalah potensial yang hampir tidak sama, nilai
potensial ini dapat diukur dengan percobaan asalkan pH larutan dibagian dalam dan
dibagian luar bola gelas bernilai sama. Dalam hal demikian, potensial elektroda gelas itu
sebenarnya sama dengan nol, namun pada kenyataannya selalu diperoleh nilai potensial
yang disebut potensial setangkup selaput gelas tersebut, sehingga nilai tersebut dapat
dimasukkan kedalam nilai potensial elektroda baku jika nilainya tetap, sehingga tidak
perlu ditentukan dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya.
Elektroda gelas merupakan salah satu elektroda selektif ion yang baik karena
tanggapannya terhadap kepekaan ion hidrogen sama dengan tanggapan yang dihitung
secara teoritis pada rentang kepekaan hidrogen yang cukup luas, dengan demikian
untuk setiap perubahan keaktifan ion hidrogen dapat bernilai sepuluh kali lipat,
potensialnya berubah 0,059 V, sedangkan ion ion lain seperti oksidator, koloid dan
senyawasenyawa organik tidak akan mempengaruhi responnya.
o
Salah satu kelemahan elektroda gelas ini adalah, jika adanya kesalahan alkali, yakni
kesalahan timbul karena elektroda gelas juga memberi tanggapan terhadap kepekatan
ion alkali dalam larutan yang bersifat basa. Kesalahan alkali ini timbul pada harga pH
yang tinggi dan pada kepekaan ion logam alkali yang tinggi (terutama ion natrium).
Dalam beberapa hal, kesalahan alkali dapat mencapai beberapa persepuluhan satuan
pH, namun sekarang sudah tersedia elektroda gelas khusus yang kesalahan alkalinya
tidak begitu tinggi.
Disamping elektroda gelas, beberapa elektroda dapat dipilih untuk ion yang lain dan
sering digunakan dalam analisa kimia. Serupa dengan elktroda gelas, elektroda
elektroda lain itu mempunyai selaput yang selektif terhadap ion, yang terdiri dari garam
yang sukar larut, dan yang biasanya dimasukkan kedalam suatu acuan yang lembam
secara kimia, atau terdiri dari sebuah hablur garam yang sukar larut, misalnya, selaput
hablur Ag S yang bersifat untuk menentukan ion S , sednagkan selaput Ag S yang
didalamnya terdapat hablur CuS bersifat selektif terhadap ion Cu . Beberapa elektroda
indikator selektif ion yang lazim dipakai dalam pemeriksaan kimia disajikan dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 1.5 Beberapa Elektroda Indikator untuk menentukan ion
2
2-
2+
Ion yang
ditentukan
Bahan Selaput
Ion
Pengganggu
Na pada pH
10
+
Gelas
Ag S
S , Ag
Hg
CuS dalam Ag S
Cu
2+
Hg , Ag
PbS dalam Ag S
Pb
2+
Hg , Ag , Cu
AgI dalam Ag S
AgI dalam Ag S
CN
AgBr dalam Ag S
Br
2-
AgSCN dalam
Ag S
2
2+
2+
2+
S , CN
2-
S,I
2-
I , S , CN , NH
-
2-
Br , I , S , CN ,
NH
-
SCN
2+
2-
Elektroda Pembanding
Pada dasarnya, elektroda hidrogen baku merupakan elektroda pembanding yang
utama karena harga potensial elektroda ini dianggap nol, namun elektroda ini
mempunyai banyak kelemahan yang menyebabkan pemakaian alat ini tidak mudah
dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, kelemahan alat ini antara lain : Potensial
elektrodanya mudah terkontaminasi oleh senyawa senyawa yang lainnya, sepeti
oksidator, reduktor, koloid, ion sulfida dan sebagainya, sert adiperlukan gas hidrogen
yang sangat murni (bebas oksigen), dan sulit dipertahankan dalam keadaan baku,
karena itulah elektroda pembanding hanya untuk pengukuran yang sangat teliti.
