You are on page 1of 17

Bagaimana struktur anatomi otak anak terhadap kasus?

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak
yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus
Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan

kemampuan bahasa secara umum.


Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan

seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.


Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan

pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.


Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di
bawah ini.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan
itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak
kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh.
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri
untuk logika dan berpikir rasional.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi
otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan
saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,

denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan
teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau
terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan

mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.


Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,

pernafasan, dan pencernaan.


Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga

atau tertidur.
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana
yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan
anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan
emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci
seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini terjadi
karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.
Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta

dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau
ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang
dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat
duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan
kejujuran.
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada
hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada autisme.
Berkurangnya sel purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson, glia dan myelin
sehingga terjadi pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknya pertumbuhan akson yang
abnormal dapat menimbulkan sel purkinye mati. (Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K),
2003).
Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga sebagai
sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini rusak atau terganggu maka
akan mengganggu fungsi bagian lain dari sistem saraf pusat, seperti misalnya sistem limbik
yang mengatur emosi dan perilaku.
Menurut Hardiono SpA(K) dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
UI, pada penderita autis terdapat pola pertumbuhan otak yang berbeda dengan anak normal.
perbedaan tersebut adalah :
1. Terjadi percepatan pertumbuhan otak secara abnormal dengan fungsi abnormal
pada usia pra natal sampai usia 2 atau 3 tahun. Yaitu adanya Pembesaran volume
otak tidak merata yang terdapat hanya pada bagian tertentu (pada substansi putih
otak besar dan otak kecil serta substansi kelabu otak besar).Namun mulai usia 6
tahun sampai remaja, terjadi perlambatan pertumbuhan otak sehingga volume
otak pada remaja dan dewasa yang autis lebih kecil dibanding otak normal.
2. Pertumbuhan saraf otak yang menunjukkan kondisi growth without guidance
dimana kematian dan petumbuhan sel secara tak beraturan, sehingga menekan
pertumbuhan sel saraf lain. Seperti berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Dipicu oleh Peningkatan neurokimia otak yang berlebihan (brain-derived
neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitoninrelated gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan
3.

perkembangan jalinan sel saraf.


Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan

primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila
sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan
kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu
4.

minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.


Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan
memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan

5.

mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan
yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan
berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang
berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping

depan otak besar yang berperan dalam proses memori).


Ditambahkan pula oleh dr Chatijah Satrio Wibowo SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit
Jiwa Fakultas Kedokteran UnPad, menyatakan bahwa bahan kimia otak yang kadarnya
abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu
neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sehingga anak autis cendrung
agresivitas, hiperaktivitas, dan perilaku menyakiti diri sendiri.

Apa saja kemungkinan yang dapat disingkirkan dari riwayat tumbuh kembang
Bram?

Tatalaksana

Penanganan kelainan ini diakui banyak pihak sangatlah sulit. Harus dibentuk
penanganan menyeluruh yang terdiri atas orang tua, guru, terapis, dan keluarga. Semua ini
harus diarahkan untuk membangun kemampuan anak bersosialisasi dan berbicara.
Terapi dibagi dalam dua layanan yaitu terapi intervensi dini dan terapi penunjang.
a. Terapi Intervensi Dini
Dengan intervensi dini potensi dasar (functional) anak autistik dapat
meningkat melalaui program yang intensif. Ini sejalan dengan hipotesis bahwa
anak autistik memperlihatkan hasil yang lebih baik bila intervensi dini
dilakukan pada usia dibawah 5 tahun.
1) Direct Trial Training (DTT)

