You are on page 1of 61

EVALUASI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


Seorang
yang

guru

matematika

mempunyai

banyak

peluang

bermanfaat dalam mengajar. Jika ia memanfaatkan sebagai

besar peluang tersebut untuk men-drill siswa dengan soal-soal rutin,


maka

ia

akan

membunuh

ketertarikan

siswa,

hampers

perkembangan intelektual mereka, dan menyalahgunakan peluang


yang ia miliki. Akan tetapi, jika ia membangkitkan keingintahuan siswa
dengan memberikan masalah yang relevan
mereka,

kemudian

membantu

mereka

dengan

pengetahuan

menyelesaikan masalah

dengan pertanyaan-pertanyaan yang menstimulasi, maka ia akan


menanamkan

sensitivitas

dan

potensi

untuk

berpikir

secara

independen (Polya, 1945).

A. Apa itu Pemecahan Masalah?


Pemecahan masalah merupakan salah satu aspek terpenting dalam
pembelajaran

matematika.

Aspek

ini

terus

menerus

menjadi

topik

pembicaraan di kalangan peneliti maupun pendidik matematika. Berbagai


kalangan merekomendasikan agar pemecahan masalah menjadi fokus
utama dalam pembelajaran matematika (Schoenfeld, 1992, 200; NCTM,
2000; Lenchner,
2005). Hal ini beralasan karena pada hakekatnya belajar matematika
adalah pemecahan masalah (Halmos dalam Schoenfeld, 1983).
Untuk memahami apa itu pemecahan masalah, perlu dikemukakan
terlebih dahulu pengertian
Lenchner

(2005),

suatu

masalah
soal

dalam

matematika.

Menurut

matematika dapat dikategorikan sebagai

suatu latihan (exercise) atau masalah (problem). Sebuah soal matematika


disebut latihan jika prosedur untuk menyelesaikan soal tersebut sudah
diketahui, atau soal tersebut dapat diselesaikan hanya dengan menerapkan
satu atau beberapa prosedur perhitungan. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Schoenfeld (1983) bahwa suatu soal matematika yang tidak memiliki
suatu tantangan dan dapat diselesaikan hanya dengan prosedur yang

EVALUASI PEMBELAJARAN
sudah biasa atau rutinMATEMATIKA
(meskipun prosedurnya sukar atau kompleks), itu

hanya
merupakan sebuah latihan.

evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Sebuah soal matematika yang dikategorikan sebagai masalah memiliki


kompleksitas yang lebih tinggi, sehingga strategi untuk menyelesaikannya
tidak memungkinkan siswa untuk secara langsung menerapkan prosedur
perhitungan yang sudah dikuasai. Artinya, soal tersebut membutuhkan suatu
kreativitas dan orisinalitas dari yang menyelesaikannya. Suatu masalah
biasanya

juga

memuat

situasi

yang

mendorong

siswa

untuk

menyelesaikannya, akan tetapi siswa tidak tahu secara langsung apa yang
harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Terkait dengan subyek yang
memecahkannya, suatu masalah hendaklah memenuhi kriteria berikut:
Siswa mengkonfrontasi keinginan dan kebutuhannya untuk
menyelesaikan masalah
-

Siswa
siap

tidak
pakai

mempunyai

prosedur

baku

atau

pengetahuan

untuk menemukan solusi masalah

Siswa perlu melakukan usaha tertentu untuk menemukan solusi


masalah.
Istilah latihan yang dikemukanan oleh Lenchner dan Schoendfeld dapat
juga disebut sebagai soal rutin (routine problem), yang biasanya mencakup
aplikasi suatu prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang
baru dipelajari. Selanjutnya, istilah masalah berasosiasi dengan soal tidak
rutin (non-routine problem) yang mana untuk menyelesaikannya diperlukan
suatu analisis dan proses berpikir yang lebih mendalam.
Untuk melihat perbedaan dari pengertian latihan dan masalah yang
diberikan Lenchner,
perhatikan contoh
berikut.
Robi memiliki uang dalam bentuk 3 koin ribuan, 5 koin lima ratusan,
dan 8 koin ratusan. a.

Berapa jumlah koin yang dimiliki Robi?

b.

Berapa jumlah uang yang dimiliki Robi?

c.

Jumlah uang dengan koin manakah yang terbanyak?

d.

Robi ingin memberikan satu atau lebih koin kepada adiknya Rara,
berapa jumlah uang yang mungkin diterima Rara?

e. Berapa banyak kombinasi koin yang dapat dibentuk dari satu


atau lebih koin yang
dimiliki Robi?

f.

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Berapa banyak kombinasi dari koin-koin yang dapat dibentuk


sehingga jumlah uangnya sama?

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Dari contoh dapat dicermati bahwa kualitas dari tiga soal pertama
berbeda dengan tiga soal
pertama

dapat

sederhana,

berikutnya.

dilakukan

sedangan

dengan

untuk

tiga

Untuk

menyelesaikan

tiga

soal

suatu prosedur perhitungan yang


soal

lainnya

dibutuhkan

strategi

penyelesaian yang tidak rutin untuk sampai ke jawaban yang dibutuhkan.


Lenchner mengkategorikan tiga soal pertama sebagai latihan dan tiga soal
berikutnya sebagai masalah.
Istilah

lain

dikemukakan

yang

sebelumnya

problem). Masalah

berasosiasi
adalah

dengan
masalah

open-ended adalah

masalah

seperti

open-ended

masalah terbuka,

yang

(open-ended
yang dapat

diselesaikan dengan beberapa strategi berbeda, sehingga memungkinkan


juga

untuk

mendapatkan

diperkenalkan

solusi

yang

berbeda.

Masalah

oleh Shimada di Jepang pada tahun 70-an melalui suatu

penelitian yang dikenal dengan The Open- Ended


Shimada,

open-ended

1997).

Dari

penelitian

ini

Approach

(lihat

bahwa

proses

ditemukan

penyelesaian masalah open-ended dapat memberikan pengalaman kepada


siswa untuk menemukakan sesuatu yang baru. Berikut ini diberikan model
dari pendekatan open-ended yang digunakan oleh Shimada.

Sejak penelitian yang dilakukan Shimada, masalah-masalah openended berkembang dan digunakan secara pesat mulai dari tingkan sekolah
dasar sampai ke sekolah menengah atas. Hal ini tidak hanya ditemui di
Jepang tetapi juga di Amerika Serikat dan beberapa negara lain. Bahkan,
masalah-masalah open-ended juga banyak dipakai sebagai alat asesmen

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
karena dalam memberi
respon terhadap masalah tersebut siswa tidak

hanya

dituntut

untuk

menunjukkan hasil kerja mereka, tetapi juga

dikehendaki untuk menjelaskan bagaimana mereka menemukan

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

jawaban dan mengapa memilih strategi penyelesaian seperti yang mereka


lakukan (Schoenfeld,
1997).
Pengertian lain dari masalah open-ended adalah masalah yang tidak
mempunyai solusi yang pasti. Solusi yang benar akan ditentukan oleh
bagaimana interpretasi seseorang terhadap masalah open-ended yang
diberikan serta asumsi dan strategi/model penyelesaian yang digunakan.
Ketidakpastian

ini

kadang-kadang

mengakibatkan

kebingungan

dan

ketidaknyamanan kepada siswa yang telah terbiasa dengan hanya ada satu
jawabab yang benar,

sewaktu menyelesaikan masalah tersebut. Di lain

pihak, banyak pakar pendidikan matematika (.) yang


melihat

bahwa

masalah

open-ended

sangat

potensial

untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga perlu diberikan


kepada siswa di sekolah.
Dari bererapa hal yang dikemukakan sebelumnya, dapat dilihat
beberapa karakteristik
dari masalah open-ended sebagai berikut.

Tidak dapat dideskripsikan secara lengkap.

Mempunyai beberapa kemungkinan solusi.

Informasi pada masalah terkadang menimbulkan kontroversi bagi yang


memahaminya

Informasi yang disajikan tidak lengkap, sehingga dapat


memunculkan interpretasi dan strategi penyelesaian yang berbeda.

Sering memerlukan pengulangan-pengulangan dalam


menemukan solusi karena penggunaan asumsi dan kondisi yang
berbeda, atau ditemukan informasi yang diperlukan dalam
proses penyelesaian.

Berikut ini disajikan sebuah contoh masalah open-ended.


Sebuah toko mainan menawarkan pekerjaan kepada siswa selama
liburan.

