You are on page 1of 59

Asuhan keperawatan

pada Ny. U
dengan hipertensi
Posted on January 9, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY.U DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR:
HIPERTENSI DI RUANG MELATI YARSI
TASIKMALAYA TANGGAL 8-9 APRIL 2011
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Praktek kerja lapangan
Pada program keahlian ilmu keperawatan
Disusun oleh:
SITI NURJANAH
SARAH SRI DAMAYANTI
RISMA NOVALIA
RIKA NUR FAUZIAH
RINA FADILAH

RIANI SRI LESTARI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KESEHATAN BHAKTI KENCANA CIAWI
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat allah SWT. Atas karunia dan nikmatnya
sehingga makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN NY.U DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULAR: HIPERTENSI DI RUANG MELATI
YARSI dapat diselesaikan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
praktek kerja lapangan pada program keahlian ilmu keperawatan.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Bapak Eddi supriadi, SIP., SKM., M.Mkes., selaku ketua
yayasan SMK BHAKTI KENCANA Ciawi;
2. Drs. Dadang Somantri, selaku kepala sekolah SMK BHAKTI
KENCANA Ciawi;
3. Ibu Juanita F.Z, S.kep.Ners., selaku kepala program
pendidikan (KAPRODI) keperawatan SMK KESEHATAN BHAKTI
KENCANA Ciawi;
4. Bapak Deden Muhamad A.MD,Kep., selaku pembimbing
akademis dari SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA Ciawi;
5. Bapak E. Permana selaku pembimbing lapangan YARSI;
6. Ibu Mimin Mintarsih, AMK., selaku kepala ruangan melati
YARSI Tasikmalaya;
7. Seluruh rekan-rekan siswa program keahlian ilmu
keperawatan SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA C
iawi
yang telah memberikan bantuan dan masukannya dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran kami
harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Ciawi, 8 April 2011

Penyusun,

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang..
2. Ruang Lingkup
3. Tujuan Penulisan.
4. Metode Penulisan
5. Sistematika Penulisan..
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS.
1. Pengertian
2. Anatomi dan Fisiologi.
3. Klasifikasi
4. Etiologi
5. Patofisiologi.
6. Factor predisposisi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan
9. Konsep dasar asuhan keperawatan
10. Analisa data..
11. Diagnose keperawatan
12. Perencanaan
13. Implementasi
14. Evaluasi
BAB III
TINJAUA
KASUS
1. Pengakajian..
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pola aktivitas.
4. Pemeriksaan penunjang
5. Analisa data
6. Diagnose keperawatan.
7. Perencanaan..
8. Implementasi
9. Evaluasi

BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan.
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI
menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup
tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya
hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya
biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan
prasarana penanggulangan hipertensi.
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari
sepertiga penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab
kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit
jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas
2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi
di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan
laki-laki (48%).
Demikian pernyataan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia
atau Indonesian Society of Hipertension (InaSH) Dr. Adre Mayza,
Sp.S(K) saat Pers Conference The 3rd Scientific Meeting on
Hypertension, Sabtu, 28 Februari 2009, Hotel Ritz Carlton Jakarta.
Prevalensi hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-

laki maupun perempuan, di perkotaan ataupun di pedesaan,


dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya
atau bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga
menjadi lebih besar. Dr. Adre Mayza mengatakan, untuk
menanggulangi masalah hipertensi yang semakin meningkat,
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) yang terdiri dari para
dokter spesialis mengadakan pertemuan rutin tahunan untuk
membuat Konsensus (berupa buku saku) Penanggulangan
Hipertensi dan meningkatkan kemampuan dokter umum dalam
penanggulangan hipertensi. Pertemuan kali ini merupakan ketiga
kalinya yang dihadiri oleh sekitar 1700 orang dari seluruh
Indonesia. Tema pertemuan ini adalah Menurunkan angka
kematian dan kesakitan akibat penyakit kardiovaskular dan
meningkatkan kualitas hidup sebagai sasaran utama pengelolaan
hipertensi, tambah Dr. Adre Mayza. Menurut Dr. Adre Mayza,
InaSH telah bekerjasama dengan Departemen Kesehatan RI untuk
membangun sistem penanggulangan hipertensi yang terintegrasi
secara holistik dari berbagai tingkat pelayanan dan berbagai
bidang spesialisasi. Selain itu, InaSH juga akan membuat
pelatihan bagi dokter umum dalam mendiagnosis hipertensi yang
benar, membuat laporan, melakukan penelitian-penelitian dalam
skala kecil maupun besar yang akan menjadi kredit poin untuk
meningkatkan karir atau melanjutkan pendidikan.
Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis
berpendapat bahwa hipertensi masih memerlukan berbagai
penanganan secara konprehensif dan keikutsertaan klien dan
keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan
memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap
klien dengan hipertensi yang tersusun sebagai karya
tulis/makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien
Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi
di Ruangan Melati YARSI Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
1. B.
Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian
asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI tasikmalaya

meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi,


dan evaluasi.
1. C. Tujuan Penulisan
2. 1.
Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien
dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi, secara
komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual
1. 2.
Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio
spiritual diharapkan siswa mampu:
1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan
gangguan sistem kardiovaskular: hipertensi
2. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah.
3. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam
praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan.
4. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai
dengan masalah yang telah diprioritaskan.
5. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang
telah dilaksanakan pada klien hipertensi.
6. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
7. Mampu membahas kesenjangan yang terjadi antara teori
yang diperoleh dengan studi kasus/ penerapan di lapangan.
A. D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus,
yaitu metode yang memberikan gambaran terhadap suatu
kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses
keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan
petugas kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari
klien.

1. Studi Dokumentasi
Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan,
seperti catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan
lain.
1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai
konsep dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
1. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien
dan mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi
untuk memperoleh data serat mencatat hal-hal penting termasuk
pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik meliputi:
Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
melihat apakah terdapat luka, ada tidaknya hematom, dan
lain-lain.
Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
meraba, yaitu apakah ada masa atau tidak.
Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara
mengetuk dengan menggunakan reflek hammer.
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan
mendengarkan dengan menggunakan stetoskop.
1. E.
Sistematika Penulisan
Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang
terdiri dari:
Bab I
: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan teknik pengumpulan
data, serta sistematika penulisan.
Bab II
: Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang
terdiri dari definisi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi
klinik, patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan konsep dasar
asuhan keperawatan.

Bab III
: Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses
keperawatan mulai dari pengakajian, dignosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV
: Pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari
hasil yang didapatkan di lapangan dengan teori yang ada,
meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Bab V
: Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis
terhadap hasil asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguansistem kardiovaskular : hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon,
L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG
(Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah
diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan
diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau lebih.
1. B.
Anatomi dan Fisiologi hipertensi
2. 1.
Anatomi
A. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada,
batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada
ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paruBelakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
1. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin,
lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
(untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri

kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena


perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya, jika:
Aktivitas memompa jantung berkurang
Arteri mengalami pelebaran
Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian
dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan
darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal


(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga
bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi
menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila
terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat
1. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan
pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung
dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan
1. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena
dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang
tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
1. 2.
Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang
mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan
seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke
dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 1997)
1. C.

Klasifikasi Dan Manifestasi Klinis

Klasifikasi Hipertensi hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi


Indonesia
Systole (mmHg)

Dan/atau

Diastole(mmHg)

<120

dan

<80

120-139

Atau

80-89

Hipertensi tahap
1

140-159

Atau

90-99

Hipertensi tahap
2

>=160

Atau

>=100

Hipertensi sistol
terisolasi

>=140

Atau

<90

Kategori
Normal
Prehipertensi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satusatunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga
berdengung, rasa berat ditengkuk, sulit tidur, mata berkunangkunang dan pusing.
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah
sebagia berikut:

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg


Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migrain

Rasa berat ditengkuk


Sukar tidur
Mata berkunang kunang
Lemah dan lelah
Muka pucat
Suhu tubuh rendah
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

1. D. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atautransport Na.

Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang


mengakibatkantekanan darah meningkat.

Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua
serta pelabaran pembuluh darah
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:

1. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer: yang tidak diketahui


penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na.
Peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko, seperti: obesitas, alkohol, merokok
serta polisitemia.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab;


beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah
penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,
yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon
epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah
raga), stres, alkoholatau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan
darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka
tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Renal. Terdapat sekitar 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan
esterogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal.
Hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing,
feokromusitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal

Stenosis arteri renalis

Pielonefritis

Glomerulonefritis

Tumor-tumor ginjal

Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

Terapi penyinaran yang mengenai ginjal


2. Kelainan Hormonal

Hiperaldosteronisme

Sindroma Cushing


Feokromositoma
3. Obat-obatan

Pil KB

Kortikosteroid

Siklosporin

Eritropoietin

Kokain

Penyalahgunaan alkohol

Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)


4. Penyebab Lainnya

Koartasio aorta

Preeklamsi pada kehamilan

Porfiria intermiten akut

Keracunan timbal akut.

