Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 7
INDIRASATRIANI NURSALAM
D52114002
APRIZADLY
AJIE ANASTAUFAN
D52114301
YUSHALIHA FITRI
ANANDA MALAEIKA
D52114319
DAFTAR ISI
Daftar Isi .. 1
Kata Pengantar ..... 2
Bab I Pendahuluan ... 3
1.1
1.2
1.3
1.4
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmatNya sehingga tugas ini dapat terselesaikan tanpa ada kendala
yang berarti. Laporan ini bertema tentang Analisis Sosial dan Ekonomi Kota
Metropolitan di Indonesia dan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode
Analisis Perencanaan. Laporan ini juga bertujuan untuk mengetahui tentang
Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Kependudukan, proyeksi penduduk 20
tahun ke depan, dan Analisis Input - Output.
Kami menyadari bahwa laporan kami ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai segala usaha kita.
Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa ini, telah banyak kota berkembang menjadi kota metropolitan
dikarenakan oleh beberapa faktor yang menjedi tuntutan kota tersebut untuk
berkembang.
Kota kota di Indonesia juga mengalami banyak perkembangan
khususnya pada DKI Jakarta yang menjadi pusat perkembangan. Pertumbuhan
dan perkembangan kota menjadi kota metropolitan merupakan sebuah tanda
berkembangnya suatu negara. Namun, perkembangan kota tersebut bisa saja
bernilai positif maupun negatif jika melihat masalah masalah yang dimiliki kota
tersebut.
Kota Jakarta yang menjadi wilayah pusat dalam perkembangan wilayah
tentu saja memiliki beberapa masalah. Untuk melihat adanya kekurangan dalam
perkembangan kota tersebut maka diperlukan beberapa analisis analisis dalam
perencanaan suatu kota.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang analisis sosial dan ekonomi kota
metropolitan di Indonesia dengan studi kasus Kota Jakarta, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja hasil dari analisis kependudukan di Kota Jakarta?
2. Berapa jumlah proyeksi penduduk Kota Jakarta 20 tahun ke depan?
3. Bagaimana hasil yang didapatkan dari analisis Location Quotient (LQ) dan
PDRB di Kota Jakarta?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan dari pembuatan
laporan ini oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hasil dari analisis kependudukan di Kota Jakarta;
2. Mengetahui jumlah dari proyeksi penduduk Kota Jakarta 20 tahun ke
depan;
3. Mendapatkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dan PDRB Kota
Jakarta; dan
4. Mendapatkan hasil analisis input output Kota Jakarta.
1.4 Manfaat
Dari tujuan tersebut, maka manfaat yang bisa didapatkan dari hasil
pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pembelajaran untuk menganalisis sosial dan ekonomi kota
metropolitan.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang memerlukan data data
yang telah didapatkan pada laporan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demografi Penduduk
Donald J. Bogue dalam Pollard, A.H. (1984) menjelaskan demografi
adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa.
Ada lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Demografi mempelajari persoalan dan
keadaan perubahan-perubahan penduduk atau segala hal yang berhubungan
dengan komponen-komponen perubahan, sehingga menghasilkan suatu keadaan
dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin.Demografi
masa
lampau,
penurunannya
dan
persebarannya
dengan
kualitatif.Demografi
yang
bersifat
kuantitatif
(kadang-kadang
pertumbuhan penduduk di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibatakibatnya Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi
berbagai pihak di dalam masyarakat.Bagi pemerintah informasi tentang
kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk
pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau
bidang-bidang lainnya.Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga
tidak kalah pentingnya.Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi
tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran.
Tujuan
analisis
kependudukan dalam
penyusunan
perencanaan
menentukan
rate,
ratio
dan
presentase
guna
awal
dalam
analisis
kependudukan adalah
mengetahui
khusus menurut umur ( Age Spesifik Fertility Rate ), dan angka fertilitas menurut
urutan kelahiran, termasuk juga penghitungan fertilitas kumulatif meliputi Total
Fertility Rate (TFR), Gross Fertility Rate (GFR) dan Net Reproduction Rates
(NRR).
Bentuk-bentuk Analisis Ekonomi Kependudukan :
1. Dampak Dinamika Penduduk terhadap Pembangunan Ekonomi.
Dalam analisis ini penduduk diposisikan sebagai input produksi dan
konsumen sumber daya.
a. Posisi Penduduk dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi.
selalu
terkait
dengan
jumlah
yang
dapat
komposisi,
migrasi,
dan
pertumbuhan
penduduk.Pertumbuhan
penduduk adalah pertambahan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dan waktu
tertentu.Hal ini dipengaruhi oleh faktor demografi dan non demografi. Menurut
Hauser, demografi adalah analisa statistik terhadap jumlah, distribusi, dan
jumlah penduduk.
Kependudukan
yang dikaji
oleh studi
kependudukan di tempat tertentu tidak dapat di lepaskan pula dari penyebaran dan
interelasi keruangannya.Maka perlu ada kesesuaian lahan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, tidak menjamin tingkat
kemakmuran penduduk daerah tersebut relatif lebih tinggi pula.Namun
lingkungan hidup yang berkualitas tinggi dapat menjamin daya huni (habitability)
yang tinggi bagi populasi yang menghuninya.Menurut ekologi umum, jenis-jenis
sumberdaya yang menentukan tinggi rendahnya daya huni meliputi materi, energi,
ruang, waktu dan keragaman (diversity) (Mubyarto. 1983).
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas
wilayah yang dipengaruhi oleh faktor fisiografis, keamanan, kebudayaan,
biologis, dan psikologis.Kepadatan penduduk dibagi menjadi tiga yaitu kepadatan
penduduk aritmatika, kepadatan penduduk agraris, dan kepadatan penduduk
fisiologis/ekonomis.
Universitas
Indonesia
yaitu
kelahiran
(fertilitas),
kematian
kemajuan
ilmu
kedokteran,
kadang-kadang
sulit
untuk
membedakan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Berdasarkan konsep
dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia terdapat tiga
keadaan vital yang masing-masing saling bersifat mutual exclusive, artinya
keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu keadaan
lainnya. Tiga keadaan vital tersebut ialah lahir hidup (live birth), mati (death),
lahir mati (fetal death).
United Nations (UN) dan World Health Organization (WHO) membuat
definisi mati adalah keadaan menghilangkan semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Lahir hidup
yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap
tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi,
hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut
jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah
tali pusat sudah dipotong atau belum. Lahir mati adalah peristiwa menghilangnya
tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya.
merumuskan suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dengan jumlah penduduk
(Sudjono, S, dkk. 1994).
Deviasi
antara
kedua
unsur
tersebut
dapat
menimbulkan
jarang
sekali
yang
homogen,
maka
penarikan
sampel
ini
2. Persebaran Penduduk
Analisis digunakan untuk mengetahui penyebaran penduduk antara kota dan desa,
serta antar unit-unit wilayah (misalnya untuk RUTR kecamatan)
(i) Persebaran Penduduk Desa dan Kota
Merupakan proporsi penduduk desa dan kota terhadap jumlah penduduk.
(ii) Persebaran Penduduk Antar Wilayah Kecamatan
Angka persebaran diketahui dengan cara membandingkan kepadatan penduduk
antar wilayah kecamatan.
Penilaian:
Persebaran proporsional atau persebaran tidak proporsional.
Persebaran proporsional adalah persebaran dimana jumlah penduduk sebanding
dengan ketersediaan sumberdaya alam (termasuk lahan) di wilayah yang ditinjau.
Keunggulan:
Informasi tentang jumlah penduduk desa, kota dan wilayah kecamatan mudah
diperoleh.
Kelemahan:
Gambaran yang diperoleh masih sangat umum.
3. Komposisi Pendududk
Komposisi penduduk dibedakan menurut umur dan jenis kelamin.Komposisi
dimaksud dibutuhkan dalam perencanaan pengembangan fasilitas pelayanan
13ector dan ekonomi.
(i) Komposisi Menurut Umur
Struktur umur yang umum dipakai adalah interval waktu 5 tahun,
Penilaian: Dengan melihat komposisi umur penduduknya, untuk kelompok usia di
bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun, maka dapat ditentukan penduduk tua (old
population) dan penduduk muda (young population)
Penilaian :
TPAK Tinggi = > 70
TPAK Sedang = 50-69
TPAK Rendah = < 50
Data yang dibutuhkan berupa :
- Jumlah penduduk usia kerja (umur 10 tahun ke atas)
- Jumlah angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif
melakukan kegiatan ekonomis.
Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, penduduk yang mempunyai
pekerjaan tetap, tetapi sementara tidak bekerja, dan penduduk yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi mencari pekerjaan secara aktif.
(iii) Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat pengangguran terbuka (Open Unemployment Rate) dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
TPT = ( jumlah pencari kerja / jumlah angkatan kerja ) * 100
Data yang dibutuhkan:
- Jumlah angkatan kerja
- Jumlah orang yang mencari pekerjaan
Pengertian penduduk yang mencari pekerjaan (menganggur) adalah mereka yang
tidak bekerja dan sekarang ini sedang aktif mencari pekerjaan menurut acuan
waktu tertentu.Termasuk kelompok ini adalah mereka yang pernah bekerja, atau
sekarang sedang dibebastugaskan, tetapi sedang menganggur dan mencari
pekerjaan.
