Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Ria Rohma Wati, S. Kep
NIM 112311101015
TINJAUAN TEORI
Pengertian trauma
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena
salah satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri,
olahraga, dan rumah tangga (Nurbaeti, 2012).
Trauma adalah kerusakan jaringan karena kekuatan mekanik dari luar dan
menyebabkan kecacatan bahkan kematian (Bobbi, 2015). Jadi trauma ialah suatu
keadaan cedera yang menyebabkan kerusakan jaringan akibat terkena kekuatan
mekanik dari luar.
Mekanisme trauma
Mekanisme terjadinya trauma merupakan suatu hal yang penting untuk
diketahui karena dapat membantu tenaga kesehatan dalam menduga kemungkinan
trauma yang mungkin saja tidak segera timbul setelah kejadian. Trauma
musculoskeletal bisa saja terjadi oleh beberapa sebab, berikut ini beberapa macam
mekanisme trauma menurut Nurbaeti (2012) diantaranya:
a. Direct injury
Dimana terjadi fraktur pada saat tulang berbenturan langsung dengan benda
keras seperti dashboard atau bumper mobil.
b. Indirect injury
Terjadi fraktur atau dislokasi karena tulang mengalami benturan yang tidak
langsung seperti frkatur pelpis yang disebabkan oleh lutut membentur
dashboard mobil pada saat terjadi tabrakan.
c. Twisting injury
Menyebabkan fraktur, sprain, dan dislokasi, biasa terjadi pada pemain sepak
bola dan pemain sky, yaitu bagian distal kaki tertinggal ketika seseorang
menahan kaki ke tanah sementara kekuatan bagian proksimal kaki meningkat
sehingga kekuatan yang dihasilkan menyebabkan fraktur.
d. Powerfull muscle contraction
Seperti terjadinya kejang pada tetanus yang mungkin bisa merobek otot dari
tulang atau bisa juga membuat fraktur.
e. Fatique fracture
Cedera ini merupakan hasil dari efek langsung tekanan gelombang yang
akan merusak organ yang mengandung udara seperti gendang telinga
(tympanum), paru-paru dan usus. Kondisi yang sering ditemui pada cedera
primer yaitu memar, edema dan pecahnya jaringan paru-paru, hingga
kadang kala menyebabkan terjadinya pneumotoraks, pecahnya pembuluh
darah di alveoli sehingga menyebabkan potensi terjadinya emboli udara,
selain itu juga dapat terjadi perdarahan intraokular dan gangguan retina.
b. Cedera ledakan sekunder
Cedera ini terjadi akibat hantaman benda yang terbang akibat ledakan
sehingga terjadi pukulan terhadap korban. Cedera yang terjadi tergantung
pada sifat, lokasi dan kekuatan ledakan, dan biasanya cedera yang terjadi
ialah kombinasi dari cedera tumpul dan tembus pada bagian tubuh.
c. Cedera ledakan tersier
Cedera ini terjadi ketika korban terlempar akibat kekuatan ledakan,
sehingga terbentur pada bangunan atau tanah. Cedera yang biasanya
terjadi ialah luka tumpul dan tembus dan keparahan cedera ini tergantung
pada sifat dari ledakan. Cedera ledakan tersier ini biasanya terjadi pada
kasus ledakan energi tinggi dan umumnya menyebabkan trauma amputasi.
4. Panas
Cedera yang diakibatkan karena paparan suhu yang panas.
Pengelolaan Pre hospital Trauma
A. Primary survey
Pengelolaan trauma memerlukan kejelasan dalam menetapkan prioritas.
Tujuannya adalah untuk mengenali cedera yang mengancam jiwa dengan
dilakukan Survey Primer yakni deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi
yang mengancam jiwa, seperti :
a. Obstruksi jalan nafas
b. Cedera dada dengan kesukaran bernafas
c. Perdarahan berat eksternal dan internal
d. Cedera abdomen
Pada kejadian trauma, apabila ditemukan lebih dari satu orang korban maka
pengelolaan dilakukan berdasar prioritas (triage) Hal ini tergantung pada
pengalaman penolong dan fasilitas yang ada.