1. E.

Patofisiologi

1. F.
Faktor Predisposisi
2. Factor yang tidak dapat diubah
Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit
jantung koroner, fibrilasi atrium, heterozygote atau
homozygote untuk homositinuria.
1. Factor yang dapat diubah
Hipertensi, Dm, hiperurisemia, merokok, pnyalahgunaan
alcohol dan obat, kontrasepsi oral, Ht meningakat, bruit
karotis asimtomatis dan displidemia.

1. G.
A.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laborat
i.

ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
1. H.

i.
Hb/Ht : untuk
mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
ii.
BUN / kreatinin :
memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
iii.
Glucosa : Hiperglikemi
(DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
iv.
Urinalisa : darah,
protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
danada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral,
encelopati
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi
seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.
Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup,pembesaran jantung.
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Non Farmakologis

DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam.


Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah
dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau
berenang.

Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu:

Mempunyai efektivitas yang tinggi.

Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan


atau minimal.

Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

Tidak menimbulakn intoleransi.

Harga obat relative murah sehingga terjangkau


oleh klien.

Memungkinkan penggunaan jangka panjang.


Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi sepertigolongan diuretic, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

1. I.
Konsep dasar asuhan keperawatan
2. 1.
Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu
pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pasien baik sebagai individu, keluarga maupun
mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan
dalam proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1)

Biodata

Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin,


agama, pendidikan, alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal
masuk, dan tanggal pengkajian.

2)

Riwayat kesehatan

a)

Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing


yang hebat.
b)

Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang


sedang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan
PQRST, yaitu:
P = paliative/provokatif; hal-hal yang menyebabkan
bertambah/bekurannya keluhan utama.
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan
dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat.
Q

= Quality/Quantity; tingkat keluhan utama.

= region; yaitu lokasi keluhan utama.

Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak


tertahankan di seluruh bagian kepala
S
= savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah
sampai mengganggu aktivitas atau tidak, seperti bargantug pada
derajat beratnya.
T
= timing; yaitu kapan mulai muncul dan berapa lama
berlangsungnya.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.
c)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit
jantung koroner, merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress
yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
d)

Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada


hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke, dan lainlain.
e)

Aspek psikologis

Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang


tinggi pada klien, emosi yang labil.
f)

Aspek Sosial

Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan


karena klien masih bisa melakukan aktifitasnya namun agak
sedikit terganggu.
g)

Aspek spiritual

Pada aspek ini, ditemukan adanya keterbatasan melakukan


aktivitas keagamaan.

1. 2.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi:
1. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan
saraf dikaji (Nevrus I-XII )gangguan penlihatan, gangguan
ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan
keadaran kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII)
gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun
dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan,
tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.
Batas normal TTV menurut Hidayat, 2000 adalah sebagai berikut:
Umur
18 /lebih
th

65 /lebih
th

Suhu

Nadi

Pernafasan

TD

70-75x/mnt

15-20x/mnt

120/80 mmHg

70-75x/mnt

15-20x/mnt

140/90 mmHg

37,0 C
o

36,0 C
o

GCS (glaslow coma scale):


Respon membuka:

Spontan
Berdasarkan perintah verbal
Berdasarka rangsangan nyeri
Tidak member respon
Respon motorik:

4
3
2
1

Menurut perintah
Melikalisir rangsangan nyeri
Menarik/berlawanan rangsangan nyeri
Fleksi abnormal (terhadap nyeri)
Ekstensi (terhadap nyeri)
Tidak member respon
Respon verbal:

6
5
4
3
2
1

Orientasi baik
5
Konversi kacau (bicara bingung)
4
Kata-kata kacau (tidak sesuai)
3
Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
Tidak memberikan respon
1
NILAI:
15

: Compos mentis

12-14 : Somnolen
8-11

: Soporus

3-7

: Coma

1. System pengindraan (penglihatan)


Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti
penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian
(kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan
yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat
objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.

1. System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan
jalan nafas.
1. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar
ronki ( aspirasi sekresi)
1. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi
jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit
jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler.
1. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri.
1. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
1.

1.

System persarafan
Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)
Nevrus II Optic (penglihatan)
Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi
dilatasi pupil)
Nevrus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)
Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot
rahang)
Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)
Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan,
kemampuan menelan, gerak lidah)
Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)
System musculoskeletal

Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi


didapat klien merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena
kelemahan, kesemuatan atau kebas.
1. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
1. J.
No.

