Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1.2 Flavonoid
Flavonoid
merupakan
dengan
cara
mendonasikan
atom
hidrogennya
atau
melalui
dasar polifenol
2.1.4 Vitamin E
Vitamin
larut dalam lemak dan memiliki sifat antioksidan, diantara vitamin E, yang paling
banyak dipelajariadalah tokoferol (Gambar 5) karena memiliki ketersediaan hayati
yang tinggi (Herrera dan Barbas, 2001 dalam Inggrid dan Santoso, 2014).
Tokoferol dapat melindungi membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas pada
reaksi rantai peroksidasi lipid. Tokoferol dapat menghambat radikal bebas dan
mencegah tahap reaksi propagasi. Reaksi ini menghasilkan radikal tokoferosil yang
dapat diubah kembali ke bentuk kurang aktif melalui pemberian elektron dari
antioksidan lainnya, seperti askorbat dan retinol. Berikut ini pada gambar 2.4 adalah
struktur kimia dari vitamin E :
Gambar 2.4.
Struktur kimia
tokoferol
Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan
alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan buatan
(sintetik) merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia
(Kochhar dan Rossell, 1990).
Vitamin E
sayur-sayuran hijau
Biji bunga matahari, biji-bijian yang mengandung
kadar minyak tinggi, kacang-kacangan, susu dan
hasil olahannya
Buah-buahan (jeruk, kiwi, dan lain-lain), sayursayuran (sebagian rusak selama pemasakan),
Vitamin B2 (Riboflavin)
kentang
Susu, produk hasil olahan susu, daging, ikan, telur,
Seng (Zn)
Tembaga (Cu)
Selenium (Se)
tanah)
Serealia, daging, ikan (kadar dalam makanan
Protein
sampel dengan radikal bebas DPPH, buffer asetat dan etanol dalam methanol
sehingga terbentuk warna ungu. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil.
Tingginya aktivitas antioksidan pada sampel akan ditunjukkan oleh banyaknya DPPH
yang direduksi yang terlihat dengan semakin pudarnya warna ungu. Warna yang
terbentuk dibaca dengan spektrofotometer pada 517 nm. Trolox digunakan sebagai
standar yang merupakan analog vitamin E yang larut dalam air. Aktivitas antioksidan
dinyatakan dalam satuan TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant Capacity).
Reaksi Penghambatan Radikal DPPH (Moektiwardoyo, 2012)
x 100%
Berdasarkan rumus tersebut, makin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi
nilai aktivitas penangkapan radikal. Aktivitas antioksidan dinyatakan secara kuantitaif
dengan IC50. IC50 adalah konsentrasi larutan uji yang memberikan peredaman DPPH
sebesar 50%.
Analisis dilakukan dengan memasukkan 1 ml buffer asetat 100 mM (pH 5.5), 1.87
ml etanol dan 0.1 ml radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) 3 mM dalam
metanol ke dalam tabung reaksi. Kemudian sebanyak 0.03 ml larutan sampel
ditambahkan ke dalam tabung tersebut, divorteks dan diinkubasi pada 25oC, selama
20 menit. Sebagai kontrol digunakan 0.03 ml aquades sebagai pengganti sampel.
Kemudian absorbansinya diukur pada 517 nm. Standar digunakan adalah Trolox (6-
Teh
Teh adalah suatu produk yang dibuat dari daun muda pucuk daun) dari tanaman
teh Camellia sinensis L Daun teh mengalami beberapa proses pengolahan untuk dapat
menjadi produk seperti teh hitam teh hijau dan the oolong. Dalam perdagangan teh
Internasional dikenal tiga golongan teh yang pengolahannya berbeda dari segi bentuk
serta cita rasanya yaitu Black Tea (teh hitam), Green Tea (teh hijau) dan Oolong
Tea (teh oolong). Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh
hitam mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri
khasnya sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya.
