Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
MUH. IBNU FIRDAUS
NIM : 106104003491
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Pembimbing I
Pembimbing II
iv
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
RIWAYAT HIDUP
Nama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
Tlp/ Hp
: 085716387472
: ibnoe_88@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Cibuntu I
(1993)
2. SD Negeri Cibuntu II
(1994-2000)
(2000-2003)
(2003-2006)
(2006-2010)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
pembawa syariah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan
tempat sampai akhir zaman. Atas nikamat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Pasien Asma dalam Melakukan Senam Asma
Indonesia di RS Persahabatan Tahun 2010.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Farida Hamid, M.Pd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Tien Gartinah, MN dan Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep Sp.Mat, selaku Ketua
Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
vii
5. Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.MB dan Yuli Amran, S.KM, MKM, selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama
membimbing penulis.
6. Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehatnya selama penulis
duduk di bangku kuliah.
7. Segenap Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada
penulis selama duduk di bangku kuliah.
8. Segenap Jajaran Staf serta Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang
telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan
rujukan skripsi.
9. Dr. Priyanti Z. Soepandi, Sp.P(K), selaku direktur RSUP Persahabatan serta
seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam
mencari data-data sekaligus sebagai bahan rujukan skripsi.
10. Ibu Epi, selaku Kepala Ruangan Poliklinik Asma dan seluruh jajarannya yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus
wawancara sebagai bahan rujukan skripsi.
11. Seluruh
Responden
yang
telah
meluangkan
waktunya
untuk
bersedia
viii
Akhir kata, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat
khususnya
bagi
penulis
dan
umumnya
bagi
pembaca
yang
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dan sahabat, jika apa yang kita miliki memang persahabatan yang
tulus, maka ada tali silaturahmi yang mesti kita jaga.
Walau jarak merenggangkan ikatan, dan harapan-harapan membawa
kita berlayar ke negeri-negeri asing; ketahuilah bahwa ada seorang
sahabat yang akan membantumu jika engkau membutuhkannya.
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
ii
iv
vi
vii
xi
xvii
xvii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A Latar Belakang .......................................................................... 1
B Perumusan Masalah ................................................................... 7
C Pertanyaan Penelitian ................................................................ 7
D Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
1. Tujuan Umum ..................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .................................................................... 8
E Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
1. Bagi RSUP Persahabatan .................................................... 9
2. Bagi Profesi Keperawatan.................................................... 9
xi
BAB III
KERANGKA
KONSEP,
DEFINISI
OPERASIONAL
DAN
HIPOTESIS ..................................................................................... 35
A Kerangka Konsep ....................................................................... 35
B Definisi Operasional ................................................................... 36
xii
C Hipotesis ..................................................................................... 38
BAB IV
BAB V
PEMBAHASAN . 60
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 60
B. Perilaku pasien Asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia 61
C. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pasien asma
xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Gambar 2.1
Halaman
Patofisiologi, Penatalaksanaan, Manifestasi ..................................... 13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lembar kuesioner
Lampiran 5
Lampiran 6
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai
negara di seluruh dunia (Mangunnegoro, 2004). Sebagaimana yang dikutip
oleh Dewan Asma Indonesia (DAI) tahun 2009, bahwa Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan hingga saat ini jumlah pasien asma di dunia
mencapai 300 juta orang, dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat
hingga 400 juta penderita pada tahun 2025. Di Eropa dan Amerika Utara,
asma menyerang 5-7% populasi (Rubenstein, dkk, 2003). Di Indonesia,
penyakit ini masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan. Diperkirakan
prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya ada
12,5 juta pasien asma di Indonesia (DAI, 2009).
Menurut Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004,
prevalensi asma sebagai penyakit kronis pada penduduk berumur 15 tahun
atau lebih berada pada peringkat kedua setelah penyakit persendian yaitu
sebesar 4% (Pradono, dkk, 2005). Hasil penelitian International Study on
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan
bahwa prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4% di
Indonesia. Kota Jakarta sendiri memiliki prevalensi asma yang cukup besar,
yaitu mencapai 7,5% pada 2001 (Sundaru, 2007). Apabila tidak dicegah dan
ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi
yang lebih tinggi lagi pada masa yang akan datang serta mengganggu proses
tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien (Depkes RI, 2008).
Selain menimbulkan morbiditas, asma juga dapat menyebabkan kematian.
Di dunia, penyakit asma termasuk 5 besar penyebab kematian yaitu mencapai
17,4% (DAI, 2009). WHO memperkirakan tahun 2005 di seluruh dunia
terdapat 255.000 penderita meninggal karena asma, sebagian besar atau 80%
terjadi di negara - negara sedang berkembang (Sundaru, 2007). Di Indonesia,
penyakit ini masuk ke dalam sepuluh besar penyebab kematian (DAI, 2009).
