You are on page 1of 25

A.

Konsep Dasar Medik


1. Definisi
Flu Burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dengan diameter 90 120 nanometer. Virus
tersebut termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Secara normal,
virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun
dan itik. Penularannya kepada manusia melalui kontak langsung
dengan unggas. ( Retno D. Soejoedono dan Ekowati Handharyani,
Flu Burung Seri Agriwawasan, 2006 hal 6 )
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Anatomi Saluran Pernafasan
Sumber Gambar : Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner
& Suddarth, Edisi 8, 2001.

a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama mempunyai dua
lubang ( kavum nasi ) dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ).
Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung ( konka nasalis )
Pada hidung bagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau
resptor-reseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Fungsi hidung terdiri dari :

1) Bekerja sebagai saluran pernafasan


2) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulubulu hidung
3) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau
hidung
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Menurut letaknya faring dibagi menjadi tiga bagian :
1) Bagian sebelah atas disebut nasofaring
2) Bagian tengah disebut orofaring
3) Bagian bawah sekali dinamakan laringo faring
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebrata
servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal
tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah katup yang disebut
epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada
waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian
epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pada pita suara
sejati ( vokalis ) terdapat dua buah otot yang apabila bergerak maka
pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara dapat melebar
dan mengecil sehingga disini terbentuklah suara.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tuang rawan yang berbentuk seperti kuku

kuda ( huruf C ). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang


berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar.
Panjang trakea 9 11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat
yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebrata torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkusbronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paruparu.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang
yang lebih kecil disebut bronkiolus.
f. Bronkiolus
Pada bronkiolus tak terdapat cincin lagi dan pada ujung
bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.
g. Alveoli
Setelah bronchiolus maka terdapatlah ductus alveolaris yang
merupakan saluran-saluran kecilyang akan berakhir sebagai suatu
ruangan yang bulat yang dinamakan infundibulum, yang dindingnya
merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk seperti buah anggur
yang dinamakan alveolus. Alveolus itu, disebelah luarnya diliputi
oleh anyaman kapiler pembuluh darah yang merupakan peralihan
antara arteri pulmonalis dan vena pulmonalis. Oksigen dari udara
yang ada di dalam alveolus ini akan keluar melalui dinding tipis dan
masuk ke dalam kapiler, sedangkan karbon dioksida dan air dari

dalam kapiler akan keluar dan bergabung dengan udara alveolus.


Dengan cara ini terjadilah proses pembersihan darah dari arteri
pulmonalis ke vena pulmonalis.
h. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung-gelembung ( gelembung hawa= alveoli ).
Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2
pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen masuk ke dalam
darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah (paru-paru kiri
dan kanan ). Paru-paru dibagi dua. Paru-paru kanan terdiri dari tiga
lobus ( belah paru), lobus pulmo dextra superior, lobus media, lobus
inferior. Tiap lobus disusun oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari
pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Letak paru pada
rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada / kavum
mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus
oleh selaput yang bernama pleura. Pleura ini terbagi dua, pleura
viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru, dan pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah dalam. Antara kedua pleura ini terdapat
rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyak permukaannya
(pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
dimana sewaktu bernafas bergerak.
Fisiologi Pernafasan

Pernafasan paru-paru ( pernafasan pulmonar ). Merupakan


pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan external, oksigen
diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah di
bawa ke jantung dan dari jantung dibawa ke seluruh tubuh.
Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli dari kapiler darah dikeluarkan melalui
pipa bronkus berakhir sampai mulut dan hidung.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :
a. Ventilasi pulmonar, gerakan pernafasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk
ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paruparu.
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan
jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
d. Disfusi gas yang menembus membran alveoli dan kapilerkarbon
dioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida, konsentrasi
dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan
terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan
sehingga

terjadi

pengambilan

oksigen

dan

pengeluaran

karbondioksida lebih banyak. Pernafasan jaringan, atau pernafasan


interna. Darah merah ( hemoglobin ) yang banyak mengandung
oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya
mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paruparu terjadi pernafasan internal.