Sedangkan teh oolong adalah semacam pencampuran antara teh hitam dan teh hijau,
yakni mengalami setengah fermentasi (1-5 jam). Disamping itu teh hitam tidak
mengandung unsur- unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau
daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus
dikompensasi dengan wangi-wangian dari bahan-bahan non teh (Radiana, 1985)
Daun teh memiliki senyawa bioaktif yang kompleks, salah satunya adalah
polifenol. Pada teh hijau kandungan polifenolnya sebesar 36 persen. Katekin
merupakan senyawa dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epikatekin (EC),
epikatekin gallat (ECG), epigallokatekin (EGC), epigallokatekin gallat (EGCG), katekin
dan gallokatekin (GC). Dalam daun teh terdapat sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin
yang dapat mencegah kanker dan kolesterol. Flavonol merupakan zat antioksidan
utama pada daun teh yang terdiri atas kuersetin, kaempferol dan mirisetin. Sekitar 2-3
persen bagian teh yang larut dalam air merupakan senyawa flavonol (Alumniits, 2009).
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan tannin
terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena banyaknya gugus
fungsional hidroksil yang dimilikinya. Selain itu, teh juga mengandung alkaloid kafein
yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan.
Beberapa vitamin yang dikandung teh di antaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan
vitamin A yang diduga akan menurun kadarnya akibat pengolahan, namun masih dapat
dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam teh,
terutama fluorida yang dapat memperkuat struktur gigi (Kustamiyati, 2006).
Pada daun teh segar, kadar tannin pada tahap pengolahan teh hitam secara
berturut-turut semakin kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau terdapat
sebaliknya. Meskipun semua komponen tannin dari hasil berbagai penelitian diketahui
mempunyai kemampuan untuk penyembuhan penyakit ginjal, namun tannin dalam
bentuk epigalokatekin galat, merupakan tannin predominan dari teh hijau yang paling
berkhasiat. Tannin memiliki rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi
(Ramayanti, 2003).
Tannin merupakan senyawa yang sangat penting karena hampir semua
karakteristik mutu teh berkaitan erat dengan perubahan yang terjadi pada tannin
selama pengolahan teh. Tannin yang terkandung dalam teh merupakan turunan asam
galat dan dikenal dengan katekin (Ramayanti, 2003). Polifenol teh atau sering disebut
dengan katekin merupakan zat yang unik karena berbeda dengan katekin yang
terdapat pada tanaman lain. Katekin dalam teh tidak bersifatmenyamak dan tidak
berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Ketekin teh bersifat antimikroba
(bakteri dan virus), antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh darah, melancarkan
sekresi air seni, dan menghambat pertumbuhan sel kanker.
Katekin merupakan kelompok atama dari substansi teh hijau dan paling
berpengaruh terhadap seluruh komponen teh. Dalam pengolahannya, senyawa tidak
berwarna ini baik langsung maupun tidak langsung selalu dihubungkan dengan semua
sifat produk teh, yaitu rasa, warna, dan aroma. Katekin pada tanaman teh dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu proanthocyanidin dan poliester. Katekin teh hijau
tersusun sebagian besar atas senyawa katekin (C), epikatekin (EC), galokatekin (GC),
apigalokatekin (EGC), epikatekin galat (ECG), galokatekin galat (GCG), dan
apigalokatekin galat (EGCG). Konsentrasi katekin sangat tergantung pada umur daun.
Pucuk dan daun pertama paling kaya katekin galat. Kadar katekin bervariasi pada
varietas tanaman tehnya.
2.3.2 Teh Hijau
Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan banyak
dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk membantu
proses pencernaan dan juga karena kemampuannya dalam membunuh bakteri.
Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh
bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang menyebabkan penyakit di rongga mulut
(penyakit periodontal) (Kushiyama et al., 2009). Konsumsi teh hijau juga dipercayai
memiliki efek untuk menurunkan angka mortalitas pasien-pasien dengan penyakit
pneumonia (Watanabe et al., 2009).