Dalam pemerikasaan kimia yang sebenarnya, lebih sering digunakan elektroda
pembanding yang lain, yaitu Kalomel Jenuh (EKJ). Elektroda ini lebih mudah
digunakan untuk analisa kimia tanggapan serta kemudahan perawatannya didalam
laboratorium. Beberapa contoh elektroda pembanding akan diuraikan berikut ini:
Elektroda kalomel (calomel electroda)
Setengah sel elektroda kalomel dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Hg Cl (satd), KCL (M)
2
Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x, dan harga konsentrasi ini
harus dituliskan untuk menjelaskan elktroda.
Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode, SCE) biasanya banyak digunakan
oleh pakar kimia analitik karena banyak tersedia di pasaran dan konsentrasi klorida
tidak mempengaruhi haraga potensial elektroda. Haraga potensial dari SCE adalah
0,244 V pada 25 C dibandingkan terhadap elektroda hydrogen standart.
o
2-
Dengan ketentuan (a ) dan (a ) adalah aktivitas ion kalsium dalamm larutan berair
dan (a ) dan (a ) adalah aktivitas dalam fase penukar. Maka potensial total:
Karena (a ) adalah tertentu, maka:
Elektroda kalsium lebih selektif untuk kalsium daripada natrium dan kalium.
Perbandingan selektivitas untuk kalsium terhadap magnesium kira-kira 200, dan untuk
kalsium terhadap strontium kira-kira 70. Oleh karena itu, ia tidak tergantung dari pH
dalam batas-batas antara 5,5 11, dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
ion kalsium serendah 10 M. Elektroda yang tanggap terhadap beberapa kation divalen
digunakan untuk mengukur kesadahan air.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
1
Ex
aq
aq
Ex
aq
-5
lebih selektif terhadap fluorida daripada terhadap anion-anion biasa yang lain. Ion
hidroksida elektrodanya terbatas pemakaiannya, yaitu dalam jangkau pH sekitar 0
sampai 8,5. Elektroda-elektroda zadat lain yang berhasil diperoleh untuk ion-ion
klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida dan tiosulfanat. Pada elektroda ini
membrannya merupakan butiran yang dituang dan terdiri dari garam tak larut dari
anionnya seperti perak klorida untuk ion klorida.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Suatu elektroda endapan yang selektif terhadap iodida dapat dibuat dengan
polimerisasi karet silikon dengan adanya perak iodida terbagi halus sebanyak berat
yang sama. Setelah campuran membeku, dilekatkan pada dasar suatu tabung gelas
dengan rapat sekali. Di dalam tabung ditempatkan sebuah elektroda perak-perak
klorida yang terendam dalam sebuah larutan kalium iodida. Barium sulfat yang
disuspensikan dalam parafin digunakan dengan cara yang sama untuk membuat suatu
elektroda peka terhadap ion sulfat.
Misalnya sebuah sel yang terdiri dari dua buah elektroda hidrogen, satu sebagai
elektroda indikator dan yang satu sebagai elektroda pembanding. Elektroda indikator
itu dicelupkan kedalam larutan sel galvani, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jika kadar uji larutan kurang dari 1 M ( pH > 0 ), maka elektroda indikator akan
bermuatan negatif, sehingga langsung dari persamaan nernst, potensial sel ini akan
menjadi sebagai berikut :
E=E E
+
ind
ind
o
ind
EHB
= 0 dan pada
EHB
ind
Persamaan ini memperlihatkan bahwa potensial sel galvani ini bisa digunakan secara
langsung dari penentuan pH suatu larutan yang tidak diketahui aktivitas ion hidrogen.
Cara ini disebut cara potensiometri untuk penentuan pH, akan tetapi karena banyak
kesulitan yang ditemui, maka cara ini tidak digunakan lagi, meskipun demikian
elektroda digunakan dalam penelitian, seperti untuk pengukuran pH yang sangat teliti
untuk penetapan sifat larutan penyangga pH baku.
