You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA BRONKIAL

KOMPREHENSIF I
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah Komprehensif I dengan dosen Ns.
Siswoyo. M.Kep

Oleh :
Kelompok 5
Chrisdiannita Fitria Ramdhani
Indra Kurniawan
Novaria Dyah Ayu P
.
Rofidatul Inayah
Nailul Aizza Rizqiyah
Dema Novita Hindom

NIM 132310101016
NIM 132310101021
NIM 132310101022
NIM 132310101025
NIM 132310101032
NIM 132310101033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

Definisi
Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh
meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan. Penyempitan
saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat
maupun dengan obat (Admin, 2011). Pengertian lain dari asma adalah suatu penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif
terhadap stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.

Epidemiologi
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2010, Berdasarkan hasil surveilans penyakit tidak
menular berbasis rumah sakit di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa
jumlah penderita asma adalah 800 orang. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 870 orang, dan
berdasarkan hasil surveilans penyakit menular berbasis puskesmas di Sulawesi selatan pada
tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 654 orang sedangkan pada
tahun 2009 sebanyak 746 orang (Lindawati, 2011). Berdasarkan dari data yang diperoleh dari
bagian rekam medik, Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Jumlah penderita asma
bronchial pada tahun 2009 sebanyak 166 penderita, sedangkan pada tahun 2010 terjadi

penurunan yaitu sebanyak 121 penderita, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan
sebanyak 138 penderita.

Penyebab
Etiologi dari asma bronchial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:

1.

Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma bronkial yang diturunkan berupa alerginya,
meskipun belum diketahui cara penurunannya karena dengan adanya alergi ini, penderita akan
sangat mudah terkena penyakitasmabronkialjikaterpapardengan factor pencetusnya.

2.
1.

Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat menjadi 3 jenis, yaitu :

1.

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan


Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

1.

Ingestan, yang masuk melalui mulut


Contohnya : makanan dan obat-obatan

1.

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal yang berhubungan dengan arah mata angin adalah debu dan serbuk bunga.

1.

Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberta serangan asma yang sudah ada. Jika stress masih belum bisa diatasi maka gejala
asma juga belum bisa diobati.

1.

Lingkungan kerja
Lingkungankerjamempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

1.

AktifitasFisik
Asma yang timbul karena aktifitasfisik terjadi bila seseorang mengalami gejala-gejala asma
selama atau setelah berolahraga atau melakukan aktifitas. Pada saat penderita dalam keadaan
istirahat, penderitaakan bernafas melalui hidung. Sewaktu udara bergerak melalui hidung, udara
itu dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan aktifitas, pernafasan terjadi melalui mulut,
nafasnya semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat
menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga saluran udara

menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah
gejalagejala asma (Muzayin, 2004). Sebagian besar penderita asma akan menyebabkan bernafas
menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004).
Berbagai keadaan dapat meningkatkan hiperaktivitas saluran pernafasan seseorang yaitu :
1.

Inflamasi saluran pernafasan


Sel-sel inflamasi serta mediator kimia yang dikeluarkan terbukti berkaitan erat dengan gejala
asma dan HSN (Hiperaktivitas Saluran Napas).

2.

Kerusakan epitel
Salah satu konsekuensi asma adalah kerusakan epitel. Kerusakan ini bervariasi dari yang ringan
sampai yang berat. Perubahan ini akan menigkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi serta
mengakibatkan iritasi ujung-ujung saraf autonom.

3.

Mekanisme neurologis
Pada pasien asma terdapat peningkatan respon saraf para simpatik.

4.

Gangguan instrinsik
Otot polos saluran pernapasan dan hipotrofi otot polos pada saluran napas di duga berperan
dalam HSN.

5.

Obstruksi saluran napas


Meskipun bukan penyebab utama tapi obstruksi diduga ikut berperan dalam HSN (Suyono,
Slamet. 2002: 22).

Menurut NANDA etiologi dari asma adalah :


1.
2.

Lingkungan, seperti asap rokok.


