You are on page 1of 14

2.

1 Pengertian Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi

panas.

Hipertermi

terjadi

karena

adanya

ketidakmampuan

mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang


berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Selain adanya tanda
klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada
waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry,2006).
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau
berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih
tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan
kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall Corpenito, 2000).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum
terjadi yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama
demam intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur,
antara periode demam dan periode suhu normal serta subnormal. Selama
demam remiten, terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari
200C) dan berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di
atas normal. Pada demam kambuhan, masa febril yang pendek selama
beberapa hari diselingi dengan periode suhu normal selama 1-2 hari. Selama
demam konstan, suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada di atas
suhu normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, bergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur
oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37 0C, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat
set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37 0C, laju produksi panas
akan meningkat sehingga suhu tubuh akan naik ke tingkat set point. Dalam
keadaan ini termostat hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal
ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruh kerusakan sel, zat-zat pirogen,

atau dehidrasi pada hipotalamus. Selama fase interval, terjadi respons


produksi panas yang biasanya muncul, yakni meriang, kedinginan, kulit dingin
akibat vasokontriksi, dan menggigil yang dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermia.
Hipertermi disebabkan karena berbagai faktor. Jika tidak di
manajemen dengan baik, hipertermi dapat menjadi hipertermi berkepanjangan.
Hipertermi berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari
38C yang menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab yang
sudah atau belum diketahui. Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu
penyakit infeksi (60%-70%), penyakit kolagen-vaskular, dan keganasan.
Walaupun

infeksi

berkepanjangan,

virus

tetapi

sangat
20%

jarang

penyebab

menjadi
adalah

penyebab
infeksi

virus

demam
(Sari

Pediatri,2008).
Kesulitan

dalam

mencari

penyebab

timbulnya

demam

berkepanjangan disebabkan oleh banyak faktor terutama penyebab yang


beraneka ragam.Menurut Nelson (2000) hipertermia disebabkan oleh
mekanisme pengatur panas hipotalamus yang disebabkan oleh meningkatnya
produksi panas endogen (olah raga berat, hipertermia maligna, sindrom
neuroleptik

maligna,

hipertiroidisme),

pengurangan

kehilangan

panas

(memakai selimut berlapis-lapis, keracunan atropine), atau terpajan lama pada


lingkungan bersuhu tinggi (sengatan panas). Ada juga yang menyebutkan
bahwa hipertermia atau demam pada anak terjadi karena reaksi transfusi,
tumor, imunisasi, dehidrasi , dan juga karena adanya pengaruh obat.
Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan
cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang
(Alves & Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009). Hipertermi berat (suhu lebih
dari 410C) dapat juga menyebabkan hipotensi,kegagalan organ multipel,
koagulopati, dan kerusakan otak yang irreversibel. Hipertermia menyebabkan
peningkatan metabolisme selular dan konsumsi oksigen. Detak jantung dan
pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Metabolisme
ini menggunakan energi yang menghasilkan panas tambahan.Jika klien
tersebut menderita masalah jantung atau pernapasan, maka demam menjadi

berat. Demam dalam jangka panjang akan menghabiskan simpanan energi


klien dan membuatnya lemah. Metabolisme yang meningkat membutuhkan
oksigen tambahan.Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tambahan, maka terjadi hipoksia selular.Hipoksia miokardial menimbulkan
angina (nyeri dada) dan hipoksia serebral menimbulkan cemas (Potter &
Perry,2006). Dengan demikian, hipertermi harus diatasi dengan teknik yang
tepat.
2.2 Etiologi

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non


infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan
demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis,
appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis,
meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lainlain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam
antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam
chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1 (Davis, 2011). Infeksi
jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides
imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007).
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu
tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus
erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin,

leukemia,

dll),

dan

pemakaian

obat-obatan

(antibiotik,

difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010). Selain itu


anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari
pemberian imunisasi selama 1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga
berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem
saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera
hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).

2.3 Patofisiologi
Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman patogen
atau mikroorganisme lain kedalam tubuh sehingga menimbulkan gejala
tertentu. Bersifat sangat dinamis. Infeksi adalah salah satu penyebab dari
demam. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang
saling berinteraksi yaitu: faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau
pejamu (host), dan faktor lingkungan. Demam memiliki tiga fase yaitu: fase
kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase
kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan
vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha
untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah
meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu
yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang
berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).