Sel yang sangat penting untuk pengukuran pH dalam pemeriksaan kimia yang
sesungguhnya dilaboratorium terdiri dari sebuah elektroda gelas dan sebuah elektroda
kolomel bagan sel ini dapat ditulis sebagai berikut :
-
Potensial sel ini sama dengan beda antara potensial positif dan potensial negatif seperti
diatas. Dalam sel EKJ selalu merupakan elektron positif (EKJ) mempunyai potensial
elektroda baku + 0,24 V dan elektroda gelas bermuatan negatif.
Akibat dari persamaan diatas diperoleh persamaan berikut:
EKJ
ge
PH = E E / 0,059
o
Persamaan tersebut serupa dengan persamaan diatas, sehingga dapat digunakan untuk
perhitungan pH larutan uji dengan pengukuran potensiometri, namun nilai E tidak
diketahui, seperti diperlihatkan dalam persamaan diatas dimana E adalah beda antara
dua tetapan, yaitu E dan E , sebagaimana telah ditegaskan dalam persamaan diatas.
Setiap elektroda gelas mempunyai harga potensial elektroda bakunya masing masing,
sedangkan EKJ merupakan pembanding dalam laboratorium tidak digunakan sebagai
acuan karena mempunyai nilai potensial tetap (0,24 V), karena itu jelas bahwa masalah
utama dalam penentuan pH dengan elektroda gelas yang digabung dengan E adalah
untuk menentukan atau tidak menentukan harga E . Cara terbaik untuk memecahkan
masalah ini adalah dengan menggunakan penyangga pH baku, penyangga pH baku
adalah larutan penyangga pH yang diketahui susunannya secara pasti, dan pH yang
akan ditentukan dengan pengukuran yang sama secara pasti, harga pH beberapa
penyangg baku pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
o
o
ge
o
EKJ
KLJ
Penyangga
Susunan zat
dalam 1 L air
25 C
o
30 C
o
10,21 g
KHC H O
Ftalat
3,4 gr KH PO
Borak
3,81 gr
Na B O .10
HO
4,01
4,01
6,88
6,86
6,85
9,23
9,18
9,14
Fosfat
4,00
E = E + 0,059 pH
E = E + 0,059 pH
o
Disini E adalah potensial yang diukur pada penyangga baku dan E adalah potensial
yang diukur pada larutan zat uji, setelah persamaan tersebut diperkurangkan satu sama
lain, maka E hilang, sehingga diperoleh persamaan berikut yang dapat dipakai untuk
menghitug pH larutan uji :
s
PH =( E E / 0,059 ) + pH
x
Misalnya untuk penentuan pH suatu larutan, digunakan sel galvani yang tersusun dari
elektroda gelas dan elektroda kalomel jenuh ( EKJ ). Harga potensial + 0,22 V sehingga
diperoleh pada pengukuran larutan penyangga beraks dengan pHs = 9,18 ( 25 C ), dan
harga potensial pada larutan uji adalah + 0,18, maka dapat dihitung dengan cara :
o
pH meter
Potensiometri biasa tidak dapat digunakan dengan elektroda pembanding gelas, karena
elektroda mempunyai ketahanan yang tinggi yaitu 1 100 M. Yang disebut pH meter
adalah suatu peralatan pengukur voltase yang direncanakan untuk digunakan dengan
sel sel dengan ketahanan yang tinggi. Ada dua jenis yaitu potensiometrik dan yang
pembacaan langsung. Yang pertama pada dasarnya suatu potensiometer, tetapi karena
arus arus yang keluar seimbang adalah sedemikian sehingga memberikan bacaan
meteran sebanding dengan pH voltase dari pasangan elektroda elektroda gelas
pembanding dikenal pada suatu tahanan yang sangat tinggi sehinggan arus yang
diambil adalah yang sangat rendah.
Alat alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah :
1.
2.
3.