Upah

yang

ditawarkan

ada

dua

alternatif,

yaitu

Rp

300.000/minggu atau Rp 7.500/jam. Jika kamu ingin menerima


pekerjaan yang ditawarkan, upah yang mana yang kamu pilih?
Mengapa? Jelaskan jawabanmu secara rinci!

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Pada contoh ini, jumlah jam kerja perhari dan jumlah hari toko dibuka
dalam seminggu tidak diketahui. Hal ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk membuat asumsi yang berbeda, sehingga hasil akhir yang akan
diperoleh juga berbeda. Dapat juga dicermati pada contoh masalah openended yang diberikan bahwa sebagian besar dari karakteristik yang
dikemukakan

sebelumnya

ditemui

pada

masalah

dan

pada

proses

penyelesaiannya.
Karakteristik seperti yang dimiliki masalah open-ended juga ditemui
pada masalah kontekstual (contextual problem).

Istilah masalah

kontekstual dikenal seiring dengan perkembangan Realistic Mathematics


Education (RME) (lihat Freudenthal, 1971; Gravemeijer,
1993). Masalah kontekstual menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
pembelajaran matematika dengan pendekatan RME, karena merupakan
starting point yang menentukan suksesnya pembelajaran. Istilah konteks di
sini mengacu pada gambaran situasi bagaimana masalah/soal ditempatkan.
Beranjak
(horizontal

dari

konteks,

siswa

mathematization

dapat

dan

melakukan

vertical

kegiatan

matematis

mathematization)

dan

juga

mengaplikasikan pengetahuan matematika mereka (Gravemeijer dalam de


Figueiredo, 1999).
Konteks dalam RME memegang peranan penting sebagai penghubung
antara matematika dengan lingkungan pengalaman siswa. Perlu diingat
bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam
kehidupan

sehari-hari,

tetapi

dapat

juga

berupa

situasi fantasi.

Hal

terpenting di sini adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam


konteks, dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara matematis. Secara
lebih rinci, de Figueiredo (1999) mengatakan bahwa konteks dalam RME
haruslah:

dapat dibayangkan dengan mudah, dapat dikenal, dan


situasinya menarik;

berhubungan dengan dunia siswa


(familiar);

menghendaki pengorganisasian secara matematis (progressive


mathematization), dimulai dengan pengetahuan informal siswa;

tidak terpisah dari proses pemecahan masalah/soal, melainkan harus

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
dapat membantu sampai
ke penyelesaian yang dituju.

Dengan memenuhi kriteria di atas, maka konteks dalam RME akan:

membantu
memahami soal;

mempercepat

siswa

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

memungkinkan siswa memecahkan soal dengan menggunakan


pengetahuan informal mereka;

memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstarikan


kemampuan mereka;

memotivasi
memecahkan soal.

siswa

untuk

Menurut Zulkardi (2006), konteks/situasi yang dapat dijadikan masalah


kontekstual dalam RME dapat berupa situasi personal siswa, situasi
sekolah/akademik,
saintifik/matematis.

situasi
Berikut

masyarakat/publik,
ini

disajikan

maupun

sebuah

contoh

situasi
masalah

kontekstual pada topik Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV),


yang konteksnya sering dijumpai di masyarakat.
Ryan dan Ogy berbelanja bersama di sebuah toko pakaian. Ryan
membeli dua buah topi
dan dua helai baju kaos dengan harga Rp 60.000, sedangkan Ogy
membeli tiga buah topi dan sehelai baju kaos dengan harga Rp 50.000.
Berapakah harga masing-masing sehelai baju kaos dan sebuah topi?
Dalam pembelajaran matematika di sekolah kita, soal-soal seperti ini
sering dijumpai di bagian

akhir

topik

SPLDV

(sebagai

aplikasi

dari

konsep). Sebaliknya, dalam RME soal ini dijadikan awal untuk memahami
metode subsitusi dan eliminasi dalam menyelesaikan SPLDV. Ketika soal ini
diberikan kepada guru-guru matematika dalam suatu pelatihan, secara
spontan semuanya memodelkan soal ke bentuk SPLDV:
2x + 2y =
60.000
3x + y
50.000,
karena

inilah

cara

yang

mereka

kenal

dan

ajarkan

kepada

siswa.

Bandingkan cara yang digunakan oleh guru di atas dengan jawaban dua
orang siswa berikut, di mana mereka belum mengenal istilah variabel
maupun metode eliminasi dan subsitusi.

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Rp 60.000

Rp 50.000

Siswa
1:
Harga 1 topi dan 1 kaos adalah x 60.000 = 30.000 (dia melingkari 1 topi
dan 1 kaos), sehingga harga 2 topi = 50.000 30.000 = 20.000 (dari
gambar pada baris kedua). Diperoleh harga 1 topi
= 10.000, dan harga 1 kaos = 30.000
10.000 = 20.000
Sisw
a2
2 topi dan 2 kaos 60.000, 3 topi dan 1 kaos 50.000, kemudian saya jadikan
4 topi dan 0 kaos. Harganya 40.000

Rp
40.000
Jadi harga 1 topi 10.000 dan harga 1 kaos = 50.000 30.000 = 20.000
(dari gambar pada baris kedua).
Dari jawaban siswa, terlihat bahwa meskipun mereka belum diperkenalkan
dengan metode subsitusi dan eliminasi, namun mereka telah menggunakan
ide-ide

tersebut

dalam

menyelesaikan

soal.

Artinya,

soal-soal

yang

mengandung

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
fenomena
didaktik mampu menstimulasi

mengembangkan ide-ide matematis.

siswa

untuk

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Setelah membahas pengertian masalah, sekarang saatnya untuk


mengemukakan pengertian pemecahan masalah (problem solving). Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah adalah usaha atau
proses menemukan solusi dari masalah. Akan tetapi, karena ada keterlibatan
mental dalam prosesnya maka pemecahan masalah oleh Anderson (1980)
disebut

sebagai

serangkaian

operasi

kognitif

yang

dilakukan

untuk

menemukan suatu solusi dari masalah. Operasi kognitif yang dimaksud


melibatkan dua hal, yaitu memahami masalah dan konteksnya secara
mental dan kemudian secara aktif melakukan manipulasi untuk mencoba
strategi atau model pemecahan masalah.
Ditinjau dari kompleksitas fungsi intelektual manusia, maka
pemecahan masalah
dikategorikan sebagai proses kognitif tingat tinggi yang mengehendaki
modulasi dan kontrol dari berbagai keterampilan yang melebihi dari
keterampilan rutin atau fundamental.
Untuk selanjutnya, istilah masalah dalam buku ini dipahami sebagai
bukan

soal

serangkaian

rutin

atau

soal

operasi

atau

prosedur

memahami

masalah,

yang

hanya

merupakan

matematis.

menemukan

Proses

strategi

aplikasi
mental

dan

dari
untuk

kemudian

mengimplementasikannya, dalam rangka menemukan solusi dari masalah


disebut sebagai pemecahan masalah. Sesuia dengan perkembangan
peristilahan di Indonesia, maka istilah masalah dalam buku ini juga didebut
sebagai soal pemecahan masalah, meskipun tidak ada istilah asing yang
berpadanan dengan ungkapan ini.
B. Mengapa Pemecahan Masalah?
Tanggung jawab utama guru matematika adalah mengajarkan siswanya
untuk berpikir, bertanya atau menanggapi pertanyaan, dalam rangka
memahami

ide-ide

mengimplementasikan

matematis,
ide-ide

serta

tersebut

untuk
dari

pada

mampu
hanya

menggunakannya (regurgitate) (Schoenfeld, 1983)


Pernyaataan dari Schoenfeld di atas secara ringkas telah dapat
menjawab mengapa pemecahan masalah merupakan bagian penting dari

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
pembelajaran matematika
di sekolah. Meskipun demikian, pada bagian ini

masih akan dikemukakan beberapa hal yang diharapkan dapat


meyakinkan
masalah

para

pendidik

matematika

akan

pentingnya

lebih

pemecahan

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

sebagai bagian yang integral dari pembelajaran matematika. Untuk itu,


pada bagian berikut akan diulas lebih dalam kelemahan dari soal cerita
konvensional serta dampak negatifnya terhadap siswa. Selanjutnya, pada
bagian ini juga akan diuraikan beberapa peran penting dari pemecahan
masalah baik dalam kurikulum dan pembelajaran matematika, maupun
dalam membangun kompetensi abad ke 21 (building 21

st

century skills).