Analisa data
Data focus

Etiologi

Masalah

DS:

Riwayat
hipertensi

Ateroskelosis

Penyakit
jantung
koroner/katup dan
penyakit
serebrovaskular

Medulla
Saraf simpatis

Epsodepalpitasi

Perpirasi

DO:

Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi

Kenaikan TD

Peningkatan tekanan darah

1.
2.

DS:

Peningkatan CO
Kelemahan
Peningkatan afterload

Peningkatan
tekanan darah
Intoleransi
aktivitas

Letih

Nafas
pendek

Gaya hidup
monoton
DO:

Frekuensi
jantung meningkat

Frekuensi jantung meningkat


Kelelahan

Perubahan
irama jantung

3.

Takipnea

DS:

Keluhan
pusing/pening,
berdenyut

Sakit kepala
suboksipital

Gangguan
penglihatan
DO:

Perubahan
keterjagaan

Tachipnea
Aktivitas terhambat
Saraf simpatis
Ach
Saraf pasca ganglion
Aorepinefrine
Konriksi
Sakit kepala

Gangguan
rasa nyaman:
nyeri(sakit)
kepala

Afek

Orientasi

Proses piker
Ginjal/rennin
Angiotention I

DS:

Gangguan
ginjal
(infeksi/obstruksi
atau riwayat
penyakit gnjal
sebelumnnya)
DO:

Gangguan
pola eliminasi
4.

Angiotension II
Aldosteron

Retersi Na dan H O
Intravascular
2

Perubahan perfusi jaringan

Potensial
perubahan
perfusi
jaringan

1. K. Diagnosa keperawatan
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular.
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
O2.
B. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
C. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal,
jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi

i.
L.
Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi
vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang
menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung ,
mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapatditerima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung
stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :

Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset


dan tehnik yang tepat.

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan


perifer.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa


pengisian kapiler.

Catat edema umum.

Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat


ditemapt tidur/kursi

Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai


kebutuhan

Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan


punggung dan leher

Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas


pengalihan

Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan


darah

Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai


indikasi

Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai


indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.


Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di
inginkan / diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :

Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan


menggunkan parameter :frekwensi nadi 20 per menit
diatas frekwensi istirahat, catat peningkatanTD, dipsnea,
atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat,pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan
respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas dan
indicator derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung).

Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh :


penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi
nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas dan perawatan
diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual).

Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.


(Konsumsioksigen miokardia selama berbagai aktivitas
dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada
kerja jantung).

Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan


penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan
duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi
menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).

Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode


aktivitas.(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas danmencegah kelemahan).
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
dan tampak nyaman.
Intervensi :

Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang,


sedikit penerangan

Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.

Batasi aktivitas.

Hindari merokok atau menggunkan penggunaan


nikotin.

Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.

Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi


seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.
Diagnosa keperawatan 4. :
Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang
membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang
dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi :

Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.

Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan;


tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika
tersedia.

Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.

Amati adanya hipotensi mendadak.

Ukur masukan dan pengeluaran.

Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.

Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

1. M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah
direncanakan dari setiap diagnose yang muncul.

1. N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang
continue yang penting untuk menjamin kualitas dan ketetapan
perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon

pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan


memenuhi kebutuhan pasien.

BAB III
TINJAUAN KASUS
1. A.
2. a.
Nama

Pengkajian
Identitas klien
: Ny. U

Umur

: 60 tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Agama

: islam

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Alamat
Tasikmalaya

: Desa P kecamatan C

No. medrek

: 055347

Ruangan

: cempaka

Dx. Medis

: hipertensi

Tanggal masuk

: 08 April 2011 jam 12.00 WIB

Tanggal pengkajian

: 08 April 2011 jam 14.00 WIB

1. b.
Nama

Identitas penanggung jawab


: Tn. E

Umur

: 40 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Alamat
Ciawi Tasikmalaya
Hubungan dengan klien

: desa pakemitan kidul kec.

: anak

1. c.
Keluhan utama
Pusing / sakit kepala

1. d.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang
beraktivitas seperti biasa, beberapa saat kemudian klien
merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang
flu. Kemudian sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah
klien mandi dengan mengguanakan air dingin. Kemudia pada
tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa
ke UGD YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00
WIB, pada saat dikaji jam 10.00 WIB keluarga klien mengatakan
pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala
yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut.
Selama dirawat klien agak terbatas memenuhi ADL sehingga
untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.

1. e.

Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5


tahun yang lalu sejak usia klien 55 tahun, klien rutin mengontrol
tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur
tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke
rumah sakit tekanan darahnya 170/100 mmHg. Klien juga
mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.
1. f.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang
mempunyai riwayat hipertensi, dan di keluarga juga tidak
mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM,
asma dan lain-lain.
1. g.
Aspek psikologis
keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika
mendengar sesuatu yang mengejutkan dan setelah itu tekanan
darahnya akan naik.
1. h.
Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya
bergantian menjaganya selama di Rumah Sakit. Hubungan klien
dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,
1. i.
Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama
sehatnya klien rajin beribadah, begitu juga selama dirawat di
rumah sakit.

1. B.
Pemeriksaan fisik
2. a.
Pemeriksaan umum

Keadaan umum
: lemah

Kesadaran

Nilai GCS

: compos mentis
: 15

Respon membuka

:4

Respon motorik

:6

Repon verbal

:5

TD

: 180/100 mmHg

: 25x/menit

: 85x/menit

: 36 C
o

1. b.
System pengindraan
1)
Sistem penglihatan
Inspeksi
: bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil
klien baik, saat ada rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak
anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi
: tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan
nyeri tekan.

2)

System pendengaran

Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi


pendengaran cukup baik karena klien mampu mengerjakan apa
saja yang diperintahkan.

3)

System penciuman

Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan


alcohol dan kopi disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien
dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.

4)

System pengecapan

Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan


garam dan gula disertai tulisan garam dan gula, klien dapat
menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.

5)

System integument

Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien


kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak
ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.

6)

System pencernaan

Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal,


jumlah gigi sudah tanggal, jumlah gigi susu dan gigi taring 4,
geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa
bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus
10x/menit.

7)

System pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan


cuping hidung, retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada

adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada
dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.

8)

System kardiovaskuler

Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat


peningakatan vena juularis, tidak ada bunyi tambahan.

9)

System perkemihan

Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak
ada nyeri pada aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan
saat di palpasi tidak terasa nyeri.

10) System persarafan


N (olfaktorius)
: klien dapat membedakan bau minyak
kayu putih
N (optikus)
: lapang pandang klien agak berkurang
behubungan dengan penuaan,
N (okulomotorius)
: normal (bila terkena cahaya miosis dan
midriasis bila tidak terkena cahaya)
N (trakelis)
: mata masih terkoordinasi sesuai
perintah.
N (trigeminus)
: reflek mengunyah ada, kelopak
mata(+), rahang dapat mengatup secara simetris
N (abdusen)
: klien dapat menggerakan bola mata ke
kiri dan ke kanan.
N (fasialis)
: klien dapat menggerakan muka.
N (cochlealis)
: pendengaran baik.
N (glosopharingeus)
: ada reflek menelan.
1

7
8
9

N (vagus)
: kemampuan menelan baik.
N (accesorius)
: kedua bahu masih mampu mengatasi
tahanan dengan cukup baik.
N (hipoglosus)
: pergerakan lidah normal.
10
11

12

11) System musculoskeletal


Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh,
tidak ada nyeri dan tidak ada luka.

1. C.

Kebiasaan sehari-hari

ADL(Activity Daily
Living)

No.

Sebelum Masuk RS

Di RS

Nutrisi
1. Makan

Frekuensi

Jenis
3x/hari

Porsi/Jumlah

Makanan
pantangan
1. Minum

Frekuensi
1.

Jumlah

Nasi dan lauk-pauk (sayur,


ikan, tempe, dll)
Tidak Ada

Kalori

6-7 gls/hari

Diet rendah
garam 1.500
kall/hari

1.500 1.750 ml/hari

Eliminasi
1. BAB

Frekuensi

1 x/hari

Konsistensi
1-2 x/hari

Lembek

Lembek

Tidak tentu

/ -1 cc/kg berat badan/jam


900 1.000 ml/hari

900 1.000
ml/hari

Jernih

Jernih

Tidak

Ya

1. BAK

Frekuensi

Jumlah urine
output

2.

Warna

Terpasang
kateter
Istirahat Tidur

Waktu Tidur :
Malam

21.00 05.00
WIB
21.00 05.00 WIB

Siang

Lama Tidur
Malam
Siang
3.

Masalah tidur

4.