3. Klasifikasi
Departemen Kesehatan RI membagi diagnosis flu burung pada
manusia menjadi kasus suspek, probable dan kasus konfirmasi.
a. Kasus suspek flu burung adalah seseorang dengan infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) dengan gejala demam (suhu > 38C),
batuk dan atau sakit tenggorokan

dengan

salah

satu

peternakan

yang

keadaan :
1) Seminggu

terakhir

mengunjungi

terjangkit KLB flu burung


2) Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa
penularan
3) Bekerja di laboratorium yang memproses spesimen
manusia atau hewan

yang dicurigai menderita flu

burung.
b. Kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan :
1) Bukti laboratorium terbatas mengarah ke virus influenza A
H5N1, misalnya tes menggunakan antigen H5N1.
2) Dalam waktu singkat, berlanjut menjadi pneumonia / gagal
pernafasan / meninggal.
3) Terbukti tidak ada penyebab lain.
c. Kasus yang sudah pasti atau kasus konfirmasi, yang definisinya
adalah kasus yang :
1) Hasil kultur virus influenza H5N1 (+)
2) Hasil PCR influenza H5 (+)
3) Terjadi peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali.
4. Etiologi

Unggas

yang

terserang

virus

influenza

tiupe A dapat

mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya ( feses ).


Udara yang kotor bercampur dengan feses kering atau sekreta unggas
yang terjangkit flu burung akan terhirup oleh manusia yang hidup di
lokasi peternakan, seperti pekerja kandang dan peternak serta kontak
langsung dengan unggas yang terinfeksi.
5. Patofisiologi
Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan
langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus
flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang
terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang
kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk
inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada
manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh unggas
secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan
( termasuk melalui pakan ternak ).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu
para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan
pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme
lain.
Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan
bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih
hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lainlain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus
flu burung akan mati dengan pemanasan 80C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir
keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh
manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula

produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan


respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin
yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak,
justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri).
6. Tanda dan Gejala
-

Demam ( kenaikan suhu sampai 39 )


Sesak nafas
Sakit tenggorokan
Batuk
Hidung mengeluarkan lendir bening
Radang saluran pernapasan atas
Sakit kepala
Muntah dan tidak nafsu makan
Mencret
Dapat diikuti dengan penurunan daya tubuh
Nyeri otot dan sendi

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Serologi dilakukan untuk melacak antibody dalam


darah terhadap virus

Pemeriksaan PCR ( polymerase chain reaction ) dilakukan untuk


mendeteksi DNA virus pada sel

Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, LED, Diff count).

Kimia Darah (SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin).

AGD.

Pemeriksaan mikrobiologi bakteri gram.

Deteksi Antigen.

Pemeriksaan Radiologi.

Petugas

radiologi

telah

mempersiapkan diri dengan stndar Universal Precaution


sebelum melaksanakan tugasnya.

Pemeriksaan

akan

dilaksanakan selama 24 jam dengan menggunakan dua


pesawat radiologi, satu pada ruang instalasi radiologi dan
satu lagi adalah pesawat radiologi yang bergerak dan berada
didalam ruangan perawatan (untuk kasus rawat inap).
Pemeriksaan foto thoraks

dengan gambaran infiltrat yang tersebar di paru adalah


menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Langkah-langkah petugas pengambil spesimen:
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium yang
terampil dan berpengalaman. Pengambilan harus dilakukan dengan
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan dini untuk
mencegah terjadinya infeksi.
a. Persiapan Petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
Laboratorium jas (lengan panjang).
Sarung tangan (karet).
Kaca mata plastik (goggle).
Masker (N 95 untuk petugas dan penderita).
Tutup kepala (plastik).
Penutup sepatu (cover shoe)
b. Macam/ jenis dan cara Pengambilan spesimen
Spesimen dari saluran pernafasan bagian bawah.
Dua jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus
dan pemeriksaan dengan PCR (Polymerasa Chain Reaction).
Spesimen tersebut meliputi :
Usap nasopharing:

Spesimen diambil pada masa akut (pada waktu penderita


sakit) gunakan swab yang terbuat dari dacron/ rayon steril dengan
tangkai plastik. Jangan menggunakan kapas yang mengandung
Kalsium Alginat atau kapas

dengan tangkai kayu, karena

mungkin mengandung substansi yang dapat menghambat


pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat pemeriksaan
PCR. Cara pengambilan sampel Swab :
Masukkan swab kedalam lubang hidung sejajar dengan rahang
atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan
usapan pada kedua lubang hidung kemudian masukkan swab
sesegera mungkin ke dalam cryotube (tabung tahan pendingin)
yang berisi 2 ml media transport virus (Hanks BSS + Antibiotik).
Putuskan tangkai plastik didaerah mulut botol agar botol bisa
ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini dengan tisu bersih atau
kertas koran yang telah di remas-remas agar menghindarkan
terjadinya benturan-benturan pada tabung saat pengiriman.
Masukkan tabung ini ke dalam kotak pengiriman primer (bahan
boleh dari pipa paralon atau sejenis tupper ware).
Spesimen darah/ serum
Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit)
harus diamil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah
harus dilakukan lagi pada fase konvalesen (7-14 hari setelah
pengambilan darah primer) dan segera dikirim. Darah diambil 2
ml untuk anak-anak dan 5 ml untuk orang dewasa.
Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa.
Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung darah
tertutup karet (tabung steril vacum) tanpa bahan
pencegahan pembekuan darah.

Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar


darah dalam tabung membeku dengan baik.
Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril
harus dilakukan di badan Litbangkes/ Namru2 Jakarta,
atau labolatorium yang ada sentrifus.
Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tisssu atau
kertas

koran

dikemas

dimasukkan

kedalam

kotak

pengiriman primer.
Pengambilan pakai jarum Vacutainer.
a. Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup
karet sebanyak 2 ml dari anak-anak dan 5 ml dari orang
dewasa.
b. Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar
darah dalam tabung steril membeku dengan baik.
c. Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus
dilakukan di Badan Litbangkes/ Namru 2 Jakarta, atau
laboratorium yang ada sentrifus.
d. Semua tabung setelah dibungkus dengan kertas tissu atau
kertas koran diremas dimasukkan ke dalam kotak
pengiriman primer.
8. Penatalaksanaan Medik
-

Pasien dirawat di ruangan isolasi

Kewaspadaan penularan melalui udara

Selama penularan yaitu 7 hari pertama setelah timbul


gejala

Diruang rawat biasa

Setelah hasil usap tenggorok (-) berulang kali

Dengan PCR

Setelah tak demam 7 hari

Pertimbangan lain dari dokter

Pengobatan
Dapat bersifat simtomatik sesuai gejala yang ada; jika batuk
dapat diberi obat batuk dan jika sesak dapat diberi oksigen atau
bronkodilator. Pasien juga harus mendapat terapi suportif, makanan
yang baik dan bergizi, jika perlu diinfus dan istirahat cukup. Secara
umum daya tahan tubuh pasien haruslah ditingkatkan. Selain itu dapat
pula diberikan obat anti virus.
Ada 2 jenis yang tersedia : kelompok inhibitors yaitu
amantadine dan rimantadine serta kelompok dari neuraminidase
inhibitors yaitu oseltamivir dan zanimivir. Amantadine dan
rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama selama 3
5 hari, dengan dosis 5 mg/kg bb./ hari, dibagi 2 dosis. Jika berat
badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari. Sedangkan
oseltamivir diberikan 75 mg, 1 kali sehari selama 1 minggu. Dosis
harus diturunkan pada orang lanjut usia dan mereka yang mengalami
penurunan fungsi hati atau ginjal.
Pencegahan pada unggas
a. Depopulasi yaitu pemusnahan unggas atau burung yang terinfeksi
flu burung.
b. Vaksinasi unggas yang sehat.
c. Tindakan karantina atau isolasi harus diberlakukan terhadap
peternakan yang tertular.
Pencegahan pada manusia
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang )
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis
bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu
burung.

c. Menggunakan alat pelindung diri ( Masker N95 minimal


masker bedah, kaca mata google, gaun pelindung/ apron,
sarung tangan tebal, sepatu bot karet )
d. Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja.
e. Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja
harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam atau dibakar ) agar
tidak menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya.
f. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi
peternakan.
g. Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci
dengan desinfektan.
h. Bersihkan kandang dan alat transportasi yang membawa
unggas.
i. Lalu lintas orang keluar masuk kandang dibatasi.
j. Imunisasi unggas yang sehat
k. Survelen serologi pada pekerja
l. Vaksinasi flu manusia agar tidak terjadi 2 infeksi gabungan.
m. Sosialisasi flu burung dilakukan dengan penyuluhan ke
peternakan
2. Masyarakat Umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi,
mengkonsumsi vitamin san suplemen, olahraga teratur dan
istirahat cukup.
b. Tidak mengimpor daging ayam dari tempat yang diduga
terkena wabah avian flu
c. Mengolah produk unggas dengan cara yang benar, yaitu :
Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit
di tubuhnya).
Memasak daging ayam sampai dengan suhu 80C selama 1
menit dan telur sampai dengan suhu 64C selama 5 menit.

Karena telur juga dapat tertular maka perlu penanganan yang


tepat terutama telur yang masih mentah yaitu dengan
mencucinya sebelum dimasak.
d. Pengamatan kesehatan pasif bagi yg berisiko tinggi / terpapar
dan keluarga jika ada gejala gangguan pernapasan, flu dan
infeksi mata harus ke fasilitas kesehatan
e. Golongan rentan ( anak-anak, lanjut usia, penderita jantung,
paru kronik ) agar menghindari tempat terjangkit.
9. Komplikasi

a. Pneumonia

B. Konsep Dasar Keperawatan


1.