Prioritas triase berdasarkan kegawatan daruratan harus dipilih secara cepat
dan ditentukan pengelompokannya, untuk itu bisa diberi tanda dengan pita.
1. Merah prioritas tinggi dan segera memerlukan pertolongan (karena ada
masalah respirasi dan sirkulasi)
2. Kuning prioritas kedua yang mana korban bisa menunggu sebelum di
transport (45 minutes)
3. Hijau bisa jalan dan bisa menunggu beberapa jam sebelum di transport
4. Hitam mati atau tidak mungkin ditolong karena beratnya cedera
Menurut konsensus terbaru American Heart Association 2010, penanganan
dalam Basic Life Support menjadi D-R-C-A-B.
D- danger
(bahaya)
R- response
(respon)
B- breathing (oksigenasi)
a. Danger Do No Further Harm, jangan membuat cedera lebih lanjut.
Keamanan merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Prioritasnya
adalah keamanan diri sendiri, lingkungan dan terakhir korban. Korban memang
menjadi prioritas terakhir, sebab korban memang sudah cedera dari awal.
Prinsipnya jangan menambah cedera pada korban. Langkah-langkah mengkaji
bahaya:
1. Perkenalkan diri dan memakai pelindung diri
2. Membubarkan kerumunan dan memastikan lokasi aman
3. Aktifkan respons emergency yaitu dengan menelfon ambulan (118) atau
polisi
b. Response
c. Circulation
Bila korban mengalami henti jantung, segera lakukan RJPO-Resusitasi
Jantung Paru Otak sebagai pertolongan awal. Jika ada denyut nadi namun
tidak ada napas, berikan pernapasan buatan sambil terus mengecek denyut
nadi Carotis.
Lakukan Kontrol Perdarahan
Hanya perdarahan hebat yang diutamakan selama pemeriksaan primer.
Ingatlah bahwa korban mungkin mengalami cedera tulang belakang atau
mungkin cedera lain yang lebih serius. Jika ada perdarahan hebat, hentikan
dengan prinsip 4T (Tekan langsung, Tekan tidak langsung, Tinggikan,
Torniket).
Resusitasi Jantung Paru Otak
1. Saat melihat korban, segeralah mengaktifkan sistem kegawatdaruratan
call 118.
2. Jika korban tidak bernapas/bernapas tidak normal (hanya mengerang)
segera lakukanlah RJP.
3. Look, listen and feel dieliminasi dari algoritma.
4. Lakukan RJP yang berkualitas (pijat jantung yang cukup, dengan
kedalaman yang cukup) dan tiap pijatan biarkan dada kembali
mengembang dan hindari ventilasi berlebih.
30:2
7.
Bila denyut nadi karotis belum teraba, lanjutkan resusitasi jantung paru
hingga korban membaik atau hentikan jika penolong kelelahan.
hingga
penolong
kedua
datang.
Saat
d. Airway
Korban sadar dan dapat berbicara biasanya airwaynya baik. Untuk korban tidak
sadar, penilaian airway dapat dilakukan dengan Lihat, Dengar, Rasakan (Look,
Listen, Feel).
Perbaikan Airway:
1. Buka jalan nafas
Membuka jalan nafas dapat dilakukan dengan beberapa manuver,
diantaranya : head-tilt, head-tilt chin-lift, head-tilt neck-lift, dan jaw-thrust.
Head-tilt chin-lift
manuver jaw-thrust
2. Hilangkan sumbatan
Menghilangkan sumbatan yang disebabkan oleh benda asing, dapat
dilakukan beberapa cara:
a. Heimlich Manouver - Abdominal thrust
Untuk penderita sadar dengan sumbatan jalan nafas parsial boleh
dilakukan tindakan "Adominal thrust" (pada pasien dewasa).
Langkah-langkahnya ialah:
- Lakukan hentakan mendadak dan keras pada titik silang garis antar
belikat dan garis punggung tulang belakang (Back Blow).
- Ulangi hingga jalan nafas bebas atau hentikan bila korban jatuh
tidak sadar, ulangi tindakan tersebut pada penderita terlentang.