Personal Hygiene
1. Mandi

Frekuensi

12.00 13.00 WIB

11.30 13.30
WIB

8 jam

8 jam

1 jam

2 jam

Tidak

Tidak

2x sehari

2x sehari

Ya

Ya


Penggunaan
Sabun

Cara

1. Oral Hygiene

Frekuensi

Penggunaan
pasta gigi

Cara
melakukan
1. Pemeliharaan
Rambut

Frekuensi

Penggunaan
shampoo

Cara
melakukan
1. Pemeliharaan
Kuku

Frekuensi

Cara
melakukan

5.
Aktivitas

Sendiri
Sendiri
Tidak
2x sehari
Tidak
Ya

Sendiri
2x Seminggu

Belum cuci
rambut

Ya

Sendiri

Tidak tentu

Tidak tentu

sendiri

Klien mengatakan mulai


beraktivitas pada jam 05.30
16.30 WIB sebagai Petani

Klien melakukan
aktivitasnya
Sendiri

1. D.
2. a.
Hb

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium 08-04-2011
= 11,5 gr/dl
(13,5 18 gr/dl)

L
T
Ht

= 5.900/mm
= 155.000/mm
= 30 %

GD puasa

= 105 mg/dl

Kalium

= 4,05

Natrium

(4.500 10.000/mm )
(150.000 400.000/mm )
(40 48 %)

= 146

(75 105 mg/dl)


(3,5 5,1 mmol/l)
(135 148 mmol/l)

1. b.
Terapi 08-04-2011
Clorotiazid
21
Ctm

31

Antasida doen

31

Pct

31

B1

31

1. E.
No.
1.

Analisa data
Data fokus

DS:

Keluarga
klien mengatakan

Etiologi

masalah

Medulla

Peningkatan
TD

Saraf simpatis
klien mempunyai
riwayat hipertensi
DO:

TD klien
meningkat

Ganglia simpatis
Tekanan darah
Kontriksi
Peningkatan tekanan darah

DS:

Keluarga
klien mengatakan
klien merasa sakit
kepala yang sangat
hebat

Saraf simpatis
Ach
Saraf pasca ganglion

DO:

Klien
meringis sampai
menangis menahan
sakit kepala yang
dirasakan

TD: 170/100
mmHg

Aorepinefrine
Konriksi
Sakit kepala

ADL klien
sedikit terhambat
2.
Sakit kepala
3.

DS:

Keluarga
klien mengatakan

Peningkatan tekanan vaskular

Gangguan
pola istirahat

serebral
klien tidak tidur
semalaman dan
terus merasakan
sakit kepala nya.
DO:

Saraf simpatis
Tidak mampu mengatasi nyeri
Gangguan pola istirahat

TD: 170/100
mmHg

Mata klien
tampak cekung

insomnia

DS:

Keluarga
klien mengatakan
klien merasa sakit
perut karena klien
tidak makan apapun
dan hanya minum
saja sejak sakit
kepala dirasakan.

Tidak ada makanan masuk ke


lambung

DO:

Tidak ada proses pencernaan

Peristaltik
usus 12x/menit

Peningakatan asam lambung


Peningkatan peristaltik usus

4.

infus

Terpasang
Nyeri abdomenalis

1. F.
Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas
masalah

Nyeri
abdomenalis

2. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah


jantung
3. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
vascular serebral
4. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi
nyeri
5. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi

1. G.
No
.
1.

Perencanaan
Dx

Peningakatan
TD
berhubunagn
dengan
penurunan
curah jantung
DS:

Keluarga klien
mengatakan
klien
mempunyai
riwayat
hipertensi
DO:
TD klien
meningkat

Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam
TD klien
dapat
kembali
normal

Tupan:
Berpartisipa
si dalam
aktivitas
yang
menurunka
n TD/beban
kerja
jantung

Intervensi

1. Pantau TD klien

1.

p
k
d
p
k
m
b
d
v
a
m
n
d
s
C

Tupen:

Keluarga
klien
mengataka
n sakit
kepala yang
dirasakna
klien
berkurang

1. Amati warna kulit,


kelembaban , suhu, dan masa
pengisian.

1.

u
m
r
s
m
r

1. Berikan lingkungan tenang,


nyaman, kurangi aktivitas/

keributan lingkungan. Batasi


jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal.

1. Pertahankan pembatasan
aktivitas, spt. Istirahat di
tempat tidur/kursi; jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan; bantu klien
melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai
kebutuhan.

1.

s
k
y
m
h
d
p
p
h

1. Lakukan tindakan- tindakan


yang nyaman seperti pijatan
punggung dan leher,
meninggikan kepla tempat
tidur

1. Kolaborasi dalam pemberian


tiazid, mis. Klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazi(esidrix/hidroDIU
RIL)
2. Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang
keterlibatan/ bidang masalah
vascular
1.

k
n
d

m
r
s

1.

m
d
s
d
d
la
m
T
p
d
g
n
2.