Infeksi, toksin mikroba,

Toksin Mikroba
DEMAM

mediator inflamasi,
AMP siklik

(pirogen)
Reaksi imunologis

Prostalgladin E2

Konservasi dan

(PGE-2)

produksi panas

Asam Arakhidonat

Monosit, makrofag, sel

Peningkatan

endotel
fosfolipase-A2
IL-1, IL-6, TNF-, IFN-y

Endotel, hipotalamus

(sitokinin,)
sirkulasi

Substansi penyebab demam adalah pirogen. Pirogen dapat berasal


dari eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh
sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh. Pirogen eksogen,
dapat berupa infeksi atau non-infeksi, akan merangsang sel-sel makrofag,
monosit, limfosit, dan endotel untuk melepaskan interleukin (IL)-1, IL-6,
Tumor Necrosing Factor (TNF)-, dan interferon (IFN)- yang selanjutnya
akan disebut pirogen endogen/sitokin. Pirogen endogen ini, setelah berikatan
dengan reseptornya di daerah preoptik hipotalamus akan merangsang
hipotalamus untuk mengaktivasi fosfolipase-A2, yang selanjutnya melepas
asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan kemudian oleh enzim
siklooksigenase-2 (COX-2) akan diubah menjadi prostaglandin E2 (PGE2).
Rangsangan prostaglandin inilah, baik secara langsung maupun melalui
pelepasan AMP siklik, menset termostat pada suhu tubuh yang lebih tinggi.
Hal ini merupakan awal dari berlangsungnya reaksi terpadu sistem saraf

set point

autonom, sistem endokrin, dan perubahan perilaku dalam terjadinya demam


(peningkatan suhu).
Pusat panas di hipotalamus dan batang otak kemudian akan
mengirimkan sinyal agar terjadi peningkatan produksi dan konservasi panas
sehingga suhu tubuh naik sampai tingkat suhu baru yang ditetapkan. Hal
demikian dapat dicapai dengan vasokonstriksi pembuluh darah kulit,
sehingga darah yang menuju permukaan tubuh berkurang dan panas tubuh
yang terjadi di bagian inti akan memelihara suhu inti tubuh. Epinefrin yang
dilepas akibat rangsangan saraf simpatis akan meningkatkan metabolisme
tubuh dan tonus otot. Mungkin akan terjadi proses menggigil dan atau
individu berusaha mengenakan pakaian tebal serta berusaha melipat bagianbagai tubuh tertentu untuk mengurangi penguapan.

2.4 Anamnesa Riwayat Infeksi Sistem Tubuh


1. Biodata
2. Status kesehatan :
a. Keluhan utama : keluhan utama pada pasien demam adalah panas
b. Riwayat penyakit sekarang : kapan mulai timbulnya panas, berapa
lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
c. Riwayat kesehatan lalu
Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
d. Riwayat penyakit keluarga
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
4. Pemeriksaan fisik :
a. Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai istruksi
b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
c. Tanda-tanda dehidrasi
d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
5. Pemeriksaan Penunjang
Gejala demam dari suatu penyakit pada awal kelihatan mirip,
sehingga sering sulit untuk membedakan penyakit apa yang menjadi

demam tersebut. Demam karena Flu, Tifus, Malaria, Demam Berdarah,


Hepatitis, pada awal-awal sering sulit dibedakan. Pada keadaan seperti ini,
pemeriksaan Laboratorium tentu perlu dilakukan untuk membantu dokter
memastikan penyakit yang menyebabkan demam tersebut, agar tindakan
dan pengobatan lebih tepat. Pemeriksaan laboratorium pada demam:
a. Hematologi (Darah Lengkap)
1) Hb (Hemoglobin)
Hb adalah pigmen dalam butir darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Pada penyakit
infeksi menahun, Kanker Darah, Malaria, kadar Hb dapat menurun,
sebaliknya pada Demam Berdarah, kadar Hb dapat meningkat,
karena darah menjadi lebih pekat akibat cairan darah (plasma
darah) merembes keluar dari pembuluh darah.
2) Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih, berfungsi untuk melawan kuman
yang masuk ke dalam tubuh kita. Pada infeksi oleh bakteri seperti
infeksi tenggorokan, infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing,
jumlah leukosit sering meningkat, namun infeksi oleh bakteri
penyebab Tifus (salmonella), jumlah leukosit tetap normal bahkan
bisa turun. Begitu pula infeksi oleh virus, seperti Flu, Hepatitis
Virus, Demam Berdarah, jumlah leukosit tetap normal.
3) Diff (Hitung Jenis Leukosit)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menghitung prosentase masingmasing jenis sel darah putih dalam darah. Sel darah putih dalam
darah terdiri dari beberapa jenis yaitu yang disebut Basofil,
Eosinofil, Neutrofil Batang, Neutrofil Segmen, Limfosit dan
Monosit. Bila seseorang mengalami infeksi, komposisi jenis sel
tersebut dapat berubah. Pada infeksi bakteri, prosentase Neutrofil
akan meningkat, sedangkan pada Infeksi Tifus dan Infeksi Virus,
prosentase Limfosit yang meningkat. Pada penyakit Alergi, atau
cacingan, prosentase Eosinofil yang meningkat. Pemeriksaan ini
juga dapat mengetahui adanya kanker darah, yaitu dengan
ditemukan sel-sel darah putih yang masih muda.
4) LED (Laju Endap Darah)

