You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit
penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan
teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga
menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan
mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya
kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas
nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan
pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya.
Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun
di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di
rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah
sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan
mikroba. Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya
inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur,
atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis.
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada
banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga
disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntahmuntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan,
pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui
kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan

bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Infeksi-infeksi


pada sistem saraf pusat menimbulkan masalah medis yang serius dan
membutuhkan pengenalan dan penanganan segera untuk memperkecil gejala
sisa neurologis yang serius dan memastikan kelangsungan hidup pasien. Salah
satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan
ensefalitis.
Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka encephalitis
diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu : Encephalitis supurativa,
Encephalitis siphylis, Encephalitis virus, Encephalitis karena fungus,
Encephalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang
bisa dilakukan untuk menangani masalah encephalitis adalah dengan
pemberian antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti
mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan encephalitis?
b. Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya encephalitis?
c. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah encephalitis?
d. Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan
masalah encephalitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai encephalitis serta
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah
encephalitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari encephalitis.
b. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala,
serta proses terjadinya encephalitis.
c. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada
pasien dengan masalah encephalitis.
d. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa
dilakukan terhadap pasien dengan masalah encephalitis.
D. Metode Penulisan

Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan beberapa


metode, yaitu antara lain :
1. Metode Perpustakaan
Yaitu diambil dari buku
2. Metode IT
Yaitu dengan menggunakan media internet.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini
terdiri dari 3 bab, yang mana dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah Asuhan
Keperawatan Enchephalitis yang berisikan : Latar Belakang,
Rumusan

Masalah,

Tujuan

Penulisan,

Metode

Penulisan,Sistematika Penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN
Bab yang berisi tentang isi dari makalah yang terdiri dari
BAB III : PENUTUP
Mencangkup kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I.

KONSEP DASAR MEDIS


A. Definisi Encephalitis
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling

sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga


disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh
virus atau mikro organisme lain yang non purulent.Encephalitis adalah
peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
encephalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan

oleh

bakteri).

Penyakit

parasit

dan

protozoa

seperti

toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga


dapat menyebabkan encephalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya
kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf

Jaringan saraf terdiri dari :


1. Neuron (sel saraf)
Merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan.
Bagianbagian dari neuron adalah :
a. Badan sel ( inti sel terdapat didalamnya)
b. Dendrit : menghantar implus menuju badan sel
c. Akson : menghantarkan implus keluar dari badan sel
2. Sel penyokong

Neuroglia pada SSP dan sel schwan pada SST. Ada 4 neuroglia
antara lain:
a. Mikroglia : berperan sebagai fagosit
b. Ependima : berperan dalam produksi cairan cerebrospinal
fluid (CFS)
c. Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan
mempertahankan potensial bioelektrik
d. Oligodendrosit : menghasilkan meilin pada SSP yang
merupakan selubung neuron
3. Mielin
Komplek protein lemak berwarna putih yang menutupi tonjolan saraf
(neuron).
Pembagian sistem saraf secara anatomi terbagi 2 antara lain :
1. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensephalon) dan sumsung tulan
belakang (medulla spinalis) keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan.selain tengkorak dan sumsung tulang belakang otak juga
dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membranini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
C. Etiologi Enchepalitis
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan encephalitis ,
misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri
penyebab encephalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M.
Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari encephalitis
adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan
chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering
ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau
reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Klasifikasi
encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah :
1. Infeksi virus yang bersifat endemik

a.Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie,


virus ECHO.
Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis,

b.

St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis,


Japanese

encephalitis,

Russian

spring

summer

encephalitis, Murray valley encephalitis.


2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks,
Herpes

zoster,

Limfogranuloma,

Mumps,

Lymphocytic

choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh


virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca-infeksi : Pasca-morbili, pasca-varisela, pascarubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenisjenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak
spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997)
D. Tanda dan Gejala Encephalitis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis encephalitis
lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria
diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias encephalitis yang terdiri dari
demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku
kuduk apabila infeksi mengenai meningen dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000). Adapun tanda dan gejala
encephalitis sebagai berikut :
1. Suhu yang mendadak naik,sering kali ditemukan hiperpireksia ( suatu
keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 derajat celcius atau
lebih)
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja
(kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal
(hassan,1997).

paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya

Inti dari sindrom encephalitis adalah adanya demam akut, demam


kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma,
aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda babinski,
gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah

E. Klasifikasi Encephalitis
Encephalitis diklasifikasikan menjadi :
1.

Encephalitis Supurativa
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media,
mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di
dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur
terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi
dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti
yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling
daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang
membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk
ventrikel. Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias encephalitis
seperti :
1) Demam
2) kejang kesadaran menurun.
3) Bila encephalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul
gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan
intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah,

penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.


Terapi yang diberikan pada encephalitis supurativa :
1) Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2) Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
2. Encephalitis Siphylis
Encephalitis Siphylis disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi
terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah
penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik,

melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia.


Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf
pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan
bagian-bagian lain susunan saraf pusat. Terapi pada encephalitis siphylis
adalah :
1) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.
2) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular +
probenesid 4x500mg oral 14 hari.
3. Encephalitis Virus
Manifestasi klinis dari encephalitis virus adalah demam, nyeri kepala,
vertigo, nyeri badan, nausea, kesadaran menurun, kejang-kejang. Adapun
virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai
berikut :
a.
Virus RNA
1) Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.
2) Rabdovirus : virus rabies.
3) Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B,

b.

virus dengue).
4) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).
5) Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.
Virus DNA
1) Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks,

sitomegalivirus,
2) Virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.
3) Retrovirus : AIDS.
4. Encephalitis Karena Parasit
a. Malaria Serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria

serebral.

Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit.


Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat
satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan.
Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Gejala-gejala yang
timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma.
Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang
terjadi.
b. Toxoplasmosis

Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan


gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun.
Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista
terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika
berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan
meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea,
muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus
mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh
badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di
dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh
didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi

dan

membentuk

kapsula

disekitarnya.

Gejala-gejala

neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.

Terapi yang diberikan pada encephalitis karena parasit adalah :


1) Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam,
setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
2) Toxoplasmosi
a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.
3) Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
5. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans,
Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan
Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistem
saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan
timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun. Terapi pada
ensefalitis karena fungus

a. Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6


minggu.
b. Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
6. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli
yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar
pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang
terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala,
demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejalagejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar. Terapi pada riketsiosis
serebri
a. Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.
b. Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biakan
a. Dari darah , viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga
sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
b. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan
didapat

gambaran

jenis

kuman

dan

sensitivitas

terhadap

antibiotika.
c. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d. Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur
positif.
2. Pemeriksaan serologis
Uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada
pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadangkadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau
glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography

EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan


kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem
saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,
2002).
6. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak sering kali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis
herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal
dan lobus frontal (Victor, 2001).
H.

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :


1. Isolasi
Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan
oleh dokter :
a. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral
acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan
morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena
dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari
untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
3. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
a. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
b. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan
dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan
untuk menghilangkan edema otak.

4. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk


memberantas kejang. Obat yang diberikan adalah valium dan luminal.
a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali. Bila 15
menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
b. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
5. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
6. Penatalaksanaan shock septik.
7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
8. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh
yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,
ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai
hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4
mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral
(Hassan, 1997).

F.

KOMPLIKASI
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50

%, dari pada penderita yang hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala
sisa berupa paralitis. Gangguan penglihatan atau gejala neurologik yang lain.
Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik yang nyata,dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, gangguan
tingkah laku dan epilepsi.
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
1.

Retardasi mental

2.

Iritabel

3.

Gangguan motorik

4.

Epilepsi

5.

Emosi tidak stabil

6.

Sulit tidur

7.

Halusinasi

8.

Enuresis

karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan penyakit tergantung bagian otak
mana yang terkena. Ensefalitis termasuk penyakit gawat dan mengenai susunan
syaraf pusat, sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Kalaupun sembuh, angka
kecacatannya juga cukup tinggi, ujar Dwi. Angka kematian penderita ensefalitis
30-50 persen. Sisanya bisa selamat. Tapi dari yang selamat, 20 sampai 40 persen
diantaranya akan mengalami kecacatan.
Cacatnya bisa macam-macam, dari gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
kelumpuhan, anak jadi kurang cerdas, gangguan emosi, gangguan tingkah laku,
dan sebagainya. Ini sangat tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan.
Artinya jika bagian pusat pendengaran yang terkena, kemungkinan akan
mengalami gangguan pendengaran. Seberapa besar parahnya pun tergantung pada
kerusakannya.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan masalah
ensefalitis adalah :
a.

Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.

b.

Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.

c.

Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.

You might also like