You are on page 1of 12

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.

April 2013

ISSN : 1907-9931

Pengaruh Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum


Pada Budidaya dengan Metode Rawai

Yuniarlin Hilmi Farnani, Nunik Cokrowati, Nihla Farida

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Mataram


Jl. Pendidikan No. 37 Mataram Lombok NTB
Telp.085239808281. e-mail: n_cokrowati@yahoo.com

ABSTRAK

Eucheuma spinosum merupakan algae makro bentik yang dimanfaatkan


sebagai bahan baku pembuatan tepung agar-agar, keraginan dan alginat. Bahan baku
tersebut dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik, dan makanan. Luasnya
pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, mengakibatkan
peningkatan kebutuhan Eucheuma spinosum. Budidaya Eucheuma spinosum yang
sudah dilakukan oleh pembudidaya adalah menggunakan metode rakit apung
(floating raft method), metode lepas dasar (off bottom method) dan metode rawai
(long line method). Namun dari ketiga metode ini yang lebih memberikan keuntungan
dan lebih digemari oleh petani adalah metode rawai. Sehingga perlu dilakukan
penelitian Pengaruh Beberapa Kedalaman Penanaman Terhadap Pertumbuhan
Eucheuma spinosum pada Budidaya dengan Metode Rawai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kedalaman penanaman terhadap pertumbuhan Eucheuma
spinosum pada budidaya dengan metode rawai.
Penelitian dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) Lombok Desa
Gerupuk Lombok Tengah Agustus 2010 hingga Oktober 2010. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan
kedalaman penanaman yakni A (25 cm), B (35 cm), C (45 cm) dan D (55 cm). Setiap
perlakuan terdiri 4 ulangan dalam enam sisi karena akan dilakukan pengamatan
destruktif sebanyak enam kali, sehingga diperoleh 96 plot percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan kedalaman penanaman Eucheuma
spinosum berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berdasarkan berat basah, berat
komersil dan berat kering. Pada kedalaman penanaman 45 cm memberikan hasil
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kedalaman lainnya.
Kata Kunci: Budidaya, Eucheuma spinosum, kedalaman, pertumbuhan, metode rawai

75

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

PENDAHULUAN
Eucheuma

spinosum

ISSN : 1907-9931

ha dengan potensi produksi 59.100


ton/tahun. Namun baru sebagian kecil

merupakan
di

dari luas areal potensial yang diusahakan,

dimanfaatkan

sehingga masih ada peluang untuk

sebagai bahan baku pembuatan tepung

pengembangan budidaya dan produksi

agar-agar, keraginan dan alginat.

(Aslan,

rumput laut. Beberapa lokasi perairan

Agar-agar, karaginan dan algin

pantai yang telah cukup berkembang

rumput

laut

Indonesia.

2005).
(alginat)

telah

dibudidayakan

Rumput

banyak

laut

dimanfaatkan

budidaya rumput laut di NTB adalah

dalam

industri tekstil, kosmetik, dan lain-lain.

Sekotong,

Fungsi utamanya adalah sebagai bahan

Labuan Mapin, Alas, Sape, Waworada

pemantap,

bahan

bahan

dan

pengental,

bahan

bahan

produksi rumput laut di NTB tahun 2002

pembuat gel. Dalam industri makanan,

adalah sebanyak 22.793 ton dan tahun

ketiga produk tersebut (agar-agar, karaginan

2008 sebanyak 36.617 ton (Direktorat

dan algin/alginat) banyak digunakan untuk

Jenderal Perikanan Budidaya, 2008).

pengemulsi,
pengisi

dan

pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly,

cokelat.

Dalam

industri

(floating raft method), metode lepas


dasar (off bottom method) dan metode

serta bahan

rawai (long line method). Namun dari

campuran pencetak contoh gigi. Dalam

ketiga metode ini yang lebih memberikan

industri tekstil dapat digunakan untuk

keuntungan dan lebih digemari oleh

melindungi kemilau sutera. Dalam industri

petani adalah metode rawai. Metode

kosmetik bermanfaat dalam pembuatan

rawai pada prinsipnya hampir sama

salep, krem, lotion, lipstik, shampoo, cat


dan

gambaran

adalah menggunakan metode rakit apung

peluntur, bahan tambahan pada pembuatan

rambut

Sebagai

Kuris,

yang biasa dilakukan oleh pembudidaya

farmasi

bermanfaat sebagai obat pencahar atau

obat-obatan dan pasta gigi

Kwangko.