Teh hijau dihasilkan melalui suatu proses yang hampir sama dengan pengolahan
teh hitam. Bedanya pembuatan teh hijau ini tidak melalui proses fermentasi, sehingga
warnanya masih hijau dan masih mengandung tanin relatif tinggi. Kandungan senyawa
kimia yang menentukan spesifikasi kualitas teh hijau adalah polifenol, kafein, asamasam amino dan komponen aroma (Yamanishi, 1995 dikutip Lelani, 1995). Menurut
Hardjosuwito dan Husnan (1974) dikutip Kustamiyati (1989) bahwa pemanasan
berpengaruh pada beberapa kandungan senyawa kimia teh hijau. Pemanasan akan
menurunkan rasa mentah pada teh menjadi lunak dan rasa lunak ini disebabkan
menurunnya kadar tanin, dan meningkatnya tehaflavin dan teharubigin yang
menentukan warna dan rasa teh. (Hardjosuwito, 1976 dikutip Kustamiyati, 1989).
Berikut ini adalah komposisi polyphenol teh hijau.
Tabel 1. Komposisi Polifenol Teh Hijau
Komponen
Jumlah (mg)
Catechins
210
Flavonoles
14
Thearubigins
0
Undefined
266
Kafein
45
Sumber: Internatonal Symposium on Health and Tea in USDA, 1998
2.3.3;
Teh Olong
Teh Oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan
lama dengan udara saat diolah. Teh Oolong terletak diantara teh hijau dan teh
hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30-70%). Hasilnya, warna teh
menjadi cokelat kemerahan (Sujayanto, 2008). Teh oolong adalah daun teh yang
diolah
dengan
fermentasi
(oksidasi
enzimatis)
secara
parsial.
Artinya,
fermentasinya tidak terlalu lama seperti pada pembuatan teh hitam, sehingga
hanya sebagian cairan sel yang mengalami proses fermentasi. Oksidasi enzimatis
adalah reaksi oksidasi senyawa-senyawa polifenol dengan enzim polifenol
oksdase dengan bantuan oksigen (O2) dari udara menjadi ortokuinon, kemudian
berkondensasi menjadi teaflavin dan tearubigin (Michelle et al, 1993).
Teh oolong memiliki senyawa antilipase. Antilipase merupakan suatu senyawa
yang dapat menginhibisi kerja enzim lipase baik secara irreversible maupun
reversible. Enzim lipase merupakan enzim yang berperan dalam proses hidrolisis
lemak. Enzim lipase mampu menghidrolisis lemak makanan yang dikonsumsi
hingga 50-70%. Prinsipnya, enzim lipase menghidrolisis lemak dari makanan
menjadi lipid yang lebih polar dan dapat berinteraksi dengan air sehingga lebih
mudah diserap oleh tubuh. Namun hasil penyerapan lipid akan langsung
digunakan sebagai sumber energi atau disimpan oleh tubuh di dalam jaringan
adipose sebagai cadangan energi. Meskipun lipid dibutuhkan oleh tubuh,
konsumsi lipid yang berlebihan dapat merugikan tubuh karena selain asupanasupan lipid esensial, tubuh juga dapat mensintesis lipid dari metabolisme
karbohidrat (Michelle et al.1993).
2.3.4;
Teh Hitam
Teh hitam merupakan teh yang mengalami proses oksidasi enzimatis sempurna.
Proses pengolahannya dimulai dengan pelayuan selama 12-18 jam. Proses ini untuk
mengurangi kadar air dalam daun. Setelah pelayuan, dilakukan penggilingan.