Pada tahun 2006, penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian
terbanyak di rumah sakit salah satunya adalah penyakit asma sebanyak 0,9%
dari seluruh kematian di rumah sakit, sehingga penyakit ini menduduki
peringkat ke enam (Depkes RI, 2008).
Penyakit asma ditandai oleh sesak napas berulang, mengi, atau batuk
akibat penyempitan lumen saluran napas yang reversibel (Rubenstein, 2007).
Asma tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol (DAI, 2009). Penyakit
ini berlangsung sepanjang masa, karena itu penyakit ini disebut sebagai
penyakit kronik. Karena bersifat fluktuatif maka penyakit ini sulit diprediksi,
bisa kapan saja muncul serangannya dan bila tidak dikelola dengan baik dapat
menyebabkan kematian (YAI, 2003).
Penelitian dari Amerika Serikat menunjukkan penderita asma anak
kehilangan 10,1 juta hari sekolah atau 2 kali lebih besar dibanding anak yang
tidak menderita asma, menyebabkan 12,9 juta kunjungan ke dokter dan
perawatan di rumah sakit bagi sebanyak 200.000 penderita per tahun. Survei
yang sama juga membuktikan adanya keterbatasan aktivitas pada 30%
penderita
berdasarkan
berat
ringannya
penyakit
asma
(Supriyantoro, 2004). Senam asma merupakan terapi non medis yang sangat
baik untuk mencapai asma terkontrol (Hudoyo, 2008). Walaupun senam ini
diciptakan khusus untuk penderita asma, tetapi dapat dilakukan juga oleh
selain penderita asma (YAI, 2008).
Senam Asma Indonesia mempunyai banyak manfaat baik manfaat fisik
maupun psikologis atau sosial. Manfaat fisik di antaranya mengoptimalkan
otot otot pernapasan dan penderita mampu bernapas dengan benar pada saat
terjadi serangan. Manfaat psikologis atau sosial di antaranya meningkatkan
rasa nyaman dan rasa percaya diri serta mengurangi kebutuhan obat obatan
(YAI, 2008).
Manfaat tersebut telah dibuktikan dalam beberapa penelitian terdahulu
seperti
yang
dilakukan
oleh
Anwar
(1998)
dan
Rogayah
(1999)
asma, dimana pasien asma yang melakukan senam secara teratur dan
melakukan sosialisasi lebih banyak mempunyai kualitas hidup yang baik.
Berdasarkan manfaat senam asma yang telah disebutkan di atas, maka
senam asma sangat dianjurkan bagi pasien asma. Anjuran ini diperkuat oleh
sabda Rasulullah SAW: Mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih Allah cintai
dari
pada
Mukmin
yang
lemah,
dan
pada
keduanya
tetap
ada
kebaikan..(H.R. Muslim)
Efek maksimal latihan fisik tergantung dari intensitas, frekuensi, dan lama
latihan (Supriyantoro, 2004). Menurut Yayasan Asma Indonesia (YAI) (2008)
senam asma yang efektif adalah apabila dilakukan secara rutin 3 4 kali
seminggu, setiap kali senam 45 60 menit, dan akan menunjukkan hasilnya
setelah dilaksanakan 6 8 minggu.
Rumah Sakit Persahabatan sebagai Pusat Rujukan Nasional Kesehatan
Paru mempunyai layanan unggulan salah satunya yaitu sebagai pusat
pelayanan paru. Selain itu, rumah sakit juga mempunyai klub asma yaitu Klub
Asma Persahabatan. Klub Asma Persahabatan merupakan klub asma tertua di
Indonesia dari 40 klub asma yang terdaftar di YAI, di mana di Jakarta sendiri
terdapat 25 klub asma yang pada umumnya klub-klub asma tersebut secara
rutin mengadakan senam asma setiap 1 minggu sekali.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di beberapa tempat menunjukkan
bahwa pasien asma yang melakukan senam asma masih terbilang sedikit. Di
Klub Asma Jakarta Respiratory Center (JRC) dan Klub Asma Persahabatan,
jumlah anggota yang aktif senam tidak mencapai 50 % dari total anggota klub
yang terdaftar. Kemudian studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 20
fasilitas-fasilitas
atau
sarana-sarana
kesehatan,
misalnya
B. Perumusan Masalah
Di Indonesia, penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari
seluruh penduduk Indonesia, artinya ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia
(DAI, 2009). Sedangkan sebagai penyakit tidak menular, penyakit asma ini
menyebabkan kematian sebanyak 0,9% dari seluruh kematian di rumah sakit
(Depkes RI, 2008). Hal tersebut menurut Dewan Asma Indonesia (DAI) tahun
2009, salah satunya adalah dikarenakan penatalaksanaan jangka panjang
belum banyak diterapkan.
Salah satu penatalaksanaan asma jangka panjang yang belum banyak
diterapkan adalah Senam Asma Indonesia. Hasil studi pendahuluan yang
peneliti lakukan pada 20 pasien asma yang berobat ke Poliklinik Asma RS
Persahabatan didapat sebanyak 60% pasien asma tidak melakukan senam
asma. Padahal berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan menyatakan
bahwa Senam Asma Indonesia sangat bermanfaat bagi pasien asma.