Labuan

Budidaya Eucheuma spinosum

permen, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi


dan

Gerupuk,

dengan metode rakit apung, tetapi tidak

sabun

menggunakan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut).

pengapung,
Potensi areal budidaya rumput

bambu
melainkan

sebagai

rakit

menggunakan

pelampung botol plastik. Kelebihan dari

laut di Nusa Tenggara Barat adalah 5.910

76

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

metode

ini

adalah

April 2013

ISSN : 1907-9931

pertumbuhan spinosum) pada budidaya dengan metode

Eucheuma spinosum lebih cepat dan rawai.


lebih hemat material. Selain itu budidaya
Eucheuma spinosum dengan metode
METODE PENELITIAN

rawai yang tidak berbasis substrat dasar


perairan,

memungkinkan

Penelitian

Eucheuma

ini

ditata

menurut

spinosum ini terbebas dari hama bulu rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
babi, karena hama ini hidup pada dasar (empat) perlakuan kedalaman penanaman
berkarang. Eucheuma spinosum, sebagai berikut :A
Metode rawai tepat diterapkan pada = kedalaman 25 cm; B = kedalaman 35
wilayah pantai yang ketika air surut cm; C = kedalaman 45 cm; D =
terendah, dasar perairannya masih kedalaman 55 cm. Masing-masing
perairan

berlumpur

dan

perlakuan dibuat dalam empat ulangan

terendam air. Saat ini hampir semua

perairan Indonesia cocok untuk budidaya dengan enam sisi, karena pengamatan
menggunakan metode rawai
untuk dilakukan dengan cara destruktif
budidaya

spinosum sebanyak enam kali pengamatan, maka


tiap ulangan dari masing-masing

Eucheuma

(Soegiarto, 2005).
Eucheuma

spinosum

perlakuan

biasanya

Penelitian ini dilaksanakan di Perairan

Namun sejauh ini informasi tentang


optimal

sekitar BBL (Balai Budidaya Laut)

untuk

Lombok Desa Gerupuk Kecamatan Pujut

pertumbuhan Eucheuma spinosum yang


dibudidayakan

menggunakan

Kabupaten Lombok Tengah Provinsi

metode

Nusa Tenggara Barat dengan lama

rawai (long line method) masih terbatas.


Penelitian

ini

bertujuan

pemeliharaan 42 hari.

untuk

mengetahui

pengaruh

beberapa

kedalaman

penanaman

terhadap

pertumbuhan rumput laut

(Eucheuma

enam

tanaman rumput laut adalah 96 tanaman.

berkisar antara 1050 m ( Noor, 2006).

yang

sebanyak

bibit. Dengan demikian total jumlah

ditemukan tumbuh pada kedalaman yang

kedalaman

disiapkan

Berikut ini adalah desain konstruksi


budidaya Eucheuma spinosum

77

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

ISSN : 1907-9931

Pelampung Induk
Pelampung botol plastik

25

45 cm

35 cm

cm

Tali Induk

55 cm

Tali ris

Pemberat
50 m
Dasar perairan

Gambar 1. Desain Konstruksi Budidaya Eucheuma spinosum


Parameter utama dalam penelitian
ini

adalah

Dari hasil pengamatan dianalisis

pertumbuhan

Eucheuma dengan

sedangkan

parameter variance (anova) pada taraf nyata 5%

spinosum,

menggunakan

analisis

of

penunjang adalah kondisi kualitas air di dengan menggunakan program Statistica


lokasi

penelitian.

Pertumbuhan for Windosw/Costat. Untuk mengetahui

Eucheuma spinosum diamati dengan perlakuan yang berbeda nyata akan di uji
mengukur (menimbang) berat basah,

lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)

berat

pada taraf nyata 5%.

komersial

dan

berat

kering,

dilakukan setiap interval tujuh hari.


Laju

pertumbuhan

dihitung

harian

berdasarkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

spesifik

rumus

Pertumbuhan

yang
Hasil analisis ragam semua parameter

dikembangkan oleh Effendi (2004) :

menunjukkan
LPR = Ln(B6) Ln(B1)

semua parameter pengamatan. Hasil uji

Dimana:
= Laju pertumbuhan relatif

= Berat rumput laut

= Umur tanaman

perlakuan

kedalaman berpengaruh nyata terhadap

t
LPR

bahwa

lanjut semua parameter pertumbuhan


menunjukkan

bahwa

perlakuan

(kedalaman 25 cm) menghasilkan laju

78

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

pertumbuhan berat basah, berat komersil

ISSN : 1907-9931

dan berat kering yang nyata lebih tinggi.