Hancurnya membran daun saat penggilingan menyebabkan keluarnya sari teh dan
minyak essensial sehingga memunculkan aroma khas (Rinto, 2008). Teh hitam
diperoleh dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun terluka dan mengeluarkan
getah yang akan bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa
teaflavin dan tearubigin. Artinya, daun teh mengalami perubahan kimiawi dengan
sempurna sehingga hampir semua kandungan katekin terfermentasi menjadi teaflavin
dan tearubugin. Warna hijau bakal berubah menjadi kecoklatan dan selama proses
pengeringan menjadi hitam, hal ini disebut dengan reaksi oksidasi enzimatis. Teaflavin
menurunkan warna merah kekuning-kuningan dalam setiap seduhan, tearubigin
memberi kombinasi warna coklat kemerahan dan kuning. Soal rasa seperti katekin dan
teaflavin dapat memberi kesegaran (Sujayanto, 2008).
Teh hitam dihasilkan dari dua macam teh yaitu teh dauh dan teh bubuk. Teh daun
adalah bubuk teh yang berasal dari daun teh dan mengalami penggulungan sempurna
selama pengolahan. Teh bubuk adalah bubuk teh yang selama pengolahannya tidak
tergulung
sempurna
akan
tetapi
tersobek
sehingga
diteruskan
dengan
Teh Javana
2;
3;
4;
5;
6;
7;
8;
9;
Bahan Kimia
1; Etanol
2; DPPH
3; Aquadest
Residu
Filtrat
+ Aquadest
Peneraan hingga 50 ml
Etanol 1 ml+DPPH 3 ml
Pemasukan ke dalam tabung reaksi
Vortex
Ekstrak Sampel
Pengambilan 1 ml cuplikan
Pengenceran hingga 5 ml
Pengambilan 0.1 ml
Pemasukan ke dalam tabung reaksi
.Etanol 0,9 ml
Pengenceran hingga 1 ml
+ DPPH 3 ml
Vortex
Ulangan 1.
3 , 0790,943
x 100
3 , 079
= 69,37%
Ulangan 2.
3 , 0790,832
x 100
3 , 079
= 72,96%
Ulangan 3.
3 , 0790,849
x 100
3 , 079
= 72,43%
Rata-rata Aktivitas Antioksidan Sampel
1; Sampel Teh Gopek Hitam Melati
STDEV
( x ix )2
n1
2
= 1,937894
RSD
=
=
SD
100 %
x
1 , 937894
1 00 = 2,70706%
5 4,0203
4.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa, nilai tertinggi adalah pada sampel
the hijau cap Djenggot dengan nilai 90,75% yang kemudian diikuti oleh Zestea Green
Tea, dan pada urutan ketiga adalah Kopi Jahe Sekar Arum. Ketiga nilai tersebut
merupakan nilai dengan tingkat ketelitian yang tinggi karena nilai RSDnya kurang dari
5% bahkan kurang dari 1%.
Teh botol Sosro memiliki nilai tertinggi dalam aktivitas penghambatan radikal
bebas diakrenakan kandungan total polifenolnya yang tinggi. Hal ini juga telah
didukung oleh pernyataan dari Alumniits (2009) yaitu, daun teh memiliki senyawa
bioaktif yang kompleks, salah satunya adalah polifenol. Pada teh hijau kandungan
polifenolnya sebesar 36 persen. Katekin merupakan senyawa dominan dari polifenol
teh hijau dan terdiri dari epikatekin (EC), epikatekin gallat (ECG), epigallokatekin
(EGC), epigallokatekin gallat (EGCG), katekin dan gallokatekin (GC). Dalam daun teh
terdapat sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin yang dapat mencegah kanker dan
kolesterol. Flavonol merupakan zat antioksidan utama pada daun teh yang terdiri atas
kuersetin, kaempferol dan mirisetin. Sekitar 2- 3 persen bagian teh yang larut dalam air
merupakan senyawa flavonol. Namun, menurut Ramayanti (2003), pada daun teh
segar, kadar tannin pada tahap pengolahan teh hitam secara berturut-turut semakin
kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau terdapat sebaliknya. Meskipun semua
komponen tannin dari hasil berbagai penelitian diketahui mempunyai kemampuan
untuk penyembuhan penyakit ginjal, namun tannin dalam bentuk epigalokatekin galat,
merupakan tannin predominan dari teh hijau yang paling berkhasiat. Tannin memiliki
rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi. Tannin merupakan senyawa yang
sangat penting karena hampir semua karakteristik mutu teh berkaitan erat dengan
perubahan yang terjadi pada tannin selama pengolahan teh. Tannin yang terkandung
dalam teh merupakan turunan asam galat dan dikenal dengan katekin. Dengan kata
lain semakin rendahnya proses fermentasi yang terjadi, maka kandungan total
polifenolnya akan semakin sedikit yang berkurang.