Nyeri/ sakit
kepala
berhubungan
dengan
peningkatan
vascular
serebral

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam
dengan
criteria:

1. Mempertahankan tirah baring


selama fase akut
1.
1. Berikan tindakan
nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit kepala,
mis. Kompres dingin pada dahi

y
m
t
v

s
y
m
a
r
s
e
m
n
d
k
.

DS:

Keluarga klien
mengatakan
klien merasa
sakit kepala
yang sangat
hebat
DO:

Klien
meringis
sampai
menangis
menahan sakit
kepala yang
dirasakan

TD:
170/100
mmHg

ADL
klien sedikit
terhambat

3.

Insomnia
berhubungan
dengan

Tupan:
Klen dapat
kembali
beraktifitas
dengan
normal

Tupen:

Keluarga
klien
mengataka
n sakit
kepala yang
dirasakan
klien
berkurang.
Setelah
dilakukan
tindakan

pijat punggung bdan leher,


redupkan lampu kamar, teknik
relaksasi, dan aktivitas di
waktu senggang
1.
1. Kolaborasi dalam pemberian
analgesic
2. Meminimalkan
stimulasi/meningakatkan
relaksasi
1. Batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal

m
n
m
r
s
s

keperawata
n selam
124 jam,
dengan
ketidakmampu criteria:
an mengatasi
nyeri
DS:
Tupan:

Keluarga klien
mengatakan
klien tidak
tidur
semalaman
dan terus
merasakan
sakit kepala
nya.

Tidak
mengalami
lagi
gangguan
pola
aktifitas

1.

p
s
Tupen:

DO:

Keluarga

TD:
klien
170/100
mengataka
mmHg
n klien tidak
terbangun
Mata klien
lagi pada
tampak cekung malam hari.
4.

Nyeri
abdomenalis
berhubungan
dengan tidak
terpenuhinya
kebutuhan
nutrisi.

Setelah
klien
diberikan
tindakan
keperawata
n selama
124 jam,

1. Kolaborasi dalam pemberian


antihistamin

1.

k
b
k
m
k
k
u

1. Membacakan aya suci alquran sebelum waktu tidur


2. Agar klien dapat istirahat
1. Kolaborasi dalam Pemberian
antasida dan antimual

1. Memberikan ko,pres hangat


di nagian perut klien

1.

p
u
g
p
k

dengan
criteria:

Tupan:
DS:

Nutrisi
terpenuhu
sehingga
metabolism
tubuh
kembali
normal

Keluarga klien
mengatakan
klien merasa
sakit perut
karena klien
tidak makan
apapun dan
hanya minum
Tupen:
saja sejak sakit
kepala

dirasakan.
Keluarga
klien
DO:
mengataka
n klien

sudah mau
Peristaltik usus makan
12x/menit
kembali
sesuai diet
Terpasang
yang
infuse
disarankan

1. H.

1. Berikan makanan sesuai


dengan diet yang disarankan
2. Menirmalkan kadar asam
lambung sehingga dapat
mengurangi kembung dan
mual

1.

k
n

Implementasi

No.

Hari/tgl/jam

Dx

1.

Senin,

Implementasi
T = mengakaji TTV,

Paraf

08-04-2011

TD:170/100 mmHg

07.30 WIB

R = klien kooperatif
T = mengamati warna kulit (sedikit
pucat),
kelembaban(berkeringat
sehingga lembab), dan suhu (36 C)
R = klien kooperatif
o

08.00 WIB

III

T = memberikan kompres hangat di


perut klien
R = klien mau dikompres
T = memberikan antasida dan
antimual jam sebelum makan
R = klien mau minum obat

08.30 WIB

T = menyajikan dan memberikan


makana rendah garam
R = klien mau makan

08.45 WIB

T = memberikan obat oral klorotiazid


21
R = klien mau minum obat

II

T = memberikan obat oral pct 31


R = klien mau minum obat

IV

T = memberikan obat oral Ctm 31


R = klien mau minum obat

11.30 WIB

12.00 WIB

T = meninggikan kepala tempat tidur


dan menganjurkan klien untuk ROM
R = klien kooperatif dan mau
melakukan apa yang disuruh

T = melakukan pijitan di punggung


dan leher klien
R = klien mau dipijit dan merasa
nyaman sampai tertidur

III

T = menyajikan dan membari


makanan rendah garam dan
menyajikan obat sesuai resep
R = klien kooperatif
T = mengaji TTV klien
TD: 150/95 mmHg

13.00 WIB

16.00 WIB

R = klien kooperatif

T = menyarankan pada klien untuk


membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal
R = klien kooperatif
T = mengkaji TTV klien
TD: 140/90 mmHg

18.30 WIB

20.00 WIB

IV

R = klien kooperatif
T = menganjurkan keluarga untuk
membacakan ayat suci al-quran

kepada klien
R = keluarga kooperatif
Selasa,
T = mengkaji TTV klien
TD: 140/80 mmHg

09-04-2011
2.

