Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Complicated crown fracture adalah terjadinya fraktur mahkota mencapai pulpa terbuka.
(rissa ririn) Dari 98 kasus complicated crown fracture yang terjadi, 30% terjadi akibat
transportasi, jatuh dari sepeda. Injuri akibat jatuh dari sepeda menunjukkan trauma hebat
pada jaringan lunak dan keras, biasanya yang terkena lebih dari satu gigi (multiple crown
fracture).
Biasanya injuri yang terjadi hanya pada satu gigi dan umumnya terjadi pada insisivus
sentral rahang atas. Penelitian menunjukkan complicated crown fracture sebesar 28.7%
dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu
berkisar 2.6-11%.
Untuk perawatan complicated crown fracture yang biasa digunakan adalah ...
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai complicated crown fracture dan
penatalaksanaannya.
(( Rajab LD. Traumaticdentalinjuriesinchildrenpresenting for treatment at the Department of
Pediatric Dentistry,Faculty of Dentistry, Universityof Jordan,1997-2000. Dental
Traumatology 2003; 19: 611))
Compliacted Crown Fracture
Pemeriksaan dan Gambaran Klinis
Pemeriksaan pasien yang mengalami fraktur terdiri dari pemeriksaan darurat dan
pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan darurat meliputi keadaan umum dan keadaan klinis.
Pemeriksaan keadaan umum meliputi identitas, riwayat kasus, dan riwayat medis. Identitas
meliputi nama, umur, alamat, dan jenis kelamin. Pada pemeriksaan riwayat kasus dicatat
adanya keluhan atau gejala sakit spontan pada gigi selama mengunyah, rasa sensitif terhadap
tekanan atau perkusi, dan adanya mobiliti gigi. Dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai
terjadinya cedera, sebab, bagaimana, dan dimana terjadinya trauma, untuk riwayat medis
dilakukan pencacatan mengenai riwayat kesehatan umum.1
Pemeriksaan klinis dilakukan setelah daerah yang terkena trauma dibersihkan. Kemudian
dicatat tipe, perluasan fraktur, perubahan letak gigi, luka, pendarahan, dan pembengkakan.
Kemudian melakukan tes vitalitas pulpa dan perkusi serta palpasi. Pemeriksaan lanjutan
meliputi pemeriksaan klinis lengkap yang terdiri dari pemeriksaan ektra oral dan intra oral,
serta dilakukan pemeriksaan radiografis.1
Complicated crown fraktur melibatkan enamel, dentin dan terbukanya pulpa. Terbukanya
pulpa umumnya diikuti oleh gejala seperti nyeri, kepekaan terhadap perubahan termal dan
pengunyahan, dan jika tidak diobati, mengarah ke pulpa nekrosis dan perubahan periapikal.2
Complicated crown fracture diagnostic sign :3
Deskripsi
Visual sign
Tes perkusi,palpasi
Tes mobiliti
Tes vitalitas pulpa
Gambaran radiografi
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan klinis struktur gigi yang hilang dari mahkota dan
adanya eksposur pulpa. Biasanya terdapat sedikit perdarahan dari bagian terkena pulpa.
Proliferasi jaringan pulpa (pulpa polip) dapat terjadi ketika pengobatan gigi muda terlambat,
tergantung ada atau tidaknya trauma yang bersamaan. Pulpa akan bewarna merah terang,
sianosis, atau penampilan iskemik. Gigi umumnya sensitif terhadap variasi suhu, dehidrasi,
dan tekanan yang disebabkan oleh sectioning dari tubulus dentin dan pulpa yang terbuka.
Respon terhadap pengujian pulpa biasanya positif, kecuali ada cedera trauma yang
bersamaan. (SUMBER: Anna BF, Camp J. Crown Fractures: A Practical Approach For
The
Clinicican.
2015.
http://pocketdentistry.com/3-crown-fractures-a-practical-
Gambaran Radiografi
Pemeriksaan radiografi menambahkan informasi penting untuk evaluasi klinis (seperti
tahap perkembangan akar atau ukuran pulpa) dan membantu dalam menentukan jenis
pengobatan yang akan dilakukan. Selain itu, radiografi berfungsi sebagai catatan untuk
mengevaluasi keberhasilan pengobatan, terutama untuk mengevaluasi penutupan akar dan
kehadiran penghalang jaringan keras yang menutupi area yang terkena.