Elektroda pembanding
Elektroda indikator
Alat pengukur potensial
1. Elektroda Pembanding
Didalam penggunaan analisis elektrokimia diperlukan suatu elektroda dengan harga
potensial setengah sel yanng diketahui, konstan dan sama sekali tidak peka dengan
komposisi larutan yang sedang diselidiki. Suatu elektroda yang memenuhi persyaratan
diatas tersebut dinamakan dengan elektroda pembanding. Pasangan elektroda
pembanding adalah elektroda indikator yang potensialnya tergantung pada konsentrasi
zat yang sedang diselidiki. Beberapa contoh elektroda pembanding akan diuraikan
sebagai berikut :
Elektroda Kalomel
Elektroda kalomel pada dasarnya adalah elektroda merkurium (raksa), yang potensial
elektrodanya bergantung semata mata pada konsentrasi ion merkurium (I) (Hg )
dalam larutan yang bersentuhan. Konsentrasi ion merkurium (I) dijaga agar tetap
(meskipun rendah) dengan menambahkan endapan merkurium (I) klorida (Hg Cl ,
kalomel) kepada larutan, dan dengan memakai konsentrasi kalium klorida yang besar.
Dalam elektroda kalomel jenuh itu, dipakai larutan kalium klorida yang jenuh,
kejenuhan dipertahankan dengan menaruh kristal kristal KCl yang belum melarut
2
2+
dalam larutan. Pada suhu yang konstan, konsentrasi ion klorida adalah konstan, ini
berarti bahwa konsentrasi ion merkurium (I) tetap konstan, jadi potensial elektroda
tetap konstan pula. Selama kalomel dan kalium klorida ada, dalam bentuk padat,
konsentrasi ion merkurium (I) akan tetap konstan, bahkan sekalipun ada arus listrik
yang besar sekali melalui elektroda itu. Maka elektroda ini tak terpolarisasikan.
Elektroda perak
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda kalomel adalah terdiri dari suatu
elektroda perak yang dicelupkan ke dalam larutan KCl yang dijenuhkan dengan AgCl.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh.
Potensial Elektroda
Pengukuran potensial sel dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan
logam logam atau spasi lain untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Untuk
membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi dari suatu elektroda telah
ditetapkan suatu elektroda pembanding, yaitu elektroda hidrogen. Elektroda hidrogen
terdiri atas gas hidrogen yang dialirkan dalam larutan asam melalui logam inert yaitu
platina. Dalam susunan itu gas hidrogen diabsorbsi oleh permukaan logam platina
sehingga bukan logam platina lagi yang kontak dengan laruan asam melainkan
hidrogen.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda (M) dengan elektroda hidrogen
disebut potensial elektroda dan dinyatakan dengan lambang E. Apabila pengukuran
dilakukan dengan kondisi standar yaitu pada suhu 25 C dengan konsentrasi ion ion 1
M dan tekanan gas 1 atm disebut potensial elektroda standar dan disebut E . Harga
potensial elektroda standar (E ) dari berbagai elektroda diberikan dibawah ini.
Tabel.1.7 Daftar Potensial Elektroda Standar
o
Potensial Standart
(E )
Reaksi Elektroda
-3,04
Li (aq) Li(s)
+
-2,92
K (aq) K(s)
+
-2,90
Ba (aq) + 2e
2+
Ca (aq) + 2e
2+
Ba(s)
-2,87
Ca(s0
Na (aq) + 2e
Na(s)
2+
-2,72
-2,37
Mg (aq) + 2e
Mg(s)
2+
-1,66
Al (aq) + 2e Al(s)
2+
-1,18
Mn (aq) + 2e
Mn(s)
2+
2H O(l) + 2e H (g)
+ 2OH (aq)
2
-0,83
-0,76
Zn (aq) + 2e Zn(s)
2+
-0,74
Cr (aq) + 2e
Cr(s)
2+
-0,44
Fe (aq) + 2e
Fe(s)
2+
-0,40
Cd (aq) + 2e Cd(s)
2+
-0,28
Ni (aq) + 2e
Ni(s)
Co (aq) + 2e
Co(s)
2+
-0,28
2+
Sn (aq) + 2e
Sn(s)
2+
-0,14
-0,13
Pb (aq) + 2e
Pb(s)
2+
0,00
2H (aq) + 2e H (g)
+
Cu (aq) + 2e
Cu(s)
2+
0,34
0,40
O (g) + 2H O(l) + 4e
4OH (aq)
2
0,54
I (s) + 2e
2
2I
-(aq)
+
(aq)
+ Na Gl
+
(p)
Na
+
(aq)
+ H Gl
+
(p)
Ini merupakan jenis reaksi yang terjadi dengan resin penukar kation. Proton bebas
untuk bergerak dan bertukar dengan ion-ion lain, tetapi kisi-kisi silikat tidak. Pada
permukaan-permukaan dalam dan luar dari membran gelas, ditimbulkan potensialpotensial bidang batas E dan E . Pada antarmuka antara gel dan larutan ion hidrogen
cenderung untuk perpindahan dalam arah dengan aktivitas ion hidrogen yang lebih
rendah.