2) Learning Experience: an Alternative Program for Preschoolers and


Parents (LEAP)
3) Floor Time
4) Penatalaksanaant and Education of Autistic and Related Communicationhandicapped Children (TEACCH)
b. Terapi Penunjang
Beberapa jenis terapi penunjang bagi anak autistik dapat diberikan yang
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak, antara lain:
1) Terapi Medikamentosa
Obat yang selama ini cukup sering digunakan dan memberikan respon
yang baik adalah risperidone dan haloperidol.(Agonis serotonin-dopamin)
2) Terapi Wicara
Terapi wicara merupakan suatu keharusan bagi penyandang autism,
karena semua anak autistik mengalami gangguan bicara dan berbahasa.
Hal ini harus dilakukan oleh seorang ahli terapi wicara yang memang
dididik khusus untuk itu.
3) Terapi Okupasional
Jenis terapi ini perlu diberikan pada anak yang memiliki gangguan
perkembangan motorik halus untuk memperbaiki kekuatan, koordinasi
dan ketrampilan. Hal ini berkaitan dengan gerakan-gerakan halus dan
trampil, seperti menulis.
4) Teori Integrasi
5) Motivasi Keluarga
6) Terapi Perilaku
Terapi ini penting untuk membantu anak autistik agar kelak dapat berbaur
dalam masyarakat, dan menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Mereka
akan diajarkan perilaku perilaku yang umum, dengan cara reward and
punishment, dimana kita memberikan pujian bila

mereka melakukan

perintah dengan benar, dan kita berikan hukuman melalui perkataan yang
bernada biasa jika mereka salah melaksanakan perintah. Perintah yang
diberikan adalah perintah-perintah ringan, dan mudah dimengerti.
7) Terapi Bermain
Terapi bermain sebagai penggunaan secara sistematis dari model teoritis
untuk memantapkan proses interpersonal. Pada terapi ini, terapis bermain
menggunakan kekuatan terapuitik permaianan untuk membantu klien
menyelesaikan

kesulitan-kesulitan

psikosional

pertumbuhan, perkembangan yang optimal.


8) Terapi Musik

dan

mencapai

Terapi musik menurut Canadian Association for Music Therapy (2002)


adalah penggunaan musik untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan
emosi individu, serta penatalaksanaant penyakit atau ketidakmampuan.
Atau terapi musik adalah suatu terapi yag menggunakan musik untuk
membantu seseorang dalam fungsi kognitif, psikologis, fisik, perilaku,
dan sosial yang mengalami hambatan maupun kecacatan..
9) Terapi Integrasi Sensoris
Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf pusat,
sehingga lebih mampu untuk memperbaiki sruktur dan fungsinya.
Aktivitas ini merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks, dengan
demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik fokus pada pembersihan fungsi-fungsi abnormal pada
otak. Dengan terapi ini diharapkan

fungsi susunan saraf pusat bias

bekerja dengan lebih baik sehingga gejala autism berkurang.


11) Terapi makanan
Terapi melalui makanan (diet therapy) diberikan untuk anak-anak yang
alergi pada makanan tertentu. Diet yang sering dilakukan pada anak
autistik adalah GFCF (Glutein Free Casein Free). Anak dengan gejala
autism memang tidak disarankan untuk mengasup makanan dengan kadar
gula tinggi. Hal ini berpangaruh pada sifat hiperaktif sebagian besar dari
mereka.
12) Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi
para penyandang autism. Pada pendidikan khusus, diterapkan sistem satu
guru untuk satu anak. Sistem ini paling efektif karena mereka tak
mungkain dapat memusatkan perhatiannya dalam suatu kelas yang besar.
Banyak orangtua yang tetap memasukan anaknya ke kelompok bermain
atau STK normal, dengan harapan bahwa anaknya bisa belajar
bersosialisasi. Untuk penyandang autisme ringan hal ini bisa dilakukan,
namun ia harus tetap mendapatkan pendidikan khusus.
Medikamentosa mengatasi gejala autisme tanpa menghilangkan secara total
a. Antidepresan dan antianxietas mengurangi efek stimulasi perilaku sendiri,
mengurangi pergerakan berulang dan temper tantrums
1) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) - Atomoxetine 0.5 mg/kg PO
2) Imipramine 10-25 mg/d PO
3) Bupropion 37.5-300 mg/d PO} antidepresan

