You are on page 1of 29

semua kematian akibat kanker (Cancer Facts and

Figures, 1991)
Kanker lambung adalah salah satu penyakit
pembunuh manusia dengan jumlah kematian 14.700
setiap tahun.Kanker lambung terjadi pada kurvatura
kecil atau antrum lambung dan adenokarsinoma.
Factor lain selain makanan tinggi asam yang
menyebabkan insiden kanker lambung mencakup
Inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria
( tidak adanya hidroklorida ). Ulkus lambung, bakteri
H, plylori, dan keturunan.( Suzanne C. Smeltzer )
Kanker lambung atau tumor malignan perut adalah
suatu adeno karrsinoma .kanker ini menyebar ke paru
paru,nodus limfe dan hepar.faktor risiko meliputi
gastritis atrofik kronis dengan metaplasia usus
anemia pernisiosa ,konsumsi alkohol tinggi dan
merokok .(Nettina sandra ,pedoman praktik
keperawatan )
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi
dilambung, sebagian besar adalah dari jenis
adenokarsinoma.Jenis kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma.
Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut.
Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang
dibawah usia 50 tahun (Osteen, 2003). Kanker
lambung pada pria merupakan keganasan terbanyak
ketiga setelah kanker paru dan kanker kolorektal,
sedangkan pada wanita merupakan peringkat
keempat setelah kanker payudara, kanker serviks dan
kanker kolorektal (Christian, 1999).

B. Etiologi Kanker Lambung


Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan
perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal
sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetic
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung
memiliki hubungan genetik. Walaupun masih belum
sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen
E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker
lambung.Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa
dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan
kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani,
2003).

b. Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada
usia 50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker
lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 %
kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996)
2. Faktor presipitasi
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau
yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan
yang diasinkan menjadi faktor utama peningkatan
kanker lambung. Kandungan garam yang masuk
kedalam lambung akan memperlambat pengosongan
lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan

nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam


lambung. Gabungan kondisi terlambatnya
pengosongan asam lambung dan peningkatan
komposisi nitrosamines didalam lambung memberi
kontribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro,
2005).
b. Infeksi H.pylori.
H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus
duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007).
Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak
lambung melalui interaksi antara membran bakteri
lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein
membran sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009).
c. Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan
meningkatkan risiko kanker lambung, namun tidak
spesifik.
d. Mengonsumsi rokok dan alkohol.
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang
sehari dan dikombinasi dengan konsumsi alkohol
kronik akan meningkat risiko kanker lambung
(Gonzales, 2003)
e. NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang
mengonsumsi NSAIDs dalam jangkan waktu yang
lama dan hal ini (polip lambung) dapat menjadi
prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung
akan meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton,
2006).
f. Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan

kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12),


disebabkan oleh kurangnya faktor intrinsik sekresi
lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi
H.pylori memberikan kontribusi penting terbentuknya
tumorigenesis pada dinding lambung (Santacrose,
2008).
C. Patofisiologi Kanker Lambung
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma
lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan
sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat kanker.
Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar
kasus timbul setelah usia 40 tahun(Sjamsuhidajat ,
1997).
Penyebab kanker lambung tidak diketahui tetapi
dikenal faktor-faktor predisposisi tertentu. Faktor
genetik memegang peranan penting, dibuktikan
karsinoma lambung lebih sering terjadi pada orang
dengan golongan darah A. Selain itu faktor ulkus
gaster adalah salah satu faktor pencetus terjadinya
karsinoma gaster(Sjamsuhidajat , 1997).
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa
gejala karena lambung masih dapat berfungsi normal.
Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan
anoreksia, dan gangguan penyerapan nutrisi di usus
sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan
yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan
gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam menyerap
nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh
pada zat besi yang akan mengalami penurunan yang

akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang


menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan
penurunan pemenuhan kebutuhan oksigen di otak
sehingga efek pusing sering terjadi(Sjamsuhidajat ,
1997).
Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar
bisa mengakibatkan hepatomegali. Tumor yang sudah
membesar akan menghimpit atau menekan saraf
sekitar gaster sehingga impuls saraf akan terganggu,
hal ini lah yang menyebabkan nyeri tekan
epigastrik(Sjamsuhidajat , 1997).
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba
massa pada rektum, dan kelenjar limfe
supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang
membesar menunjukkan penyakit yang lanjut dan
sudah menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva
harus dicurigai adanya penyebaran di porta
hepatik(Sjamsuhidajat , 1997).
Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untk
tujuan kuratif memberikan angka ketahanan hidup 5
tahun sampai 50 %. Bila telah ada metastasis ke
kelenjar limfe angka tersebut menurun menjadi 10 %.
Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat
direseksi atau dioperasi tidak radikal. Kombinai
sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4
bulan(Sjamsuhidajat , 1997).
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan
paliatif. Untuk tujuan kuratif dilakukan operasi radikal
yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan
mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain
yang terkena. Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya

dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau


berdarah (Sjamsuhidajat , 1997).
D. Klasifikasi Kanker Lambung
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiolog dapat dibagi
atas:
1. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada
mukosa dan sub mukosa yang berbentuk polipoid.
Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan
dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
a. Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung.Hampir
seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan lebih
meluas dan melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan
hanya terlihat perubahan pada warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir
tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.
3. Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan
sering disertai kombinasi seperti tipe II c dan tipe III
atau tipe III dan tipe II c, dan tipe II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.

Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering


juga disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar
tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer
dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol
dan disertai nodular.Dasar ulkus terlihat nekrotik
dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah
kehitaman.Mukosa sekitar ulkus tampak sangat
hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat
bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada
seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat
batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada
seluruh mukosa.
4. Manifestasi klinis Kanker Lambung
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti
karena kebanyakan tumor ini dikurvatura kecil, yang
hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi
lambung.Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan
antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus
benigna.Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak
dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB,
nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta
muntah (Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):

a. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan


dan mengakibakan defisiensi Fe mungkin merupakan
keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum.
b. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan
menggambarkan penyakit metastasis lanjut.
c. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya
(impending) obstruksi aliran keluar lambung.
d. Disfagia
e. Nausea
f. Kelemahan
g. Hematemesis
h. Regurgitasi
i. Mudah kenyang
j. Asites perut membesar
k. Kram abdomen
l. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut
terutama sehabis makan
5.

Pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung

1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis
penyakit ini adalah endoskopi, endoskopi merupakan
pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosa karsinoma gaster.Endoskopi dengan
resolusi tinggi dapat mendeteksi perubahan ringan
pada warna, relief arsitektur dan permukaan mukosa
gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster
(Lumongga, 2008).
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan barium

enema masih digunakan di Jepang sebagai protokol


untuk skrinning, bila kemudian dijumpai kelainan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi
(Lumongga, 2008).
2. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui
sitologi brushing. Pada keadaan normal, tampak
kelompok sel-sel epitel superfisial yang reguler
membentuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini
mempunyai inti yang bulat dengan kromatin inti yang
tersebar merata (Lumongga, 2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal
dengan sitoplasma yang sedikit dan inti sedikit
membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar
ataupun sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel
membesarn hiperkromatin dan mempunyai anak inti
yang multipel atau pun giant nukleus (Lumongga,
2008).
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan
dengan benar, mempunyai nilai keakuratan sampai
85% tetapi bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan
biopsi lambung maka nilai keakuratannya dapat
mencapai 96% (Lumongga, 2008).
3. Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada
lambung ini terbagi atas dua golongan, yaitu tumor
dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan minute dan
tumor dengan ukuran 6 10 mm disebut dengan
small (Lumongga, 2008).

Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah


pylorus dan antrum (50-60%), curvatura minor (40%),
cardia (25%), curvatura mayor (12%).Paling banyak
terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah
curvatura minor bagian antropyloric (Lumongga,
2008).
4. Pemeriksaan laboratorium (Hamsafir, 2010)
Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat
ditemukan akibat perlukaan pada dinding
lambung.LED meningkat.Fractional test meal ada
aklorhidria pada 2/3 kasus kanker lambung.Elektrolit
darah dan tes fungsi hati kemungkinan metastase ke
hati.
5. Radiologi (Hamsafir, 2010) :
a. Foto thorax : dipakai untuk melihat metastase
Paru.
b. Barium Meal Double-contrastadditional defect,
iregularitas mukosa tumor primer atau penyebaran
tumor ke esofagus/ duodenum.
c. Ultrasonografi abdomen untuk mendeteksi
metastase hati.
d. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan
pelvis lihat ekstensi tumor transmural, invasi
keorgan dan jaringan sekitar, metastasis kelenjar,
asites.Untuk menilai proses penyebaran tumor seperti
: menilai keterlibatan serosa, pembesaran KGB dan
metastase ke hati dan ovarium.
6. CT Staging pada karsinoma lambung (Hamsafir,
2010) :

1) Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan


dinding.
2) Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3) Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4) Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
7. Endoskopi dan Biopsi (Hamsafir, 2010) :
a. Sebagai Gold Standar pemeriksaan malignitas
gaster.
b. Ultrasound Endoskopi kedalaman infiltrasi
tumor & melihat pembesaran limf.selika dan
perigastrik (> 5mm).

6.

Komplikasi Kanker Lambung

a. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
1. Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi
akut yang terbuka dari karsinoma ventrikuli. Yang
sering terjadi perfirasi yaitu: tipe ulserasi dari kanker
yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat
pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang
mirip demean perforasi dari ulkus peptikum. Perforasi
ini sering dijumpai pada pria (Hadi, 2002).
2. Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan
didekatnya, misalnya oleh omentum atau bersifat
penetrasi.Biasanya lebih jarang dijumpai jika

dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus


benigna.Penetrasi mungkin dijumpai antara lapisan
omentun gastrohepatik atau dilapisan bawah dari
hati.Yang sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup
oleh pancreas. Dengan terjadinya penetrasi maka
akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik,
gastroenterik dan gastrokolik fistula (Hadi, 2002).
b. Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi 5 %
dari karsinoma ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip
seperti pada perdarahan massif maka banyak darah
yang hilang sehingga timbullah anemia
hipokromik(Hadi, 2002).
c. Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat
daerah pilorus yang disertai keluhan muntah-muntah
(Hadi, 2002).
d. Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi
perlengketan dan infiltrasi dengan organ sekitarnya
dan menimbulkan keluhan nyeri perut (Hadi, 2002)
7. Penatalaksanaan Kanker Lambung
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani
karsinoma lambung kecuali mengangkat
tumornya.Bila tumor dapat diangkat ketika masih
terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh. Bila
tumor telah menyebar ke area lain yang tidak dapat
dieksisi secara bedah penyembuhan tidak dapat

dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi


efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi,
dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, punting
ambung dianastomosisikan pada jejunum, seperti
pada gastrektomi ulkus. Bila gastrektomi total
dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki
dengan anastomosis diantara ujung esophagus dan
jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lain,
seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk
tujuan paliatif dan bukan radikal.Pembedahan paliatif
dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan
disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun
tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan
kemoterapi dapat memberikan control lanjut terhadap
penyakit atau paliasi.Obat kemoterapi yang sering
digunakan mencakup kombinasi 5-fluorourasil (5FU),
Adriamycin, dan mitomycin-C.Radiasi dapat
digunakan untuk paliasi pada kanker lambung.
( brunner& suddart, 2001)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER LAMBUNG


A. Pengkajian
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien yang
memfokuskan pada isu seperti masukan tinggi
makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan
sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami
penurunan BB, jika ya seberapa banyak.
Apakah pasien perokok?Jika ya seberapa banyak
sehari dan berapa lam?Apakah pasien mengeluhkan
ketidaknyamanan lambung selama atau setelah
merokok?Apakah pasien minum alcohol?Jika ya
seberapa banyak?Perawat menanyakan pada pasien
bila ada riwayat kleuarga ttg kanker.Bila demikian
anggota keluarga dekat atau langsung atau kerabat
jauh yang terkena?Apakah status perkawinan pasien?
Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan
emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk
melakukan palpasi massa. Perawat harus
mengobservasi adanya ansites. Organ diperiksa untuk
nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya gejala yang
lambat.( Brunner& Suddart, 2001)
1.
a.