Pemeriksaan

ini

dilakukan

dengan

mengukur

kecepatan

pengendapan dari sel-sel darah. Sel-sel darah akan lebih mudah


atau cepat mengendap pada keadaan infeksi, adanya kerusakan
jaringan tubuh, keadaan anemia (kurang darah). Oleh karena itu
pemeriksaan ini sering digunakan untuk mengetahui adanya
infeksi. Pada keadaan normal, kecepatan pengendapan sel-sel darah
(LED) sekitar 0-20 mm/ jam. Nilai ini meningkat bila terjadi
infeksi.
5) Trombosit
Trombosit yang disebut juga keping-keping darah, merupakan
salah satu komponen dalam darah kita yang berfungsi mencegah
perdarahan. Bila jumlah trombosit menurun jauh di bawah normal
maka kemungkinan perdarahan mudah terjadi. Seperti pada demam
berdarah sering tampak bintik-bintik merah di kulit yang tidak
hilang bila ditekan, hal ini disebabkan adanya perdarahan halus
dari pembuluh-pembuluh darah di bawah kulit. Oleh karena itu,
pemeriksaan trombosit merupakan pemeriksaan yang penting
untuk mengetahui adanya Demam Berdarah. Pada Demam
Berdarah, Trombosit menurun setelah hari kedua. Pada orang
sehat, jumlah trombosit sekitar 180.000 380.000 sel/ ul.
b. Urin Lengkap
Pemeriksaan Urin Lengkap merupakan pemeriksaan yang dapat
memberi petunjuk adanya kelainan pada saluran kencing atau ginjal.
Bila pada pemeriksaan tersebut ditemukan peningkatan jumlah
leukosit (Sel Darah Putih), bakteri, maka hal ini merupakan petunjuk
adanya penyakit infeksi pada saluran kencing atau ginjal. Pada kencing
normal, jumlah leukosit hanya <8/ LPB dan tidak ada bakteri.
c. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis parasit yang
disebut Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria
(Anopheles). Penyakit Malaria di Pulau Jawa sebenarnya sudah lama
tidak ditemukan, namun beberapa tahun terakhir ini mulai timbul
kembali. Oleh karena itu Malaria sebagai penyebab penyakit demam,

perlu dipertimbangkan. Diagnosa dan pengobatan yang terlambat pada


penyakit Malaria, dapat berakibat fatal.
d. Widal
Pemeriksaan Widal, adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya
antibodi terhadap kuman penyebab Tifus (Salmonella). Bila seseorang
terinfeksi kuman Tifus, maka tubuhnya akan membentuk zat antibodi
terhadap kuman tersebut. Oleh karena itu, adanya peningkatan kadar
antibodi Tifus yang nyata dalam darah seseorang, dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya infeksi oleh kuman Tifus. Kenaikan dianggap
nyata bila titer antibodi O di atas 1/160 dan antibodi H di atas 1/320.
Pemeriksaan antibodi tersebut dinamakan Test Widal.
e. TUBEX TF
Pemeriksaan ini untuk membantu mengetahui adanya infeksi tifus,
berdasarkan pemeriksaan terhadap antibodi tifus Ig M yang biasanya
timbul bila terkena infeksi tifus. Hasil dinyatakan positif bila hasil
skore pemeriksaan > 4, dinyatakan negatif bila skore < 2, dan
pemeriksaan perlu diulang jika skore 3.
3. Salmonella Thypi Ig M
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui adanya infeksi tifus. Hasil
pemeriksaan yang positif menunjukan indikasi adanya infeksi oleh
kuman tifus.
4. SGOT, SGPT
SGOT, SGPT adalah suatu zat enzim yang dihasilkan oleh sel hati.
Infeksi pada hati (Hepatitis), mengakibatkan perubahan atau kerusakan
pada sel tersebut dan SGOT, SGPT yang ada di dalam sel hati banyak
tumpah masuk ke dalam darah. Oleh karena itu peningkatan kadar
SGOT, SGPT dalam darah, biasanya di atas 2 kali normal, dapat di
gunakan sebagai petunjuk infeksi hati (Hepatitis). Nilai normal SGOT,
SGPT sekitar 5 10 U/L.
2.5 Masalah Perawatan pada Pasien dengan Hipertermi
1. Resiko kekurangan volume cairan b.d. hipertermi