Jalan napas, seperti spasme inhalasi napas, perokok pasif, sekresi yang tertahan, dan
sekresi di bronkus.
3.
Fisiologi, seperti inhalasi, penyakit paru obstruksi kronik
(Nanda, 2005: 4-5)

Tanda dan Gejala


Gambaran klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan sebagian
penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa berat
didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya batuk
tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret
baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent (Suyono, Slamet. 2002: 23).
Tandadangejala yang ditemukanpadaanakdenganasmabronkhialadalah:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sesaknapas/dispnea.
Batuk yang disertailendir/batukkering.
Nyeri dada.
Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada
siang hari dan memburuk pada malam hari.
Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain
Barrel chest
Sianosis
Gangguan kesadaran
Takikardi
Peningkatan tekanan darah
Pernafasan yang cepat dan dangkal.
Patofisiologi
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang disebabkan oleh
spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan
hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001).Asma ditandai dengan
kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Diameter bronkiolus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

Clinical Pathway
Pengaktifan respon imun (sel mast)
Pengaktifan mediator kimiawi (histamin, serotonin, kinin)
Bronkospasme
Penyempitan jalan nafas
Sekresi mukus
Inflamasi
Edema mukosa
Serangan paroksimal
Dispnea, wheezing, batuk sputum
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kelemahan dan keletihan
Ketidakadequatan suplai oksigen
Intoleransi Aktifitas
Alveoli tertutup
Hipoksemia
Gangguan pertukaran gas
Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit cairan dan nutrisi
Faktor Ekstrinsik
Infeksi kuman
Infeksi sal.nafas

Alergen + Faktor genetik


Faktor Intrinsik

1.

Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran fungsi paru (Spirometri)
Pengukuran fungsi paru bertujuan untuk mengukur volume paru secara static dan dinamik dan
untuk mengetahui gangguan pada faal paru. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk
menegakkan diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Tetapi
respon yang kurang dari 20 % tidak berarti bukan asma. Hal-hal tersebut bisa dijumpai pada
pasien yang sudah normal atau mendekati normal.

2.

Uji provokasi bronkus


Uji provokasi bronkus dilakukan untuk menunjukan adanya hiperreaktivitas bronkus. Uji
provokasi bronkus bermakna jika terjadi penurunan FEV1 sebasar 20 % atau lebih.

3.

Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.

4.

Analisa Gas Darah (AGD/ astrup)


Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan
asidosis respiratorik. Pada pasien asma terdapat hasil abnormal sebagai berikut:

1.

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
2.
Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3.
Hiponatremia dan kadar leukosit di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
4.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan
dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
5.

Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada
bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot-Leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinofil, dan Spiral Curshmann yaitu spiral yang merupakan cast
cell (sel cetakan) dari cabang-cabang bronkus, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya
miselium Aspergillus fumigatus.
6.
Pemeriksaan eosinofil total
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan hal ini dapat
membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik.
7.

Pemeriksaan Kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum


Fungsi dari pemeriksaan IgE total hanya untuk mendukung adanya atopi.

8.

Foto dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghilangkan penyebab lainpada obstruksi saluran napas dan
untuk mengetahui adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma
seperti pneumotorak, pneumomediastinum, ateleksis, dan lain-lain (Suyono, Slamet. 2002)

Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengobatan non farmakologik:


Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.

2.
3.
4.

Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :

1.
2.
3.

Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.
Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.

1.

Santin (teofilin)
Nama obat :

1.
2.
3.

Aminofilin (Amicam supp)


Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahanlahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

1.

Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

1.

Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberika secara oral (Evelin dan joyce L.
kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )

Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1.
2.
3.

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.


Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma,
baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh Kasus
Ny. H usia 29 tahun,agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan Ibu rumah tangga. Alamat tinggal
Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember. masuk RS Tanggal 03 Maret 2015 Klien masuk rumah sakit
karena keluhan sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1 minggu
terakhir. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
Hasil pengkajian klien didapatkan klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna
putih kental, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer).
Klien terlihat cemas. Klien mengaku tidak nafsu makan. Klien juga mengatakan mempunyai
riwayat asma sejak kecil dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya.
Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+),
taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada
perkusi dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan hasil:
tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR = 36x/menit, HR =
76x/menit, suhu = 37o C.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit = 17.000/mm3,
trombosit 260.000/mm3, Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan terapi: IVFD RL 20 tts/i,
Pulmicort, Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2 L. Pada pemeriksaan penunjang Xray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam batas normal.


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Pengkajian
Tanggal / jam MRS

: 03 Maret 2015, pukul 14.00 WIB

Ruang

: Alamanda

No. Register

Dx. Medis

: Asma Bronkial

Tanggal Pengkajian

: 03 Maret 2015. Pukul 15.00 WIB

Identitas Klien
Nama : Ny. H
Umur
: 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status
: Sudah menikah
Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Penanggung jawab :

1.
2.
3.
4.
5.

Nama : Tn. J
Umur : 30 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Hubungan dengan klien : Suami

Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.

Riwayat Keperawatan Sekarang


Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan selama 1 minggu terakhir
menderita sesak, batuk pilek, demam yang disertai dahak putih kental.

Riwayat Keperawatan Dahulu


Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah masuk rumah sakit di RS
Paru Jember Agustus 2012 karena sesak selama 2 minggu. Klien mengatakan sedang menjalani
pengobatan terapi yang di berikan dokter. Klien mengatakan Asma akan timbul saat dingin,
akibat debu dan mencium bau yang menyengat.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.

1.

Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon


Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apabila sakit, klien segera berobat ke rumah sakit/puskesmas.

2.

Pola nutrisi / metabolik


Program diit RS : bubur kasar
Intake makanan

1.
2.
1.
2.

Sebelum sakit : 3x sehari,makan habis 1 porsi, sayur, lauk-pauk


Selama sakit : 3x sehari makan habis 3-4 sendok sayur, lauk-pauk
Intake cairan :
Sebelum sakit : 5 7 gelas sehari, air putih
Selama sakit : 3 4 gelas sehari, air putih

3.

Pola eliminasi
Buang air besar :

1.
2.

Sebelum sakit : 1x sehari, warna kuning


Selama sakit : 1x sehari, warna kuning
Buang air kecil :

1.
2.
3.
4.

Sebelum sakit : 6 7x sehari,warna kuning.


Selama sakit : 3 4x sehari, warna kuning, tidak terpasang DC
Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
Kemampuan perawatan diri

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas ditempat tidur

Berpindah

Ambulasi / rom

Ket :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu oranglain
3 = dibantu orang lain dan alat
1.

Selama sakit :
Kemampuan perawatan diri

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas ditempat tidur

Berpindah

Ambulasi / rom

Ket :

= mandiri
= alat bantu
= dibantu oranglain
= dibantu orang lain dan alat

5.
6.
7.
8.
9.

Pola tidur dan istirahat


Lama tidur siang 2 jam
Lama tidur malam 7 jam
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya
Pola kognitif dan persepsi sensori
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya
dapat mempengaruhi jumlah stressor yang dialami pasien sehingga kemungkinan terjadi
serangan asma berulang akan semakin tinggi.

7.

Pola persepsi diri


Klien yakin penyakitnya akan sembuh.

8.

Pola seksualitas dan reproduksi


Klien sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.

9.

Pola peran hubungan


Klien sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang mempunyai hubungan
baik dengan keluarganya.

10.

Pola managemen koping stress


Klien mengatakan apabila ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.

11.

Sistem nilai dan kepercayaan


Klien beragama Islam dan selalu berdoa untuk kesembuhannya.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: klien tampak sesak
Kesadaran

: kompos mentis

Tekanan darah

: 130/70 mmHg

Frekuensi nafas

: 36x/menit

Nadi

:76x/menit

Suhu
: 37o C
Pemeriksaan fisik head to toe
1.
Kepala
Mata
: Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya
langsung +/+

1.

Thorax
Paru

Inspeksi

: gerakan dada kanan dan kiri simetris

Palpasi

: taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (+)

Auskultasi

: suara napas klien terdengar wheezing

Jantung

Inspeksi

1.

1.

: iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V

Auskultasi

: suara jantung normal, bunyi tambahan (-)

Abdomen
Inspeksi : perut cembung, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Superior : Oedem (-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Turgor kulit : normal
Inferior : Oedem(-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Turgor kulit : normal

1.

Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Ny.H didapatkan hasil sebagai berikut.
Sputum berwarna putih kental
Hb = 15,5 gr%
Leukosit = 17.000/mm3

Trombosit 260.000/mm3
Ht = 47vol%

2.

Hasil Pemeriksaan Radiologi


Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan
yang didapat adalah sebagai berikut:

1.
2.

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.


Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
3.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
5.
Hasil Pemeriksaan Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1.

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
2.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle
branch block).
3.
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4.
Hasil Pemeriksaan X-ray dada/thorax
Hal pemeriksaan yang didapatkan hasil paru dalam batas normal.

Problem List

N
o

Tanggal

Data

03 Maret
2015

DS:

Problem

Etiologi

1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat
ketika beraktivitas.

DO:
Pemeriksaan Fisik:
a.

suara napas klien terdengar wheezing

b.

sputum berwarna putih kental

c.

tingkat kesadaran: kompos mentish

d. TTV: RR = 36x/menitBersihan jalan nafas tidak efektifBronkopasme dispnea, wheezing,


batuk sputumRZ203 Maret 2015DS:
1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir.
2.

Pasien mengatakan merasa gelisah karena adanya penumpukan sekret

DO:
Pemeriksaan Fisik:
a.

suara napas klien terdengar wheezing

b.

resonan pada perkusi dinding dada

c.

sputum berwarna putih kental

d.
tanda-tanda vital: RR = 36x/menitGangguan pertukaran gasGangguan suplai oksigen
(Alveoli Tertutup hipoksemia)RZ303 Maret 2015DS:
1.
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kental
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat
ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
a.

Klien tampak cemas

b.

suara napas klien terdengar wheezing

c.
TTV: RR = 36x/menit, suhu = 37o CIntoleransi aktivitasKelemahan dan keletihan
ketidakadequatan suplai OksigenRZ403 Maret 2015DS :
1.
Pasien mengaku tidak nafsu makan
2.

Intake makanan :

a.

Sebelum sakit : 3x sehari,makan habis 1 porsi, sayur, lauk-pauk

b.

Selama sakit

3.

: 3x sehari makan habis 3-4 sendok sayur, lauk-pauk

Intake cairan

a.

Sebelum sakit : 5 7 gelas sehari, air putih

b.

Selama sakit

: 3 4 gelas sehari, air putih

DO:
1.
Makanan pasien tidak habisPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhAnoreksia
deficit cairan dan nutrisiRZ

Prioritas Diagnosis Keperawatan


Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme ditandai dengan

1.
DS:
1.

Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama
1 minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
1.
2.
3.
4.

suara napas klien terdengar wheezing


resonan pada perkusi dinding dada
sputum berwarna putih kental
TTV: RR = 36x/menit

2.

Dx II : Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen (bronkospasme)ditandai


dengan
DS:

1.

Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama
1 minggu terakhir.
2.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
1.
2.
3.

retraksi dinding dada (+)


suara napas klien terdengar wheezing
resonan pada perkusi dinding dada

4.
5.
6.

sputum berwarna putih kental


TTV: RR = 36x/menit
Dx III : Intoleransi aktivitas b.d ketidakadequatan suplai Oksigen ditandai dengan
DS:

1.
2.
1.
2.
3.

Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kental
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Klien tampak cemas
Suara napas klien terdengar wheezing
Pemeriksaan Fisik:
TTV: RR = 36x/menit, suhu = 37o C

4.

Dx IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia ditandai dengan
DS:

1.
2.

Pasien mengaku tidak nafsu makan


Intake makanan :
Sebelum sakit : 3x sehari,makan habis 1 porsi, sayur, lauk-pauk
Selama sakit : 3x sehari makan habis 3-4 sendok sayur, lauk-pauk
Intake cairan :
Sebelum sakit : 5 7 gelas sehari, air putih
Selama sakit : 3 4 gelas sehari, air putih

1.
2.
3.
4.
5.
DO:
1.

Makanan pasien tidak habis

Nursing Care Plan

N
o

Tanggal

Jam

1.

03
Maret
2015

15.0
0
WIB

N
o
Dx

Perencanaan
Tujuan dan
Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

IMenunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif setelah dilakukan perawatan selama 224 jam,
yang ditandai oleh:
1.

Mempunyai jalan nafas yang paten

2.

Klien tidak merasa sesak nafas

3.

Klien dapat mengeluarkan secret secara efektif

4.

Irama nafas teratur

5.

Pada pemeriksaan auskultasi

Whezing (-)
Frekuensi pernafasan (20-30 x/menit)b.

Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas

c.

Ukur frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi-ekspirasi

d.

Kaji pasien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat tidur

e.

Bantu klien nafas dalam

f.

Kolaborasi pemberian obat golongan B2

g.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum seperti warna,
karakter, jumlah, dan baua. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas
b. Pernafasan dapat melambat
c.

Peninggi kepala tempat tidur mempermudah pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

d. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret ke dalam
jalan nafas.
e. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami
spasme sehingga lebih cepat berdilatasi
f. Mencegah pasien dan keluarga merasa cemas saat melihat perubahan secret pasienZK2.03
Maret 201519.00 WIBIIPertukaran gas adekuat setelah dilakukan perawatan selama 224 jam
dengan
Kriteria hasil:
1.
Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGD
dalam batas normal (pH = 7,35 7,45; PaO2 = 80 100 mmhg; PaCO2 =38 45 mmhg)
2.

RR 16-20 x/menit

3.

Sianosis (-)

4.

Dispnea (-)

5.
Klien mau berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai tingkat kemampuana.
frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir

Kaji

b.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah bernafas

c.

Kolaborasi untuk pemantauan analisis GDA

d.

Kolaborasi pemberian bronkodilator secara aerosol

e.
Ajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien mengalami
asmaa. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan
b. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi semifowler
c. PaCO2 yang meningkat dapat menandakan terjadinya kegagalan penafasan
d. Untuk memberikan aksi bronkodolator langsung kedalam pernafasan sehingga dapat
memperbaiki pertukaran gas
e. Keluarga adalah orang yang selalu berada disisi klien, yang akan mengetahui lebih banyak
mengenai kondisi klienZK3.04 Maret 201507.00 WIBIIISetelah dilakukan perawatana selama
224 jam, pasien dapan menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan ditandai dengan.
1.
Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan
tidak adanya dyspnea dan kelemahan yang berlebihan.
2.

TTV dalam batas normal.

3.
Frekuensi pernafasan saat beraktivitas dalam batas normala. Evaluasi respon pasien
terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan setelah aktivitas.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi, dorong
penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya kesimbangan aktivitas
dan istirahat
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.a.
kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
b.

Menetapkan kemampuan atau

Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

c. Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan


metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan
respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan

d.

Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

e. menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikanZK4.04 Maret 201514.00
WIBIVPemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi selama 324
jam dengan kriteria hasil :
a.

nafsu makan pasien akan kembali normal

b.

menunjukan pemahaman kebutuhan diet individu

c.
menunjukan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium normalb.
Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan
berat badan, riwayat mual/muntah
c.

Pastikan pola diet pasien, yang disukai/tak disukai

d.
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pasien kecuali kontraindikasi
e.
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi dieta.
derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat

Berguna dalam mendefinisikan

b. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus. Pertimbangkan keinginan individu


dapat memperbaiki masukan diet
c. Membuat lingkungan social lebih normal selama makan dan membantu memenuhi
kebutuhan personal dan cultural
d. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan dietZK

Implementation
No Dx I

1.
No

1.

Tanggal
03 Maret
2015

Jam

Implementasi

15.00
WIB

a. Mengauskultasi bunyi
nafas. Mencatat adanya bunyi
nafas

Evaluasi Formatif

b.

Mengukur frekuensi pernafasan. Mencatat rasio inspirasi-ekspirasi.

c.

Mengkaji klien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat tidur

d.

Membantu klien nafas dalam

Paraf

e.