Beda potensial juga ditimbulkan pada bidang batas antara lapisan gelas kering dengan
lapisan-lapisan gel dalam dan luar. Potensial ditimbulkan oleh kecenderungan ion-ion
natrium dan hidrogen untuk berpindah ke arah dengan aktivitas yang lebih sedikit. Ion
natrium tak terhidratasikan dan terikat tak terlalu erat di dalam lapisan gelas kering.
Mereka dapat bergerak dari rangka silikat ke arah lapisan gel. Pada waktu yang sama,
ion hidrogen lebih bergerak ke arah lapisan gelas kering. Karena ion-ion hidrogen dan
natrium mempunyai mobilitas yang berbeda, maka suatu beda potensial ditimbulkan.
Diduga bahwa potensial difusi ini, ditandai dengan E , sama dan berlawanan dalam
tanda sehingga saling menghapus. Potensial pada membran gelas karenanya tergantung
hanya pada perbedaan dalam aktivitas ion hidrogen di dalam larutan-larutan dalam dan
luar :
E = k + 0,059 log a
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
i
da antarmuka antara gel dan larutan ion hidrogen cenderung untuk perpindahan dalam
arah dengan aktivitas ion hidrogen yang lebih rendah.
Beda potensial juga ditimbulkan pada bidang batas antara lapisan gelas kering dengan
lapisan-lapisan gel dalam dan luar. Potensial ditimbulkan oleh kecenderungan ion-ion
natrium dan hidrogen untuk berpindah ke arah dengan aktivitas yang lebih sedikit. Ion
natrium tak terhidratasikan dan terikat tak terlalu erat di dalam lapisan gelas kering.
Mereka dapat bergerak dari rangka silikat ke arah lapisan gel. Pada waktu yang sama,
ion hidrogen lebih bergerak ke arah lapisan gelas kering. Karena ion-ion hidrogen dan
natrium mempunyai mobilitas yang berbeda, maka suatu beda potensial ditimbulkan.
Diduga bahwa potensial difusi ini, ditandai dengan E , sama dan berlawanan dalam
tanda sehingga saling menghapus. Potensial pada membran gelas karenanya tergantung
hanya pada perbedaan dalam aktivitas ion hidrogen di dalam larutan-larutan dalam dan
luar :
E = k + 0,059 log a
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
d
the structure of the molecule or group of molecules and, if possible, identification should be
done before
the molecular weight because content is calculated at the end of the experiment
the pka of the substance so a suitable titrant can be chosen
the solubility of the substance to be determined in a solvent
the matrix that our substance is in or the extraction mode
the water content/ humidity content of the sample.
Reflecting About The Reaction of The Titration
What kind of chemical reaction will happen when the titration is done? Knowledge about the structure
of a molecule leads to the reactions.
We depend highly on a complete reaction of all molecules because we want to quantify.
Here are some examples:
A blank titration, without the substance to be examined, may help establish this fact.
A result of 0.1 to 0.2 mL is acceptable and can be taken into account in the calculation.