Berdasarkan teori dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
membuktikan Adakah hubungan antara faktor pengetahuan, sikap, dukungan
petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan tahun 2010?
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran perilaku pasien asma dalam melakukan Senam
Asma Indonesia di RS Persahabatan tahun 2010?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien
asma terhadap Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi gambaran perilaku pasien asma terhadap Senam Asma
Indonesia di RS Persahabatan tahun 2010.
b. Teridentifikasi gambaran faktor pengetahuan, sikap, dukungan petugas
kesehatan dan dukungan keluarga pasien asma dalam melakukan
Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan tahun 2010.
c. Teridentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan petugas
kesehatan dan dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan tahun 2010.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi RS Persahabatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang objektif
mengenai faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien asma
dalam
melakukan
Senam
Asma
Indonesia
khususnya
bagi
RS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bronki.
Ketika
reseptor
-adrenergik
dirangsang,
terjadi
b.
c.
debu rumah, binatang berbulu (anjing, kucing, tikus), alergen kecoak, jamur,
kapang, ragi serta pajanan asap rokok; pemacu seperti rinovirus, ozon,
pemakaian 2-agonis; sedangkan pencetus adalah semua faktor pemicu dan
pemacu ditambah dengan aktivitas fisik, udara dingin, histamin dan metakolin
(Depkes RI, 2008).
Gambar 2.1 Patofisiologi, Penatalaksanaan, Manifestasi
Terpapat bahan allergen & iritan
Stress
Udara dingin
Exercise
Faktor lain
Steroid
Penstabil
sel mast
Stimulus IgE
Sel mast mengalami
degranulasi
Antihistamin
Histamin
SRS-A
Prostaglandin
Modifier
leukotrien
Bradikini
n
Leukotrien
Inflamasi
Steroid
Batuk
tidak
: Patofisiologi
Sumber: Black & Hawk (2005).
Brokhospasme
Bronkhodilator
2-agonis
Methilxanthine
s
: Penatalaksan
: Manifestasi
Dada sesak,
Napas
pendek,
Wheezing,
Peak flow
variability
Fungsi paru
asma
Intermiten
APE > 80 %
Variabilitas
APE < 20 %
Membutuhkan bronkodilator
Jika
serangan
kortikosteroid
agak
berat
mungkin
memerlukan
Derajat
Fungsi paru
asma
Persisten
APE > 80 %
ringan
Variabilitas
APE 20 30
Persisten
APE 60 80
sedang
Variabilitas
APE > 30 %
Persisten
berat
Variabilitas
APE > 30 %
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari hari (Mangunnegoro, 2004). Pada prinsipnya
penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi (Depkes RI, 2008) :
a. Penatalaksanaan asma akut atau saat serangan
Pada serangan asma obat-obat yang digunakan adalah :
1) bronkodilator (2-agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
2) kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2-agonis kerja cepat
yang
sebaiknya
diberikan
dalam
bentuk
inhalasi.
Bila
tidak
pengobatan
serangan
akut
belum
tuntas.
Untuk
panjang
dan
terus
menerus.
Obat
pengontrol
asma
Gejala harian
Terkontrol
Terkonrol
Tidak
Sebagian
Terkonrol
Pembatasan
dari
dua
kurang perminggu)
seminggu
Tidak ada
aktivitas
seminggu
gangguan
seminggu
tidur
dalam
seminggu
(terbangun)
Kebutuhan akan
reliever
dari
dua
kali
seminggu
terapi rescue
Fingsi Paru (PEF Normal
atau FEV1*)
Eksaserbasi
Tidak ada
seminggu***)
Keterangan :
*)
Fungsi paru tidak berlaku untuk anak-anak di usia 5 tahun atau di bawah 5
tahun
**)
Untuk semua bentuk eksaserbasi sebaiknya dilihat kembali terapinya apakah
benar-benar adekuat
***) Suatu eksaserbasi mingguan, membuatnya menjadi asma tak terkontrol
Sumber : GINA (2006) dalam Depkes RI (2008).
dalam
penderita
berdasarkan
berat
ringannya
penyakit
asma
(Supriyantoro, 2004)
Senam Asma Indonesia merupakan pendukung terapi asma karena (YAI,
2008) :
a. Senam melatih cara bernapas yang benar
b. Senam melatih melenturkan dan memperkuat otot otot pernapasan
c. Senam meningkatkan sirkulasi darah
d. Senam mempertahankan asma tetap terkontrol
e. Senam meningkatkan kualitas hidup
2. Manfaat
Senam Asma Indonesia mempunyai banyak sekali manfaat yang secara
garis besar dibagi menjadi dua (YAI, 2008) :
a. Manfaat Fisiologis / Fisik
1) Memperbaiki sistem pembuluh darah, jantung dan otot
2) Mengoptimalkan otot otot pernapasan
3) Relaksasi otot otot dada
4) Mampu bernapas dengan benar pada saat terjadi serangan asma
b.