4) Desipramine 10-25 mg PO
b. Psikotropik bekerja sebagai antipsikotik, mengatasi gejala dari autisme, mengurangi
perilaku agresif, pergerakan berulang
1) Methylphenidate
2) Dexmethylphenidate
3) Amphetamine
c. Stimulan untuk mengontrol perilaku dan afek (mood), mengatur fokus (lebih mudah
berkonsentrasi) metamfetamin
d. Fenfluramin : Suatu obat yang mempunyai efek mengurangi kadar serotonin darah
yang bermanfaat pada beberapa anak autisme
e. Ritalin Untuk menekan hiperaktifitas
f. Risperidon dengan dosis 2 x 0,1 mg telah dapat mengendalikan perilaku dan konvulsi.
Selain medikamentosa, ada 10 Jenis Terapi Autisme yang dapat dilakukan pada kasus:
a. Terapi pendidikan dan perilaku : Applied Behavioral Analysis (ABA) dan
Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicaped Children
(TEACCH)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan

khusus

pada

anak

dengan

memberikan

positive

reinforcement

(hadiah/pujian).
b. Terapi Wicara
Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian reinforcement
dan meniru vokalisasi terapis,terapi bicara dalam upaya meningkatkan kemampuan
komunikasi anak autis.
c. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil
dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan
kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk
melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
d. Terapi Fisik /fisioterapi
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang
tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang
bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
e. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
f. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam
belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam
hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
g. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami
mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku

negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan


lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
h. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang
lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
i. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode dan PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games

bisa juga dipakai untuk

mengembangkan ketrampilan komunikasi.


j. Terapi Biomedik
Gejala-gejala anak autis diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan
berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara
intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang
ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.
Diet
1. Hindari makanan yang mengandung casein dan protein tepung (glutein)
Dari hasil pemeriksaan diperoleh bahwa anak anak ini mengalami gangguan
metabolisme yang kompleks, dan setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi,
ternyata dari 120 orang anak yang diperiksa: 100 anak (83,33%) menderita alergi
susu sapi, gluten dan makanan lain, 18 anak (15%) alergi terhadap susu dan
makanan lain, 2 orang anak (1,66 %) alergi terhadap gluten dan makanan lain.
Penelitian lain menghubungkan autism dengan ketidakseimbangan hormonal,
peningkatan kadar dari bahan kimiawi tertentu di otak, seperti opioid, yang
menurunkan persepsi nyeri dan motivasi.
2. Berikan Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan
keseimbangan mikroflora usus.
3. Berikan vitamin C sebagai antioksidan.
4. Hindari makanan yang mengandung pengawet

Autism Spectrum Disorder


Definisi
Autisme (autism) merupakan gangguan pada sistem syaraf pusat yang berdampak
pada gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi verbal- nonverbal dan perilaku tertentu
yang cenderung terbatas, mengulang dan tidak mempunyai ketertarikan terhadap hal lainnya
(baru).
Autisme mempunyai banyak gejala lainnya yang menyertai gangguan tersebut
seperti permasalahan penggunaan bahasa, menjalin hubungan dan memiliki interpretasi yang
berbeda dalam merespon lingkungan sekitarnya.
Autisme diartikan sebagai gangguan syaraf mental di awal perkembangan masa
kanak-kanak, meskipun kadang diagnosa autisme itu sendiri tidak terdeteksi ketika sejak
masa prasekolah atau masa sekolah. Gejala autisme kemungkinannya telah muncul ketika
usia anak mencapai 12-18 bulan. Perilaku karakteristik autisme sendiri mudah terdeteksi pada
usia 3 tahun, misalnya dengan mengetahui keterlambatan dalam berbicara atau penguasaan
kosa kata pada masa prasekolah.
Keterlambatan anak menguasai bahasa sampai usia 5 tahun menjelang sekolah
merupakan permasalahan yang sering terjadi pada anak-anak autisme, gejala-gejala yang
tampak pada autisme dapat terlihat secara jelas pada usia 4-5 tahun ketika anak mengalami
permasalahan dalam berinteraksi sosial dengan usia sebayanya. Permasalahan tersebut akan
terus berlanjut pada fase perkembangan selanjutnya, bahkan seumur hidupnya.
American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan Autisme dalam
gangguan perkembangan pervasif (pervasive development disorders; PDD) bersama dengan
beberapa gangguan lain; sindrom Asperger, gangguan disintegratif pada anak, gangguan Rett,
dan gangguan perkembangan pervasif yang tidak terdefinisikan. Kesemua gangguan tersebut
merupakan gangguan yang berhubungan dengan permasalahan komunikasi, sosial interaksi,
perilaku terbatas, mengulang. Gangguan-gangguan tersebut kadang disebut sebagai gangguan
spektrum autisme (autism spectrum disorders; ASDs).
Disebut sebagai gangguan spektrum autisme karena beberapa gejala umum
mempunyai kemiripan, meskipun gangguan tersebut berbeda antara setiap orang, namun
gangguan tersebut pada area yang sama; sosialisasi, komunikasi dan perilaku. Kecuali pada
sindrom Asperger, anak tidak memiliki hambatan dalam berkomunikasi.
Individu dengan gangguan autisme ringan dapat belajar untuk mandiri, namun
beberapa diantara penderita autisme harus secara terus-menerus mendapatkan perawatan
selama hidupnya. Sejauh ini belum ditemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan
gangguan autisme secara total.