Berdasarkan teori pada paragraf sebelumnya, maka seharusnya produk teh
dengan merek Zestea Green Tea memiliki nilai yang lebih tinggi daripada teh botol
sosro, karena teh botol sosro termasuk ke dalam jenis teh hitam yang melakukan
fermentasi penuh pada daun teh. Karena Green Tea/teh hijau merupakan jenis teh
yang tidak mengalami proses fermentasi. Perubahan nilai ini dapat diakibatkan oleh
proses inaktifasi enzim fenolase yang kurang maksimal, sehingga masih terdapat
beberapa bagian yang terfermentasi spontan. Hal ini terbukti dari warna produk yang
seharusnya berwarna putih (tidak adanya fermentasi sehingga tidak ada senyawa yang
berkontribusi memberi warna coklat) berwarna sedikit coklat bahkan hampir sama
dengan warna teh botol sosro.
BAB 5. PENUTUP
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1;
2;
DAFTAR PUSTAKA
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Erlangga.
Alumniits. 2009. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. http://www.alumniits.com
(diakses 25 Oktober 2015).
Belleville-Nabet F. 1996. Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal dalam
Sistem Biologis. Prosiding Simposium Senyawa Radikal dan Sistem Pangan:
Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Eds:
Zakaria FR et al. Pusat Studi Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
Halliwell, B. & Whiteman, M. (2004) Measuring reactive species and oxidative damage
in vivo and in cell culture: how should you do it and what do the results mean;
Br J Pharmacol, 142,55-231.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan,
Edisi
kedua,
Hal
5,
69-76,
diterjemahkan
oleh
Kosasih
dan
Rossell B.
1990.
Moektiwardoyo, 2012
Nasution, M.Z dan Wachyuddin., 1975. Pengolahan Teh. Departemen Teknologi
Paembong, Adyati. 2012. Mempelajari Perubahan Kandungan Polifenol Biji Kakao
(Theobroma Cacao L) dari Hasil Fermentasi yang diberi Perlakuan Larutan
Kapur. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar. (Skripsi)
Radiana, S. 1985. Petunjuk Pengolaha Teh Hitam. Jakarta: PT. Wiga Guna.
Ramayanti, I. 2003. Pengaruh derajat Layu dan Lama Penggulungan Terhadap Mutu
Bubuk Teh Hitam. USU-Press, Medan.
Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam Sistem
Biologis. Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196-202.
Rohdiana, 2001
Sies, 1997
Sujayanto, G. 2008. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial
Oktober(I): hal. 34-38.
Sunita, 2004
Watanabe I. 2009 . Green Tea and Death From Pneumonia in Japan: The Ohsaki
Cohort Study. Journal Clinic Nutrition 90 (1): 672-679.
Yamanishi, T. 1995. Flavor of Thea Compration of Aroma of Various Type of
Black Thea, Agrobiochemistry.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Penimbangan 1,5 gr
sampel
Penambahan 50 ml
aquadest
Pengadukan selama 10
menit
Penyaringan dengan
kertas saring
Peneraan dengan
aquadest sampai 50ml
Pengambilan 1 ml
ekstrak
Penambahan aquades
hingga volume jadi 5ml
Penambahan 3 ml
DPPH
Vorteks