Latihan sebaiknya dilakukan pada suhu yang agak panas dan lembab,
bukan pada suhu dingin atau kering.
c.
d.
mungkin terlalu lelah dan tidak bosan untuk selalu menganjurkan kepada
pasien agar tidak memaksakan mengikuti gerakan, tetapi semampunya
saja, ukur dan kenali diri sendiri. Pada aerobik ini musik yang dipakai
untuk mengiringi lebih cepat yaitu dengan ketukan 100 - 120 kali/menit.
e. Gerakan Pendinginan
Pada tahap pendinginan beban latihan secara berangsur kembali
diturunkan sehingga denyut nadi dan frekuensi pernapasan menjadi
normal, setelah mengalami peningkatan pada saat latihan.
f. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan untuk menilai efek dari senam asma terhadap
fungsi paru dapat dilakukan pemeriksaan fisik dan spirometri setiap 3 - 6
bulan. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan alat mini Peak
Flow meter pada saat sebelum dan sesudah latihan.
kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat
diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(Notoatmodjo, 2005).
Unsur unsur dalam perilaku kesehatan terdiri dari (Maulana, 2009) :
a.
yaitu
perilaku
seseorang
untuk
memelihara
dan
c.
d.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator
indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok.
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak
E. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Modifikasi teori asma dan teori perilaku kesehatan Laurence Green (1991)
Terpapar bahan allergen & iritan
Stress
Udara dingin
Exercise
Faktor lain
Jalan napas hiperresponsif
Sekresi mukus
Inflamasi
Batuk
tidak produktif
Brokhospasme
Dada sesak, Napas pendek,
Wheezing, Peak flow variability
Penatalaksanaan
Jangka Panjang
Jangka Pendek
Penggunaan obat
reliever (pelega)
Efektif
Kualitas hidup
baik
Tidak efektif
Kualitas hidup
buruk
Kematian
Edukasi
Pengetahuan dasar
Asma
Obat Asma
Pelangi Asma
Senam Asma
Indonesia
Pengelolaan Asma
7 Langkah
Pengendalian Asma
Perilaku Sehat
Penggunaan obat
pengontrol
Menjaga kebugaran:
Olahraga
Faktor Predisposisi
(Pekerjaan, pendidikan,
Pengetahuan, sikap, dll)
Faktor Pemungkin
(Ketersediaan dan
keterjangkauan sumber
daya)
34
Faktor Pendorong
(Perilaku dan sikap
petugas kesehatan dan
keluarga)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. KERANGKA KONSEP
Variabel dalam penelitian ini terdari dari:
1. Variabel bebas (dependen) : Perilaku pasien asma dalam melakukan Senam
Asma Indonesia
2. Variabel terikat (independen) : Faktor pengetahuan, sikap, dukungan petugas
kesehatan, dan dukungan keluarga.
Sedangkan variabel lainnya yang terdapat dalam kerangka teori tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan penelitian dan
belum ditemukannya penelitian yang mendukung.
Pengetahuan
Sikap
Variabel Dependen
Perilaku Kesehatan:
Senam Asma Indonesia
Faktor Pendorong
Dukungan keluarga
35
38
C. HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pasien asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia
2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pasien asma dalam melakukan
Senam Asma Indonesia
3. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku pasien
asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia
4. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia
B. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
1.
Perilaku
Pengakuan
responden
terkait Wawancara
Kuesioner
F. No. 1-4
0. Tidak
melakukan Ordinal
senam, jika:
a. Tidak
pernah
melakukan
melakukan senam,
Senam Asma
atau
Indonesia
b. Pernah melakukan
senam tetapi sudah
6 bulan berhenti.
1. Melakukan
senam,
jika:
a. Minimal
seminggu, dan
b. Sudah
dilakukan
2 bulan sampai
saat penelitian
36
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
2.
Pengetahuan
Kuesioner
B. No. 1-13
penyakit
asma
dan
0. Kurang
Ordinal
(skor median)
senam asma.
3.
Sikap
Tingkat
kecenderungan
pasien Angket
Kuesioner
C. No. 1-10
Dukungan
Kuesioner
Petugas
kesehatan
D. No. 1-4
kesehatan
melakukan
pada
senam
pasien
asma
untuk
yang
Kuesioner
Keluarga
E. No. 1-5
pasien.
dinilai/diamati
Ordinal
(skor median)
yang
0. Negatif
1. Positif
Dukungan
asma
(skor median)
Ordinal
3. Positif
negatif
4.
2. Negatif
oleh
0. Negatif
Ordinal
37
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif. Rancangan penelitian
yang digunakan melalui pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara variabel
dependen dengan independen.
B.