Pengkajian
a. Lingkungan yang berpengaruh seperti daerah peternakan
unggas dan sekitarnya serta daerah tempat penjualan unggas.
b. Kebiasaan memasak hasil produk unggas ( daging dan telur )
tidak sampai benar-benar matang

2.

Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus influenza
tipe A
b. Kerusakan petukaran gas berhubungkan dengan gangguan
suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas, berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi
kental akibat influenza.
d. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake cairan yang tidak adekuat
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya informasi

dan

3.

Rencana Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus influenza
tipe A.
Tujuan

: Hipertermi teratasi setelah dilakukan tindakan

keperawatan.
Sasaran : - TTV dalam batas normal
( Suhu = 36 - 37 C, Nadi = 60 100 x/menit, Respirasi = 12 20
x/menit )

Intervensi :
a. Beri kompres hangat pada dahi.
Rasional : Membantu menurunkan panas dengan cara evaporasi.
b. Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional : Mengetahui peningkatan suhu tubuh. Penurunan
tekanan darah dan nadi menunjukkan hipovolemik. Peningkatan
pernafasan menunjukkan terjadinya hipoksia jaringan.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih ( 1,6 2 liter / 24
jam ).
Rasional : Peningkatan suhu tubuh menyebabkan penguapan
cairan tubuh sehingga perlu diimbangi dengan banyak asupan
cairan.
d. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap
keringat.
Rasional : Mengurangi penguapan tubuh.
e. Berikan lingkungan yang tenang, sirkulasi yang memadai dan
temperatur lingkungan yang sesuai dengan suhu tubuh pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan
mempertahankan suhu tubuh.
f. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian therapy
antipiretik.
Rasional : Antipiretik untuk menurunkan panas. Antibiotik
untuk mengatasi infeksi dan cairan intravena untuk meningkatkan
asupan cairan yang hilang.
g. Jelaskan penyebab peningkatan suhu tubuh.

Rasional : Mengurangi ansietas, agar keluarga / pasien lebih


kooperatif.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen ( obstruksi jalan nafas oleh sekresi ).
Tujuan : Suplai oksigen memadai.
Sasaran : Sesak nafas berkurang.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan
otot

aksesori,

napas

bibir,

ketidakmampuan

bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan
dan atau kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam
perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan / toleransi
individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan
kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer ( terlihat pada kuku )
atau sentral ( terlihat sekitar bibir atau daun telinga ). Keabuabuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
d. Dorong
mengeluarkan

sputum;

penghisapan

bila

diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah
sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas
kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
e. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga
pengumpulan cairan atau udara terjebak.

ada

f. Awasi tingkat kesadaran / status mental. Selidiki adanya


perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum
pada hipoksia
g. Evaluasi tingkat

toleransi aktivitas. Berikan lingkungan

tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk


tidur atau istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan
pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan
sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat / akut / refraktori
pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas seharihari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi
aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan.
Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan
ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat,
dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas, berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi


kental akibat influenza.
Tujuan

: Bersihan jalan nafas efektif

Sasaran

: Tidak terjadi peningkatan sekret

Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal
mengi, krekels, ronki.
Rasional
dengan

: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi


obstruksi

jalan

napas

dan

dapat

tak

dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal


penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup

dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi


napas (asma berat).
b. Kaji/pantau

frekuensi

pernapasan.

Catat

rasio

inspirasi/ekspirasi.
Rasional

: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat

dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres


adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Catat adanya derajat dispnea, mis., keluhan lapar udara,
gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional

: Disfungsi pernapasan adalah variabel yang

tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang


menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi
alergi.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya., peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional

Peninggian

kepala

tempat

tidur

mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan


gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari
posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan
atau kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi
dada.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap,
dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional

: Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang

dapat mentriger episode akut.


f. Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional

: Memberikan pasien beberapa cara untuk

mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan


udara.

4. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan

: Kebutuhan cairan terpenuhi.

