You are on page 1of 7

kum

riksaan

PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI
PRAKTIKUM I
Hari / Tanggal Praktikum : Senin / 09 April - 2012
: Pemeriksaan HC ( Human Chorionic Gonadotropin )
Tujuan Praktikum
: Untuk mengetahui Kehamilan dengan menggunakan
tes Serologi
Metode
: Direct
: reaksi hambatan aglutinasi (aglutinasi inhibisi) antara hormone human chorionic
gonadotropoin (HCG) dalam urin selama proses kehamilan berlangsung dengan lateks yang
secara kimiawi dikatakan dengan HCG dan diaglutinasi oleh antibody HCG.dengan adanya
HCG bebas dalam urin maka antibody akan dinetralkan sehingga tidak terjadi penggupalan.
Dasar teori
:
Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan
metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode strip. Keduanya berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks antigen-antibody (immunoassay). Metode aglutinasi dapat
mendeteksi adanya beta-HCG di urin minimal 200 mIU/ml sedangkan metode strip lebih
sensitif yaitu minimal 20-25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain
lebih sensitif juga lebih praktis.
Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai
antigen dan anti HCG sebagai antibody bersifat spesifik. Antibodi akan mengenali antigen

pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali
suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang
berbeda-beda. Sedangkan antibodi monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu
epitop
tertentu
karena
berasal
dari
satu
sel
B
yang
dibiakan.
(http://djjars.blogspot.com/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-hormon_07.html)
Prenosticon Planotes (PPT) ,pemeriksaan untuk menemukan adanya Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya kehamilan pada wanita.Hasil positif menandakan adanya tanda kehamilan pada
wanita. PPT Titrasi merupakan tes immunologi dengan Human Aglutination Inhibitor
(HAI) untuk melihat keberadaan HCG dalam urine. Dengan pemeriksaan ini hasilnya lebih
cepat, akurat dan sensitive karena dalam titer terrendahpun (0,5 sat.Int/ml urine) sudah dapat
terdeteksi.Normal dalam 20 hari setelah pembuahan HCG + : 500 SI/hari. Keakuratan untuk
deteksi kehamilan adalah 95-98%. (AY. Sutedjo, SKM, 2006).
Antibodi tersebut adalah antibodi anti HCG yang pertama (kita sebut saja anti HCG1), antibodi anti HCG yang kedua (anti HCG-2) dan anti-anti HCG-1 (antibodi dengan anti
HCG-1 sebagai antigen). Ketiga antibodi itu terletak di lokasi yang berbeda dengan sifat yang
berbeda pula. Anti HCG-1 bersifat mobile sehingga bisa ikut berpindah ke area Test (T) dan
Control (C) melalui gerakan kapilaritas. Anti HCG-1 merupakan antibodi monoklonal
sedangkan anti HCG-2 bersifat poliklonal. Anti HCG-2 di area T dan anti-anti HCG-1 di area
C bersifat fixed atau tertanam, artinya tidak dapat berpindah sehingga tidak ikut

kum

riksaan

1.
2.
3.
4.
5.

mengalir/berpindah
tempat.
(http://djjars.blogspot.com/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-hormon_07.html)
Alat dan bahan
:
Pipet
plat
Urin
Larutan lateks

Cara kerja
:
Siapkan alat dan bahan
Ambil 1 tetes urin sebanyak 40l
Tambahkan 1 tetes larutan lateks sebanyak 40l
Goyangkan plat secara perlahan-lahan selama 2 menit
Baca langsung hasilnya
Interprestasi hasil
:
Negative : bila tidak terjadi aglutinasi (tidak terjadi penggumpalan)
Positif : bila terjadi aglutinasi (gumpalan)
Hasil
:
Positif : terjadi aglutinasi (gumpalan)

PRAKTIKUM II
Hari / Tanggal Praktikum : Senin / 09 April 2012
Judul Praktikum
: Pemeriksaan HCG( Human Chorionic Gonadotropin )
: Untuk Mengetahui Kehamilan dengan Menggunakan tes serologi
Metode
: Kuantitatif
: reaksi hambatan aglutinasi (aglutinasi inhibisi) antara hormone human chorionic
gonadotropoin (HCG) dalam urin selama proses kehamilan berlangsung dengan lateks yang