Pada bagian akhir akan dikemukakan beberapa manfaat dari pemecahan


masalah.
Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan perbedaan antara latihan
dan masalah. Akan tetapi, diyakini akan tetap ada perbedaan pendapat atau
penafsiran tentang keduanya. Suatu soal matematika yang dikategorikan
masalah bagi seseorang, mungkin saja hanya menjadi soal rutin bagi yang
lain. Sebaliknya, soal-soal yang sebenarnya hanya menerapkan prosedur
rutin untuk menyelesaikannya sudah merupakan masalah bagi seseorang.
Penafsiran yang kedua ini sering dijumpai pada praktek pembelajaran
matematika di sekolah, terutama terkait dengan pemberian soal cerita (story
problem). Pada umumnya guru matematika sudah menganggap suatu soal
cerita sebagai masalah, tanpa mempersoalkan kegiatan kognitif apa yang
dituntut untuk menyelesaikan soal tersebut. Soal-soal seperti ini biasanya
diberikan sebagai aplikasi suatu prosedur matematika yang sama atau mirip
dengan hal yang baru dipelajari. Berikut ini diberikan contoh soal cerita yang
diambil dari sebuah buku teks matematika.

Sebuah gelas berbentuk tabung memiliki diameter 7 cm dan


tinggi 9 cm. Hitunglah volume gelas tersebut

Volume kaleng susu cair yang berbentuk tabung adalah 365


cm3. Jika jari-jari kaleng tersebut adalah 3,5 cm, berapa cm tinggi
kaleng susu tersebut?

Untuk menyelesaikan kedua soal cerita di atas siswa hanya dituntut


untuk mengingat rumus, kemudian melakukan prosedur perhitungan rutin
untuk menjawab apa yang ditanya. Jika
terfokus

untuk

memberikan

soal-soal

guru
seperti

matematika
ini,

hanya

maka kemampuan

pemecahan masalah siswa tidak akan berkembang.


Penafsiran yang kurang tepat dalam mengartikan soal cerita sebagai

suatu

EVALUASI PEMBELAJARAN
masalah, akanMATEMATIKA
mendorong timbulnya dampak negatif

terhadap

kreativitas guru dalam merancang masalah dan terhadap perkembangan


kemampuan
merancang

matematis
masalah

siswa.

yang

berkembang, jika orientasi

cukup

Kreativitas

guru

menantang bagi

matematika
siswa

tidak

untuk
akan

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

utuma

mereka

adalah

pengaplikasian

konsep

yang

baru

dipelajari

melalui pemberian soal cerita. Demikian juga halnya dengan siswa, mereka
akan kurang mendapat kesempatan untuk malakukan analisis dan berpikir
secara lebih mendalam karena tidak ada tantangan untuk itu.
Menurut Reusser (1984), ada beberapa kelemahan dalam soal cerita
yang hanya menghendaki prosedur rutin dalam menyelesaikannya. Pertama,
konteks yang diberikan sering tidak
sewaktu

mereka

memecahkan

mampu

soal.

Ke

melibatkan
dua,

mental

siswa

siswa hampir selalu

mengabaikan fakta-fakta atau pengalaman riil, dan hanya terpaku pada


angka- angka

yang

yang

dikemukakan

dalam suatu soal

cerita.

Akibatnya, sering ditemukan siswa memecahkan suatu soal cerita tanpa


pengertian. Bahkan, mereka masih memecahkan soal yang tidak
diselesaikan

atau

soal

yang

tidak

bermakna

(Reusser,

bisa
1988;

Schoenfeld, 1989), seperti ditunjukkan oleh contoh di bawah ini.


Di sebuah padang rumput terdapat 125 ekor domba dan 5 ekor
anjing yang
membantu

pengembala

Berapakah

usia

Seorang siswa
sebagai berikut:

menjaga

domba-domba

tersebut.

si pengembala?

memberikan

jawaban

125 + 5 = 130......, ini terlalu besar, dan 125 - 5 =


120...., masih terlalu besar......sekarang 125 : 5 = 25....., ini
baru cocok. Saya kira si pengembala berusia
25 tahun.
Jawaban siswa di atas menunjukkan bahwa dia menganggap bahwa soal
cerita yang diberikan bermakna. Kemudian, siswa mencoba mengoperasikan
semua bilangan yang ada pada soal, tanpa mempermasalahkan kebenaran
soal.
Kondisi dan pemanfaatan soal cerita seperti yang disebutkan di atas,
apalagi jika dialami siswa dalam waktu yang lama, akan melahirkan suatu
kepercayaan, asumsi, dan strategi (yang salah) dalam diri siswa terhadap
soal cerita, yaitu:

siswa mengasumsikan setiap soal cerita yang diberikan


adalah bermakna;

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
mempertanyakan
kebenaran

siswa tidak
kelengkapan dari soal;

dan

siswa mengasumsikan bahwa hanya ada satu jawaban yang


benar dari setiap soal;
siswa menggunakan semua bilangan yang ada
dalam soal;

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

siswa percaya bahwa jika operasi matematika (pembagian) yang


mereka gunakan tidak bersisa, maka mereka berada pada alur yang
benar;

jika siswa tidak memahami soal yang diberikan, mereka dapat melihat
ke contoh-contoh atau soal-soal terdahulu.
Tentu saja kita tidak menginginkan siswa yang belajar matematika

memiliki kepercayaan atau asumsi seperti yang dikemukakan di atas. Oleh


sebab itu, sangat perlu untuk membekali siswa dengan pengalaman yang
lebih bermakna melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah akan
memberikan manfaat yang besar kepada siswa dalam melihat relevansi
antara matematika dengan mata pelajaran lain, serta kehidupan dunia
nyata. Mengingat kondisi ini, banyak pakar pendidikan matematika yang
berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah bagian yang integral dari
semua pembelajaran matematika, dan merupakan aspek kunci untuk
dapat mengerjakan semua aspek lain dari matematika.
Schoenfeld (1985) menyatakan
merupakan sarana untuk

bahwa

pemecahan

masalah

mengembangkan kemampuan berpikir, sedangkan menurut NCTM (2000):


Solving problems is not only a goal of learning mathematics but also
a major means of doing so. In everyday life and in the workplace,
being a good problem solver can lead to great advantages.
Problem solving is an integral part of all mathematics learning.
Apa
masalah

yang dikemukakan
merupakan

matematika

di

NCTM

sarana

sekolah.

menunjukkan

sekaligus

Sebagai

target

sarana,

bahwa
dari

pemecahan
pembelajaran

pemecahan

massalah

memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi ide-ide matematis (Carpenter,


Carey, & Kouba dalam Holmes, 1995). Di samping itu, suatu masalah dapat
mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi, mengeksplorasi pola-pola,
dan berpikir secara kritis.

Untuk

memecahkan

masalah,

siswa

perlu

melakukan pengamatan yang cermat, membuat hubungan, bertanya, dan


menyimpulkan
Kemampuan memecahkan masalah seyogyanya merupakan hasil
utama

dari

suatu proses pembelajaran matematika. Dalam kondisi ini

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
pemecahan masalah dikatakan
sebagai target belajar. Siswa harus mampu

memecahkan masalah matematika yang terkait dengan dunia nyata,


masalah yang terdapat di dalam buku teks atau yang diberikan oleh guru.
Untuk

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

itu perlu dirancang masalah yang dapat membantu siswa untuk membuat
hubungan antara matematika dengan kehidupan mereka, dan dengan mata
pelajaran lainnya. Holmes (1995) mengemukakan
masalah yang

kriteria

pemecahan

memungkinkan siswa untuk mencapai target belajar yang

dinginkan sebagai berikut:


They need to create an environment that encourages
students to explore, take risks, share failures and successes,
and question one another. In such supportive environments,
students develop the confidence they need to explore
problems and the ability to make adjustment in their problemsolving strategies.
Artinya, melaui pemecahan masalah siswa didorong untuk melakukan
eksplorasi, mengambil resiko (dengan asumsi dan strategi yang dipilih),
berbagi kisah sukses dan kegagalan (dalam memperoleh penyelesaian),
serta saling mempertanyakan strategi dan hasil yang diperoleh siswa lain.
Kondisi belajar yang seperti ini menurut Holmes sangat baik dalam
membangun rasa percaya diri siswa, baik dalam mengeksplorasi masalah
maupun dalam mengembangkan keterampilan mereka untuk memilih
strategi pemecahan masalah yang lebih tepat.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh oleh siswa melalui
pemecahan masalah, diantaranya:
-

Siswa akan belajar bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan


suatu soal (berpikir divergen) dan ada lebih dari satu solusi yang
mungkin dari suatu soal.

Siswa terlatih untuk melakukan eksplorasi, berpikir komprehensif, dan


bernalar secara logis.

Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan membentuk nilainilai sosial melalui kerja kelompok
Untuk menstimulasi agar siswa mampu menjadi pemecah masalah

(problem

solver) yang baik, NCTM (lihat

www.nctm.org) menganjurkan

agar pembelajaran matematika mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai


tingkat SMA memberi kesempatan kepada semua siswa untuk:

membangun pengetahuan matematis baru melalui pemecahan masalah

memecahkan masalah baik yang terdapat dalam matematika, maupun


konteks lain

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

menerapkan berbagai strategi yang cocok dalam memecahkan masalah

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

memonitor dan melakukan refleksi terhadap proses-proses yang


dilakukan dalam memecahkan masalah-masalah matematika.
Kemampuan

pemecahan

masalah

matematika

berkaitan

dengan

proses kognitif peserta didik, yang bertalian dengan kemampuan analisis


evaluasi dan kreasi. Kemampuan analisis, evaluasi dan kreasi menentukan
seseorang berpikir ke arah lebih tinggi. Proses berpikir ini melibatkan
kemampuan

membedakan,

mengorganisasikan,

atribusi,

pengecekan,

pengkritikan, penyimpulan, perencanaan dan produksi (Anderson, 2003).


Perbedaan seseorang terletak pada kreatifitas dan penggunaan cara yang
berbeda untuk pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan yang terbaik
sangat tergantung pada kreativitas kecakapan pemecahan masalah dan
jenis masalah. Pemecahan masalah yang kreativ tidak berarti sudah
menemukan penyelesaian yang baik, tetapi juga mempertimbangkan siapa
pelakunya,

bagaimana

prosedurnya,

dan

bagaimana

penyelelesaian

dilaksanakan. Menemukan pemecahan masalah yang baik belum cukup


untuk dikatakan meguasai kemampuan pemecahan masalah.
Manfaat lain dari pemecahan masalah, terutama masalah yang
bersifat open-ended
adalah:
1.

Siswa akan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran dan


akan lebih sering mengemukakan ide-ide
Karena

masalah

bersifat

terbuka

serta dapat

diselesaikan

dengan strategi berbeda, maka setiap siswa dimungkinkan


mempunyai asumsi dan ide sendiri. Hal ini akan mendorong
siswa untuk lebih aktif mengemukakan ide atau menanggapi ide
siswa lain yang berbeda.
2. Siswa memiliki
menggunakan dan

lebih

banyak

kesempatan

untuk

mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematis


yang mereka miliki
Masalah

yang

menyelesaikannya

diberikan

memungkinkan

menggunakan

strategi

siswa

berbeda.

untuk
Hal

ini

memberi peluang kepada siswa untuk mendemonstrasikan

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
pengetahuan
dan keterampilan matematis yang mereka miliki.

Apalagi

jika

strategi-staregi

didiskusikan secara

yang

berbeda

tersebut

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

klasikal, maka semakin banyak kesempatan yang dimiliki oleh


siswa untuk bertukar argumentasi secara matematis
3. Kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika akan
meningkat
Adanya kesempatan yang diperoleh siswa untuk menggunakan
strategi mereka sendiri (yang mungkin berbeda dengan yang
lain) dalam pemecahan masalah, akan menumbuhkan rasa
percaya diri siswa. Pertama, karena strategi yang digunakan
berasal dari diri sendiri, sehingga rasa memiliki terhadap strategi
atau pengetahuan tersebut semakin besar. Kedua, rasa tanggung
jawab

terhadap

strategi

tersebut,

untuk

nanti

mempertahankannya dalam diskusi kelas.


4.

Memberi kesempatan untuk mengembangkan penalaran


Sewaktu siswa mempertahankan pendapat atau argumentasi
terkait dengan strategi penyelesaian yang dipilihnya, atau
sewaktu siswa mengomentari solusi dari siswa yang lain, mereka
perlu untuk memberikan alasan terhadap apa yang mereka
kemukakan. Hal ini akan mendorong berkembangnya penalaran
siswa.

5.

Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang kaya,


sehingga suasana kelas lebih menyenangkan
Perbedaan strategi penyelesaian atau solusi yang diperoleh akan
membuat siswa
tertarik untuk mengetahui solusi dari temannya yang lain. Hal ini
akan

memperkaya

pengalaman

siswa

dalam

pemecahan

masalah. Di samping itu, ketertarikan yang muncul pada diri


siswa akan mendorong terciptanya pembelajaran matematika
yang lebih menyenangkan.
C.

Bagimana Mengajarkan Pemecahan Masalah?


Banyak guru matematika yang berpikiran bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa akan berkembang secara otomatis melalui
keterampilan yang diperoleh melalui pengerjaan soal-soal matematika.
Menurut Lenchner (2005), hal ini cenderung tidak benar, karena

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKAmasalah juga merupakan sesuatu yang
keterampilam memecahkan

perlu diajarkan guru kepada siswa. Hal yang sama juga telah
dikemukakan oleh Polya

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

jauh sebelumnya, seperti tersaji pada awal bab ini, dan diperkuat oleh
Halmos (dalam
Schoenfeld, 1983)
The major part of every meaningful life is the solution of
problems; a considerable part of the professional life of
technicians, engineers, scientists, etc. is the solution of
mathematical problems. It is a duty of all teachers, and of
teachers of mathematics in particular, to expose their students
to problems much more than to facts.
Berikut ini diuraikan langkah-langkah pemecahan masalah yang
dianjurkan Polya dalam buku How to Solve It?
Memahami Masalah
Memahami masalah merupakan hal terpenting pertama yang perlu
dilakukan dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan ini,
guru matematika perlu mendorong dan memberi waktu kepada
siswa untuk berpikir tentang masalah yang diberikan (Lenchner,
2005).

Selanjutnya,

beri

kesempatan

kepada

siswa

untuk

mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pemahaman masalah,


sedangkan

pertanyaan

siswa

yang

berkenaan

dengan

cara

pemecahan masalah tidak perlu didiskusikan. Jika tidak ada


pertanyaan dari siswa, maka giliran guru yang perlu mengajukan
pertanyaan untuk membantu siswa memahami masalah. Menurut
Schoenfeld (1985) dan Lenchner (2005), guru matematika dapat
melatih siswa untuk memahami masalah dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan, seperti contoh berikut.

Apa yang tidak


diketahui?
Apa data/kondisi yang
ada?

Apa
ditanyakan?

yang

Apakah data yang ada mencukupi untuk menentukan yang tidak


diketahui? Atau mungkin tidak mencukupi, berlebih, atau
kontradiksi satu sama lain?

Dapatkah
gambar,

kamu

mengilustrasikan

masalah

dalam

atau menggunakan notasi yang relevan?

bentuk

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Dapatkah kamu
mengelompokkan/memisahkan data sesuai

dengan kondisi yang ada?

Kira-kira seperti apa penyelesaian dari


masalah ini?

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Kendala yang sering ditemui oleh siswa dalam memahami


masalah

adalah

bahasa.

Apalagi

jika

penyajian

masalah

melibatkan banyak kalimat yang panjang. Jika hal ini dijumpai,


guru sebaiknya meminta beberapa siswa untuk mengungkapkan
masalah tersebut menggunakan bahasa atau kata-kata mereka
sendiri.
Merencanakan dan Memilih Strategi Pemecahan Masalah
Dalam

merencanakan

pemecahan

masalah

guru

perlu

menstimulasi siswa untuk melihat keterkaitan antara data yang


ada dengan yang tidak diketahui, sebelum strategi pemecahan
masalah dipilih. Stimulasi kembali dapat diberikan guru dalam
bentuk pengajuan pertanyaan-pertanyaan, misalnya:

Pernahkah

kamu

meneyelesaikan

masalah

yang

mirip

dengan masalah ini sebelumnya?


Apakah kamu mengetahui masalah lain yang berhubungan
dengan masalah ini?

Apakah kamu mengetahui dalil atau definisi yang mungkin


membantu dalam penyelesaian masalah?

Perhatikan apa yang tidak diketahui, apakah kamu pernah


menyelesaikan masalah lain yang juga memiliki yang tidak
diketahuiyang sama atau mirip dengan maslah ini?