Sasaran

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit elastis, mukosa


mulut lembab, TTV dalam batas normal, mata tidak cekung )
- Elektrolit dalam batas normal
- Intake dan output seimbang
Intervensi :
a. Observasi TTV tiap 4 jam
Rasional

: Takikardi dan hipotensi menunjukkan tanda-

tanda hipovolemia.
b. Kaji daerah kulit, membran mukosa, turgor kulit, mata dan
rasa haus
Rasional

: Turgor kulit yang tidak elastis, membran

mukosa yang kering, peningkatan rasa haus, mata cekung


menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
c. Monitor intake dan output.
Rasional
dapat

: Pencatatan intake dan output yang akurat

menghindarkan

ketidakseimbangan

cairan

dan

mencegah shock hipovolemik.


d. Monitor perubahan kadar elektrolit tubuh dan laporkan bila
terjadi ketidaknormalan.
Rasional

: Menentukan intervensi lebih lanjut.

e. Anjurkan pasien banyak minum air putih.


Rasional

: Diperlukan untuk menambah volume cairan

tubuh.
f. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian cairan
intravena.

Rasional
5. Resiko

: Membantu menambah volume cairan tubuh.

perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan intake yg tidak adekuat.


Tujuan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak
terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Sasaran :
- Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang
disediakan
Tidak ada keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan
Intervensi
:
a. Kaji keluhan mual, muntah, tidak nafsu makan.
Rasional
: Membantu dalam menentukan intervensi yang

tepat.
b. Jelaskan manfaat bagi pasien terutama saat sakit.
Rasional
: Meningkatkan pengetahuan pasien sebagai
motivasi untuk makan meningkat.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan
hidangkan dalam keadaan hangat.
Rasional
: Mengurangi beban kerja lambung dan
meningkatkan nafsu makan bila dalam keadaan hangat.
d. Libatkan keluarga dalam pemberian makanan porsi kecil tapi
sering.
Rasional

: Makan porsi kecil tapi sering menghindari

mual dan muntah.


e. Berikan umpan balik yang positif bila pasien mampu
menghabiskan makanan yang disediakan.
Rasional
: Memotivasi dan meningkatan semangat
pasien.
f. Catat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan pasien.
Rasional
: Untuk mengetahui status nutrisi pasien.
g. Timbang berat badan tiap hari dengan timbangan yang sama.
Rasional
: Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi dan
efektifitas intervensi.
h. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian nutrisi
parental dan atau therapy antimetrik.

Rasional

: Nutrisi parenteral sangat bermanfaat terutama

jika intake peroral sangat kurang dan therapy diberikan untuk


mengurangi mual dan muntah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.
Tujuan : Dapat melakukan semua aktivitas .
Sasaran : Melaporkan atau menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya
kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan
peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubhan tanda
vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional

: Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien

dan memudahkan pilihan intervensi.


b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan
istirahat..
Rasional

: Tirah baring dipertahankan selama fase akut

untuk menurunkan kebutuhan metabolik menghemat energi


untuk penyembuhan.
7. Kurangnya

pengetahuan

tentang

proses

penyakit

dan

penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan

: Keluarga pasien memahami tentang kondisi dan

aturan pengobatan aktivitas atau perawatan diri dan pencegahan


flu burung.
Sasaran

Menunjukkan

pemahaman

tentang

kondisi,

aturan

pengobatan aktivitas / perawatan diri dan pencegahan flu


-

burung.
Pasien dan keluarga akan memulai perubahan tingkah laku /

gaya hidup sesuai indikasi.


- Pasien dan keluarga akan menaati aturan pengobatan.
Intervensi :
a. Jelaskan kembali mengenai patofisologi atau prognosis
penyakit dan perlunya pengobatan atau penanganan dalam
jangka waktu yang lama sesuai indikasi.
Rasional
: Memberi klarifikasi kesalahan persepsi dan
keadaan penyakit yang ada sebagai sesuatu yang dapat
ditangani dalam cara hidup yang normal.
b. Jelaskan tentang manfaat obat-obatan yang didapat
Rasional
: Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
obat yang didapat sehingga keluarga lebih kooperatif.
c. Berikan informasi atau penyuluhan kepada keluarga pasien
tentang pencegahan terserang flu burung.
Rasional
: Meningkatkan
pemahaman pasien dan
keluarga pasien tentang pencegahan flu burung.

Daftar Pustaka
1. http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/06/askep-flu-burung.html
2. www.kompas.com
3. Soejoedono Retno. D dan Ekowati Handharyani. Flu Burung Seri
Agriwawasan. Cetakan: 3. Jakarta : Penebar Swadaya, 2006.
4. Doengoes Marlyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi: 3.
Jakarta : EGC, 2000.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN : FLU BURUNG
Dosen Pembimbing :
Elisabeth Wahyu S, S.Kep.Ners

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Ana Diana

20090751

Fransiskus Rudi

20090763

Jamalluddin

20090766

Veronika Mansunomi

20090788

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN


PONTIANAK
2010 / 2011

You might also like