You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

I. Definisi Abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi
akibat atau infeksi bakteri. (www.,medicastore.com,2004)
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa
kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses
mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses
dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher.
(Smeltzer dan Bare, 2001)

II.

Abses Odontogenik
1. Abses periapikal
Abses periapikal sering juga disebut abses dentoalveolar, terjadi di daerah periapikal gigi yang sudah
mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut.
Mungkin terjadi segera setelah kerusakan jaringan pulpa
atau setelah periode laten yang tiba-tiba menjadi infeksi
akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan demam.
Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa,
tetapi juga bisa berasal sistemik (bakteremia).
1

Gambar 1 : Abses periapikal


2. Abses subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan
selulitis jaringan lunak mulut dan daerah maksilofasial.
Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit
sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita
merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan dalam serta
tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi
premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi
sampai pinggir mandibula, tetapi masih dapat diraba. Gigi
penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.

Gambar 2: a. Ilustrasi gambar Abses subperiosteal dengan lokalisasi di


daearah lingual
b. Tampakan Klinis Abses Subperiosteal
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer

3. Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular,
merupaan kelanjutan abses subperiosteal yang kemudian
pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah
periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak berkurang,
sedangkan pembengkakan bertambah besar. Gejala lain
yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadangkadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada
palpasi lunak dan fluktuasi podotip. Bila abses berasal
darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,
terangatnya
pembengkakan

sayap

hidung

pelupuk

mata

dan
bawah.

kadang-kadang
Kelenjar

submandibula membesar dan sakit pada palpasi.

limfe

aA

Gambar 3 : a. Ilustrasi gambar Abses Submukosa dengan lokalisasi didaerah


bukal.
b. Tampakan klinis Abses Submukosa
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer

4. Abses fosa kanina


Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang
bersal dari gigi rahang atas pada regio ini terdapat jaringan
ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya akumulasi
cairan

jaringan.

Gejala

klinis

ditandai

dengan

pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus nasolabialis


dan

edema

pelupuk

mata

bawah

sehingga

tampak

tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit


disertai kulit yang tegang berwarna merah.

Gambar 4 : a. Ilustrasi abses Fossa kanina


b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

5. Abses spasium bukal


Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m.
pterigoidus interna dan m. Businator. Berisi jaringan lemak
yang meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah,
menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal.
Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga
rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.
Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa
bukaldan menonjol ke arah rongga mulut. Pada perabaan
tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan gigi
penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus
dapat

turun

ke

spasium

terdekat

lainnya.

Pada

pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak


jelas pada perabaan.

Gambar 5 : a. Ilustrasi gambar memperlihatkan penyebaran abses


lateral ke muskulus buccinators b. Tampakan Klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

6. Abses spasium infratempora


Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat
berbahaya dan sering menimbulkan komplikasi yang fatal.
Spasium infratemporal terletak di bawah dataran horisontal
arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus
mandibula dan bagian dalam oleh m.pterigoid interna.
Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid eksternus. Spasium
ini

dilalui

a.maksilaris

interna

n.mandibula,milohioid,lingual,businator
timpani.

Berisi

pleksus

venus

pterigoid

berdekatan dengan pleksus faringeal.

dan

dan
n.chorda
dan

juga

Gambar 6 : a. Ilustrasi gambar penyebaran abses ke rongga infratemporal


b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fargisos Fragiskos D, Germany, Springer

7. Abses spasium submasseter


Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan
diantara insersi otot masseter bagian superfisialis dan
bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah sempit yang
berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter
bagian tengah dan permukaan tulang. Keatas dan belakang
antara origo m.masseter bagian tengah dan bagian dalam.
Disebelah belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan
tipis lembar fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal

dari gigi molar tiga rahang bawah, berjalan melalui


permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.
Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio
ramus mansibula bagian dalam, pembengkakan jaringan
lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat, toksik dan
delirium.

Bagian

posterior

ramus

mempunyai

daerah

tegangan besar dan sakit pada penekanan.

Gambar 7 : a. Ilustrasi gambar menunjukkan penyebaran abses ke


daerah submasseter
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

8. Abses spasium submandibula


Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang
memisahkannya dari spasium sublingual. Lokasi ini di
bawah dan medial bagian belakang mandibula. Dibatasi
oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior
oleh

m.pterigoid

eksternus.