Faktor penyebab
1. Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit
genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah tuberous sclerosis (17-58%)
dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile-X karena secara sitogenetik penyakit
ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan diujung
akhir lengan panjang kromosom X 4. Sindrome fragile X merupakan penyakit yang
diwariskan secara X-linked (X terangkai) yaitu melalui kromosome X. Pola
penurunannya tidak umum, yaitu tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked
lainnya, karena tidak bisa digolingkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan
perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat (carrier).
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir
semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada
autisme. Berkurangnya sel purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson,
glia dan myelin sehingga terjadi pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknya
pertumbuhan akson yang abnormal dapat menimbulkan sel purkinye mati.
Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga sebagai
sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini rusak atau terganggu
maka akan mengganggu fungsi bagian lain dari sistem saraf pusat, seperti misalnya
sistem limbik yang mengatur emosi dan perilaku.
3. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan dengan
makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan tertentu, seperti
bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet,
penyedap rasa, bahan pewarna, dan ragi.
Untuk memastikan pernyataan tersebut, dalam tahun 2000 sampai 2001 telah
dilakukan pemeriksaan terhadap 120 orang anak yang memenuhi kriteria gangguan
autisme menurut DSM IV. Rentang umur antara 1 10 tahun, dari 120 orang itu 97
adalah anak laki-laki dan 23 orang adalah anak perempuan. Dari hasil pemeriksaan
diperoleh bahwa anak anak ini mengalami gangguan metabolisme yang kompleks, dan
setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi, ternyata dari 120 orang anak yang

diperiksa: 100 anak (83,33%) menderita alergi susu sapi, gluten dan makanan lain, 18
anak (15%) alergi terhadap susu dan makanan lain, 2 orang anak (1,66 %) alergi
terhadap gluten dan makanan lain.
Simptom
DSM IV (Diagnpstic Statistical Manual yang dikembangkan oleh para psikiater dari
Amerika) mendefinisikan anak autis sebagai berikut:
1. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok a, b dan c, meliputi sekurangkurangnya: satu item dari kelompok a, sekurang-kurangnya satu item dari kelompok
b, sekurang-kurangnya satu item dari kelompok.
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan oleh paling
sedikit dua diantara berikut:
i. Memiliki kesulitan dalam mengunakan berbagai perilaku non verbal
seperti, kontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, bahasa tubuh lainnya
yang mengatur interaksi sosial
ii. Memiliki kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya atau teman yang sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya.
iii. Ketidakmampuan untuk berbagi kesenangan, minat, atau keberhasilan
secara spontan dengan orang lain (seperti; kurang tampak adanya
perilaku memperlihatkan, membawa atau menunjuk objek yang
menjadi minatnya).
iv. Ketidakampuan dalam membina hubungan sosial atau emosi yang
timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling
sedikit satu dari yang berikut:\
i. Keterlambatan dalam perkembangan bicara atau sama sekali tidak
(bukan disertai dengan mencoba untuk mengkompensasikannya
melalui cara-cara komunikasi alternatif seperti gerakan tubuh atau
lainnya)
ii. Bagi individu yang mampu berbicara, kurang mampu untuk memulai
pembicaraan atau memelihara suatu percakapan dengan yang lain
iii. Pemakaian bahasa yang stereotipe atau berulang-ulang atau bahasa
yang aneh (idiosyncantric)

iv. Cara bermain kurang bervariatif, kurang mampu bermain pura-pura


secara spontan, kurang mampu meniru secara sosial sesuai dengan
tahap perkembangan mentalnya
c. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitive, dan stereotype seperti yang
ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang berikut:
i. Keasikan dengan satu atau lebih pola-pola minat yang terbatas dan
stereotipe baik dalam intensitas maupun dalam fokusnya.
ii. Tampak tidak fleksibel atau kaku dengan rutinitas atau ritual yang
khusus, atau yang tidak memiliki manfaat.
iii. perilaku motorik yang stereotip dan berulang-ulang (seperti :
memukul-mukulkan

atau

menggerakgerakkan

tangannya

atau

mengetuk-ngetukan jarinya, atau menggerakkan seluruh tubuhnya).