39
40
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993 dalam Setiadi,
2007). Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi yang melakukan
kunjungan ke RS Persahabatan untuk melakukan pengobatan pada saat
penelitian dengan kriteria,
a.
b.
c.
d.
e.
Kooperatif
Besarnya sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi yaitu:
Keterangan:
n
sebesar 5%)
= 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)
P
= 0,33 (Proporsi pasien asma dengan jenis kelamin laki-laki yang tidak
melakukan senam asma berdasarkan hasil studi pendahuluan)
= 0,62 (Proporsi pasien asma dengan jenis kelamin perempuan yang tidak
melakukan senam asma berdasarkan hasil studi pendahuluan)
41
P
n
= (P
+ P ) / 2 = (0.43+0,6) / 2 = 0,51
42
D. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data
primer yang diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner yang telah dibuat mencakup
variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan, dan
dukungan keluarga. Sedangkan variabel dependen yaitu perilaku pasien asma
dalam melakukan Senam Asma Indonesia. Pada setiap pertanyaan variabel
independen perlu dilakukan proses scoring.
Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan
di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Adapun
variabel-variabel yang diskoring yaitu :
43
1. Pengetahuan
Skala pengukuran pengetahuan yang digunakan adalah skala Guttman.
Pada kuesioner yang digunakan, untuk variabel pengetahuan terdiri dari 13
pernyataan yang masing-masing terdiri dari 5 pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Pertanyaan B1, B3, B8, B9, dan B13 untuk jawaban yang
benar diberi skor 1 dan diberi skor 0 untuk jawaban yang salah. Sedangkan
untuk pertanyaan B2, B4, B5, B6, B7, B10, B11, dan B12 untuk jawaban yang
benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah diberi skor 1. Sehingga skor
tertinggi untuk pernyataan pengetahuan adalah 13 sedangkan skor terendah
adalah 0.
Adapun variabel pengetahuan ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori
dengan menggunakan standar skor dibawah ini :
Kurang: Jika total skor jawaban yang diperoleh < median
Baik
2. Sikap
Skala pengukuran sikap yang digunakan adalah skala Likert. Pada variabel
sikap terdiri dari 10 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 7 pernyataan
positif dan 3 pernyataan negatif, untuk pernyataan C1, C2, C4, C5, C6, C8,
dan C9, jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 = setuju, 2 =
tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan C3, C7, dan
C10, jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, 3 = tidak
setuju, 2 = setuju, 1 = sangat setuju. Sehingga skor tertinggi untuk pernyataan
sikap adalah 40, sedangkan skor terendahnya adalah 10.
44
45
46
Corrected item-total
0.255
0.413
0.504*
0.048
0.375
0.496*
0.488*
0.504*
0.219
0.363
0.446*
0.267
0.495*
Corrected item-total
0.596*
0.499*
0.544*
0.666*
0.544*
0.755*
0.661*
0.755*
0.803*
0.643*
Alpha
0.729
Alpha
0.895
47
Duk.Petugas Kesehatan
D1
D2
D3
D4
Dukungan Keluarga
E1
E2
E3
E4
E5
Ket:*
Valid
Corrected item-total
0.859*
0.859*
0.649*
0.919*
Corrected item-total
0.703*
0.673*
0.740*
0.682*
0.743*
Alpha
0.920
Alpha
0.875
F. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah - langkah
pengolahan data diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau
formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing pada penelitian
ini dilakukan pada tahap pengumpulan data dan setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
karena dalam pengolahan dan analisis data peneliti menggunakan komputer.
3. Entry data
Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana.
48
4. Cleaning data
Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali data yang sudah di-entry,
apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa.
G. Analisa Statistik
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel
dependen dan independen. Variabel tersebut diantaranya faktor pengetahuan,
sikap, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga. Sedangkan
variabel dependen yaitu perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma
Indonesia.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependen dan independen yaitu faktor pengetahuan, sikap, dukungan petugas
kesehatan, dan dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia. Tehnik analisa menggunakan Chi-Square
untuk melihat hubungan pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan,
dan dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam
Asma Indonesia. Uji kemaknaan yang digunakan yaitu nilai p (p-value),
dengan menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan 5%. Sehingga jika
nilai P (p value) 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna
(signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen, dan apabila nilai p value > 0,05 berarti hasil perhitungan
49
statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen.
H. Etika penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena
manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Dalam
melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Lembar persetujuan ( informed consent )
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang
akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan
tujuan penelitian.
2. Tanpa nama ( anonymity )
Untuk
menjaga
kerahasiaan
identitas
responden,
peneliti
tidak
BAB V
HASIL PENELITIAN
Kuman
Tuberkulosis
51
pusat
rujukan
nasional,
pusat
pendidikan
dan
pusat
international.
d) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan
pengembangan yang bermutu.
52
4. Fasilitas
a) Laboratorium
b) Perpustakaan
1) Perpustakaan Rumah Sakit
Melayani buku-buku kedokteran, keperawatan, manajemen rumah
sakit dan lain-lain.