Guru

mengingatkan

contoh

masalah

yang

pernah

diselesaikan sebelumnya, kemudian bertanya kepada siswa:


Apakah hasil dari penyelesaian masalah yang sebelumnya
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ini, atau
apakah cara yang dulu digunakan dapat juga diterapkan di
sini?
Jika setelah guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti di
atas siswa masih belum menemukan cara atau strategi untuk
menyelesaikan masalah, maka guru perlu menempuh beberapa
hal lain, seperti:
o Menyajikan masalah lain yang lebih sederhana, yang
penyelesaiannya dapat digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah awal
o Menyelesaikan sebagian dari masalah yang diberikan

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

o Mengganti kondisi yang ada pada masalah, sehingga


masalah menjadi lebih sederhana
Melaksanakan rencana
Mereviu kembali
D. Memilih masalah
Masalah yang baik dan menantang haruslah:
Menstimulasi ketertarikan dan keantusiasan siswa untuk
menyelesaikannya
Memperluas intuisi matematis siswa dan mengembangkan pemhaman
mereka
Memperkenalkan siswa pada ide-ide matematis baru dan penting bagi
mereka
Memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh pengalaman yang

menyenangkan,

memuaskan,

dan

mendebarkan

dalam

prose

menemukan solusi masalah.

Dapat diselesaikan menggunkan strategi berbeda

Dapat diperluas ke masalah lain atau menjadi masalah yang lebih


kompleks (dengan merubah kondisi pada masalah)
Sesuia dengan kemampuan matematis yang dimiliki siswa. (Guru

sebaiknya mencoba memecahkan sendiri masalah yang akan diberikan


kepada siswa, sehingga mengetahui level kemampuan matematis yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Nanti perlu ada
penyesuaian untuk siswa)
E.

Cara Menyajikan Masalah


Pemecahan masalah dalam matematika adalah proses menemukan

jawaban dari suatu pertanyaan yang terdapat dalam suatu cerita, teks,
tugas-tugas, dan situasi-situasi dalam kehidupan sehari-hari (Holmes, 1995).
Lebih lanjut Holmes menjelaskan bahwa masalah- masalah yang dipecahkan
meliputi semua topik dalam matematika baik dalam bidang geometri dan
pengukuran, aljabar, bilangan (aritmetika), maupun statistika. Di samping itu
siswa

juga

perlu

berlatih

memecahkan

masalah-masalah

yang

yang

mengkaitkan matematika dengan sains (natural science, dan social science).

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Ada tiga hal yang menjadi tanggungjawab guru saat menumbuhkan


kemampuan pemecahan masalah:

Membantu peserta didik mengembangkan kumpulan strategi


pemecahan masalah.

Membimbing peserta didik menguasai konsep matematika,


tekniknya, keterampilan berhitung untuk memecahkan masalah.

Menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk menggunakan


strategi tersebut dalam suatu variasi keadaan yang lebih luas.
Pendapat lain mengatakan pemecahan masalah merupakan suatu

aktivitas kognitif yang komplek yang melibatkan proses dan strategi


kegiatan. Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai
berikut :
v Membaca masalah dengan tujuan memahami
v Menterjemahkan masalah kedalam kata-kata sendiri
v Memvisualisasikan atau membuat diagram yang merefleksikan
hubungan-hubungan antara sub-sub masalah yang dianggap
penting.
v Membuat dugaan (hipotesis) yaitu memikirkan solusi logis dan
jenis operasi dan bilangan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah.
v Mengestimasi (target) dan memprediksi jawabnya
v Menghitung dengan menggunakan aritmatika dan membandingkan
hasilnya dengan prediksi sebelumnya.
Menurut Sumarno pemecahan masalah matematika mempunyai dua
makna :
a.

Pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran


yang digunakan untuk menemukan kembali memahami materi dan
prinsip materi.

b. Pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi :


1.

Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah

2.

Membuat model matematika atau masalah sehari-hari

3.

Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah

matematika

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan


permasalahan asal

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

5.

Menerapkan matematika secara bermakna.

Pemecahan masalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk


menyelesaikan

permasalahan

yang

ditemukan.

Polya

mengatakan

pemecahan masalah adalah salah satu aspek berpikir tingkat tinggi, sebagai
proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut.
Selain itu, pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas intelektual untuk
mencari penyelesaian

masalah

yang

dihadapi

dengan

menggunakan

bekal pengetahuan yang sudah


miliki.
Leeuw

mengatakan

bahwa

belajar

pemecahan

masalah

pada

hakikatnya belajar berfikir (learning to think) atau belajar bernalar (learning


to reason) yaitu berpikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuanpengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalahmasalah baru yang belum pernah dijumpai. Kemampuan pemecahan
masalah

merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat

penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian siswa


dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang bersifat tidak rutin. Pemecahan masalah matematika adalah
proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam
menyelesaikan masalah yang juga merupakan metode penemuan solusi
melalui tahap-tahap pemecahan masalah.
Salah satu tujuan matematika itu diberikan di sekolah adalah
agar siswa mampu
menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, dan efektif. Pemecahan masalah suatu hal yang esensial dalam
pembelajaran matematika di sekolah, diungkapkan Hudoyo disebabkan
antara lain:
1. Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan
masalah instrinsik.

3. Potensi
meningkat
4. Siswa
proses

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
intelektual
siswa

belajar

bagaimana

melakukan

melakukan penemuan.

penemuan

dengan

melalui

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Siswa yang terbiasa memecahkan masalah akan meningkatkan potensi


intelektualnya, dan rasa percaya diri siswa akan meningkat. Selain itu, siswa
tidak akan takut dan ragu ketika dihadapkan pada masalah lainnya.
F.

Strategi Pemecahan Masalah


Ada

berbagai

macam

strategi

yang

dapat

digunakan

dalam

pemecahan masalah. Berikut ini akan diurakan beberapa di antaranya.


1.

Strategi Mensimulasikan Masalah (Acting Out the Problem)


Strategi

ini

dapat

membantu

siswa

dalam

proses

visualisasi

masalah yang tercakup dalam soal yang dihadapai dalam pelaksanaannya,


strategi ini dilakukan dengan menggunakan gerakan gerakan fisik atau
dengan menggerakkan benda benda

kongkrit ( dapat diganti dengan

benda yang lebih sederhana misalnya gambar), yang dapat membantu atau
mempermudah siswa dalam menemukan hubungan antar komponen
komponen yang tercakup dalam suatu masalah.
Di suatu kelas terdapat 40 siswa. Guru meminta siswa secara
berurutan untuk
berhitung dari satu sampai 40. Setiap siswa yang menyebutkan
nomor ganjil diminta berdiri. Selanjutnya, siswa yang masih duduk
disuruh kembali berhitung secara berurutan dimulai dari 1 dan siswa
yang menyebutkan nomor ganjil juga diminta berdiri. Berapa siswa
yang masih tetap duduk setelah berhitung yang ke dua kali?
Dengan hanya membaca soal, sepertinya siswa akan kesulitan untuk
menemukan jawaban.

Melalui

strategi

mensimulasikan

masalah

akan

terlihat bahwa soal ini tidak sesulit yang dibayangkan. Dari bilangan 1
sampai 40 setengahnya adalah bilangan ganjil, sehingga siswa yang tetap
duduk setelah berhitung yang pertama ada 20 orang. Setengah dari bilangan
1 sampai 20 juga merupakan bilangan ganjil. Artinya, ada 10 orang
siswa yang tetap duduk setelah berhitung yang ke dua kali.
Penggunaan strategi mensimulasikan masalah tidak hanya membuat
pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan bagi siswa (karena
mereka bersimulasi secara langsung), tetapi juga akan membuat materi
yang dipelajari menjadi lebih bermakna bagi

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

mereka. Dari contoh yang diberikan misalnya, siswa akan melihat dari
simulasi

bahwa

dalam

sejumlah

genap

bilangan

bulat,

setengahnya

merupakan bilangan ganjil dan setengahnya lagi merupakan bilangan genap.


Berikut ini disajikan satu contoh masalah lain yang akan lebih
mudah

diselesaikan

melalui

simulasi.

Pembaca

dipersilahkan

untuk

menemukan jawabannya sendiri.