2. Gangguan peningkatan suhu tubuh b.d. viremia sekunder terhadao invasi


virus, kuman
3. Hipertermi b.d. peningkatan metabolism, pengobatan, anesthesia
4. Hipertermi b.d. dehidrasi
2.6 Tindakan Keperawatan Pada Hipertermi
1. Sponging atau Tepid Bath
a. Pengertian
Tepid water sponge adalah tindakan dapat dilakukan dengan
meletakkan anak pada bak mandi yang berisiair hangat atau dengan
mengusap dan melap seluruh bagian tubuh dengan air hangat
(Sharber, 1997). Tepid water sponge bertujuan untuk mendorong
darah ke permukaan tubuh. sehingga darah dapat mengalir dengan
lancar.Tindakan tepid water sponge juga akanmemberikan sinyal ke
hipotalamus anterior yang nanti akan merangsang sistem effektor
sehingga diharapkan terjadi penurunan suhu tubuh pada anak
(Filipinomedia, 2010).
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat
yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008). Kompres tepid sponge
ini hampir sama dengan kompres air hangat biasa, yakni
mengompres pada lima titik (leher, 2 ketiak, 2 pangkal paha)
ditambah menyeka bagian perut dan dada atau diseluruh badan
dengan kain. Basahi lagi kain bila kering. Berdasarkan penelitian
dari Isnaeni (2014) kompres tepid sponge hangat lebih efektif dari
kompres hangat.
Kompres tepid sponge bekerja dengan cara vasodiltasi
(melebarnya) pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga
evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat,
dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus.. Kompres tepid
sponge ini sudah terbukti efektif untuk menurunkan panas tubuh saat
demam, bahkan lebih cepat daripada meminum obat penurun panas.
Penelitian dari Thomas (2009) menunjukkan penurunan suhu tubuh
10

kelompok water tepid sponge secara signifikan lebih cepat


dibandingkan kelompok antipiretik(penurun panas). Namun, pada
akhir 2 jam kelompok telah mencapai tingkat penurunan suhu tubuh
yang sama. Hal ini diperkuat lagi oleh hasil penelitian Jayjit (2011)
menunjukkan kelompok water tepid sponge lebih cepat menurunkan
suhu tubuh dibandingkan dengan kelompok antipiretik (penurun
panas).
Tehnik Penurunan panas Tepid water sponge (TWS)

Berikan pakaian yang tipis dan lengan pendek agar tidak


terhambat proses pelepasan panasnya melalaui evaporasi.

TWS dapat diberikan kepada anak yang suhu tubuhnya >= 380C

Kontraindikasi TWS diberikan kepada bayi baru lahir karena


sistem regulasi pengaturan panas tubuhnya belum mature.

Alat dan bahan: baskom, handuk, termometer, air hangat kuku,


kain bedong.

Prosedurnya:
1) Kaji suhu
2) Waktu dilakukannya TWS adalah 1 jam setelah diberikan obat
antipiretik (saat efek obatnya maksimal)
3) Ukur kehangatan air, jika suhu ruangan antara 24-26 0C, maka air
yang disiapkan hangatnya sekitar 270C
4) Mulai seka dari kepala, tangan, badan, kaki, diakhiri punggung
Teknik ini dapat pula dilakukan dengan meletakkan anak di
dalam bak mandi dengan air hangat apabila memungkinkan.
b. Penelitian terkait Tepid Water Sponge
Penelitian yang dilakukan oleh Sharber (1997) pada anak
menunjukkan bahwa tepid water sponge ditambah acetominophen
dapat menurunkan suhu tubuh anak lebih cepat dibandingkan dengan
acetominophen itu sendiri. Penelitian lain tentang tepid sponge juga
dilakukan oleh Setiawati (2009), dimana penelitian ini melihat
pengaruh

tepid

sponge

terhadap

11

penurunan suhu tubuh dan

kenyamanan pada anak usia prasekolah dan sekolah.Studi literatur


tentang pemberian antipiretik disertai tepid sponge menunjukkan
bahwatindakan ini efektif menurunkan demam dibandingkan jika
pemberian

antipiretik

saja.