Berisi

kelenjar

ludah

submandibula yang meluas ke dalam spasium sublingual.


Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar
ditutup oleh fasia superfisial yang tipis dan ditembus oleh
arteri submaksilaris eksterna.
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses
dentoalveolar, abses periodontal dan perikoronitis yang
berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.

Gambar 8 : a. Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daerah


submandibular di bawah muskulus mylohyoid, b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

9. Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang
tebal , teletek diatas m.milohioid dan bagian medial
dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh permukaan
lingual mandibula.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr
mulut dan lidah terangkat, bergerser ke sisi yang normal.
Kelenjar sublingual aan tampak menonjol karena terdesak
oleh

akumulasi

pus

di

bawahnya.

Penderita

akan

mengalami kesulitan menelen dan terasa sakit.

b
Gambar 9 : a.
Perkembangan abses di daerah sublingual
b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan elevasi lidah ke arah
berlawanan
Sumber : Oral surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

10

10.

Abses spasium submental


Spasium

ini

terletak

diantara

m.milohioid

dan

m.plastima. di depannya melintang m.digastrikus, berisi


elenjar limfe submental. Perjalanan abses kebelakang
dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi
dapat berasal dari spasium submandibula. Gigi penyebab
biasanya gigi anterior atau premolar.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio
submental. Tahap akhir akan terjadi supuratif dan pada
perabaan fluktuatif positif. Pada npemeriksaan intra oral
tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi
disekitar

gigi

penyebab

lebih

merah

dari

jaringan

sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga


kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang.

11

Gambar 10 : a. Ilustrasi penyebaran abses ke daerah submentalb.


Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

11.

Abses spasium parafaringeal


Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar

kepala dan apeks bergabung dengan selubung karotid.


Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid interna dan
sebelah dalam oleh muskulus kostriktor. sebelah belakang
oleh glandula parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus
stiloideus serta struktur yang berasal dari prosesus ini.
Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri
karotis, vena jugularis dan nervus vagus, serta sturktur
saraf spinal, glosofaringeal, simpatik, hipoglosal dan kenjar
limfe.
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas
melalui berbagai foramina menuju bagian otak. Kejadian
tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis atau
trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat
melalui selubung karotis sampai mediastinuim.

III. Abses Submandibula


Abses
submandibula
terbentuknya

abses

pada

12

di

defenisikan

ruang

potensial

sebagai
di

region

submandibula

yang

disertai

dengan

nyeri

tenggorok,

demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut (2).


Abses submandibula merupakan bagian dari abses
leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di ruang
potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat
penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan
leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan
pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.1,2,3
Kuman

penyebab

Streptococcus,

infeksi

terbanyak

Staphylococcus,

adalah

golongan

kuman

anaerob

Bacteroides atau kuman campur.


Abses leher dalam yang lain dapat berupa abses
peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring dan angina
Ludovici

(Ludwigs

angina)1,3

Ruang

submandibula

merupakan daerah yang paling sering terlibat penyebaran


infeksi dari gigi. Penyebab lain adalah infeksi kelenjar
ludah, infeksi saluran nafas atas, trauma, benda asing, dan
20% tidak diketahui fokus infeksinya. Komplikasi dapat
diperberat karena adanya kelainan ginjal seperti uremia
dan kelainan jantung
yang

diperberat

seperti old MCI, dimana komplikasi

dengan

menyebabkan kematian.

13

penyakit

penyerta

dapat

Anatomi
Pada daerah leher terdapat beberapa ruangpotensial
yang dibatasi oleh fasia servikal. Fasia servikal dibagi
menjadi dua yaitu fasia superfisialis dan fasia profunda.
Kedua fasia ini dipisahkan oleh m. plastima yang tipis dan
meluas ke anterior leher. Muskulus platisma sebelah
inferior berasal dari fasia servikal profunda dan klavikula
serta meluas ke superior untuk berinsersi di bagian inferior
mandibular.

Gambar 11 . Potongan Sagital Leher

Ruang

potensial

leher

dibagi

menjadi

ruang

yang

melibatkan seluruh leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid.


Ruang

yang

melibatkan

seluruh

leher

terdiri

dari

ruang

retrofaring, ruang bahaya (danger space) dan ruang prevertebra.