07.30 WIB

10.00 WIB

1. I.

R = klien kooperatif

III

T = menyaajikan dan memberikan


makanan rendah garam dan
menyiapkan obat sesuai resep
R = klien kooperatif

T = memberikan penyuluhan kepada


klien dan keluarga sebelum pulang
R + klien dan keluarga kooperatif

Evaluasi

No.

Hari/tgl/jam

Dx

1.

Selasa,

09-04-2011
10.30 WIB

Catatan perkembangan
S : keluarga klien mengatakan TD
klien sudah normal
O : TD: 140/90 mmHg
A : masalah teratasi
P:
I:

Paraf

E : terapi cukup berhasil dan klien


pulang
S : keluarga klien mengatakan klien
tidak mengeluj sakit kepala lagi
O : TD: 140/90 mmHg
A : masalah teratasi
P:
I:

II

E : terapi cukup berhasil dan klien


pulang
S : keluarga klien mengatakan kliem
tidak lagi susah tidur
O : TD: 140/90 mmHg
Mata klien tidak cekumg.
A : masalah teratasi
P:
I:

III
IV

E : terapi cukup berhasil dan klien


pulang
S :keluarga klien mengatakan klien
tidak mengeluh sakit perut lagi

O : perut tidak kembung


Peristaltic usus 8x/menit]
A : masalah teratasi
P:
I:
E : terapi cukup berhasil dank lien
pulang.

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan
keperawatan pada klien Ny. U dengan gangguan sisem
kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya
pada tanggal 8-9 April 2011 melalui pendekatan studi kasus
didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan,
pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan
sebagai berikut:
1. A. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah
melaksanakan pengkajian secara head tu-toe daripada melakukan
pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan
klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri,
perankeluarga sangatkooperatif dalam memberikan berbagai
informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa,
disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari

perawat ruangan, dokter, maupun petugas kesehatan yang lainya


yang bekerja di Ruang Melati.
1. B.
Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang
cardiovascular/ hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular.
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
O2.
B. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
C. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal,
jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Dari diagnose penulis didapatkan berdasarkan pengakajian
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan TD berhubungan dengan penurunan curah
jantung
2. Nyeri/sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
vascular serebral
3. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi
nyeri
4. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi
Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak
terdapat di buku acuan penulis antara lain:
1. Insomnia berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi
nyeri
2. Nyeri abdomenalis berhubungan dengan tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi

1. C. Perencanaan
Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori
Doenges pada tahun 1999.
1. D. Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi.
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi
keperawatan dianatranya: peran keluarga yang mendukung,
tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay
peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis.
1. E.

Evaluasi

Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara


teori dan kenyataan di lapangan, hal ini dapat dilihat dari
perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di
lapangan.

BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan
pada Ny, U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di
Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan bahwa
dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi dibutuhkan suatu koordinasi yang
tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu
koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat,
dokter, staf ruangan, demi peningakatan status kesehatan klien
disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.
1. B.
Saran
2. Untuk Klien dan Keluarga
Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola
hidup yang menuju ke arah berulangnya hipertensi, misalnya
hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan
banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu
cek status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi
klien demi peningakat status kesehatan klien dan diharapkan
keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga klien
sendiri.
1. Untuk Siswa
Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari
segi teori, skill, amupun mental dalam menghadapi klien agar
dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi


klien dengan melihat aspek bio-psiko-sosio-spiritual
1. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan adanya penambahan personil perawat di
Ruangan Melati demi meningakatkan kinerja dan pelayanan
yang lebih maksimal.
Diharapkan pemeriksaan laboratorium pada klien hipertensi
dapat lebih dilengakapi.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta,


Penerbit Kanisius, 2001
Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan
Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan,
@ tempointeraktif.com, 2003
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana
mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari
Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol
2, Jakarta, EGC, 2002
Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi
III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku
Kedokteran EGC, 1995
Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi
dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995
Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses
Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku
Kedokteran EGC, 1998
www.google.com
http://www.wikipedia.com

You might also like