Tepid

water

sponge

sering

direkomendasikan untuk mempercepat penurunan suhu tubuh (Corrad,


2002; Carton, et al., 2001, dalam Setiawati, 2009).
c. Tujuan Penggunaan Tepid Water Sponge
Tujuan dari penggunaan tepid water sponge ini untuk
menurunkan suhu tubuh secara terkontrol (Johnson, Temple, &
Carr,2005). Prosedur ini tidak boleh dilakukan pada bayi di bawah usia
1 tahun dan tanpa pengawasan medis karena tindakan ini dapat
menyebabkan anak menjadi syok (Hastings,2005).Pemberian tepid
water sponge

pada daerah tubuh akan mengakibatkan tubuh

berkeringat. Tepid water sponge bertujuan untuk mendorong darah ke


permukaan tubuhsehingga darah dapat mengalir dengan lancer dan
panas dapat keluar.
2. Kompres Dingin
a. Pengertian
Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
rendah

setempat

yang

dapat

menimbulkan

beberapa

efek

fisiologis. Aplikasi kompres dingin adalah mengurangi aliran darah ke


suatu bagian dan mengurangi perdarahan serta edema juga diharapkan
dapat mengurangi sushu tubuh melalui metode konduksi. Diperkirakan
bahwa

terapi

dingin

menimbulkan

efek

analgetik

dengan

memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls yang


mencapai otak lebih sedikit.
b. Tujuan Kompres Dingin
1) Kompres dingin pada bagian tubuh akan menyerap panas dari area
tersebut dan menurunkan suhu tubuh
2) Mencegah peradangan meluas
3) Mengurangi kongesti
4) Mengurangi perdarahan setempat
5) Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
c. Kontraindikasi pemberian kompres dingin

12

Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:


1) Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih
lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan
penyakit raynaud, dingin akan meningkatkan spasme arteri.
2) Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien
memiliki alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan
respon inflamasi (mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan
kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan jika orang
tersebut hipersensitif.
d. Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin
Derajat Panas
Sangat dingin
Dingin
Sejuk
Hangat kuku
Hangat
Panas
Sangat panas

Suhu
Di bawah 15 C
15- 18 C
18- 27 C
27- 37 C
37- 40 C
40- 60 C

Bentuk dan Kegunaan


Kantong es
Kemasan pendingin
Kompres dingin
Mandi spons- alkohol
Mandi dengan air hangat
Berendam dalam air panas, irigasi,

Di atas 60 C

kompres panas
Kantong air untuk orang dewasa

3. Terapi Farmakologis pada Pasien Hipertermi


Antipiretik adalah obat penurun demam. Obat nonsteroid seperti
asetaminofen, salisilat, indometasin, dan ketorolac menurunkan demam
dengan meningkatkan kehilangan panas. Steroid menurunkan produksi
demam dengan memodifikasi sistem imun dan menyembunyikan tanda
infeksi. Steroid tidak digunakan untuk penanganan demam, namun steroid
dapat menekan demam yang terjadi akibat pirogen.
Obat-obat antipiretik secara umum dapat digolongkan dalam
beberapa golongan yaitu golongan salisilat, (misalnya aspirin, salisilamid),
golongan para-aminofenol (misalnya acetaminophen, fenasetin) dan
golongan pirazolon (misalnya fenilbutazon dan metamizol) (Wilmana,
2007). Acetaminophen, Non Steroid Anti-inflammatory Drugs, dan
cooling blanket biasa digunakan untuk mencegah peningkatan suhu tubuh
pada pasien cedera otak agar tetap konstan pada kondisi suhu 37,5C
(Dipiro, 2008). Pemberian obat melalui rute intravena atau intraperitonial
13

biasanya juga digunakan pada keadaan hipertermia, yaitu keadaan dimana


suhu tubuh lebih dari 41C.
2.7 Evaluasi Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
keperawatan dapatdicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5-37,4)


Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
Pasien tampak tidak lemas
Mukosa bibir lembab

14

You might also like