14

Ruang

suprahioid

terdiri

dari

ruang

submandibula,

ruang

parafaring, ruang parotis, ruang peritonsil dan ruang temporalis.


Ruang infrahioid meliputi bagian anterior dari leher mulai dari
kartilago tiroid sampai superior mediastinum setinggi vertebra ke
empat dekat arkus aorta.

Ruang Submandibula
Ruang

submandibula

terdiri

dari

ruang

sublingual,

submaksila dan submental. Muskulus milohioid memisahkan


ruang sublingual dengan ruang submental dan submaksila.
Ruang sublingual dibatasi oleh mandibula di bagian lateral dan
anterior, pada bagian inferior oleh m. milohioid, di bagian
superior oleh dasar mulut dan lidah, dan di posterior oleh tulang
hioid. Di dalam ruang sublingual terdapat kelenjar liur sublingual
beserta duktusnya parafaring (38,4), diikuti oleh angina Ludovici
(12,4%), parotis (7%) dan retrofaring (5,9%). Sakaguchi dkk,4
menemukan kasus infeksi lehercdalam sebanyak 91 kasus dari
tahun 1985 sampai 1994. Rentang usia dari umur 1-81 tahun,
laki-laki sebanyak 78% dan perempuan 22%. Infeksi peritonsil
paling banyak ditemukan, yaitu 72 kasus, diikuti oleh parafaring
8 kasus, submandibula, sublingual dan submaksila 7 kasus dan
retrofaring 1 kasus.

15

Fachruddin8 melaporkan 33 kasus abses leher dalam


selama Januari 1991-Desember 1993 di bagian THT FKUI-RSCM
dengan rentang usia 15-35 tahun yang terdiri dari 20 laki-laki
dan 13 perempuan.
Ruang potensial yang tersering adalah submandibula
sebanyak 27 kasus, retrofaring 3 kasus dan parafaring 3 kasus.
Di sub bagian laring faring FK Unand/RSUP M Djamil Padang
selama Januari 2009 sampai April 2010,
tercatat kasus abses leher dalam sebanyak 47 kasus, dengan
abses submandibula menempati urutan ke dua dengan 20 kasus
dimana abses peritonsil 22 kasus, abses parafaring 5 kasus dan
abses retrofaring 2 kasus.

Gambar 12 . Anatomi Ruang Submandibula

16

Gambar 13 . Ruang potensial leher dalam (A) Potongan aksial, (B) potongan
sagital.
Ket : SMS: submandibular space; SLS: sublingual space; PPS: parapharyngeal
space; CS: carotid space; MS: masticatory space. SMG: submandibular gland;
GGM: genioglossus muscle; MHM: mylohyoid muscle; MM: masseter muscle;
MPM: medial pterygoid muscle; LPM: lateral pterygoid muscle; TM: temporal
muscle.

Etiologi
Menurut

Siregar

(2004)

suatu

infeksi

bakteri

bisa

menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain:


1. Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari
tusukan jarum yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh
manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa
menyebabkan terbentuknya abses.
Lebih

lanjut

Siregar

(2004)

menjelaskan

terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

17

peluang

1. Terdapat

kotoran

atau

benda

asing

di

daerah

tempat

terjadinya infeksi
2. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan sisitem kekebalan.
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama,
(2001), abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah
rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya
pembengkakan didaerah submandibula yang pada perabaan
sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering
mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan
trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila
ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas hasur
segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi
digaris tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk
mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan jalan
napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah,
kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula).
Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi
untuk kuman aerob dan anaerob.
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk
paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan
didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul
diwajah.

18

Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan
ketiga dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah
perlekatan dari musculus mylohyoid.4 infeksi dari gigi dapat
menyebar ke ruang submandibula melalui beberapa jalan yaitu
secara langsung melalui pinggir myolohioid, posterior dari ruang
sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor.3
Sebagian

besar

abses

leher

dalam

disebabkan

oleh

campuran berbagai kuman, baik kuman aerob, anaerob, maupun


fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering ditemukan adalah
Stafilokokus,

Streptococcus

sp,

Haemofilus

influenza,

Streptococcus Pneumonia, Moraxtella catarrhalis, Klebsiell sp,


Neisseria sp. Kuman anaerob yang sering ditemukan pada abses
leher dalam adalah kelompok batang gram negatif, seperti
Bacteroides, Prevotella, maupun Fusobacterium.

Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka
akan terjadi infeks. Sebgian sel mati dan hancur, menigglakan
rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalalm melawan
infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan
bakteri.sel darah putih kakan mati, sel darah putih yang mati
inilah yang memebentuk nanah yang mengisis rongga tersebut.

19

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya


akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses
dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan
mekanisme tubuh mencefah penyebaran infeksi lebih lanjut jka
suat abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar
kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung
kepada lokasi abses.(www.medicastre.com.2004).
Pathway (Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama,
2001)

Tanda dan Gejala


Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses
tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi
suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nyeri
Nyeri tekan
Teraba hangat
Pembengakakan
Kemerahan
Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya

tampak sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak,


telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah
pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala

20

seringkali

terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih

mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.


Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri
leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah
lidah, mungkin berfluktuasi.

Pemeriksan Diagnosis
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau dibawah kulit
sangat mudah dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit
ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah
menunjukkan

peningkatan

jumlah

sel

darah

putih.

Untuk

menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bissxa dilkukan


pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MRI.

Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada abses submandibula adalah :
1. Antibiotik (parenteral)
Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan
kuman penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan. Namun,
pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan
secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus. Antibiotik
kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob,
gram positip dan gram negatif) adalah pilihan terbaik

21

mengingat
berbagai

kuman
kuman.

penyebabnya
Secara

empiris

adalah

campuran

kombinasi

dari

ceftriaxone

dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji


sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik
dapat disesuaikan. 2,4-6,13
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka
sensitifitas tinggi terhadap terhadap ceforazone sulbactam,
moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%.
Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih
tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik
biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari. 2,4-6,13
2. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat
dilakukan. Evakuasi abses (gambar 4) dapat dilakukan dalam
anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi
atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan
luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau
setinggi os hioid, tergantung letak dan luas abses.2 Bila abses
belum terbentuk, dilakukan panatalaksaan secara konservatif
dengan antibiotik IV, setelah abses terbentuk (biasanya
dalam 48-72 jam) maka evakuasi abses dapat dilakukan.14
3. Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka
tindakan trakeostomi perlu dipertimbangkan.14

22

Gambar 14. Insisi abses submandibula10

4. Pasien dirawat inap 1-2 hari hingga gejala dan tanda infeksi
reda.2
Komplikasi
Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen,
limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya.
Infeksi dari submandibula paling sering meluas ke ruang
parafaring karena pembatas antara ruangan ini cukup tipis.3
Perluasan ini dapat secara langsung atau melalui ruang mastikor
melewati musculus pterygoid medial kemudian ke parafaring.
Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.6
Penjalaran

ke

atas

dapat

mengakibatkan

peradangan

intrakranial, ke bawah menyusuri selubung karotis mencapai


mediastinum

menyebabkan

medistinitis.

Abses

juga

dapat

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Bila pembuluh


karotis mengalami nekrosis, dapat terjadi ruptur, sehimgga
terjadi

perdarahan

hebat,

bila

terjadi

periflebitis

endoflebitis, dapat timbul tromboflebitis dan septicemia.

23

atau

BAB II
LAPORAN KASUS

No. RM

: 687295

Nama Pasien

: Kurniadi Nur R

Tanggal lahir

: 23 Desember 1998

Usia

: 17 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Komp. Depkes RT 012/04 Jl. RS Polri No. 37, Jakarta

Timur

1.

Anamnesa

24

Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto pada pukul


19.51 WIB pada hari Jumat, 8 Juni 2016 karena bengkak pada dagu sudah 7
hari. Terdapat nyeri saat dagu ditekan, demam hilang timbul, tidak
mengeluhkan adanya mual, diare, maupun muntah. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik dan tidak ada alergi obat.

2.