Dalam kondisi mata tertutup, Bobo mentos 8 buah koin ratusan
di

atas

meja,

kemudian

meminta

temannya

membolak-balik koin di meja sebanyak yang

Dodo

untuk

Dodo mau. Dodo

diperkenankan untuk membalikkan sebuah koin lebih dari satu


kali atau koin yang sama berulang-ulang. Hanya saja, setiap kali
membalikkan

Gambar

menjadi

Angka,

dia

harus

menyebutkan OK dengan keras. Setelah selesai membolak balik


koin,

Dodo

harus

menutup

sebuah

koin

dengan

telapak

tangannya untuk ditebak oleh Bobo. Ternyata, Bobo selalu dapat


menebak dengan benar permukaan koin yang ditutup oleh Dodo,
meskipun permaian ini diulang beberapa kali. Jelaskan, mengapa
Bobo dapat melakukan hal tersebut?
2.

Membuat gambar atau diagram


Mengilustrasikan masalah dalam bentuk gambar atau diagram sering

dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah. Apalagi kalau gambar


atau diagram tersebut bersumber dari ide siswa sendiri. Representasi secara
visual dari suatu masalah dapat juga membantu siswa untuk melihat suatu
komponen atau keterkaitan antar komponen pada masalah secara lebih
jelas, dibanding jika kondisi tersebut dinyatakan dalam bentuk verbal.
Gambar atau diagram yang dimasud di sini tidak perlu sempurna, terlalu
bagus, atau terlalu detail, akan tetapi dapat membantu siswa untuk
melakukan suatu proses matematisasi dalam penyelesaian masalah. Berikut
ini

disajikan

sebuah

contoh

soal

pemecahan

masalah

yang

mana

penggunaan gambar sangat membantu dalam penyelesaiannya.


Seorang tukang pipa memerlukan waktu 12 menit untuk memotong
sebuah pipa menjadi
4 bagian yang sama. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh

EVALUASI PEMBELAJARAN
tukang tersebut MATEMATIKA
untuk memotong pipa menjadi 6 bagian yang sama?

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Jika

soal

ini

diselesaikan

tanpa

menggunakan gambar,

mungkin

akan sulit bagi siswa dalam membayangkan bahwa untuk mendapatkan 4


bagian yang sama hanya dilakukan 3 kali pemotongan. Akibatnya, mungkin
saja siswa akan menjawab bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
satu kali pemotongan pipa adalah 12 : 4 = 3 menit.

12 menit

Jika masalah diilustrasikan dengan gambar, siswa akan dapat melihat


bahwa

untuk mendapatkan

bagian

pipa

hanya diperlukan

kali

pemotongan, sehingga waktu yang diperlukan untuk satu kali pemotongan


adalah 12 : 3 = 4 menit. Dengan cara yang sama, dapat dilihat dari gambar
bahwa untuk mendapatkan 6 potongan yang sama diperlukan 5 kali
pemotongan, sehingga waktu yang dibutuhkan adalah 5 x 4 = 20 menit.
Strategi
diterapkan

pemecahan
pada

masalah

dengan

bantuan

diagram

dapat

soal berikut. Pembaca dipersilahkan untuk mencobanya

sendiri.
Suatu turnamen volley ball, yang menggunakan sistem setengah
kompetisi, diikuti oleh
16 kelurahan.
-

Berapa banyak pertandingan yang dilakukan dalam turnamen itu


sampai diperoleh tim juara?

Berapa kali suatu tim harus bertanding untuk menjadi juara


pada turnamen tersebut?

3.

Menemukan pola
Menurut Lenchner (2005), strategi pemecahan masalah yang paling

sering digunakan adalah menemukan suatu pola. Penggunaan strategi ini


berkaitan dengan proses mengenal, menemukan, atau memperluas suatu
pola dari sejumlah data yang diberikan. Hal ini dapat dilakukan melalui
sekumpulan gambar atau bilangan, yang kemudian digunakan untuk
mengobservasi sifat- sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau
bilangan tersebut.

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Pada liburan semester depan, seorang pemilik toko menawarkan


pekerjaan kepadamu untuk melayani pembeli. Upah yang ditawarkan
cukup aneh, yaitu Rp 100 pada hari pertama, sedangkan upah untuk
hari-hari berikutnya menjadi dua kali dari upah hari sebelumnya. Jika
mendapatkan

pekerjaan

ini,

berapakah

upah

yang

akan

kamu

terima pada hari ke 21?


Pertama, ajak siswa untuk berpikir apakah ini pekerjaan yang menarik
dari segi upah? Sebagian besar mereka akan berkata tidak. Akan tetapi,
mereka akan terkejut setelah menemukan

penyelesaian dari masalah.

Minta juga beberapa siswa untuk menaksir berapa kira-kira

upah

yang

akan diterima pada hari ke 21. Hasil-hasil taksiran nanti dibandingkan


dengan solusi yang diperoleh.
Soal di atas dapat saja diselesaikan dengan mendaftar upah yang
diterima setiap hari
pada sebuah tabel. Akan tetapi, karena jumlah harinya cukup besar
(21

hari),

maka penyelesaian dengan tabel tidak menjadi efektif. Oleh

sebab itu, siswa perlu diarahkan untuk menggunakan atau menemukan pola,
yang juga diawali dengan tabel, seperti terlihat pada penyelesaian berikut.
Hari ke:
Upah (dalam
Rupiah)

10
0

20
0

40
0

80
0

1.600

Sampai di sini siswa perlu diajak untuk mencermati bahwa upah pada hari ke
lima masih sangat kecil, yaitu Rp. 1.600. Akan tetapi, besarnya sudah
menjadi 16 kali upah pada hari pertama. Kemudian, menggunakan data
pada tabel ajak siswa untuk melihat pola pertambahan upah setiap hari.
Karena upah yang diterima

setiap hari

sebelumnya, maka pertambahan

upah

adalah dua kali upah hari

ditentukan

oleh

perpangkatan

2, seperti ditunjukkan pada tabel selanjutnya.


Hari ke:
Upah (dalam
Rupiah)

1
10
0
100 x 1

2
20
0
100 x 2

3
40
0
100 x 4

80
0
100 x 8

1.600
100 x 16

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

100 x 2

100 x 2

100 x 2

100 x 2

100 x 2

Dengan mencermati bahwa upah pada hari ke dua adalah 100 x 2 dan upah
4

pada hari ke lima adalah 100 x 2 , maka tidak akan terlalu sulit bagi siswa
untuk menemukan bahwa upah pada hari ke 21 adalah 100 x 2

20

= Rp

104.857.600. Bandingkan hasil ini dengan taksiran-taksiran yang telah


diberikan siswa, diskusikan apa yang terjadi.
Pada umumnya soal seperti ini ditemukan dalam buku-buku teks
matematika sebagai aplikasi dari penggunaan rumus deret geometri Un =
n-1

ar

, yang mana Un = suku ke-n, a = suku pertama, dan r = rasio antara

dua suku. Menggunakan rumus ini soal yang diberikan dapat diselesaikan
dengan mensubsitusi a = 100, r = 2, dan n = 21, sehingga diperoleh upah
pada hari ke 21 adalah U21 = 100 x 2

21 - 1

= 100 x 2

21

= Rp 104.857.600.

Akan tetapi, pemberian-soal-soal pemecahan masalah yang hanya sebagai


aplikasi

dari

penggunaan

rumus

cenderung

akan

mendorong

siswa

mengabaikan konteks menarik pada soal dan hanya menghafal rumus serta
cara penggunaannya.

Soal-soal pemecahan masalah seperti contoh yang

telah didiskusikan akan lebih baik diberikan pada awal pembelajaran deret
geometri untuk menstimulasi siswa menemukan sendiri rumus suku ke-n.
Adanya tantangan yang menarik pada soal serta keterlibatan
dalam

menyelesaikan

masalah,

akan

membuat

pengetahuan

mental
yang

diperoleh siswa lebih bermakna.


Sebagai latihan bagi pembaca, coba selesaikan
masalah berikut.
n buah garis lurus digambar pada sebuah bidang datar, dengan syarat
setiap dua garis berpotongan di satu titik dan tidak ada tiga garis
yangberpotongan di satu titik. Tentukan berapa banyak daerah yang
terbentuk jika n = 20!
4.

Membuat tabel

Mengorganisasikan data ke dalam sebuah tabel dapat membantu kita


dalam mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam mengidentifikasi
informasi yang tidak lengkap. Penggunaan tabel merupakan langkah

yang sangat

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
efisien
unuk melakukan klasifikasi

sejumlah besar data.

serta

menyusun

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Banyak

saudara

laki-laki

Indri

sama

dengan

banyak

saudara

perempuannya. Saudara laki-laki Indri yaitu Rano, mempunyai


saudara perempuan dua kali lebih banyak dari saudara laki-lakinya.
Jika banyak anak dalam keluarga tersebut kurang dari sepuluh,
tentukanlah

masing-masing

banyak

anak

laki-laki

dan

anak

perempuan di keluarga tersebut.