2) Perpustakaan Bagian Pulmonologi FKUI/SMF Paru RS Persahabatan
(a) Melayani buku-buku texbook, majalah ilmiah, jurnal dll, dalam
bidang kedokteran respirasi
(b) Pelayanan multi media (CD-ROM, Internet) dalam bidang
kedokteran respirasi
c) Unit Komputer
5. Pelayanan di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI/RS Persahabatan Jakarta
a) Rawat Jalan
1) Poliklinik paru
2) Poliklinik asma
b) Gawat darurat respirasi
c) Rawat inap
d) Rawat instalasi perawatan intensif (IPI)
53
B. Analisa Univariat
1. Gambaran perilaku pasien asma dalam melakukan senam asma
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pasein Asma dalam
Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan Tahun 2010
Kategori
Frekuensi N= 68
Persentase (%)
51
75
Melakukan senam
17
25
54
2. Gambaran Pengetahuan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di RS
Persahabatan Tahun 2010
Kategori
Frekuensi N= 68
Persentase (%)
Kurang
24
35,3
Baik
44
64,7
3. Gambaran Sikap
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di RS
Persahabatan Tahun 2010
Kategori
Frekuensi N=68
Persentase (%)
Negatif
32
47,1
Positif
36
52,9
55
senam asma sebanyak 47,1%. Sedangkan pasien asma yang memiliki sikap
positif terhadap senam asma sebanyak 52,9%.
Frekuensi N=68
Persentase (%)
Negatif
33
48,5
Positif
35
51,5
Frekuensi N=68
Persentase (%)
Negatif
32
47,1
Positif
36
52,9
56
C. Analisa Bivariat
1. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pasien asma dalam melakukan
Senam Asma Indonesia
Tabel 5.6 Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pasien Asma
dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan Tahun 2010
Senam Asma
Total
Pengetahuan
Kurang
Baik
Total
OR
Tidak
Melakukan
melakukan
N
21
30
51
41,2
58,8
100
3
17,6 24 35,3
14 82,4 44 64,7
17 100 68 100
p-value
(95% CI)
3,267
(0,833-12,804)
0,143
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian besar pasien asma yang
tidak melakukan senam asma (51 orang), di antaranya lebih banyak
mempunyai pengetahuan yang baik (58,8%) daripada pengetahuan yang
kurang (41,2%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pasien asma
dalam melakukan Senam Asma Indonesia (p-value = 0,143 pada = 0,05).
57
Sikap
Negatif
Positif
Total
Senam Asma
Tidak
Melakukan
melakukan
N
%
N
%
27 52,9
5
29,4
24 47,1 12 70,6
51 100
17 100
Total
N
32
36
68
%
47,1
52,9
100
OR
(95% CI)
2,7
(0,830-8,781)
p-value
0,161
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pasien asma yang tidak melakukan
senam asma di antaranya mempunyai sikap negatif sebanyak 52,9% dan sikap
positif sebanyak 47,1%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan p-value =
0,161 yang berarti pada = 0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara
sikap dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia.
3. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan perilaku pasien asma
dalam melakukan Senam Asma Indonesia
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku
Pasien Asma dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan
Tahun 2010
Dukungan
Petugas
Kesehatan
Negatif
Positif
Total
Senam Asma
Tidak
Melakukan
melakukan
N
%
N
%
30 58,8
3
17,6
21 41,2 14 82,4
N
33
35
%
48,5
6,667
51,5 (1,701-26,130)
51
68
100
100
17
100
Total
OR
(95% CI)
p-value
0,008
58
Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pasien asma yang tidak melakukan
senam asma lebih banyak mendapatkan dukungan negatif dari petugas
kesehatan (58,8%) daripada dukungan positif (41,2%). Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma
Indonesia (p-value = 0,008 pada = 0,05). Adapun nilai OR = 6,667,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien asma yang mendapat dukungan
negatif dari petugas kesehatan beresiko 6,667 kali lebih tinggi tidak
melakukan senam asma dibandingkan pasien asma yang mendapat dukungan
positif dari petugas kesehatan.
Senam Asma
Total
OR
Tidak
Melakukan
(95% CI)
Melakukan
N
%
N
%
N
%
31 60,8
1
5,9 32 47,1
24,8
(3,046-201,921)
20 39,2
16 94,1 36 52,9
51
100
17 100 68 100
p-value
0.001
59
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian
ini
mempunyai
keterbatasan-keterbatasan
yang
dapat
60
61
4. Sampel dalam penelitian ini kurang dari sampel minimum yang seharusnya
sehingga dapat mempengaruhi hasil analisa dan tidak dapat digeneralisasikan
hasilnya ke populasi.
5. Penelitian terkait senam asma belum banyak dilakukan, sehingga mengalami
keterbatasan dalam membuat pembahasan termasuk dalam membandingkan
hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terkait. Namun, hal tersebut dapat
diatasi yaitu membandingkannya dengan penelitian terkait senam diabetes, di
mana keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama terkait latihan fisik dan
bertujuan untuk terapi penyakit kronik.
