Professional Documents
Culture Documents
KOMPREHENSIF I
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah Komprehensif I dengan dosen Ns.
Siswoyo. M.Kep
Oleh :
Kelompok 5
Chrisdiannita Fitria Ramdhani
Indra Kurniawan
Novaria Dyah Ayu P
.
Rofidatul Inayah
Nailul Aizza Rizqiyah
Dema Novita Hindom
NIM 132310101016
NIM 132310101021
NIM 132310101022
NIM 132310101025
NIM 132310101032
NIM 132310101033
Definisi
Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh
meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan. Penyempitan
saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat
maupun dengan obat (Admin, 2011). Pengertian lain dari asma adalah suatu penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif
terhadap stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
Epidemiologi
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2010, Berdasarkan hasil surveilans penyakit tidak
menular berbasis rumah sakit di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa
jumlah penderita asma adalah 800 orang. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 870 orang, dan
berdasarkan hasil surveilans penyakit menular berbasis puskesmas di Sulawesi selatan pada
tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 654 orang sedangkan pada
tahun 2009 sebanyak 746 orang (Lindawati, 2011). Berdasarkan dari data yang diperoleh dari
bagian rekam medik, Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Jumlah penderita asma
bronchial pada tahun 2009 sebanyak 166 penderita, sedangkan pada tahun 2010 terjadi
penurunan yaitu sebanyak 121 penderita, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan
sebanyak 138 penderita.
Penyebab
Etiologi dari asma bronchial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:
1.
Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma bronkial yang diturunkan berupa alerginya,
meskipun belum diketahui cara penurunannya karena dengan adanya alergi ini, penderita akan
sangat mudah terkena penyakitasmabronkialjikaterpapardengan factor pencetusnya.
2.
1.
Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat menjadi 3 jenis, yaitu :
1.
1.
1.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal yang berhubungan dengan arah mata angin adalah debu dan serbuk bunga.
1.
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberta serangan asma yang sudah ada. Jika stress masih belum bisa diatasi maka gejala
asma juga belum bisa diobati.
1.
Lingkungan kerja
Lingkungankerjamempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
1.
AktifitasFisik
Asma yang timbul karena aktifitasfisik terjadi bila seseorang mengalami gejala-gejala asma
selama atau setelah berolahraga atau melakukan aktifitas. Pada saat penderita dalam keadaan
istirahat, penderitaakan bernafas melalui hidung. Sewaktu udara bergerak melalui hidung, udara
itu dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan aktifitas, pernafasan terjadi melalui mulut,
nafasnya semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat
menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga saluran udara
menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah
gejalagejala asma (Muzayin, 2004). Sebagian besar penderita asma akan menyebabkan bernafas
menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004).
Berbagai keadaan dapat meningkatkan hiperaktivitas saluran pernafasan seseorang yaitu :
1.
2.
Kerusakan epitel
Salah satu konsekuensi asma adalah kerusakan epitel. Kerusakan ini bervariasi dari yang ringan
sampai yang berat. Perubahan ini akan menigkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi serta
mengakibatkan iritasi ujung-ujung saraf autonom.
3.
Mekanisme neurologis
Pada pasien asma terdapat peningkatan respon saraf para simpatik.
4.
Gangguan instrinsik
Otot polos saluran pernapasan dan hipotrofi otot polos pada saluran napas di duga berperan
dalam HSN.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sesaknapas/dispnea.
Batuk yang disertailendir/batukkering.
Nyeri dada.
Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada
siang hari dan memburuk pada malam hari.
Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain
Barrel chest
Sianosis
Gangguan kesadaran
Takikardi
Peningkatan tekanan darah
Pernafasan yang cepat dan dangkal.
Patofisiologi
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang disebabkan oleh
spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan
hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001).Asma ditandai dengan
kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Diameter bronkiolus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Clinical Pathway
Pengaktifan respon imun (sel mast)
Pengaktifan mediator kimiawi (histamin, serotonin, kinin)
Bronkospasme
Penyempitan jalan nafas
Sekresi mukus
Inflamasi
Edema mukosa
Serangan paroksimal
Dispnea, wheezing, batuk sputum
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kelemahan dan keletihan
Ketidakadequatan suplai oksigen
Intoleransi Aktifitas
Alveoli tertutup
Hipoksemia
Gangguan pertukaran gas
Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit cairan dan nutrisi
Faktor Ekstrinsik
Infeksi kuman
Infeksi sal.nafas
1.
Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran fungsi paru (Spirometri)
Pengukuran fungsi paru bertujuan untuk mengukur volume paru secara static dan dinamik dan
untuk mengetahui gangguan pada faal paru. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk
menegakkan diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Tetapi
respon yang kurang dari 20 % tidak berarti bukan asma. Hal-hal tersebut bisa dijumpai pada
pasien yang sudah normal atau mendekati normal.
2.
3.
Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
4.
1.
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
2.
Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3.
Hiponatremia dan kadar leukosit di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
4.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan
dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
5.
Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada
bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot-Leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinofil, dan Spiral Curshmann yaitu spiral yang merupakan cast
cell (sel cetakan) dari cabang-cabang bronkus, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya
miselium Aspergillus fumigatus.
6.
Pemeriksaan eosinofil total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan hal ini dapat
membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik.
7.
8.
Foto dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghilangkan penyebab lainpada obstruksi saluran napas dan
untuk mengetahui adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma
seperti pneumotorak, pneumomediastinum, ateleksis, dan lain-lain (Suyono, Slamet. 2002)
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
4.
Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
1.
2.
3.
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.
Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
1.
Santin (teofilin)
Nama obat :
1.
2.
3.
1.
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
1.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberika secara oral (Evelin dan joyce L.
kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )
Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pengkajian
Tanggal / jam MRS
Ruang
: Alamanda
No. Register
Dx. Medis
: Asma Bronkial
Tanggal Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Ny. H
Umur
: 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status
: Sudah menikah
Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Penanggung jawab :
1.
2.
3.
4.
5.
Nama : Tn. J
Umur : 30 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Hubungan dengan klien : Suami
Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
Pola eliminasi
Buang air besar :
1.
2.
1.
2.
3.
4.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / rom
Ket :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu oranglain
3 = dibantu orang lain dan alat
1.
Selama sakit :
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / rom
Ket :
= mandiri
= alat bantu
= dibantu oranglain
= dibantu orang lain dan alat
5.
6.
7.
8.
9.
7.
8.
9.
10.
11.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: klien tampak sesak
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 130/70 mmHg
Frekuensi nafas
: 36x/menit
Nadi
:76x/menit
Suhu
: 37o C
Pemeriksaan fisik head to toe
1.
Kepala
Mata
: Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya
langsung +/+
1.
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
: taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (+)
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
1.
1.
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi : perut cembung, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Superior : Oedem (-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Turgor kulit : normal
Inferior : Oedem(-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Turgor kulit : normal
1.
Trombosit 260.000/mm3
Ht = 47vol%
2.
1.
2.
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
2.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle
branch block).
3.
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4.
Hasil Pemeriksaan X-ray dada/thorax
Hal pemeriksaan yang didapatkan hasil paru dalam batas normal.
Problem List
N
o
Tanggal
Data
03 Maret
2015
DS:
Problem
Etiologi
1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat
ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
a.
b.
c.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
a.
b.
c.
d.
tanda-tanda vital: RR = 36x/menitGangguan pertukaran gasGangguan suplai oksigen
(Alveoli Tertutup hipoksemia)RZ303 Maret 2015DS:
1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kental
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat
ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
a.
b.
c.
TTV: RR = 36x/menit, suhu = 37o CIntoleransi aktivitasKelemahan dan keletihan
ketidakadequatan suplai OksigenRZ403 Maret 2015DS :
1.
Pasien mengaku tidak nafsu makan
2.
Intake makanan :
a.
b.
Selama sakit
3.
Intake cairan
a.
b.
Selama sakit
DO:
1.
Makanan pasien tidak habisPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhAnoreksia
deficit cairan dan nutrisiRZ
1.
DS:
1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama
1 minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
1.
2.
3.
4.
2.
1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama
1 minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
1.
2.
3.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kental
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Klien tampak cemas
Suara napas klien terdengar wheezing
Pemeriksaan Fisik:
TTV: RR = 36x/menit, suhu = 37o C
4.
Dx IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia ditandai dengan
DS:
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
DO:
1.
N
o
Tanggal
Jam
1.
03
Maret
2015
15.0
0
WIB
N
o
Dx
Perencanaan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
IMenunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif setelah dilakukan perawatan selama 224 jam,
yang ditandai oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Whezing (-)
Frekuensi pernafasan (20-30 x/menit)b.
c.
d.
Kaji pasien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat tidur
e.
f.
g.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum seperti warna,
karakter, jumlah, dan baua. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas
b. Pernafasan dapat melambat
c.
d. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret ke dalam
jalan nafas.
e. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami
spasme sehingga lebih cepat berdilatasi
f. Mencegah pasien dan keluarga merasa cemas saat melihat perubahan secret pasienZK2.03
Maret 201519.00 WIBIIPertukaran gas adekuat setelah dilakukan perawatan selama 224 jam
dengan
Kriteria hasil:
1.
Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGD
dalam batas normal (pH = 7,35 7,45; PaO2 = 80 100 mmhg; PaCO2 =38 45 mmhg)
2.
RR 16-20 x/menit
3.
Sianosis (-)
4.
Dispnea (-)
5.
Klien mau berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai tingkat kemampuana.
frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir
Kaji
b.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah bernafas
c.
d.
e.
Ajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien mengalami
asmaa. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan
b. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi semifowler
c. PaCO2 yang meningkat dapat menandakan terjadinya kegagalan penafasan
d. Untuk memberikan aksi bronkodolator langsung kedalam pernafasan sehingga dapat
memperbaiki pertukaran gas
e. Keluarga adalah orang yang selalu berada disisi klien, yang akan mengetahui lebih banyak
mengenai kondisi klienZK3.04 Maret 201507.00 WIBIIISetelah dilakukan perawatana selama
224 jam, pasien dapan menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan ditandai dengan.
1.
Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan
tidak adanya dyspnea dan kelemahan yang berlebihan.
2.
3.
Frekuensi pernafasan saat beraktivitas dalam batas normala. Evaluasi respon pasien
terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan setelah aktivitas.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi, dorong
penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya kesimbangan aktivitas
dan istirahat
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.a.
kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
b.
d.
e. menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikanZK4.04 Maret 201514.00
WIBIVPemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi selama 324
jam dengan kriteria hasil :
a.
b.
c.
menunjukan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium normalb.
Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan
berat badan, riwayat mual/muntah
c.
d.
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pasien kecuali kontraindikasi
e.
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi dieta.
derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
Implementation
No Dx I
1.
No
1.
Tanggal
03 Maret
2015
Jam
Implementasi
15.00
WIB
a. Mengauskultasi bunyi
nafas. Mencatat adanya bunyi
nafas
Evaluasi Formatif
b.
c.
Mengkaji klien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat tidur
d.
Paraf
e.
f.
Mengajak keluarga ikut serta dalam latihan nafas dalama.
wheezing
b.
c.
Klien merasa lebih nyaman dengan menggunakan peninggi kepala di tempat tidur
d.
e.
f.
2.
No Dx II
No
1.
Tanggal
03 Maret
2015
Jam
Implementasi
19.00
WIB
a. Mengkaji frekuensi,
kedalaman pernapasan. Catat
penggunaan otot aksesori, nafas
bibir
Evaluasi Formatif
b.
Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah bernafas
c.
d.
e. Mengajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien mengalami
asmaa. Terlihat pasien masih menggunakan otot bantu pernafasan
b.
Paraf
ZK
3.
No Dx III
No
Tanggal
04 Maret
2015
1.
Jam
Implementasi
Evaluasi formatif
07.00
WIB
Paraf
b. Memberikan lingkungan tenang dan membatasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi,
mendorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
c. Menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat
d. Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Memberikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan
e.
TD=110/70
S = 36,8 C
N =98x/menit
RR= 30x/ menit
b.
pasien beristirahat
c.
d.
4.
No Dx IV
No
Tanggal
Jam
Implementasi
1.
04 Maret
2015
14.00
WIB
Evaluasi formatif
Paraf
c. Mendorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi
dengan pasien kecuali kontraindikasi
d. Merujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi dieta.
b.
N
o
Tanggal/Jam
1.
05 Maret
2015
No.
Dx
Evaluasi
19.00 WIBIIS = Pasien merasakan sesaknya berkurang, dan keadaannya lebih baik
O = TD : 110/80 mmhg, suhu 36C, nadi 90 x/menit, RR= 24x/menit, wheezing (+)
A = masalah teratasi sebagian
P = Terapi dilanjutkan
I = Ajarkan klien nafas dalam
Pa
07.00 WIBIIIS = Pasien merasakan sesaknya berkurang, namun merasa masih lemah
O = TD : 110/80 mmhg, suhu 37 C, nadi 95 x/menit, RR= 25x/menit, wheezing (+)
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
I = Anjurkan pasien untuk istirahat
E = Klien istirahatZK4.06 Maret 2015
14.00 WIBIVS = Pasien mengatakan mulai nafsu makan namun masih ada sedikit rasa mual
O = makanan habis porsi
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
I = berikan makanan kesukaan pasien yang sesuai dengan diet pasien
E = pasien tidak mual, makanan habis 1 porsiZK
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC