You are on page 1of 2

Patofisiologi Epilepsi

Telah diketahui bahwa neuron memiliki potensial membran, hal ini terjadi karena adanya
perbedaan muatan ion-ion yang terdapat di dalam dan di luar neuron. Perbedaan jumlah muatan
ion-ion ini menimbulkan polarisasi pada membran dengan bagian intraneuron yang lebih negatif.
Neuron bersinaps dengan neuron lain melalui akson dan dendrit. Suatu masukan melalui sinapsis
yang bersifat eksitasi akan menyebabkan terjadinya depolarisasi membran yang berlangsung
singkat, kemudian inhibisi akan menyebabkan hiperpolarisasi membran. Bila eksitasi cukup
besar dan inhibisi kecil, akson mulai terangsang, suatu potensial aksi akan dikirim sepanjang
akson, untuk merangsang atau menghambat neuron lain.
Patofisiologi utama terjadinya epilepsi meliputi mekanisme yang terlibat dalam
munculnya kejang (iktogenesis), dan juga mekanisme yang terlibat dalam perubahan otak yang
normal menjadi otak yang mudah-kejang (epileptogenesis).
1. Mekanisme iktogenesis
- Hipereksitasi adalah faktor utama terjadinya iktogenesis. Eksitasi yang berlebihan dapat
berasal dari neuron itu sendiri, lingkungan neuron, atau jaringan neuron.
- Sifat eksitasi dari neuron sendiri dapat timbul akibat adanya perubahan fungsional dan
struktural pada membran postsinaptik; perubahan pada tipe, jumlah, dan distribusi kanal
ion gerbang-voltase dan gerbangligan; atau perubahan biokimiawi pada reseptor yang
meningkatkan permeabilitas terhadap Ca2+, mendukung perkembangan depolarisasi
berkepanjangan yang mengawali kejang.
- Sifat eksitasi yang timbul dari lingkungan neuron dapat berasal dari perubahan fisiologis
dan struktural. Perubahan fisiologis meliputi perubahan konsentrasi ion, perubahan
metabolik, dan kadar neurotransmitter. Perubahan struktural dapat terjadi pada neuron
dan sel glia. Konsentrasi Ca2+ ekstraseluler menurun sebanyak 85% selama kejang, yang
mendahului perubahan pada konsentasi K2+. Bagaimanapun, kadar Ca2+ lebih cepat
kembali normal daripada kadar K2+.
- Perubahan pada jaringan neuron dapat memudahkan sifat eksitasi di sepanjang sel granul
akson pada girus dentata; kehilangan neuron inhibisi; atau kehilangan neuron eksitasi
yang diperlukan untuk aktivasi neuron inhibisi.
2. Mekanisme epileptogenesis
- Mekanisme nonsinaptik
Perubahan konsentrasi ion terlihat selama hipereksitasi, peningkatan kadar K2+
ekstrasel atau penurunan kadar Ca2+ ekstrasel. Kegagalan pompa Na+-K+ akibat
hipoksia atau iskemia diketahui menyebabkan epileptogenesis, dan keikutsertaan
angkutan Cl--K+, yang mengatur kadar Cl- intrasel dan aliran Cl- inhibisi yang diaktivasi
oleh GABA, dapat menimbulkan peningkatan eksitasi. Sifat eksitasi dari ujung sinaps
bergantung pada lamanya depolarisasi dan jumlah neurotransmitter yang dilepaskan.
Keselarasan rentetan ujung runcing abnormal pada cabang akson di sel penggantian
talamokortikal memainkan peran penting pada epileptogenesis.
- Mekanisme sinaptik

Patofisiologi sinaptik utama dari epilepsi melibatkan penurunan inhibisi


GABAergik dan peningkatan eksitasi glutamatergik.
o GABA
Kadar GABA yang menunjukkan penurunan pada CSS (cairan serebrospinal)
pasien dengan jenis epilepsi tertentu, dan pada potongan jaringan epileptik dari pasien
dengan epilepsi yang resisten terhadap obat, memperkirakan bahwa pasien ini mengalami
penurunan inhibisi.
o Glutamat
Rekaman hipokampus dari otak manusia yang sadar menunjukkan peningkatan
kadar glutamat ekstrasel yang terus-menerus selama dan mendahului kejang. Kadar
GABA tetap rendah pada hipokampus yang epileptogenetik, tapi selama kejang,
konsentrasi GABA meningkat, meskipun pada kebanyakan hipokampus yang nonepileptogenetik. Hal ini mengarah pada peningkatan toksik di glutamat ekstrasel akibat
penurunan inhibisi di daerah yang epileptogenetik (Eisai, 2012).

You might also like