Masalah di atas dapat saja diselesaikan dengan cara menebak-nebak.
Namun, dengan penggunaan tabel, tebakan yang dilakukan akan lebih
terstruktur, seperti terlihat dari contoh jawaban berikut ini.
Dari pihak Indri
Jumlah
saudara

Jumlah
saudara

laki1

perempu
1

Dari pihak Rano

jumlah saudara
0 dan

Kesimpulan

laki-laki

saudara perempuan 2
jumlah saudara laki-laki
1 dan

saudara perempuan 3
jumlah saudara laki-laki
2 dan

Ok

saudara perempuan 4
jumlah saudara laki-laki
3 dan

saudara perempuan 5
Strategi serupa juga dapat dilakukan dengan Rano yang menjadi acuan.
Silahkan dicoba sendiri!
Contoh masalah lain yang strategi penyelesaiannya menjadi
lebih mudah dengan menggunakan tabel adalah sebagi berikut. Pembaca
dipersilahkan untuk mecobanya sendiri.
Tarif penggunaan kartu telepon A adalah Rp 800 untuk satu menit
pertama dan Rp 250
untuk tiap menit berikutnya., sedangkan kartu telepon B tarifnya Rp
500 untuk satu menit pertama dan Rp 300 untuk tiap menit
berikutnya.

EVALUASI PEMBELAJARAN
o Pada menitMATEMATIKA
ke berapa tarif penggunaan kedua kartu telepon

sama?

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

o Jika kita akan menelpon selama 8 menit, tarif telepon manakah


yang lebih murah?
Contoh di atas dapat digunakan guru matematika sebagai masalah
kontekstual

untuk

memfasilitasi

proses

perpindahan

dari

horizontal

matematisasi ke vertikal matematisasi (lihat Gravemeijer 1990, Fauzan


2010) pada topik Persamaan Linier Satu Variabel.
5. Memperhatikan/mendaftar semua kemungkinan secara
sistematik
Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari
pola dan menggambar
memperhatikan
kemungkinan

tabel.

Dalam

strategi

ini

kita

tidak

perlu

keseluruhan kemungkinan yang terjadi, tetapi semua


itu

diperoleh

dengan

cara

yang

sistematik

(mengorganisasikan data ke dalam kategori tertentu)


Ada berapa segitiga dalam segitiga berikut?

Untuk memudahkan pencarian, setiap segitiga kecil diberi nama,


misalnya: a, b, c, d, e, f.
a
b
f
c
e
d

Dari pemberian

nama, dapat

langsung diketahui bahwa

ada 6

segitiga kecil di dalam segitiga yang diberikan. Selanjutnya, segitigasegitiga kecil dapat dijadikan acuan untuk menemukan segitiga-segitiga
yang lain secara sistematis.

EVALUASI PEMBELAJARAN
Menggunakan dua MATEMATIKA
segitiga: ada 3 buah segitiga yaitu

af, bc, dan ed

a
a

b
b

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

c
e
e

d
d

Menggunakan tiga segitiga: ada 6 segitiga, yaitu: abc, bcd, cde, def, efa,
dan fab

b
a

c
f

e
e

b
f

c
f

e
e

b
a

d
d

d
d

c
e

Tidak ada segitiga yang terbentuk dari 4 atau 5 segitiga kecil, tetapi ada
satu segitiga yang terbentuk dari keenam segitiga kecil, sehingga
jumlah segitiga yang ada dalam segitiga tersebut adalah 6 + 3 + 6 + 1
= 16 buah.
Jika pencarian tidak dilakukan secara sistematik, maka besar
kemungkinanBanyak
siswa
Jumlah segitiga
tidak

akan

segitiga kecil
menemukan
semua

yang yang
segitiga

dimaksud.

Untuk

yang
kepentingan sistematika
pencarian ini,terbent
hasil yang diperoleh juga
1
6
dapat
disajikan
dalam
tabel,
sehingga memudahkan untuk
2
3
menentukan jumlah semua segitiga.
3
6
4

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Jumlah:
16

Carilah contoh masalah lain yang dapat diselesaikan menggunakan


strategi memeriksa/mendaftar semua kemungkinan secara sistematik.
6.

Tebak dan periksa (Guess and Check)


Pemberian masalah yang dapat diselesaikan dengan strategi coba-

coba atau menebak kemudian memeriksa kebenarannya, juga diperlukan


dalam pembelajaran matematika. Hal ini akan menumbuhkan rasa ingin tahu
dan keinginan untuk melakukan eksplorasi pada diri siswa. Startegi menebak
yang dimaksud di sini adalah menebak yang didasarkan pada alasan
tertentu serta kehati-hatian. Untuk dapat malakukan tebakan dengan baik
seseorang

pelu

memiliki

pengalaman

cukup

yang

berkaitan

dengan

permasalahan yang dihadapi. Berikut ini diberikan sebuah contoh masalah


untuk sekolah dasar yang dapat diselesaikan dengan strategi ini.
Dua bersaudara Rani dan Siska berhasil menjual 12 agar-agar buatan
Ibu mereka. Siska
menjual 2 agar-agar lebih banyak dari Rani. Berapa masing-masing
agar-agar yang dijual Rani dan Siska?
7.

Strategi kerja mundur

Suatu masalah kadang kadang disajikan dalam suatu cara sehingga


yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses
tertentu, sedangkan komponen yang ditanyakan merupakan komponen
yang seharusnya muncul lebih awal.
Jack walked from Santa Clara to Palo Alto. It took 1 hour 25 minutes to
walk from Santa
Clara to Los Altos. Then it took 25 minutes to walk from Los Altos to Palo
Alto. He arrived in Palo Alto at 2:45 P.M. At what time did he leave Santa
Clara?
8.

Menggunakan kalimat terbuka

Strategi ini termasuk yang paling sering digunakan,

tetapi masih sering

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
mengalami kesulitan,
karena untuk sampai pada kalimat terbuka yang

dimaksud haru smenggunakan strategi yang lain agar hubungan antar


unsure yang terkandung di dalam masalah dapat
dilihat
jelas.

dengan

evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

9.
Menyelesaikan masalah
masalah yang lebih mudah

yang

mirip

atau

Adakalanya soal matematika itu sangat sulit untuk diselesaikan, karena


di dalamnya terkandung permasalahan yang sangat kompleks. Untuk itu
dapat dilakukan dengan mengunakan analogi melalui penyelesaian
masalah yang mirip atau masalah yang lebih mudah.
10. Mengubah strategi
pandang
Strategi ini sering digunakan setelah kita gagal untuk menyelesaikan
masalah dengan menggunakan suatu straegi dan kemudian dicoba
dengan strategi lainnya.
G. Mengases Kemampuan Pemecahan Masalah
Contoh
1.
Sari sedang menyelenggarakan sebuah pesta. Pertama kali bel pintu
berbunyi, 1 orang tamu datang. Saat bel kedua berbunyi, 3 orang tamu
masuk. Sesudah itu stiap kali bel berbunyi secara berurutan sekelompok
tamu datang dengan banyak orang setiap kali bertambah 2 orang dari
bannyak kelompok sebelumnya. Berapa banyak tamu yang datang
sampai bel yang keduapuluh
Penyelesaian:
Urutan bunyi
Total bel
masuk
1
1
2
4
3
9
4
16
5
25

Banyak tamu
yang
tamu
1
3
5
7
9

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Dari tabel terlihat bahwa total tamu pada setiap tahap adalah kuadrat
urutan bunyi bel, yakni setelah bunyi bel keempat total tamu yang datang
adalah: 1+3+5+7 = 16 =4

Sesudah bunyi bel kelima total tamu yang masuk adalah : 1 + 3+5 +7 +9
2
=25 =5
Dengan pola yang sama sesudah bunyi bel kedua puluh total tamu yang
datang sebanyak:
2

1+3+5+7+...+39 = 20 = 400
Jadi total tamu yang datang sampai bel yang kedua puluh adalah 400 orang.