Berat Basah
Berat (g)

perlakuan A
perlakuan B
perlakuan C
perlakuan D
Minggu Ke

Gambar 2. Grafik Berat Basah Eucheuma spinosum


Gambar

menunjukkan (kedalaman 35 cm), D (kedalaman 55

pertumbuhan dalam bentuk penambahan cm) dan A (kedalaman 25 cm). Pada


berat basah Eucheuma spinosum selama minggu kelima, perlakuan C (kedalaman
lima minggu pengamatan. Pertumbuhan 45 cm) mengalami penurunan berat
berat basah Eucheuma spinosum tertinggi basah disebabkan oleh adanya batang
adalah perlakuan C (kedalaman 45 cm),

yang patah dan hanyut terbawa air.

diikuti secara berurutan oleh perlakuan B


Berat Kering Komersil

Berat (g)

perlakuan A
perlakuan B
perlakuan C
perlakuan D

Minggu Ke

Gambar 3. Grafik Berat Kering Komersil Eucheuma spinosum

79

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

Pertumbuhan

April 2013

ISSN : 1907-9931

Eucheuma panen yang signifikan tingginya, baik

spinosum berdasarkan pengamatan berat dari


komersil dan berat kering menunjukkan

pengukuran

laju

pertumbuhan

berdasarkan peningkatan berat basah,

pola peningkatan berat yang relatif sama berat komersil maupun berat kering.
(Gambar 3). Berdasarkan hasil analisis Sebaliknya, kedalaman penanaman 25
ragam dan uji lanjut BNJ pada semua cm (A) bukanlah lokasi yang ideal untuk
parameter,

perlakuan

penanamaan

kedalaman pertumbuhannya.

Eucheuma

berpengaruh

nyata

Faktor

yang

spinosum menyebabkan terjadinya perbedaan laju

terhadap

laju pertumbuhan Eucheuma spinosum pada

pertumbuhan relatif. Laju pertumbuhan empat kedalaman yang berbeda, meliputi


relatif Eucheuma spinosum berdasarkan intersepsi cahaya, temperatur, gelombang
tiga jenis pengamatan berat tersebut laut, kecepatan arus laut dan kadar
menunjukkan pola yang hampir sama. oksigen

terlarut

di

masing-masing

Perlakuan C (kedalaman 45 cm) nyata kedalaman penanaman.


lebih tinggi laju pertumbuhan relatifnya

Intersepsi radiasi matahari serta

berdasarkan pengukuran berat basah,

temperatur sampai di kedalaman 25 cm

berat komersil maupun berat keringnya (perlakuan A) lebih tinggi dibandingkan


dibandingkan perlakuan A (kedalaman kedalaman perlakuan B, C dan D. Intersepsi
25 cm) yang terendah.

Perlakuan B radiasi matahari cukup untuk kebutuhan


(kedalaman 35 cm) dan D (kedalaman 55 aktivitas fotosintesis tanaman Eucheuma
cm) menunjukkan tingkat pertumbuhan

spinosum pada kedalaman 25 cm bahkan

yang sedang dan tidak berbeda nyata

tingkat radiasi matahari yang diterima

dengan pertumbuhan pada kedalaman A tanaman sudah melampaui kebutuhannya.


(kedalaman

25

cm)

(kedalaman

35

cm).

maupun

B Radiasi matahari yang tidak digunakan

Hasil

ini tanaman (di atas titik jenuh) umumnya akan

mengindikasikan bahwa pada budidaya berubah


sistem

rawai,

Eucheuma

menjadi

panas

yang

akan

spinosum menambah temperatur di sekitar tanaman,

menghendaki lokasi atau daerah pada sebagaimana pernyataan Robert, Hay and
kedalaman 45 cm untuk pertumbuhan Walker (1992) bahwa hanya sekitar 50% dari
yang optimal sehingga diperoleh hasil radiasi matahari yang dimanfaatkan oleh
80

