Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Farmakognosi yang berjudul metabolit sekunder pada kulit batang mangrove dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki dirasa masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
LATAR BELAKANG....
RUMUSAN MASALAH.......
TUJUAN....
3
4
4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
KESIMPULAN............... 9
SARAN........... 9
10
LAMPIRAN ............................................................................................... 11
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. Metabolit Sekunder
Tumbuhan secara alamiah menghasilkan beragam jenis senyawa. Secara umum,
senyawa-senyawa tersebut dapat dibagi tiga, yaitu metabolit primer, polimer, dan
metabolit sekunder. Metabolit primer adalah senyawa-senyawa yang terdapat pada semua
sel dan memegang peranan sentral dalam metabolisme dan reproduksi sel-sel tersebut.
Contoh metabolit primer antara lain asam nukleat, asam amino, dan gula. Polimer adalah
senyawa penyusun sel yang terdiri dari senyawa yang memiliki berat molekul yang
tinggi, seperti selulosa, lignin, dan protein. Metabolit sekunder adalah senyawa yang
secara khusus terdapat pada jenis atau spesies tertentu saja (Hanson, 2011).
Berbeda dengan senyawa metabolit primer yang pada umumnya memberi pengaruh
biologi terhadap sel atau organisme tanaman itu sendiri, metabolit sekunder (MS)
memberikan pengaruh biologi terhadap sel atau organisme lain. Menurut Wink (2010)
metabolit sekunder bukanlah produk buangan yang tak berguna, tetapi perangkat yang
penting untuk melawan herbivora dan mikroba. Beberapa metabolit sekunder berfungsi
sebagai molekul isyarat untuk menarik arthropoda penyerbuk, hewan penyebar benih,
dan sebagai senyawa isyarat dalam hubungan tanaman-tanaman, tanaman-binatang, dan
tanaman-mikrobia.
Senyawa metabolit sekunder banyak sekali jumlahnya. Menurut Springob dan Kutchan
(2009), ada lebih dari 200000 struktur produk alamiah atau produk metabolit sekunder.
Untuk memudahkan, perlu dibuat klasifikasi.
Ada beberapa cara klasifikasi bisa dibuat, seperti berdasarkan sifat struktur, asal-usul
biosintesis, atau lainnya. Berdasarkan sifat strukturnya, Hanson (2011 membagi MS ke
dalam 6 golongan, yaitu 1) poliketida dan asam lemak, 2) terpenoid dan steroid, 3)
fenilpropanoid, 4) alkaloid, 5) asam amino khusus dan peptida, dan 6) karbohidrat
khusus.
Berdasarkan asal-usul biosintesisnya, Springob dan Kutchan (2009) membagi MS
menjadi empat kelompok, yaitu 1) alkaloid, 2) fenilpropanoid, 3) poliketida, dan 4)
terpenoid. Berdasarkan kandungan N, Wink (2010) membagi MS ke dalam dua kelompok
besar, yaitu1) MS yang mengandung N dan 2) MS yang tidak mengandung N. Kelompok
pertama dibagi lagi menjadi 7 anak kelompok, dan kelompok kedua dibagi lagi menjadi
10 anak kelompok. Pembagian dan jumlah MS dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada tumbuhan itu sendiri metabolit sekunder memiliki fungsi ekologi:
1.
2.
3.
Phenol (~ 8 000)
Senyawa ini terbuat dari gugus gula sederhana dan memiliki cincin benzene
hydrogen dan oksigen. Contohnya asam fenolenat, kumarina, lignin, flavonoid, tannin,
3.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Malpighiales
Famili:
Rhizophoraceae
Genus:
Rhizophora
Habitus
Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi
total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter
batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem
hutan bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup
tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit,
hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 7-23 cm. Daun
penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang
menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di
ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning
kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak
kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Buah bakau, perhatikan hipokotilnya yang berwarna hijau memanjang. Buah
berbentuk telur memanjang sampai mirip buah pir yang kecil, hijau coklat kotor. Hipokotil
tumbuh memanjang, silindris, hijau, kasar atau agak halus berbintil-bintil.
Menurut Darminto Dkk 2012 tumbuhan mangrove di Indonesia merupakan yang
terbanyak di dunia, baik dari segi kuantitas area (42.550 km2) maupun jumlah spesies (45
spesies) (Spalding, 2001). Sebagian besar dari tumbuhan mangrove digunakan sebagai bahan
obat. Ekstrak dan bahan mentah dari tumbuhan mangrove telah digunakan oleh masyarakat
pesisir untuk keperluan pengobatan alamiah. Kandungan saponin triterpenoid dari Acanthus
5
illicifolius menunjukkan aktivitas leukimia, paralysis, asma, rematik serta anti peradangan;
dan alkaloid dari Antrioleks vesicaria juga berkhasiat sebagai senyawa bakterisida
(Purnobasuki,2004).
Penelitian terhadap ekstrak metanol dari batang tumbuhan bakau jenis Rhizophora spp
mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji Vibrio harveyi dan ekstrak metanol dari
pelepah nipah juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji (Alimuddin dan Linda,
2007).