secara kimiawi dikatakan dengan HCG dan diaglutinasi oleh antibody HCG.dengan adanya
HCG bebas dalam urin maka antibody akan dinetralkan sehingga tidak terjadi penggupalan.
Dasar Teori
:
Human
chorionic
gonadotropin,
hCG)
adalah hormon glikoproteindari
keluarga gonadotropin yang awalnya disintesis oleh embrio manusia, dan kemudian
dilanjutkan oleh syncytiotrophoblast, bagian dari plasenta, selama masa kehamilan.
Keduanya merupakan sel trofoblastik yang menstimulasi sekresi steroid dari ovarium untuk
kestabilan kandungan.
HCG memiliki dua berkas genetik CGA dan CGB. Ekspresi genetik CGA berupa subunit alfa sepanjang 92 AA merupakan protein yang identik dengan sub-unit alfa dari
hormon LH, FSH dan TSH. Sedangkan ekspresi genetik CGB hanya dimiliki oleh hCG
berupa sub-unit beta sepanjang 145 AA.( http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon_hCG)
Enzim yang terikat anti HCG-1 akan menjadi enzim aktif bila ada ikatan antara anti
HCG-1, HCG dan Anti HCG-2 di area T atau ikatan antara anti HCG-1 dan anti-anti HCG di
area C. Enzim aktif di area T dan atau C akan mengubah substansi tak berwarna menjadi
substansi berwarna merah.
HCG sebagai antigen, akan berikatan dengan anti HCG. Gaya kapilaritas membawa
senyawa ikatan HCG dan anti HCG-1 menuju daerah T. Di daerah T, anti HCG-2 akan
berikatan dengan HCG yang telah berikatan dengan anti HCG-1 namun pada epitop yang
berbeda. Terbentuklah kompleks anti HCG-1, HCG, dan anti HCG-2. Enzim menjadi aktif
dan daerah T berwarna merah. Selanjutnya, sisa anti HCG-1 yang belum berikatan dengan
HCG akan menuju daerah C dan berikatan dengan anti-anti HCG-1. Kompleks ini akan
mengaktifkan enzin sehingga daerah T berwarna merah. Pada akhirnya, akan terlihat dua strip
merah yaitu pada daerah T dan daerah C dan diintepretasikan sebagai hasil positif hamil.
Urin tidak mengandung HCG sehingga tidak terjadi kompleks anti HCG-1 dengan
HCG. anti HCG-1 yang bebas kemudian menuju ke area T tempat anti HCG-2. Karena tidak
ada HCG maka tidak akan terjadi interaksi antara anti HCG1 dan anti HCG-2 melalui
perlekatan dengan HCG pada epitop berbeda.Enzim pada anti HCG-1 tetap inaktif dan reaksi
enzimatis pembentukan warna tidak terjadi. Akibatnya anti HCG-1 akan terus ikut gaya
kapilaritas menuju daerah C. Di daerah ini terjadi kompleks antigen antibodi yaitu anti HCG1 (sebagai antigen) dengan anti anti HCG-1 (sebagai antibodi terhadap anti-HCG-1).
Kompleks ini membuat enzim aktif sehingga terbentuk warna merah. Warna merah hanya
pada area C sehingga hanya ada satu garis dan diintepretasikan sebagai hasil negatif hamil
(tidak hamil).
( http://djjars.blogspot.com/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-hormon_07.html)
Alat Dan Bahan
:

Mikropipet 100 l
Tabung reaksi
Rak tabung
Larutan Nacl

kum

aan

Cara Kerja

1.
2.
3.
4.

Siapkan 6 buah tabung


Tabung I masukan 100 mikro urine + larutan Nacl 100 l
Tabung II - V masukan larutan Nacl sebanyak 100 l
Dari tabung I yang sudah tercampur urine dan larutan Nacl pipet sebanyak 100 l, lalu
pindahkan kedalam tabung II
5. Lakukan perlakuan diatas pada tabung III,IV dan V
Interprestasi Hasil
Titer

1/2, 1/4, 1/6, 1/16, 1/32

Hasil

Titer 1/16 (tabung ke-3)

PRAKTIKUM III
Tanggal/hari
Judul Praktikum

: Senin , 23 April 2012


:Pemeriksaan Widal

: Untuk m e n g e t a h u i adanya antibody spesifik terhadap bakteri Salmonella


Metode
: Direct / Slide Test
: Reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen Salmonella typhosa.
Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin).
Dasar Teori
:

Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/
peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu
inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya
membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan.
Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini
amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal yang
menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan
sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain
kuman asal luar daerah enddemis (import).
Menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan
antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna antara antigen local dengan
antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di
laboratorium yang tidak dapat memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis
Demam tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter penilaian
hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :

Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.


Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100C selama 25 jam, alkohol dan asam yang encer.

Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan
berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa
Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan pada pemberian
alkohol atau asam.

Antigen Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis
dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60C, dengan
pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

Outer Membrane Protein (OMP)


Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran sitoplasma
dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2
bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas
protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut
dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada suhu 85100C.
Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap
protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan
antigen OMP S typhi yang sangat spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih kontroversial diantara para ahli.
Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau sama dengan 4 kali
terutama agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk demam typhoid.
Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksi
tersebut merupakan infeksi baru atau lama. Begitu juga kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H
tidak mempunyai arti diagnostic yang penting untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu

dan menegakkan diagnosis tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal dari
daerah non endemic atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada
kelompok penderita ini kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih
amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tinggal di daerah
endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji
Widal dapat memberikan ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang
satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula antara anak di
bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji Widal masih diperlukan untuk
menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa
perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk
menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu
antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan
adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka
pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer
terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

1.
2.
3.
4.

Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).


Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer.
Jika ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasiendengan
gejala klinis khas.
(http://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/09/28/120/)
Tes dengan menggunakan antigen salmonella jenis O (somatik) dan H (flagel) untuk
menentukan tinggi rendahnya titer antibody. Titer antibody pada penderita infeksi tifus akan
meningkat pada minggu II. Titer antibody O, akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer
antibody H, akan menetap sampai beberapa tahun. Titer antibody O meningkat segera setelah
demam, menunjukan adanya infeksi salmonella strain O, demikian juga untuk H. ( AY.
Sutedjo,SKM.2006)
Alat dan Bahan
:
Tabung reaksi
Rak tabung
Mikropipet 10l, 5l
Larutan tidal,
Papan Slide Test
Cara kerja
:
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Ditetesi 20 l serum dan 1 tetes larutan tydal pada slide test, jika hasilnya positif, lanjutkan
pada pengenceran 10 l
Ditetesi 10 l serum dan 1 tetes larutan tydal
Jika masih positif pada pengenceran 10l, maka dilanjutkan seperti perlakuan diatas dengan
pengenceran 5 l

5. Kemudian baca hasilnya

Interprestasi Hasil

Pengenceran 20 l = 1/80
Pengenceran 10 l = 1/60
Pengenceran 5 l = 1/320

Hasil

:
Titer H 1/320

You might also like