Tersedak
Tersedak
Back blows
Back blows
b.
c.
Tarik lidah dan dorong rahang bawah untuk melihat benda asing
2.
c. Chest thrust
Untuk bayi, anak, orang gemuk, dan wanita hamil.
Penderita sadar:
- Tidurkan terlentang.
- Lakukan chest thrust.
- Tarik lidah dan lihat adakah
-
benda asing.
Berikan pemafasan buatan.
Bantuan nafas
B. Secondary Survey (Detailed / Rapid Trauma)
Tindakan ini, dilakukan setelah semua keadaan yang mengancam jiwa
telah ditangani. Jangan menambah pasien trauma yang gawat di lapangan untuk
menanyakan riwayat trauma dan atau pemeriksaan fisik. Pada secondary survey
yang dilakukan adalah pemeriksaan lebih teliti mulai dari kepala sampai ke kaki
(head to toe) dengan memperhatikan adanya DCAP-BTLS
D: Deformities (pemendekan tulang)
C: Contusions (cedera pada jaringan lunak akibat trauma tumpul)
A: Abrasions (jejas)
P: Penetrating (perembesan)
- Jangan pernah berusaha untuk meluruskan fraktur termasuk sendisendi, meskipun ada beberapa tulang pada fraktur yang dapat
diluruskan.
Tourniket tidak dianjurkan pada fraktur terbuka kecuali pada
trauma amputasi atau anggota gerak yang sudah tidak dapat
diselamatkan lagi.
Imobilisasi ekstremitas
sebelum
memindahkan
pasien
dan
imobilisasi sendi bagian atas dan bawah dari tulang yang fraktur.
b) Tujuan Imobilisasi
- Untuk menjaga fraktur tertutup agar jangan menjadi fraktur
terbuka. Hal ini mungkin terjadi jika ujung tulang yang fraktur
b. Dislokasi
Dislokasi adalah keluarnya pangkal tulang dari permukaan articular,
kadang-kadang disertai dengan robeknya ligament yang seharusnya menahan
pangkal tulang agar tetap berada pada tempatnya. Persendian yang biasanya
terkenal adalah bahu, siku, panggul dan pergelangan.
Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,
diantaranya :
Pada menolong pasien dengan dislokasi lutut dan tidak ada pulsasi pada
bagian distal. Maka harus dikoreksi dalam waktu 1 atau 2 jam setelah terjadi
trauma. Dan seharusnya waktu sejak terjadinya kecelakaan hingga sampai ke
rumah sakit tidak lebih dari 1 jam.
c. Sprain
Sprain adalah injuri dimana sebagian ligament robek, biasanya
disebabkan memutar secara mendadak dimana sendi bergerak melebihi batas
normal. Organ yang sering terkena biasanya lutut, dan pergelangan kaki, cirri
utamanya adalah nyeri, bengkak dan kebiruan pada daerah injuri. Hal yang
membedakan sprain dengan fraktur dan dislokasi ialah sprain biasanya tidak
disertai deformitas.
Etiologi
- Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang
normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
- Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi
normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir.
Tanda dan Gejala
Nyeri
Inflamasi/peradangan
Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.
Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata
Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.Tidak dapat
menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan
Penatalaksanaan
a. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; penguranganpengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
b. Elektromekanis.
- Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C
- Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau
pengendongan (sung)
penyangga
beban
dengan
Etiologi
- Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti
-
- Nyeri
Spasme otot
Kehilangan kekuatan
Keterbatasan lingkup gerak sendi.
Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena
Penatalaksanaan
pembengkakan.
Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan
secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan
e. Kontusio
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,
misalnya pukulan, tendangan atau jatuh (Brunner dan Suddart, 2001).
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada
kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil
pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya
Etiologi
- Benturan benda keras.
- Pukulan.
- Tendangan/jatuh
Penatalaksanaan
- Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman.
- Tinggikan daerah injury.
- Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap
pemberian) untuk vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Cole, elaine. 2009. Trauma Care. British Library.
klien
gangguan
sistem