Anamnesis (Hamsafir, 2010) :


Nyeri

b.
Penurunan Berat badan.
c.
Muntah
d.
Anoreksia
e.
Disfagia
f.
Nausea
g.
Kelemahan
h.
Hematemasis
i.
Regurgitasi
j.
Mudah kenyang
k.
Asites ( perut membesar)
l.
Keram abdomen
m. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
n.
Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut
terutama sehabis makan.

2. Pemeriksaan Fisik (Hamsafir, 2010) :


a) Status hemodinamik : tekanan darah, nadi, akral
dan pernafasan
b) Berat badan kurang, kaheksia, konjungtiva
kadangkadang anemis
c) Pemeriksaan Abdomen daerah epigastrium dapat
teraba massa, nyeri epigastrium. Pada keganasan
dapat ditemukan hepatomegali, asites.
d) Bila ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan
colok dubur.
e) Keganasan cari pembesaran kelenjar
supraklavikula (Virchows node), kelenjar aksila kiri
(Irishs node), ke umbilikus (Sister Mary Josephs
node), teraba tumor daerah pelvis cul-de-sac pada
pemeriksaan colok dobur (Blumers shelf),

pembesaran ovarium (Krukenbergs tumor)


B.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal, gangguan


impuls saraf lambung
2. Nutrisi kurang dari kebutuhanb/d anoreksia
3. Ansietas b/d keganasan penyakit stadium lanjut
4. Resiko infeksi b/d insisi bedah
5. Resiko berisihan napas tidak efektif b.d
penumpukan secret
C.

Intervensi

1. Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal.


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan nyeri
berkurang , terkontrol.
Kriteria hasil :
Pasien tidak tampak meringi
Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
Pasien tampak lebih rileks
Intervensi :
Kaji karakteristik nyeri dan ketidaknyamanan; lokasi,
kualitas frekuensi, durasi,dsb.
Rasional: memberikan dasar untuk mengkaji
perubahan tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.

Intervensi:
Tenangkan pasien bahwa anda mengetahui bahwa

nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda


kan membantu pasien dalam mengurangi nyeri tsb.
Rasional:
Rasa takut dapat meningkatkan ansietas dan
mengurangi toleransi nyeri.
Intervensi:
Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk
meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas
resep dokter.
Rasional:
Cenderung lebih efektif ketika diberikan dini pada
siklus nyeri.
Intercensi:
Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri
dan ketidaknyamnan dengan distraksi, imajinasi,
relaksasi.
Rasional:
Meningkatkan strategi pereda nyeri alternative secara
tepat.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan masukan nutrisi
untuk kebutuhan metabolisme
Nafsu makan meningkat
Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi:
Ajarkan pasien hal-hal sbb : hindari pandangan, bau,
bunyi-bunyi yang tidak menyenangkan didalam
lingkungan selama waktu makan.
Rasional:
anoreksia dapat distimulasi atau ditingkatkan dengan
stimuli noksius.

Intervensi:
Sarankan makan yang disukai dan yang ditoleransi
dengan baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan
dengan kandungan tinggi kalori/protein. Hormati
kesukaan makanan berdasarkan etnik.
Rasional:
makanan kesukaan yang dioleransi dengan baik dan
tinggi kandungan kalori serta proteinnya akan
mempertahankan status nutrisi selama periode
kebutuhan metabolic yang meningkat.
Intervensi:
Berikan dorongan masukan cairan yang adekuat,
tetapi batasi cairan pada waktu makan.
Rasional:
tingkat cairan diperlukan untuk menghilangkan
produk sampah dan mencegah dehidrasi.
Intervensi:
Meningkatkan kadar cairan bersama makanan dapat
mengarah pada keadaan kenyang. Pertimbangkan

makanan dingin, jika diinginkan.


Rasional:
makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih
dapat ditoleransi dengan baik dan tidak berbau
dibanding makanan yang panas.
Intervensi:
Kolaboratif pemberian diet cair komersial dengan cara
pemberian makan enteral melalui selang, diet
makanan elemental/makanan yang diblender melalui
selang makan silastik sesuai indikasi.
Rasional:
pemberian makanan melalui selang mungkin
diperlukan pada pasien yang sangat lemah yang
sistem gastrointestinalnya masih berfungsi
3.
Ansietas b/d keganasan penyakit stadium lanjut
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan
ansietas klien menurun.
Kriteria hasil :
Klien lebih rileks
Nadi normal
Tidak terjadi peningkatan respirasi
Intervensi:
Berikan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.
Rasional:
pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah,
dan kemungkinan rasa marah akibat diagnosisi dan
prognosisi.
Intervensi:

Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan


keluarganya dalam keputusan perawatan dan
pengobatan.
Rasional:
untuk mempertahankan kemandirian dan kontrol
pasien.
Intervensi:
Anjurkan pasien mendiskusikan perasaan pribadi
dengan orang pendukung misalnya rohaniawan bila
diinginkan.
Rasional:
menfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.

DISCHART PLANNING

Perawatan Umum Pasca Operasi


Pengamatan - aktivitas penting dalam perawatan.
Mengamati yang dimaksudkan adalah menguasai
secara pasti konten perawatan perkembangan atau
perubahan penyakit, adalah premis efektif
melaksanakan berbagai perawatan dan kegiatan
seluruh perawatan.
Setiap pasien secara akurat memiliki perbedaan tidak
hanya dari penyakit, tetapi juga sebelum operasi,
media intraoperatif yang tidak sepenuhnya sama,
perubahan kondisi pasca operasi pun sangat berbeda,
oleh karena itu, hanya melalui observasi konstan dan
cermat terhadap reaksi kondisi pasien, barulah dapat
dengan baik menguasai kondisi penyakit pasien,
tepat waktu melakukan perawatan dan pengobatan
yang tepat. Para perawat dan dokter mengamati
indikator untuk mengukur kesehatan tubuh fisik dan
mental, termasuk suhu, denyut nadi, respirasi, dan
tekanan darah. Perlu disebutkan di sini bahwa untuk
menjaga pasien setelah operasi, di samping untuk
pasien sakit kritis khusus atau diperlukan perawat
yang menjaga 24 jam penuh untuk mengamati
kuman, yang paling umum biasanya anggota keluarga
atau kerabat yang menemani pasien akan
memainkan peran yang sangat penting dalam
rehabilitasi pasien.
Perawatan Luka Setelah Operasi
Setelah operasi, luka anda akan ditutup dengan
dressing occlusive. Setiap beberapa hari akan diganti,
dan luka dibersihkan. Luka infus akan tetap sampai

tidak ada lagi cairan yang dimasukkan. Jika kateter ini


melekat dengan tabung maka hari harus diganti
setiap hari. Biasanya pipa pembuangan dikeluarkan
3-7 hari setelah operasi, tapi jahitan setidaknya
sepuluh hari setelahnya.
Bangun dari tempat tidur setelah operasi
Pada awalnya, dan memindahkan tubuh tampaknya
tidak mungkin. Perlahan-lahan, aktivitas fisik aktif
akan baik bagi Anda, tetapi melakukannya langkah
demi langkah. Setelah operasi, terapis akan datang
dan membantu melatih mengatur pernapasan Anda
dan latihan kaki.
Satu sampai dua hari setelah operasi, perawat akan
mengajak anda untuk bangun dari tempat tidur, dan
duduk di kursi. Meskipun tubuh masih terdapat
berbagai infus dan botol infus, tetapi perawat akan
membantu Anda melakukannya. Beberapa hari
berikutnya, tabung dan botol secara bertahap akan
dikeluarkan, berjalan dan bergerak akan relatif lebih
mudah, Anda akan merasakan tubuh Anda mulai
untuk pulih.
Diet Pasca-operasi
Bila Anda tidak bisa makan, dokter akan
menggunakan intravena nutrisi, untuk tubuh anda
yang membutuhkan berbagai suplemen gizi. Setelah
itu, Anda bisa mulai dari minuman, secara bertahap
melanjutkan makan.Tunggu setelah makan dapat
normal, dapat makan protein lebih tinggi, asupan
makanan tinggi serat. Makanan tinggi protein seperti