A strong acid, a pka of the substance less then 4 or above 10 or a base is a good hint that titration
can be done in water. In the pharmaceutical industry the pka of drugs is often clearly above 4 and
below 10 meaning a weak acid is incapable of doing any more titration in water. Titration is possible
but the solvent has to be changed to acetic acid for acids or n-propanol for bases as an example. The
pH-scale of water is no longer valuable.
Balances
When the balances are not correctly maintained you never get a correct result. This is the same with
other analytical techniques but here we depend very much on them because we are doing
quantification. You may just want to weigh the amount of substance directly into the titration vessel to
avoid unnecessary manipulation. This implicates a balance with a wider range. We should be aware of
the minimal weight our balance allows. In titration this is not so critical, because in general we use
100 mg or more.
Humidity and Crystal Water
Has your raw material bound crystal water or does it take up a lot of water from the air as soon as you
open the bottle? How much do these two values influence your titration and the results afterwards. Is
there loss on drying at a fixed temperature? Karl-Fischer titration or coulometric Karl Fischer are
needed to give the answers. Do not dry your samples first and titrate them afterwards. You cant be
sure that the drying process will not influence the structure of the molecules. Take the content of
water into the calculation.
Electrodes or Indicator
Do you have a potentiometer to measure with electrodes or is the titration method just for one
substance or a small numbers of samples?
A potentiograph allows automatization. This can be enlarged with an attached autosampler for a
whole sequence of samples.
The burette in potentiometry should allow around 10 mL titrant to be consumed in one experiment
and is most common with a 20 mL reservoir.
The results will be better when the factor of the titrant and the main titration are both done in the
same way.
Working with electrodes means loving and caring for them. They dont last forever and have to be
replaced once in a while. It is important to choose the right one for the reaction and to follow the
instructions of the supplier. The right electrolyte for the specific titration has to be considered.
Example:
File the electrode with lithium chloride in ethanol when you do a non-aqueous titration with perchloric
acid and give it enough time to equilibrate. A burette for manual titration should have a correct size
for the titration. For small amounts a micro-burette with a volume of 5 or 10 mL is needed. The
volume should be clearly readable to 0.05 mL.
Indicator solutions are mainly prepared in an organic solvent in low concentrations. Their stability
does not last forever so once in a while should be freshly prepared before their use. The indicator also
consumes a certain amount of titrant. Again the blank titration as mentioned for the solvent is a
suitable way of seeing how much the solvent and the indicator consume. A potentiometric
determination makes it more difficult to determine the blank value but with a combination of indicator
and potentiometric titration it is possible to determine. [1, chapter 2.2.20]
Instrument Qualification
The glass burette should be tight when closed. The same question arises doing potentiometric
titration. Sometimes its even more difficult to see it there because you lose microlitres and dont see
it. Is the tubing still good and how old are the micro-valves at the end of it? Does your burette really
fill automatically without air and not deliver air instead of titrant? Are the burettes well rinsed before
filling them with another titrant?
Guidance on how to qualify your equipment is given in references [3], [4] and [5].
Magnetic Stirring Bar and Titration Mode
During your titration stirring is important. Every molecule in the solution must react with the titrant.
By doing everything manually you are just doing what potentiometry does automatically. Near the
endpoint of the titration the titrant is added slowly to see the indicator changing or to see a good
sigmoid form of the titration curve you choose for the dynamic titration. However, it is possible that
when you have chosen an appropriate sized vessel the stirrer should not jump in the vessel or touch
the electrode. Its wise to control these titration helpers once in a while if they are still inert, meaning
that they dont have a scratched surface that will react with the titrant.
Extras such as Gases, Drying Medium and Cooling
Pharmaceuticals are often not soluble in water so then we switch to other solvents and titrants.
Titrating with tetrabutylammonium hydroxide requires an inert gas stream of nitrogen to keep the
carbon dioxide away from the air.
Titrating in non-aqueous solvents with perchloric acid means keeping the water away. The titration
vessel should be covered. Some air has to enter as the titration proceeds but a drying tube filled with
calcium chloride or rubingel will prevent moisture entering the titration vessel.