(SUMBER: Anna BF, Camp J. Crown Fractures: A Practical Approach For The
Clinicican. 2015. http://pocketdentistry.com/3-crown-fractures-a-practical-approachfor-the-clinician/ (20 november 2016)
Pemeriksaan radiografi harus menyediakan informasi sebagai berikut untuk
menunjang diagnosis dan pemeriksaan pada pasien fraktur dentoalveolar:
1) Ada atau tidaknya fraktur akar
2) Tingkat ekstrusi atau intrusi
3) Ada atau tidaknya kelainan periodontal
4) Tingkat pertumbuhan akar
5) Ukuran kamar pulpa dan kanal akar
6) Ada atau tidaknya fraktur rahang
7) Fragmen gigi atau benda asing yang masuk ke jaringan lunak
(SUMBER: : Anonymus. Diagnosis Dan Rencana Perawatan Trauma Dentoalveolar
Pada
Anak.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjGh_SS
t7bQAhUDTY8KHSJEBu8QFggkMAE&url=http%3A%2F%2Fmedia.unpad.ac.id
%2Fthesis
%2F160110%2F2007%2F160110070075_3_1222.pdf&usg=AFQjCNF9FyKPCTYVGgN
HwDI479Z6rGXtbw&sig2=QPos0lhnCN1pOzj7rgzM_Q&bvm=bv.139250283,d.c2I (20
november 2016)
Penatalaksanaan Complicated Crown Fracture
dikarenakan
masing-masing
bahan
memiliki
keuntungan
dan
Pulp
Capping,
Pulpotomi
(Partial
dan
Complete)/
Apeksogenesis
2. Non Vital
Gigi harus diisolasi dngan rubber dam dan tidak ada instrument yang harus
dimasukkan kedalam pulpa yang terekspos.
Kontrol perdarahan dengan kapas steril yang dibasahi dengan saline atau sodium
hypochlorite, jangan gunakan semprotan udara dari 3in1 syringe, karena dapat
mendorong kotoran dan mikroorganisme kedalam pulpa.
Alirkan selapis tipis semen kalsium hidroksida ke pulpa yang terekspos dan dentin
sekitarnya dan tutup dengan restorasi bahan adhesive seperti Kompomer
Pulpotomi
Foto roentgen
Pemberian anastesi lokal dan isolasi daerah kerja
Gunakan bur unruk amputasi pulpa yang terbuka sedalam 2mm
Irigasi dengan saline dan hentikan pendarahan menggunakan cotton pellet
Buka akses dengan bur fisur, dalam kamar pulpa gunakan safe-ended burs untuk
membuang seluruh atap pulpa tanpa overcutting atau perforasi.
Buang semua debris dari kamar pulpa dengan menggunakan hand instrument, irigasi
dengan sodium hipoklorit (1-2%)
Gunakan gates glidden drill untuk memperluas akses ke kanal untuk intrumen dan
irigasi, jangan gunakan terlalu dalam pada gigi permanen muda karena dapat
mengakibatkan perforasi.
Preparasi kanal dengan cara cleaning and shaping. Cleaning dengan irigasu
menggunakan sodium hipoklorit (1-2%) untuk membebaskan saluran akar dari debrisdebris organic, mikroorganisme, dan toksin. Shapping dengan menggunakan
instrument untuk membentuk saluran akar agar dapat terkondensasi dengan baik pada
saat pengisian.
Masukkan file ke apical dengan cara diputar kedalam saluran akar dengan gerakan
memutar yang ringan untuk membuang debris, setelah instrumentasi lanjutkan dengan
irigasi dengan volume yang banyak, tetapi dengan tekanan yang rendah untuk
mengeluarkan debris dari kanal.
Keringkan saluran akar dengan paper point untuk menghindari over-extention dan
kerusakan pada jaringan periapikal.
Isi saluran akar dengan pasta kalsium hidroksida, dapat mneggunakan syringed
maupun dengan spiral paste filler. Aktifitas pelarutan jaringan lunak ringan dan
antimikrobial dari kalsium hidroksida non setting akan terus dilanjutkan hingga
saluran akar bersih dan pH yang tinggi pada kalsium hisroksida dipercaya dapat
merangsang kalsifikasi penutupan akar.
Lakukan ronsen foto untuk memastikan pengisiannya baik hingga ujung akar.
5. Welbury R, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric Dentistry. 4 th ed. Oxford: University
press, 2012: 229-43.
6. Kaban LB, Troulis MJ. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia:
Saunders an imprint of Elsevier, 2004: 443-5.
PEMBAHASAN