susu, telur, ikan, daging, unggas, kedelai kategori


produk, makanan berserat tinggi seperti hati hewan,
wortel, tomat, lemon, buah, dll, terutama makanan
anti-kanker seperti wortel , jamur, jamur, kacangkacangan, ergot, hari lily, asparagus, kura-kura bisa
makan lebih banyak.
Setelah operasi, karena tubuh masih lemah, di bawah
diet premis yang wajar, Anda juga dapat memilih
untuk memenuhi perawatan medis, dalam rangka
mempercepat pemulihan tubuh. Memilih pengobatan
tradisional China, sedapat mungkin sesuai dengan
perintah dokter, memilih analgesik anti-inflamasi
pengobatan China yang memiliki khasiat lebih baik,
untuk meningkatkan tingkat penyerapan seseorang,
meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah
kekambuhan kanker.

STUDI KASUS
Gastric Cancer A Case Study
Case History
Mr Tan, a 60 year old Chinese gentleman and a

smoker, came to see me for gastric pains associated


with food on and off for the past 20 years and loss of
weight over the past one year. But he had never seen
a doctor. He was well, but thin. Examination of his
abdomen revealed a firm lump where his stomach
was. I recommended that he undergo urgent
Gastroscopy, which revealed that he had a 5 cm
malignant gastric ulcer in the lower part of his
stomach. He also had Helicobacter pylori infection in
his stomach.
Is Mr Tans gastric cancer common?
Stomach or gastric cancer is the 4th most common
cause of cancer worldwide, but because it is
frequently fatal, it is the 2nd most common cause of
cancer death. It is more common in men and in
developing countries. Gastric cancer can be divided
into those in the upper stomach (proximal type) and
lower stomach (distal type). Whereas the distal type
is becoming less common, the proximal type is
making up for this by becoming more common. Distal
gastric cancer predominates in developing countries
and in lower socio-economic groups, whereas
proximal tumors are more common in developed
countries and in higher socio-economic classes.
What are the risk factors for gastric cancer?
Men are more prone to gastric cancer than women.
Mr Tan had Helicobacter pylori infection in his
stomach and has probably had it for many decades,
undetected. This bacterial infection causes chronic
gastritis or persistent inflammation of the lining of the
stomach and this is believed to be a direct cause of

up to 80% of distal gastric cancers. Dietary risk


factors are believed to include a high salt diet and
preserved foods. There is a degree of genetic risk.
Smoking and Blood group A are also associated with
an increased risk as are people from lower social
economic groups. A disease of the stomach called
Pernicious Anaemia can also lead to gastric cancer.
Severe acid reflux disease is associated with proximal
gastric cancers. Those with some types of hereditary
colonic polyps also have a higher risk.
Should everyone go for screening gastroscopy?
Although gastric cancer is more likely to be diagnosed
in an older person, there is no evidence in most
countries that routine endoscopic screening of the
stomach makes any difference. The single exception
is Japan which has the highest incidence of gastric
cancer in the world, where routine screening has
shown survival benefit. When patients come for
screening colonoscopy for colon cancer (which is
highly recommended at the age of 50 for average risk
individuals), it makes sense to have gastroscopy at
the same time to screen the stomach.
Then how could Mr Tan have had his cancer detected
much earlier than this?
Unfortunately early gastric cancer has no symptoms
and this is the reason why it is often diagnosed late
and at an incurable stage. However, if there are
symptoms such as upper abdominal discomfort or
pain which persists, then investigations should be
done. It is more urgent to be tested when there are
alarm symptoms such as loss of appetite and