Berkolaborasi pemberian obat golongan B2

f.
Mengajak keluarga ikut serta dalam latihan nafas dalama.
wheezing

Terdengar bunyi nafas klien

b.

Fase inspirasi klien lebih lambat dari pada fase ekspirasi.

c.

Klien merasa lebih nyaman dengan menggunakan peninggi kepala di tempat tidur

d.

Klien dapat mengontrol dispneu

e.

Klien merasa lebih nyaman, spasme jalan nafas klien menurun

f.

Klien mampu melakukan nafas dalam dengan baik dan benarZK

2.

No Dx II
No

1.

Tanggal

03 Maret
2015

Jam

Implementasi

19.00
WIB

a. Mengkaji frekuensi,
kedalaman pernapasan. Catat
penggunaan otot aksesori, nafas
bibir

Evaluasi Formatif

b.

Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah bernafas

c.

Berkolaborasi untuk pemantauan analisis GDA

d.

Berkolaborasi pemberian bronkodilator secara aerosol

e. Mengajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien mengalami
asmaa. Terlihat pasien masih menggunakan otot bantu pernafasan
b.

Pasien merasa lebih baik saat posisi kepala lebih tinggi

Paraf

ZK

3.

No Dx III
No

Tanggal

04 Maret
2015

1.

Jam

Implementasi

Evaluasi formatif

07.00
WIB

a. Mengevaluasi respon pasien


terhadap aktivitas. Mencatat
laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan
perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas.

Paraf

b. Memberikan lingkungan tenang dan membatasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi,
mendorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
c. Menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat
d. Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Memberikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan
e.

melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.a.

TD=110/70

S = 36,8 C
N =98x/menit
RR= 30x/ menit
b.

pasien beristirahat

c.

pasien mengerti dan mau melakukannya

d.

Pasien terlihat lebih baik dan lebih nyamanZK

4.

No Dx IV
No

Tanggal

Jam

Implementasi

1.

04 Maret
2015

14.00
WIB

a. Mencatat status nutrisi klien


pada penerimaan, catat turgor

Evaluasi formatif

Paraf

kulit, berat badan dan derajat


kekurangan berat badan, riwayat
mual/muntah
b.

Memastikan pola diet pasien, yang disukai/tak disukai

c. Mendorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi
dengan pasien kecuali kontraindikasi
d. Merujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi dieta.
b.

Pasien terlihat lebih baik

Pasien mau makan namun hanya setengah porsiZK


Evaluasi/SOAPIE

N
o

Tanggal/Jam

1.

05 Maret
2015

No.
Dx

Evaluasi

15.00 WIBIS = Sesak berkurang, batuk berdahak masih ada


O = TD :110/80 mmhg, Suhu : 37 C, Nadi 97 x/menit, Nafas : 24 x/ menit, wheezing (+)
A = masalah teratasi sebagian
P = Terapi lanjutkan
I = Ajarkan klien batuk efektif
E = Klien memperagakan latihan batuk efektif dengan tepatZK2.05 Maret 2015

19.00 WIBIIS = Pasien merasakan sesaknya berkurang, dan keadaannya lebih baik
O = TD : 110/80 mmhg, suhu 36C, nadi 90 x/menit, RR= 24x/menit, wheezing (+)
A = masalah teratasi sebagian
P = Terapi dilanjutkan
I = Ajarkan klien nafas dalam

Pa

E = Klien memperagakan latihan nafas dalam dengan tepatZK3.06 Maret 2015

07.00 WIBIIIS = Pasien merasakan sesaknya berkurang, namun merasa masih lemah
O = TD : 110/80 mmhg, suhu 37 C, nadi 95 x/menit, RR= 25x/menit, wheezing (+)
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
I = Anjurkan pasien untuk istirahat
E = Klien istirahatZK4.06 Maret 2015

14.00 WIBIVS = Pasien mengatakan mulai nafsu makan namun masih ada sedikit rasa mual
O = makanan habis porsi
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi keperawatan
I = berikan makanan kesukaan pasien yang sesuai dengan diet pasien
E = pasien tidak mual, makanan habis 1 porsiZK

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

You might also like