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

organel

fotosintesis

dalam

ISSN : 1907-9931

tubuh

dialami oleh Eucheuma spinosum pada

tanaman, terutama tanaman darat, yaitu

kedalaman penanaman 35 cm (perlakuan B),

pada kisaran panjang gelombang 400-700

sehingga hasilnya lebih tinggi dibandingkan

nm, suatu kisaran yang dikenal dengan

dengan hasil tanaman pada kedalaman

istilah photosynthetically-active radiation

penanaman terendah (25 cm). Eucheuma

(PAR). Selebihnya dari energi ini tidak

spinosum pada kedalaman penanaman 45

bernilai,

cm (perlakuan C) menerima intersepsi

jika

di

April 2013

diserap

hanya

akan

meningkatkan temperatur tanaman. Dalam

radiasi

hal ini, Eucheuma spinosum membutuhkan

dibandingkan pada kedalaman A maupun B,

PAR yang lebih rendah daripada vegetasi di

namun tingkat radiasi tersebut diduga

daratan.

diterima

optimal untuk kebutuhan fotosintesisnya

Eucheuma spinosum pada kedalaman 25 cm

(sesuai PAR optimum). Jika melampaui titik

di siang hari lebih tinggi, menjadi semakin

jenuh

tinggi akibat tambahan panas dari konversi

menyebabkan peningkatan temperatur yang

kelebihan energi PAR Eucheuma spinosum.

berarti

Selain itu fluktuasi temperatur siang-malam

mengganggu pertumbuhan.

pada

Temperatur

kedalaman

dibandingkan

di

25

yang

cm

lapisan

lebih
lebih

besar
dalam.

sangat

sehingga

tidak

perlahan

dengan

semakin

permukaan laut sekaligus menimbulkan


turbulensi

baik untuk budidaya Eucheuma spinosum

udara

di

daerah

sekitar

permukaan laut, memperbesar proses

adalah 20-28C. Sedangkan menurut Ambas

difusi oksigen ke air laut sehingga kadar

(2006), suhu perairan penting dalam proses

oksigen terlarut lebih tinggi pada lapisan

fotosintesa rumput laut. Suhu yang optimal

atas dibandingkan lapisan lebih dalam.

untuk pertumbuhan Eucheuma spinosum


25-30C.

tanaman

tidak

dalamnya laut. Hembusan angin di

Menurut

Puslitbangkan (1991), suhu perairan yang

antara

energinya

lebih besar, dan akan menurun meskipun

25 cm. Suhu perairan di lokasi penelitian

berkisar

rendah

kecepatan arus laut di dekat permukaan

pertumbuhan rumput laut pada kedalaman

27-29C.

bagi

nilai

lebih

di atmosfer menyebabkan gelombang dan

tinggi berpengaruh besar dalam mereduksi

antara

cahaya,

yang

Adanya pengaruh dorongan angin

Berdasarkan hal ini, faktor temperatur yang

berkisar

matahari

Hasil Eucheuma spinosum pada daerah

Pengaruh

yang lebih dekat dengan permukaan air

temperatur maupun fluktuasinya masih


81

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

ISSN : 1907-9931

laut (kedalaman 25 cm) menunjukkan berkisar antara 0,2-0,4 m/dtk. Menurut


laju pertumbuhan terendah, namun hasil Ambas (2006) kecepatan arus yang ideal
tertinggi

diperoleh

penanaman

pada

(45

kedalaman

cm),

untuk budidaya Eucheuma spinosum

kemudian

berkisar antara 0,1-0,3 m/dtk.

pertumbuhan menurun pada kedalaman

Walaupun

D (55 cm). Hal ini mengindikasikan

faktor

gangguan

gelombang dan kekuatan arus laut yang

bahwa pada kedalaman terendah (25 cm) lebih besar relatif tidak dialami oleh
Eucheuma

spinosum

lebih

rentan Eucheuma

spinosum

di

kedalaman

gelombang dan arus laut yang deras. penanaman terdalam (D = 55 cm),


Pada kedalaman C (45 cm) besar sehingga tidak menjadi faktor pembatas
gelombang dan kekuatan arus laut agak bagi

pertumbuhannya,

namun

pada

menurun, suatu keadaan yang optimal kenyataannya tanaman ini mengalami


untuk pertumbuhan Eucheuma spinosum. hambatan pertumbuhan.
Menurut

Hidayat

hempasan

gelombang

pertumbuhan

(1990),

tingkat

Diduga pada

kedalaman ini kadar oksigen terlarut

mempengaruhi yang dibutuhkan untuk respirasi sel

Eucheuma

spinosum, tanaman

menurun,

semakin

semakin dalam perairan akan semakin memperparah kondisi tanaman yang juga
kecil hempasan gelombang. Lebih jauh, mengalami kekurangan intersepsi cahaya
Sudino (2004) menyatakan bahwa arus untuk fotosintesis.