Rubrik Holistik
Tingkatan

4
Sangat
memuaskan

3
Memuask
an

2
Cuku
p
Memuask
an
1
Tida
k
Memuask
an

Deskripsi
Umum
Memperlihatkan pemahaman menyeluruh
mengenai konsepnya
Menggunakan strategi yang sesuai
Komputasinya dilakukan dengan benar
Diagram atau tabel yang digunakanakurat
Penjelasan tertulisnya cukup jelas
Langkah-langkah solusi soalnya tepat sesuai
kebutuhan
soal pemahaman akan konsepnya
Memperlihatkan
Menggunakan strategi yang tepat
Komputasinya kebanyakan dilakukan dengan
benar
Diagram atau tabel sebagian besar akurat
Semua kebutuhan solusi soal
dengan
memuaskan
disediakan
Memperlihatkan
sebagian
besar
pemahaman terhadap konsepnya
Boleh jadi bukan strategi yang paling tepat
Komputasi yang dilakukannya sebagian besar
benar
Penjelasan tertulisnya cukup jelas
Diagram atau tabel yang digunakan sebagian
besar akurat
Memperlihatkan sedikit sekali atau tidak
memahami konsep
Strategi yang digunakan tidak sesuai
Komputasi yang dilakukannya tidak benar
Penjelasan tertulisnya jelas
Diagram dan tabel yang dipergunakan tidak
akurat
Kebutuhan solusi soal tidak tersedia secara

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Rubrik Analitik
Aspek

Skor

0
Pemecahan soal
2
3
4

0
1
Penyelesaian
kebanyakan salah
soal
ada kesalahan
4

Uraian

Tidak ada usaha menjawab soal


Salah interpretasi soal secara keseluruhan
Salah interpretasi soal pada sebagian besar soal
Salah interpretasi soal pada sebagian kecil soal
Interpretasi soal benar seluruhnya

Tidak ada usaha


Perencanaan penyelesaian yang tidak sesuai
2
Sebagian prosedur benar, tetapi
3

Prosedur substansial benar, tetapi masih


Prosedur penyelesaian tepat, tanpa kesalahan

0
Tanpa menjawab (jawaban salah karena prosedur
salah)
Menjawab soal
1
Salah komputasi, tidak ada pernyataan
jawaban, salah label
2
Penyelesaian benar
Pada penyelesaian soal pemecahan masalah di atas berdasarkan rubrik
holistik memperoleh skor 4 (berada pada level sangat memuaskan) karena
memenuhi kriteria yang ada yaitu memperlihatkan pemahaman menyeluruh
mengenai

konsepnya,

menggunakan

strategi

yang

sesuai,

komputasinya/perhitungan dilakukan dengan benar, diagram atau tabel yang


digunakanakurat, penjelasan tertulisnya cukup jelas
Berdasarkan rubrik analitik, jawaban memperoleh skor pemecahan soal

karena Interpretasi soal benar seluruhnya terlihat dari tabel yang dibuat.
Penyelesaian soal memperoleh skor 4 karena prosedur penyelesaian
tepat/tanpa kesalahan, yang terlihat dari uraian yang diberikan. Menjawab
soal diberi skor 2 karena penyelesaian benar. Hal in terlihat dari hasil akhir
yang diberikan sesuai dengan jawaban yang diinginkan.

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Contoh 2
2

Sebidang tanah berbentuk persegi dengan luas 100 m . Dalam bidang


tanah tersebut akan dibuat sebuah kolam renang berbentuk lingkaran.
Kolam renang tersebut akan ditembok setebal 48 cm. Berapakah luas
permukaan kolam renang yang dapat menampung air?
Penyelesaian :
Soal di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
C

Tembok dengan tebal 48 cm

A
B
Gambar denah
tanah yang di
dalamnya
terdapat kolam
renang

langkah langkah :
Karena denah tanah tersebut berbentuk persegi dengan luas 100
2

m , maka panjang sisi tanah tersebut adalah AB = BC yaitu dengan


mencari hubungan luas dan sisi pada persegi : Luas = AB x BC
100 = s x s
Maka

s = 100 m
s =

evaluasimatemati
ka.net

EVALUASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Program Pascasarjana Universitas
Negeri Padang

Kolam renang yang berbentuk lingkaran yang ada pada denah


tersebut mempunyai diameter AB = BC = 10 m

Kolam yang ada pada denah tersebut akan ditembok dengan


tebal = 48 cm maka diameter kolam = 10 m 48 cm 48 cm
= 1000 cm 96 cm
=

904 cm

Diameter kolam renang = 904 cm maka


tersebut adalah =

jari-jari lingkaran

904 cm : 2 = 452 cm sehingga


Luas kolam renang = luas lingkaran
=
= 3,14
= 641.514,56 cm

Luas kolam renang = 64,151456 m

Jawaban soal di atas dapat dinilai dengan menggunakan rubrik


pemecahan masalah
yaitu :
RUBRIK PEMECAHAN MASALAH
Keterangan
Umum
Pemahaman Masalah
(0)

Nilai dan Kriteria


Tidak memahami
Memahami sebagian
Dapat memahami
(6)

Perencanaan strategi

(3)

Strategi
salah

(0)

Sebagian strategi
benar (3) Semua
strategi tepat
Jawaban yang didapat

Jawaban
salah

evaluasimatemati
ka.net

(6)

(0)

Program Pascasarjana Universitas


Negeri Padang

Berdasarkan rubrik analitik untuk pemahaman masalah di atas maka


dapat diberi level
(nilai)
jawaban
tersebut yaitu:

siswa

Pemahaman masalah, SKOR =


6 karena:
Siswa paham dengan masalah yang
ada pada soal
Perencanaan strategi, SKOR =
6 karena:
Untuk

memperoleh

jawaban

di

atas

siswa

mencoba

menggambarkan cerita soal ke dalam konsep matematika sehingga


diperoleh gambar persegi yang didalamnya terdapat

sebuah

lingkaran. Berdasarkan gambar ini, sehingga luas kolam renang


yang ditanyakan soal dapat dijawab dengan benar.
Jawaban yang didapat SKOR =
6 karena :
Jawaban yang diperoleh benar. Siswa sudah bekerja dengan teliti,
dapat mengubah satuan ukuran yang ada dan meghubungkan
gambar yang didapat dengan menggunakan konsep matematika,
perhitungan sudah tepat dan teliti sehingga jawaban akahir benar.
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan rubrik analitik untuk soal
pemecahan masalah secara umum dapat dikatakan bahwa nilai dari
jawaban siswa tersebut adalah sangat memuaskan (sempurna).
Conto
h3
Nilai ulangan matematika dari 20 murid terdistribusi sebagai berikut : 2
orang murid mendapat nilai 5, empat orang murid mendapat 5,5, lima
orang murid mendapat 6, enam orang murid mendapat 6,5 dan tiga orang
mendapat nilai 7.

Berapa rataan dan variansi dari nilai ulangan

matematika 20 murid tersebut?


Tugas: Tulislah jawaban dari soal di atas, kemudian gunakan rubrik
penskoran berikut untuk mengases jawaban yang diberikan.

evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

Kriteria Skor Kemampuan Pemecahan Masalah


Skala
Kriteria/Sub Kriteria
1. Mengidentifikasi masalah
a. Merinci masalah
yang akan
diselesaikan
b. Mengetahui alasan
masalah
2. timbulnya
Memparaprase
masalah

a.

Mendeskripsikan masalah
dengan kata-kata sendiri
b. Mengungkapkan
kejelasan
3. permasalahan
Memecahkan masalah
sesuai prosedur
a. Melakukan pemecahan
masalah dengan langkah
yang benar
b. Melakukan
perhitungan yang
benar
c. Mengkoreksi hasil
pemecahan masalah
4. Menyelesaikan masalah
dengan
strategi berbeda
a. Mengungkapkan solusi
alternatif dalam
penyelesaian masalah
b. Mampu menjelaskan
secara jelas keefektifan
Jumlah
Skor
Maksimum
Nila
i

evaluasimatematika.net
Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Program

Skor

Rubrik Skala
Penilaian
Respon
Tingkat
Kemampuan Pemecahan
Siswa memahami
Masalah
Mahasiswa masalah,
Jawaban
benar,
mampu
memecahkan
masalah sesuai prosedur dan mampu
memecahkan masalah dengan strategi yang berbeda
Jawaban benar, sesuai dengan kriteria tetapi ada sedikit
jawaban yang
salah
Jawaban
benar tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar
kriteria ada tetapi sama sekali tidak sesuai dengan kriteria
Jawaban
Jawaban tidak ada

Skal
a
4

3
2
1
0

Catatan: Diadaptasi dari Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika


(P4TK) Yogyakarta,
2004.

You might also like