iv. Keasikan yang menetap dengan bagian-bagian dari benda (object).
2. Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia tiga tahun seperti yang
ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal.
3. Sebaiknya tidak dikelompokkan ke dalam Rett Disorder, Childhood Integrative
Disorder, atu Asperger Syndrom.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak autis yaitu anak-anak yang
mengalami kesulitan perkembangan otak yang kompleks yang mempengaruhi banyak fungsifungsi: persepsi (perceiving), intending, imajinasi (imagining) dan perasaan (feeling) yang
terjadi sebelum umur tiga tahun dengan dicirikan oleh adanya hambatan kualitatif dalam
interaksi sosial, komunikasi dan terobsesi pada satu kegiatan atau obyek yang mana mereka
memerlukan layanan pedidikan khusus untuk mengembangkan potensinya.
Test
Saat ini belum ada alat secara medis untuk mendeteksi ASDs. Tenaga profesional
menggunakan gejala-gajala yang ada dari perilaku yang tampak. Secara umum gejala-gejala
tersebut mulai terdeteksi sejak usia bayi beberapa bulan yang berlanjut pada kemunculan
pada usia 3 tahun
Langkah diagnosis untuk gangguan ASDs dilakukan dengan melihat masa
perkembangan awal dan survei dokter selama dilakukan kunjungan. Langkah tersebut
biasanya dilakukan dokter dengan cara men-check list pelbagai pertanyaan untuk
mengindentifikasi beberapa gangguan perkembangan pada usia 9 bulan, 18 bulan dan 24-30

bulan (dapat diisi oleh orangtua) bila ditangani terlebih awal maka dokter akan memberikan
beberapa test kemampuan yang disesuaikan dengan usia perkembangan diatas.
ASDs merupakan gangguan yang kompleks, untuk melakukan screening secara tepat
biasanya dilakukan evaluasi yang komperehensif, seperti test secara fisik, neurobiology, atau
bahkan test genetik.
Beberapa test diagnostik yang dapat digunakan untuk mendiagnosa gangguan
autisme;
1. Autism Diagnosis InterviewRevised (ADIR)
2. Autism Diagnostic Observation Schedule-Generic (ADOSG)
3. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
4. The Gilliam Autism Rating Scale (GARS)
5. Autism Spectrum Screening Questionnaire (ASSQ)
Penatalaksanaan
Tidak ada standar khusus untuk treatmen pada anak autis, tenaga professional
menggunakan beberapa standar yang berbeda-beda dalam menangani pasien gangguan
autisme. Karenanya orangtua yang memiliki anak autisme dapat memilih tenaga profesional
berpengalaman dari pelbagai informasi yang ada dan dianggap dapat membantu anak-anak
autisme secara lebih baik. Lakukanlah diskusi dengan tenaga profesional dalam mengambil
beberapa tindakan yang diperlukan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua;
a. Lihatlah reputasi tenaga profesional tersebut yang berpengalaman Keputusan
yang diambil haruslah berdasarkan pada petujuk-petunjuk yang tersusun secara
rinci yang merupakan hasil diskusi antara orangtua dan tenaga professional yang
terlibat didalamnya.
b. Hal-hal yang dilakukan dalam pemberian treatment haruslah mempunyai alasan
yang jelas, maksud dan manfaat dari tindakan yang diperlukan
c. Tidak ada standar obat medis yang direkomendasikan secara khusus dalam
treatmen yang diberikan, bahkan tidak ada obat yang dapat menyembuhkan
gangguan autisme, oleh karenanya treatmen yang diberikan dapat berbeda-beda
tiap individu dengan gangguan autisme atau ASDs lainnya.
d. Orangtua haruslah berperan dalam pemberian treatmen dengan pengetahuan yang
cukup mengenai gangguan ini dan dapat melihat perubaha-perubahan yang