A. Ekstrak Kulit Batang Bakau Sebagai Antioksidan
Pada jurnal penelitan yang dilakukan Netty Dkk yang berjudul POTENSI
ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL KULIT BATANG TUMBUHAN
MANGROVE Sonneratia alba telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak metanol dari kulit batang S. alba dengan metode
pengikatan DPPH. Penelitian ini menggunankan metode dekantasi alat-alat yang
digunakan antara lain, neraca analitik, rotary evaporator (rotavapor), pemanas air, pinset,
corong pisah, corong Buchner, pompa vakum, cawan petri, tabung reaksi, serta alat gelas
lain yang digunakan dalam laboratorium organik. Bahan-bahan yang digunakan antara
lain metanol p.a dan metanol teknis, air suling, 2,2difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH), asam
askorbat.
a. Penyiapan ekstrak
Sebanyak 10 kg serbuk kulit batang S.alba dimaserasi dengan metanol selama 3 x 24
jam. Maserat yang diperoleh dipisahkan dari residu dengan cara dekantasi, lalu disaring
dengan kertas whatman 41. Ekstrak diambil dan pelarut diuapkan dengan rotavapor.
b. Uji Antioksidan
Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode pengikatan radikal DPPH.
Sampel dilarutkan dengan metanol sehingga diperoleh berbagai konsentrasi. Sebanyak 2
mL larutan sampel ditambah dengan 1 mL metanol yang mengandung radikal DPPH.
Campuran dikocok dan diinkubasi selama 30 menit dalam gelap, dan selanjutnya serapan
diukur pada panjang gelombang 517 nm. Serapan kontrol ditentukan dengan mengganti
sampel dengan metanol. Sebagai kontrol positif digunakan asam askorbat. Nilai IC50
dihitung masing-masing dengan menggunakan persamaan regresi. Persen (%) inhibisi
radikal DPPH dihitung dengan rumus: Keterangan : Abs. Kontrol : Serapan radikal
DPPH pada panjang gelombang 517nm. Abs. Sampel : Serapan sampel dalam radikal
DPPH pada panjang gelombang 517nm
c. Hasil Dan Pembahasan
Ekstrak metanol menunjukkan aktivitas penangkapan radikal yang bergantung pada
konsentrasi. Aktivitas meningkat dengan tajam pada konsentrasi 5 20 g/mL. Setelah
melewati konsentrasi tersebut, peningkatan aktivitas seiring peningkatan konsentrasi tidak
signifikan. Analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak metanol memperlihatkan
6
fasa diam silika gel G GF254 100 g dan eluen n-heksan, n-heksan : etil asetat, etil asetat,
kloroform, aseton, dan metanol dengan kepolaran yang terus ditingkatkan dan diperoleh
28 fraksi. Fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian dikromatografi lapis tipis (KLT).
Berdasarkan pola KLT, fraksi yang mempunyai pola noda dan nilai RF (retention flow)
yang mirip digabung sehingga diperoleh tujuh fraksi gabungan utama. Data penelitian
sebelumnya diperoleh bahwa fraksi aktif yang dimaksudkan adalah fraksi gabungan
utama B dari hasil fraksinasi ekstrak etanol kulit batang Avicennia spp. Fraksi ini
sebelumnya diketahui yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai sediaan
fitofarmaka berdasarkan penelusuran senyawa bioaktif dan uji efektifitas melalui uji
tantang dalam menentukan persen sintas atau viabilitas ikan uji(Darminto, dkk, 2010).
c. Uji Kimia
Fraksi B ektrak etanol kulit batang Avicennia spp. diuji pendahuluan dengan uji kimia
menggunakan uji pereaksi. Uji pereaksi bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa
yang terkandung di dalam fraksi B tersebut. Pada uji ini, digunakan pereaksi antara lain
pereaksi Liberman Buchard, Dragendorff, FeCl3 dan Wagner. Hasil pengujian diperoleh
bahwa fraksi B paling dominan menunjukkan reaksi positif terhadap pereaksi
Dragendorff yang artinya positif terhadap adanya kandungan alkaloid. Hasil pengujian ini
juga mengindikasikan bahwa komponen utama atau konsentrasi tertinggi dalam fraksi B
adalah alkaloid. Pengujian positif alkaloid ini dapat dilihat dari perubahan warna sampel
setelah ditambahkan pereaksi Dragendorff yaitu dari coklat menjadi orange sampai ada
endapan coklat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metabolit sekunder adalah senyawa yang secara khusus terdapat pada jenis atau spesies
tertentu saja. Setiap tanaman menghasilkan metabolit sekunder untuk keperluan tertentu tak
terkecuali tanaman bakau tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang
yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah
yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon.
Pada jurnal penelitian Nety Dkk kulit batang mangrove yang di ekstraksi dan di isolasi
metabolit sekundernya berkhasiat sebagai antioksidan sedangkan pada jurnal penelitian
Darminto Dkk kulit batang mangrove yang diekstraksi dan diisolasi metabolit sekundernya
serta diidentifikasi senyawa positif terhadap pereaksi Dragendorff yang artinya positif
terhadap adanya kandungan alkaloid Uji ekstrak tumbuhan mangrove spesies Avicennia sp.
menunjukkan daya hambat yang besar terhadap bakteri Aeromonas hydrophyla .
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang metabolit
sekunder dari kulit batang mangrove dan manfaat bagi kesehatan senyawa tersebut sehingga
dapat menambah pengetahuan mengenai materi tersebut.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal References:
Darinto, Iwan dini dan Alimudin. 2012. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Utama Ekstrak
Etanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove (Avicenniaspp.). Jurnal Sainsmart. Vol 1. No 1.
9
Netti, Noor , La Daha, dan Firdaus. 2011. POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL
KULIT BATANG TUMBUHAN MANGROVE Sonneratia alba. Majalah Farmasi dan
Farmakologi, Vol. 15, No 1.
Websites References:
https://emhatta.wordpress.com/category/metabolit-sekunder/
www.wikipedia.com
10