62
pasien asma yang melakukan senam secara teratur dan melakukan sosialisasi
lebih banyak mempunyai kualitas hidup yang baik.
Menurut Notoatmodjo (2003), untuk memperoleh data terkait perilaku pasien
yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga
dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali
perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat ukur untuk
mendapatkan data terkait perilaku pasien asma dalam melakukan senam asma.
Pada hasil penelitian ini diketahui sebagian besar pasien asma tidak melakukan
senam asma. Adapun pasien asma yang dikategorikan tidak melakukan senam
pada penelitian ini sebagian besar tidak pernah melakukan senam asma semenjak
didiagnosa asma. Sedangkan pasien asma yang dikategorikan melakukan senam
pada penelitian ini sebagian besar melakukan senam asma 1 kali seminggu dan
sudah dijalani lebih dari 1 tahun.
Menurut Supriyantoro (2004), latihan dapat dilakukan satu kali seminggu
dengan durasi latihan 60 menit. Namun, menurut Yayasan Asma Indonesia (YAI)
(2008) senam asma yang efektif adalah apabila dilakukan secara rutin 3 4 kali
seminggu, setiap kali senam 45 60 menit, dan akan menunjukkan hasilnya
setelah dilaksanakan 6 8 minggu.
C. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pasien Asma dalam Melakukan
Senam Asma Indonesia
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
63
seseorang.
Namun,
peningkatan
pengetahuan
tidak
selalu
64
65
(Shaleh, 2004). Sehingga sebaiknya peran keluarga dan petugas kesehatan perlu
ditingkatkan agar dapat membantu merubah perilaku pasien agar melakukan
senam asma.
66
Mellitus
dan
penatalaksanaannya
dengan
perilaku
kepatuhan
67
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan
latihan fisik.
68
69
pasien asma. Sebab untuk berperilaku sehat, pasien kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan keteladanan dari petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
70
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia
di RS Persahabatan adalah lebih banyak pasien asma yang tidak
melakukan senam asma (75%) dibandingkan dengan pasien asma yang
melakukan senam asma (25%).
2. Gambaran pasien asma di RS Persahabatan yang memiliki pengetahuan
baik (64,7%) lebih banyak dibandingkan dengan pasien asma yang
memiliki pengetahuan kurang (35,3%).
3. Gambaran pasien asma di RS Persahabatan yang memiliki sikap positif
(52,9%) lebih banyak dibandingkan dengan pasien asma yang memiliki
sikap negatif (47,1%).
4. Gambaran petugas kesehatan di RS Persahabatan yang memiliki dukungan
positif (51,5%) lebih banyak dibandingkan dengan petugas kesehatan yang
memiliki dukungan negatif (48,5%).
5. Gambaran keluarga pasien asma di RS Persahabatan yang memiliki
dukungan positif (52,9%) lebih banyak dibandingkan dengan keluarga
pasien asma yang memiliki dukungan negatif (47,1%).
6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku
pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan
(p-value = 0,143).
71
72
7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku pasien
asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan
(p-
value = 0,161).
8. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan
perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia di RS
Persahabatan (p-value = 0,008, OR = 6,667).
9. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku
pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan
(p-value = 0,001, OR = 24,8).
B. Saran
1. Bagi RS Persahabatan
a. Petugas kesehatan agar lebih meningkatkan perannya yang sudah
dinilai baik agar jauh lebih baik dalam merubah perilaku pasien asma
untuk melakukan senam asma dengan ikut terlibat dalam senam asma
agar pasien termotivasi.
b. Petugas kesehatan agar menyarankan anggota keluarga pasien juga
untuk membantu merubah perilaku pasien baik hanya dengan
mengantar pasien ke tempat senam atau ikut melakukan senam.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Membuat klub-klub asma baru yang bekerja sama dengan rumah sakit
atau puskesmas setempat mengingat masih sedikitnya jumlah klub asma di
Indonesia.
73
3. Peneliti Selanjutnya
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa yang terbukti berhubungan
dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia
yaitu dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Peneliti
menyarankan perlu dilakukan penelitian sejenis dengan meneliti variabelvariabel lain yang diduga berhubungan dengan perilaku pasien asma dalam
melakukan Senam Asma Indonesia yang tidak diteliti dalam penelitian ini
karena belum banyak diketahui variabel-variabel yang berhubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Joni. 1998. Pengaruh Senam Asma Indonesia terhadap Penderita Asma.
Tesis. Jakarta: FK UI.
Ayubi, Dian, dkk. 2006. Modul Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
UIN Jakarta Press.
Black & Hawk. 2005. Medical Surgical Nursing: Clinical Management For Positive
Outcome (7th Ed). St. Louis: Elsvier. Inc
Budi, Hendra. 2008. Hubungan Kualitas Senam Asma dengan kualitas Hidup Pasien
Asma di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Tesis. Jakarta: FIK UI.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, http://www.depkes.go.id,
diperoleh tanggal 16 Desember 2009.
. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dewan Asma Indonesia. 2009. "You Can Control Your Asthma": ACT NOW!,
http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=vie
w&id=13&Itemid=1, diperoleh tanggal 29 April 2010
Dianiati. 2002. Hidup Nyaman, Aktif dan Berkualitas. Target Penanganan Asma,
Simposium. Jakarta: YAI
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Heriyanti, Endang Taat Uji. 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Type II Rawat Jalan dalam Menjalani
Pengobatan di RSUP Persahabatan Jakarta. Skripsi. Depok: FKM UI.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hudoyo, A. 2008. Info Asma Media Informasi dan Edukasi, Ed. 7. Jakarta: Yayasan
Asma Indonesia.
Lemon-Burke. 2000. Medical Surgical Nursing. New Jersey: Mosby Company.
Mangunnegoro,
Hadiarto,
dkk.
2004.
Asma:
Pedoman
Diagnosis
Dan
Heri
D.
J.
2009.
Promosi
Kesehatan.
Jakarta:
EGC,
http://books.google.co.id/books?id=sDKnWExH6tQC&printsec=frontcover&
dq=promosi+kesehatan&cd=2#v=onepage&q&f=false, diperoleh tanggal 26
Maret 2010.
Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat & Professional
Kesehatan Lain, Ed. 2. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Noorkasiani, dkk. 2007. Sosiologi Keperawatan. Jakarta. EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Prinsip-Prinsi Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
. 2005. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Smeltzer, Suzenne C. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Vol.1
Ed.8. Jakarta: EGC.
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, A.W, dkk (Editor). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed. IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sundaru, Heru. 2007. Kontrol Asma Sebagai Tujuan Pengobatan Asma Masa Kini,
http://staff.ui.ac.id/internal/140053451/publikasi/PidatopengukuhanProfHeru
Ringkasan.pdf, diperoleh tanggal 22 April 2010.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:
EGC.
Supriyantoro. 2004. Asma dan Kehidupan Sehari - Hari. Jakarta: YAI
Warsono. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Menjalai
Pengobatan Penderita Diabetes Mellitus Type II Rawat Jalan di RSUP Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Skripsi. Depok: FKM UI.
Yayasan Asma Indonesia. 2008. Senam Asma Indonesia, Info Asma Media Informasi
dan Edukasi, Ed. 8. Jakarta: YAI
Yunus, Faisal. 1999. Profil Penderita Asma yang Mengikuti Senam Asma Indonesia
di Klub Asma Cabang Surakarta Tahun 1998, Kongres Nasional VIII PDPI. Malang.
Nama
NIM
: 106104003491
YA / TIDAK
Tertanda
Responden
Nomor Responden
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pertanyaan di bawah ini mohon diisi semuanya
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan
kondisi yang dialami dengan memberikan tanda cek list ( )
4. Isilah titik yang tersedia dengan jawaban yang benar
A. Karakteristik Responden
1. Nama Inisial
: .
2. Jenis Kelamin
: a. Laki Laki
b. Perempuan
B. Pengetahuan
No.
1
Pernyataan
Asma
merupakan
penyakit
Benar
yang
tidak
dapat
disembuhkan
2
Salah
No
Pernyataan
Benar
Salah
pernapasan memendek.
6
10
11
12
13
C. Sikap
No.
setuju
setuju
tidak
setuju
tetapi
dapat
No.
setuju
setuju
tidak
setuju
Saya
akan
menghindari
bahan
setiap
hari
karena
dapat
menimbulkan ketergantungan
4
Senam
asma
akan
membantu
aktivitas
fisik
yang
Penderita
asma
tidak
boleh
No.
setuju
setuju
tidak
setuju
yang
efektif
saat
menggunakan
dokter,
obat
tanpa
yang
harus
melakukan olahraga.
Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
pernah
Perawat/dokter
menganjurkan
Perawat/dokter
menjelaskan
Perawat/dokter
sering
ikut
No.
Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
pernah
E. Dukungan Keluarga
No.
Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
pernah
Suami/istri/anak/anggota keluarga
lain menganjurkan saya untuk
melakukan senam asma.
Suami/istri/anak/anggota keluarga
lain sering mengingatkan dan
menasihati
untuk
melakukan
Suami/istri/anak/anggota keluarga
lain sering ikut melakukan senam
untuk menemani saya.
No.
Pertanyaan
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
pernah
Suami/istri/anak/anggota keluarga
lain menyediakan tempat senam
atau membelikan VCD berisi
panduan senam
Suami/istri/anak/anggota keluarga
lain sering mengantar saya untuk
melakukan senam asma di klub.
F. Senam Asma
1. Apakah Anda pernah melakukan senam asma?
a. Ya
b. Tidak
b. Tidak
b. Tidak