Jadi, bertambahnya

berperan penting dalam pertumbuhan kedalaman akan menurunkan tingkat


Eucheuma spinosum, karena arus laut respirasi sel sehingga energi untuk proses
membawa zat hara yang merupakan fisiologi tanaman tidak optimal, serta
bahan makanan bagi thallus.

Makin menurunkan hasil fotosintesis sehingga

besar gerakan air, makin banyak difusi translokasi fotosintat untuk pertumbuhan
oksigen yang dapat dimanfaatkan untuk thallus serta untuk substrat respirasi juga
respirasi

tanaman.

Selain

itu

arus berkurang

dan

menyebabkan

berfungsi menghomogenkan masa air

pertumbuhan Eucheuma spinosum tidak

sehingga fluktuasi salinitas, suhu, pH dan

optimal.

zat-zat

terlarut

dapat

dihindari.

Berdasarkan hasil pengamatan tiap

Kecepatan arus di lokasi penelitian 7 (tujuh) hari, pertumbuhan Eucheuma


82

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

ISSN : 1907-9931

spinosum di setiap kedalaman penanaman

pada waktu-waktu pengamatan lainnya.

menunjukkan

Kadar

peningkatan

pertumbuhan

air

Eucheuma

spinosum

pada

yang tidak sama. Pada umur 7 hari (satu

pengamatan minggu ketiga berkisar antara

minggu),

berat

0,95% - 0,97%, sedangkan pada minggu

perlakuan

Eucheuma

(kedalaman

spinosum

25

cm),

kedua berkisar antara 0,76% - 0,96% dan

(kedalaman 35 cm), C (kedalaman 45 cm)

pada minggu keempat berkisar antara 0,90%

dan D (kedalaman 55 cm) hampir sama,

- 0,97%.

hanya perlakuan B (kedalaman 35 cm) yang

Pada umur lima minggu, terjadinya

sedikit lebih tinggi dari tiga perlakuan

penurunan berat kering Eucheuma spinosum

lainnya. Ini mengindikasikan bahwa bibit

di kedalaman penanaman C (45 cm), hal ini

Eucheuma spinosum selama satu minggu

disebabkan oleh pertumbuhan thallus yang

awal masih dalam proses adaptasi dengan


lingkungan

baru

sehingga

menunjukkan

perbedaan

pesat sehingga thallus menjadi berat dan

belum

akibat

tidak mampu bertahan dari arus, akibatnya

variasi

ada bagian yang patah dan hanyut terbawa

kedalaman penanaman. Akan tetapi, mulai

arus.

umur 14 hari (dua minggu) perlakuan C


(kedalaman

45

cm)

menunjukkan

rumput laut jenis Eucheuma spinosum


dipanen pada umur 30 hari, sedangkan

Hasil ini sejalan dengan hasil penghitungan

rumput laut jenis Eucheuma cottoni dipanen

Pada

umur 45 hari. Berdasarkan kenyaatan ini,

pengamatan umur tiga minggu, berat basah


Eucheuma

spinosum

ini

sekitar lokasi penelitian ini, umumnya

pada tiga perlakuan kedalaman lainnya.

beratnya.

spinosum

(sukulen) sehingga mudah patah. Di daerah

yang lebih pesat dibandingkan peningkatan

pertumbuhan

Eucheuma

memiliki tekstur yang lunak dan berair

peningkatan berat komersil dan berat kering

laju

Thallus

umur panen Eucheuma spinosum lebih

mengalami

singkat ( umur 30 hari) karena yang

peningkatan pada semua perlakuan, namun

mengalami

berat keringnya lebih rendah daripada berat

mampu

kering pada umur dua minggu untuk semua

pertumbuhan

bagus

tidak

mempertahankan

thallus

yang

semakin berat setelah melewati umur 30

perlakuan. Fenomena ini diduga akibat

hari, sebagaimana pada penelitian ini thallus

kadar air yang dikandung oleh Eucheuma

yang subur (pada kedalaman 45 cm) patah di

spinosum pada semua perlakuan di minggu

beberapa bagian. Pemanenan lebih awal (di

ke tiga lebih tinggi dibandingkan dengan


83

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

umur 30 hari) lebih menguntungkan karena

ISSN : 1907-9931

Kecerahan pada lokasi penelitian

thallus Eucheuma spinosum masih utuh.