Nitritometric titration is most reproducible when the titration vessel is in an ice bath. Consider the time
needed for your substance in the solvent to reach this temperature.
Calculations Before the Titration
To avoid any surprises it is necessary to do calculations before the measurement. Normally the sample
amount is chosen in the same way that the amount of titrant is, which is approximately 10 mL. It is
possible to make a more concentrated solution first and then by taking only an aliquot such as 10 mL
from 100 mL titrating this part. The other 90 mL are then lost because you should do the process from
the beginning meaning preparing the 100 mL several times and taking out the 10 mL. If not you
neglect the weighing and filling-up uncertainty in your process.
The amount of sample available limits the number of titrations possible. The next calculation is the
amount of titrant you need in total for all your samples and the factors of your titrant. Its best to add
an amount for unforeseen events when you have to do more titrations than you planned. It is
annoying to repeat the factor titration in the middle because there is not enough titrant left.
Preparing too much is also a problem because you cant store the titrants for a long time. Here you
have to take into account how to dispose of all the reagents you need for the titration and the excess
amount.
Example: Titration of potassium chloride for the content
Calculation for the factor of your titrant 0.1 M silver nitrate
The commercially available ampoule is opened and the content is directly transferred into a 1000 mL
volumetric flask. The container is well rinsed with purified water and then filled up to 1000 mL with
water. Shake well before transferring the contents of the flask to your burette at the potentiometer. As
it says in the Pharmacopoeia use a brown glass flask protected from light.
Text available for the procedure according to Ph. Eur. 7.8, chapter 4, [1]
Standardization
Dissolve 0.100 g of sodium chloride RV in 30 mL of water R. Titrate with the silver nitrate solution,
determining the end-point potentiometrically.
1 mL of 0.1 M silver nitrate is equivalent to 5.844 mg of NaCl.
Storage: protected from light.
RV means the primary standard, with a content of the certificate when opening a new bottle or
previously dried at 110 C for 2 hours to get rid of the water.
Before starting the titration its good to calculate the amount of titrant needed for a 100 mg because
refilling of the burette should be avoided.
Molecular mass of sodium chloride: 58.4 g
Calculation before starting the determination of the factor
By doing the titration potentiometrically we can take half of the amount, which is about 50 mg to
consume around 89 mL. The amount of water is low. There is a risk that the electrode is in the air
depending on the vessel chosen. The precipitation reactions of halogenides generally need dilute nitric
acid as is written below in the main experiment.
Text available for the procedure according to Ph. Eur. 7.8, monograph 0185 [4]
Potassium chloride
Dissolve 60.0 mg potassium chloride in water R, add 5 mL of dilute nitric acid R and dilute to 50 mL
with water R. Titrate with 0.1 M silver nitrate, determining the end-point potentiometrically.
1 mL of 0.1 M silver nitrate is equivalent to 7.46 mg of KCl.
Molecular mass of potassium chloride: 74.6 g
Calculation before starting the determination of the substance
Here the amount of silver nitrate to be consumed seems to be reasonable, the solvent amount is
suitable, the pH is given and the content of water in potassium chloride should not be very high.
Result and Statistics
The question of statistics is not easy to answer because it depends on what the result stands for.
The famous question is whether one titration is enough or whether more have to be done. One is
the only answer where you dont have to worry about statistics!
When establishing a method more data are necessary to show precision, repeatability, accuracy and
robustness. In daily routine you need less repetition of the experiment because you have a set of data
you can relay on. Control cards give you a band in which the results are expected. If there is a result
outside of the control chart you will repeat the experiment to be sure that the result is not by
coincidence.
If the next result is not satisfying you probably go through all the steps above to find the mistake
and to be sure that the problem was not one of the points you could have avoided by planning at the
beginning.
References
1. European Pharmaocopeia, 7th edition, Council of Europe, Strasbourg, 2013.
2. United States Pharmacopeia and National Formulary (USP 36-NF 25). Rockville, MD: United States
Pharmacopeia Convention; 2013.
3. Metrohm Application Bulletin 283, Validation of burettes.