weight, vomiting, difficulty swallowing, vomiting of


blood or passage of blood as black tarry stools. These
are all symptoms of advanced disease. If Mr Tan had
been investigated much earlier for his long-standing
symptoms, perhaps his gastric cancer might have
been found earlier. Even if there had not been a
cancer then, but Helicobacter pylori was discovered
years earlier, eradicating this infection with antibiotics
might have reduced his chance of developing cancer.
What food, drink or other lifestyle habits could Mr Tan
have avoided to prevent gastric cancer?
There is no absolute proof that food and drink are
directly related to gastric cancer. However some
studies suggest that a healthy diet with a lot of fresh
fruits and vegetables while avoiding excessive salt
and preserved food might be helpful. Smokers should
certainly consider stopping. Anti-oxidants such as
vitamin C and E have potential but unproven
protective benefit. For patients with acid reflux,
obesity should be avoided and alcohol makes reflux
worse and therefore avoiding excessive alcohol could
help prevent proximal cancers.
What tests did Mr Tan go through to detect his gastric
cancer?
I performed Gastroscopy, which is the examination of
the oesophagus, stomach and duodenum (first part of
the small intestine) by means of a long flexible and
steerable tube with lights and camera and the ability
to pass small instruments through it to take biopsies
or perform other minor surgical procedures. This is a
very comfortable examination under sedation and

allows the Endoscopist direct vision of the lining of


the stomach. Cancers are often seen as large, deep
ulcers with rolled and irregular edges. Early gastric
cancers which are much more curable are seen as
shallow or slightly protuberant lesions. Biopsies must
be done to confirm the suspected diagnosis. At the
same time a special test can be done to detect
Helicobacter pylori infection. I also sent Mr Tan for a
chest x-ray, and a PET-CT scan (Positron Emission plus
Computerised Tomograms) to see if the cancer had
spread to other parts of the body.
How was Mr Tan treated and what was his progress?
Very early cancers that are very superficial may
nowadays be completely removed by Endoscopic
Mucosal Dissection, that is stripping off the lining of
the stomach containing the cancer through a
Gastroscope. However, Mr Tan was found to have
advanced cancer with secondary cancer in the liver
and lungs. I therefore assembled a team of Surgeon,
Oncologist and Radiotherapist to help me treat Mr
Tan. The primary cancer was removed by surgery to
prevent blockage in the stomach partial removal of
the stomach (sub-total gastrectomy). He had very few
consequences of losing part of his stomach he had
to take smaller, more frequent meals and had to take
iron and vitamin supplements, but he was otherwise
able to eat reasonably well after surgery. Mr Tan also
had chemotherapy and radiotherapy to try to remove
cancer in other parts of the body. His prognosis
unfortunately is guarded. Fewer than one in 10
patients like Mr Tan will survive at least 5 years.

However if gastric cancer is found very early, up to 9


out of 10 patients survive at least 5 years.
I performed Gastroscopy, which is the examination of
the oesophagus, stomach and duodenum (first part of
the small intestine) by means of a long flexible and
steerable tube with lights and camera and the ability
to pass small instruments through it to take biopsies
or perform other minor surgical procedures. This is a
very comfortable examination under sedation and
allows the Endoscopist direct vision of the lining of
the stomach. Cancers are often seen as large, deep
ulcers with rolled and irregular edges. Early gastric
cancers which are much more curable are seen as
shallow or slightly protuberant lesions. Biopsies must
be done to confirm the suspected diagnosis. At the
same time a special test can be done to detect
Helicobacter pylori infection. I also sent Mr Tan for a
chest x-ray, and a PET-CT scan (Positron Emission plus
Computerised Tomograms) to see if the cancer had
spread to other parts of the body.
How was Mr Tan treated and what was his progress?
Very early cancers that are very superficial may
nowadays be completely removed by Endoscopic
Mucosal Dissection, that is stripping off the lining of
the stomach containing the cancer through a
Gastroscope. However, Mr Tan was found to have
advanced cancer with secondary cancer in the liver
and lungs. I therefore assembled a team of Surgeon,
Oncologist and Radiotherapist to help me treat Mr
Tan. The primary cancer was removed by surgery to
prevent blockage in the stomach partial removal of

the stomach (sub-total gastrectomy). He had very few


consequences of losing part of his stomach he had
to take smaller, more frequent meals and had to take
iron and vitamin supplements, but he was otherwise
able to eat reasonably well after surgery. Mr Tan also
had chemotherapy and radiotherapy to try to remove
cancer in other parts of the body. His prognosis
unfortunately is guarded. Fewer than one in 10
patients like Mr Tan will survive at least 5 years.
However if gastric cancer is found very early, up to 9
out of 10 patients survive at least 5 years.

You might also like