terjadi pada anak selama pemberian treatmen apakah sesuai dengan karakter anak
atau tidak.
e. Lihat perubahan perkembangan anak selama pemberian treatmen, biasanya anak
autisme mengalami perubahan-perubahan yang berarti selama treatmen yang
dilakukan
Treatmen pada anak dengan gangguan autisme dapat berupa memberikan pelatihan
khusus dan manajemen perilaku, treatmen dilakukan dalam jangka yang panjang dan
dialkukan secara intensif. Dokter juga akan memberikan obat-obatan yang dapat mendukug
treatmen tersebut.
Obat-obatan
Medikasi sebenarnya tidak diperlukan bagi penderita autisme, kecuali bila disertai
dengan adanya gangguan syaraf lainnya. Medikasi diberikan untuk membantu autis
mengontrol beberapa perilaku seperti hiperaktif, impulsif, konsentrasi atau kecemasan. Hal
yang perlu diingat bahwa pemberian obat-obatan tersebut kadang tidak cocok dengan tiap
individu dan pemberian obat dalam waktu yang relatif lama juga memberikan pengaruh yang
tidak baik bagi anak-anak autis.
1. Obat antipsikotik; pemberian jenis obat-obatan ini untuk mengurangi dari
beberapa perilaku seperti hiperaktif, perilaku menyendiri, pengulang perilaku
atau perilaku agresif. Jenis obat ini dapat berupa risperidone (Risperdal),
olanzapine (Zyprexa), dan quetiapine (Seroquel)
2. Selective

serotonin

reuptake

inhibitors

(SSRIs);

adalah

jenis

obat

antidepressants yang sering digunakan untuk penderita depresi, obsessivecompulsive disorder, atau gangguan kecemasan. Jenis obat ini
dapat mengurang perilaku seperti agresif, pengulangan perilaku, marah, dsb.
Jenis obat ini berupa fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline
(Zoloft), dan paroxetine (Paxil). Antidepressant lainnya; Clomipramine
(Anafranil), Mirtazapine (Remeron), amitriptyline (Elavil) dan bupropion
(Wellbutrin).
3. Obat stimulant; Jenis obat ini dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi
dan mengurangi perilaku impulsif dan hiperaktif. Jenis obat ini berupa
methylphenidate (Ritalin) dan amphetamines (Adderall, Dexedrine).
4. Jenis obat lainnya; Alpha-2 adrenergic agonists (clonidine) diberikan untuk
mengurangi perilaku hiperaktif.

Pemberian obat-obatan tersebut haruslah melalui pengawasan dokter secara ketat,


pemberian jangka panjang akan memberikan efek yang tidak baik bagi anak autis.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat-obatan;
1. Menimbulkan rasa mengantuk (sedasi)
2. Ketergantungan pada obat
3. Beberapa jenis obat dapat bereaksi dengan makanan, perlu kontrol dan konsultasi
dokter mengenai penggunaan obat-obatan tersebut
4. Obat-obatan tersebut harus diberikan oleh tenaga medis profesional yang
berpengalaman dalam menangani anak-anak autis.
Beberapa jenis suplemen, vitamin, mineral; vitamin B, magnesium, minyak ikan, dan
vitamin C dilaporkan dapat memberikan pengaruh positif bagi anak autis dan ASDs lainnya.

American Psychiatric Association, Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders,


Washington DC.: American Psychiatric Association Publisher.
Budiman, Melly, (2003), Gangguan Metabolisme pada Anak Autistik di Indonesia, (makalah),
Jakarta: Konferensi Nasional Autisme-I.
Hardiono dan Chatijah, 2003. Kelainan Sistim Saraf Pusat & Gangguan Autistik ,
(www.infoterapi.com) . Jakarta: Kompas Minggu
Pusponegoro, Hartono D, (2003), Pandangan Umum mengenai Klasifikasi Spektrum
Gangguan Autistik dan Kelainan Susunn saraf Pusat (makalah), Jakarta: Konferensi
Nasional Autisme-I
Sasanti, Yuniar, (2003), Masalah Perilaku pada Gangguan Spektrum Autism (GSA)
(makalah), Jakarta: Konferensi Nasional Autisme-I

You might also like