Pemeriksaan klinis

Ekstra oral

Lokasi/regio

: Rahang bawah, Dagu

Bentuk kelainan

: Pembengkakan

Warna

: Kemerahan

Palpasi

: (+)

Suhu

: Normal

Batas

: Jelas

Mudah digerakkan/tidak

: Mudah digerakkan

Permukaan

: Bengkak

Konsistensi

: Keras

10

Nyeri Tekan

: (+)

11

Fluktuasi

: (+)

Intra oral
1

Kelainan

: Pembengkakan gingiva

Lokasi

: Regio anterior rahang bawah


25

Warna

: Kemerahan

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab

Natrium

138 mmol/l

Kalium

3,7 mmol/l

Chlorida

101 mmol/l

Hemoglobin

16,3 g/dl

Leukosit

19700 u/l

Hematokrit

46 %

Trombosit

357000 /ul

Masa perdarahan

2 menit

Masa pembekuan

12 menit

10

Ureum

24 mg/dl

11

Creatinine

0,9 mg/dl

12

GDS

152 mg/dl

Diagnosis Utama
Abses Mandibularis

Rencana Terapi
Explorasi abses

Laporan Pre Operasi


Pasien masuk ruang rawat inap tanggal 9 Juli 2016

26

Tanda-Tanda Vital (TTV)

TD
N
Rr
S

: 120/70 mmHg
: 80x/menit
: 18x/menit
: 37 C

2 Instruksi Pre Operasi

Puasa 8 jam sebelum operasi (dari pukul 24:00)


Pasang infus dan Skin Test ceftriaxone
Inj.Ceftriaxone 3 x 1g, drip Metronidazole 3 x 500mg, inj.
Ketorolac 3 x 30 mg inj. Rantin 2 x 50 mg.

Laporan Operasi
Tanggal operasi : 11 Juli 2016
Tindakan

: Explorasi abses

Tahapan Operasi :
1

Persiapan alat dan bahan

27

Pasien masuk ke dalam ruang OK, dan dibaringkan di meja operasi

Pasien dibuis umum melalui injeksi pada infus

Asepsis daerah kerja menggunakan betadine

Retraksi mukosa bibir, pemasangan bite block dan retraksi lidah

Pemberian anestesi lokal dengan cara infiltrasi di daerah sekitar abses


untuk mengurangi perdarahan

Insisi dengan blade no. 15, keluarkan nanah dan bersihkan soket. Irigasi
soket abses.

Operasi selesai, PAC dibuka.

Setelah pasien sadar, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan kemudian


ke ruang inap

10

11

Berikan instruksi post-op

Puasa sampai BU (+), FL (+)

Diet Cair

Resep post-op:
Inj.Ceftriaxone 3 x 1g
Drip Metronidazole 3 x 500mg

28

Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
Inj. Rantin 2 x 50 mg.

Laporan Post Operasi


Tanggal 11 Juli 2016
S: Nyeri dagu (+)
O: KU: lemah, GCS: 15, skala nyeri: 4
A: Explorasi abses dengan general anestesi
P: Diet cair
Tanda Tanda Vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Suhu: 36 C
Frekuensi nafas: 20x / menit
Frekuensi nadi: 80x / menit

Tanggal 12 Juli 2016


S: Nyeri dagu (+)
O: KU: lemah, GCS: 15, skala nyeri: 3
A: Masalah post op teratasi sebagian
P: Lanjutkan diet cair. Pasien diizinkan pulang.
Tanda Tanda Vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Suhu: 36 C

29

Frekuensi nafas: 20x / menit


Frekuensi nadi: 80x / menit

BAB III
KESIMPULAN

Abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula.


Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher.
Terapi yang diberikan pada abses submandibula adalah :
1 Antibiotik (parenteral)
2 Bila abses telah terbentuk,

maka

evakuasi

abses

dapat

dilakukan.
3 Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka
tindakan trakeostomi perlu dipertimbangkan.
4 Pasien dirawat inap 1-2 hari hingga gejala dan tanda infeksi reda.
Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen,
limfogen atau langsung (perkontinuitatum) ke daerah sekitarnya.
Infeksi dari submandibula paling sering meluas ke ruang

30

parafaring karena pembatas antara ruangan ini cukup tipis.


Perluasan ini dapat secara langsung atau melalui ruang mastikor
melewati musculus pterygoid medial kemudian ke parafaring.
Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.

LAPORAN KASUS PEMBENGKAKAN


ABSES MANDIBULA

STASE BEDAH MULUT

Pembimbing :
AKBP., drg. M. Toto Sugiharto Sp. BM
Penyusun :

31

Dyah Ayu Arifah, S.Kg


Trezylia Ufthie Sabhilla, S.Kg

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT


RS. BHAYANGKRA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (B)
JAKARTA
2016

32

You might also like