Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit
penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan
teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga
menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan
mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya
kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas
nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan
pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun
di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di
rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah
sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan
mikroba. Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya
inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur,
atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis.
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada
banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga
disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntahmuntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan,
pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui
kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan
Masalah,
Tujuan
Penulisan,
Metode
Penulisan,Sistematika Penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Bab yang berisi tentang isi dari makalah yang terdiri dari
BAB III : PENUTUP
Mencangkup kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I.
oleh
bakteri).
Penyakit
parasit
dan
protozoa
seperti
Neuroglia pada SSP dan sel schwan pada SST. Ada 4 neuroglia
antara lain:
a. Mikroglia : berperan sebagai fagosit
b. Ependima : berperan dalam produksi cairan cerebrospinal
fluid (CFS)
c. Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan
mempertahankan potensial bioelektrik
d. Oligodendrosit : menghasilkan meilin pada SSP yang
merupakan selubung neuron
3. Mielin
Komplek protein lemak berwarna putih yang menutupi tonjolan saraf
(neuron).
Pembagian sistem saraf secara anatomi terbagi 2 antara lain :
1. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensephalon) dan sumsung tulan
belakang (medulla spinalis) keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan.selain tengkorak dan sumsung tulang belakang otak juga
dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membranini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
C. Etiologi Enchepalitis
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan encephalitis ,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab encephalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.
Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari encephalitis
adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan
chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering
ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau
reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Klasifikasi
encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah :
1. Infeksi virus yang bersifat endemik
b.
encephalitis,
Russian
spring
summer
zoster,
Limfogranuloma,
Mumps,
Lymphocytic
E. Klasifikasi Encephalitis
Encephalitis diklasifikasikan menjadi :
1.
Encephalitis Supurativa
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media,
mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di
dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur
terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi
dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti
yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling
daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang
membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk
ventrikel. Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias encephalitis
seperti :
1) Demam
2) kejang kesadaran menurun.
3) Bila encephalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul
gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan
intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah,
b.
virus dengue).
4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).
5) Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.
Virus DNA
1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,
sitomegalivirus,
2) Virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.
3) Retrovirus : AIDS.
4. Encephalitis Karena Parasit
a. Malaria Serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria
serebral.
dan
membentuk
kapsula
disekitarnya.
Gejala-gejala
gambaran
jenis
kuman
dan
sensitivitas
terhadap
antibiotika.
c. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d. Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
2. Pemeriksaan serologis
Uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada
pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadangkadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau
glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography
Penatalaksanaan Medis
F.
KOMPLIKASI
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50
%, dari pada penderita yang hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala
sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain.
Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, gangguan
tingkah laku dan epilepsi.
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
1.
Retardasi mental
2.
Iritabel
3.
Gangguan motorik
4.
Epilepsi
5.
6.
Sulit tidur
7.
Halusinasi
8.
Enuresis
karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan penyakit tergantung bagian otak
mana yang terkena. Ensefalitis termasuk penyakit gawat dan mengenai susunan
syaraf pusat, sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Kalaupun sembuh, angka
kecacatannya juga cukup tinggi, ujar Dwi. Angka kematian penderita ensefalitis
30-50 persen. Sisanya bisa selamat. Tapi dari yang selamat, 20 sampai 40 persen
diantaranya akan mengalami kecacatan.
Cacatnya bisa macam-macam, dari gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
kelumpuhan, anak jadi kurang cerdas, gangguan emosi, gangguan tingkah laku,
dan sebagainya. Ini sangat tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan.
Artinya jika bagian pusat pendengaran yang terkena, kemungkinan akan
mengalami gangguan pendengaran. Seberapa besar parahnya pun tergantung pada
kerusakannya.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan masalah
ensefalitis adalah :
a.
b.
c.