Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Giovianto Ryelcius, S.Ked
04054821618092
Pembimbing:
DR. dr. Hj. Fidalia, Sp.M(K)
STATUS PASIEN
1. Identifikasi Pasien
Nama
Umur
: 8 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Belum bekerja
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
: 7 Desember 2016
2. Anamnesis (Autoanamnesis)
a. Keluhan Utama
Pandangan mata kiri kabur mendadak disertai nyeri sejak 2 hari yang lalu
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 hari yang lalu, mata kiri pasien dipukul dengan kayu saat sedang
bermain. Pandangan mata kabur (-), nyeri pada mata (+), mata merah (+), mata berair
(+), keluar darah dari mata (-), keluar cairan seperti putih telur (-). Pasien langsung
dibawa ibunya ke bidan desa. Bidan memberikan obat sirup. Ibu lupa nama obat.
Keluhan tidak berkurang.
Sejak 2 hari yang lalu pada malam hari, pasien mengeluh sakit kepala (+), mual
muntah (-), pandangan mata mulai kabur (+), mata semakin merah dan nyeri, mata
berair (-). Riwayat kotoran mata (-), gatal (-), mual muntah (-). Pasien tidak berobat.
Sejak 1 hari yang lalu, pasien dibawa berobat ke RS Gumawang OKU Timur.
Di sana, pasien diperiksa oleh dokter. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa
tekanan bola mata kiri pasien 40 mmHg dan terdapat darah pada bagian depan mata
pasien. Pasien diberikan 3 macam obat, levofloxacin, timolol, dan ibu lupa nama 1
obat lainnya. Pasien kemudian dirujuk ke Poli RSUP Mohammad Hoesin Palembang.
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Frekuensi napas
: 26 kali/menit
Suhu
: 36,8o C
b. Status Oftalmologis
4.
Okuli Dekstra
Visus
6/6
Tekanan
intraocular
P = N+0
KBM
Okuli Sinistra
1/
PSS
P = N+2
Ortoforia
GBM
Palpebra
Tenang
Blefarospasme
Konjungtiv
a
Kornea
Tenang
Mix Injection
Jernih
Jernih
BMD
Sedang
Iris
Gambaran baik
Pupil
Lensa
Jernih
RFOD (+)
RFOS (-)
Tidak dapat dinilai
Makula
Retina
Segmen
Posterior
Refleks
Fundus
Papil
Penunjang
Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan Slit lamp
5. Diagnosis banding
Pe
m
eri
ks
aa
n
6. Diagnosis Kerja
7. Tatalaksana
1. Informed consent
2. KIE
3. Non Farmakologi
4. Farmakologi
8. Prognosis
Okuli Sinistra
o Quo ad vitam
: bonam
Analisis Masalah
Pasien datang dengan riwayat trauma pada mata kiri sejak tiga hari yang
lalu. Pasien mengeluh nyeri pada mata, mata merah, dan berair. Keluhan ini
disebabkan oleh adanya respon inflamasi pada mata. Pasien langsung dibawa berobat
oleh ibunya ke bidan desa. Pasien diberikan pengobatan berupa satu macam obat
sirup, namun ibu lupa nama obat.
Sejak dua hari yang lalu, pasien mengeluh adanya sakit kepala dan
pandangan mata kabur. Sejak satu hari yang lalu, ibu pasien membawa pasien ke RS
Gumawang. Setelah diperiksa, mata pasien didapati memiliki tekanan intraokuli
sebesar 40 mmHg dan terdapat darah pada bilik mata depan pasien. Rasa nyeri kepala
dan pandangan mata kabur dua hari yang lalu menunjukan adanya peningkatan
tekanan bola mata yang berpotensi terjadi glaukoma akut. Hal ini dibuktikan dengan
pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya. Angka 40 mmHg pada pemeriksaan
tekanan intraokuli mengarahkan pasien mengalami glaukoma akut.
Adanya darah pada bilik mata depan pasien menunjukan bahwa mata pasien
mengalami hifema. Hifema terjadi karena adanya robekan pada pembuluh darah iris
akibat trauma tumpul yang memberikan tekanan tinggi pada bagian depan mata.
Hifema merupakan salah satu penyebab dari glaukoma sekunder. Darah yang
berkumpul di bilik mata depan berpotensi meningkatkan tekanan bola mata karena
volume cairan pada bilik mata depan bertambah. Maka, pasien dapat dikatakan
mengalami hifema disertai glaukoma akut sekunder.
Tatalaksana yang dapat kita berikan pada pasien ini adalah menganjurkan
pasien untuk dirawat inap agar dapat mendapatkan penanganan secara maksimal.
Tujuan utama tatalaksana pasien ini adalah menghentikan pendarahan/mencegah
pendarahan berulang, mengeluarkan darah dari bilik mata depan, mengendalikan
tekanan bola mata, mencegah imbibisi kornea, dan menemukan penyulit sedini
mungkin. Terapi konservatif awal yang dapat diberikan adalah penggunaan
penutup/pelindung mata (eye patch), membatasi aktivitas (total bed rest), dan elevasi
kepala 30o-45o.
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan adalah pemberian obat
golongan karbonik anhidrase inhibitor yang bertujuan untuk mengurangi produksi
aquos humour demi mengurangi tekanan intraokuli. Pada pasien ini diberikan
brinzolamide ED. Pasien juga diberikan obat tetes golongan beta-blocker. Obat
golongan beta-blocker juga berguna untuk mengurangi produksi aquos humour. Obat
yang diberikan adalah Timolol 0,5% ED. Penggunaan obat golongan karbonik
anhidrase inhibitor dan beta-blocker bertujuan untuk mendapatkan efek sinergis
mengurangi produksi aquos humour mengingat pasien ini menderita hifema grade IV
disertai glaukoma aku sekunder.
Pasien juga diberikan antifibrinolitik berupa asam traksenamat dengan
tujuan untuk mengurangi risiko adanya pendarahan berulang. Selain itu, pasien juga
diberikan anti nyeri berupa paracetamol. Paracetamol sirup dipilih sebagai anti nyeri
karena paracetamol (acetaminophen) merupakan obat yang aman digunakan pada
pasien
dengan
pendarahan.
Pasien
juga
diberikan
kortikosteroid
berupa
LAMPIRAN