berkisar antara 1-3 m dengan rata-rata 2 m,


kecerahan dengan kisaran 1-3 m dianggap

Kualitas Air

kurang ideal untuk pertumbuhan Eucheuma


Suhu pada lokasi penelitian ini

spinosum. Menurut Papalia (2005) rumput

berkisar antara 27 - 29C dengan rata-rata

laut dapat tumbuh dengan baik pada

28,5C. Menurut Afrianto dan Liviawati

perairan yang mempunyai tingkat kecerahan

(2001) Rumput laut Eucheuma spinosum

berkisar antara 5 10 m.

dapat tumbuh dengan baik di daerah yang


Kandungan

mempunyai suhu antara 26 - 30oC (Afrianto

perairan untuk pertumbuhan Eucheuma

m/dtk dengan rata-rata 0,3 m/dtk, kisaran

spinosum adalah pada kisaran antara 0,32 -

untuk budidaya Eucheuma

Menurut

Soegiarto

1,10 g/l. Hal ini mengindikasikan bahwa

(2005)

pada lokasi budidaya Eucheuma spinosum

pergerakan air laut yang ideal berkisar

kandungan nitratnya masih baik untuk

antara 0,2 0,4 m/detik. Dengan kondisi

budidaya rumput laut jenis Eucheuma

seperti ini akan mempermudah penggantian

spinosum.

dan penyerapan hara yang diperlukan oleh


tanaman, tetapi tidak sampai merusak

Kandungan

tanaman.
Oksigen

terlarut

pada

lokasi

di perairan yang baik untuk pertumbuhan


Eucheuma spinosum berkisar antara 0,032 0,096 g/l. Kandungan pospat di lokasi

bahwa kelarutan oksigen dalam air yang


pertumbuhan

penelitian masih baik untuk budidaya

Eucheuma

rumput laut jenis Eucheuma spinosum.

spinoum berkisar antara 3 - 8 ppm. Ini


menunjukkan

pada

Menurut Blink (2004) kandungan phosphat

lokasi

rata-rata 6,7 ppm. Blink (2004) menyatakan

untuk

pospat

budidaya Eucheuma spinosum 0,0302 g/l.

penelitian berkisar antara 6 8 ppm dengan

ideal

lokasi

Kandungan nitrogen yang aman pada

kecepatan arus berkisar antara 0,2-0,4

spinosum.

pada

penelitian 0,364 g/l. Menurut Blink (2004)

dan Liviawaty, 2001). Pada lokasi penelitian

tersebut baik

nitrat

bahwa

DO

pada

lokasi

Dari hasil pengamatan kualitas air di

penelitian baik untuk pertumbuhan rumput

lokasi penelitian, maka dapat disimpulkan

laut jenis Eucheuma spinosum.

bahwa kualitas air di lokasi penelitian ini


masih baik untuk pertumbuhan rumput laut

84

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

jenis Eucheuma spinosum, hanya saja

ISSN : 1907-9931

Direktorat Jendral Perikanan Budidaya,


2008. Profil Rumput laut Indonesia.
Departemen
Kelautan
dan
Perikanan.

kecerahan pada lokasi penelitian masih


rendah yang dikarenakan sering turunnya
hujan pada saat penelitian.

Effendi, 2004. Budidaya Rumput Laut. Usaha


Nasional. Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Noor, J.W., 2006. Biologi Laut, Suatu


Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

kedalaman penanaman Eucheuma spinosum

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology.

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

W.B. Saunder Com. Philadelphia 125

berdasarkan berat basah, berat komersil dan

pp.

Kesimpulan

berat kering. Kedalaman penanaman 45 cm

Papalia, S., 2005. Ocean Life. The Book

memberikan hasil pertumbuhan yang lebih

Company. Sidney.

tinggi.

Soegiarto, F., 2005. Budidaya Rumput Laut


Euchema cottonii di Perairan Pantai.
Deputi Bidang Pengkajian Ilmu Dasar
dan Terapan BPPT. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut

Afrianto E dan E Liviawaty., 2001. Budidaya


Rumput
Laut
dan
Cara
Pengolahannya. Bathara. Jakarta.

Diakses tanggal 26 Juni 2010.

Ambas, 2006. Metode Penelitian Air. Usaha


Nasional. Surabaya.
Aslan,

2005.

Budidaya

Rumput

Laut.

Kanisius. Yogyakarta.
Barraka, R.T., 2004. Performance of
Euchema (Seeweed) in Indonesia :
Part 1 Agronomic Characters. FMC
Marine (Colloids Division) Philipines.
Blink,

L.R.,
2004.
Physiology
and
Biochemistry of Algae. In Manual of
Physiology. Academic Press. New
York.

85

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1

April 2013

86

ISSN : 1907-9931

You might also like