(i)
IKHatau disebut juga Physical Quality of Life Indeks (PQLI) merupakan indikator
gabungan (Composit Indicator) yang terdiri atas 3 unsur yang dinilai cukup valid
untuk menggambarkan kualitas sumberdaya manusia.
LR=
Jika diumpamakan angka LR yang diperoleh adalah 72,5, ini menunjukkan bahwa
di antara 100 penduduk berusia 10 tahun ke atas terdapat 73 (setelah dibulatkan)
yang mampu membaca dan menulis huruf latin.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas
dasar harga konstan.PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya.Sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.Dalam penelitian ini, tahun
yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun 2000.PDRB atas dasar harga
berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.Sedangkan
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke
tahun.
Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam menghitung PDRB :
1. Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan ini, PDRB dihitung melalui akumulasi nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu
wilayah/propinsi dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 lapangan usaha:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pertanian
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Jasa-jasa
2. Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah
dalam waktu tertentu.
3. Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen pengeluaran aktif seperti pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor neto dalam jangka waktu tertentu.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang didapat
atau diperoleh adalah:
1) PDRB atas dasar harga berlaku
Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh
suatu wilayah tertentu. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan
mendasari pemikiran teknik Location Quotient (LQ), yaitu teknik yang membantu
dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat
keswasembadaan (Self-sufficiency) suatu sektor.
Ada dua kerangka konseptual pembangunan daerah yang dipergunakan
secara luas (Azis,1994:96) : konsep basis ekonomi, teori basis ekonomi
beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya akan meningkat melalui
perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor)
dan sektor non basis (lokal). Konsep kedua beranggapan bahwa perbedaan tingkat
imbalan (rate of return) diakibatkan oleh perbedaan dalam lingkungan atau
prasarana, dari pada diakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio modaltenaga.Dalam konsep ini, daerah terbelakang bukan karena tidak beruntung atau
kegagalan pasar, tetapi karena produktivitasnya rendah.Namun tak banyak studi
empirik yang mempergunakan konsep kedua ini, disebabkan kelangkaan
data.Data yang lazim dipergunakan dalam studi empirik adalah metode Location
Quotient.
Adapun menurut John Glasson, perekonomian regional dapat dibagi
menjadi dua sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan
basis.Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan
produk-produknya keluar daerah.Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi bukan
basis (non basic activities) adalah usaha ekonomi yang menyediakan
barangbarang dan jasa-jasa untuk kebutuhan masyarakat dalam wilayah ekonomi
daerah yang bersangkutan saja.Artinya, kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis
tidak menghasilkan produk untuk diekspor ke luar daerahnya.Oleh karena itu, luas
lingkup produksi mereka itu dan daerah pemasarannya masih bersifat lokal.
Menurut teori ini, meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi basis di dalam
suatu daerah akan meningkatkan jumlah pendapatan daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya, akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa di daerah
itu dan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi bukan basis (effect
multiplier). Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kegiatan basis akan
berakibat berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang
vi/vt
vi/Vi
Vi/Vt atau vt /Vt
Di mana :
vi : Pendapatan sektor i disuatu daerah
Vi : Pendapatan total daerah tersebut
vt : Pendapatan sektor i sejenis secara regional/nasional
Vt : Pendapatan regional/nasional
Penggunaan LQ sangat sederhana serta dapat digunakan untuk menganalisis
tentang ekspor impor (perdagangan suatu daerah). Namun teknik analisis ini
mempunyai kelemahan, yaitu : selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat
adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu daerah, tingkat konsumsi
rata-rata untuk suatu jenis barang tidak sama di setiap daerah. Keperluan untuk
produksi dan produktivitas buruh berbeda antar daerah.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut maka dalam hal ini perlu
diasumsikan bahwa penduduk di setiap daerah (kabupaten) mempunyai pola
permintaan yang sama dengan pola permintaan pada daerah yang lebih luas
(propinsi), tingkat konsumsi akan suatu jenis barang rata-rata sama antara daerah.
Dan juga produktivitas, keperluan untuk produksi sama antar daerah, sistem
ekonomi negara tertutup. Kriteria yang digunakan adalah :
ASUMSI
II
(n x n)
(n x m)
Permintaan Akhir
III
IV
(p x n)
(p x m)
Multiplier output.
Analisis mengenai peningkatan pendapatan daerah.
Multiplier pendapatan.
Analisis mengenai kebutuhan tenaga kerja setiap sektor.
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian merupakan rangkaian proses yang kompleks dan terkait
secara sistematik. Setiap tahapan merupakan bagian yang menentukan bagi
tahapan selanjutnya sehingga harus di lalui secara kritikal dan cermat. Teori-teori
yang sudah ada merupakan pijakan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
Agar dalam penyusunannya dapat terlaksakna dengan cermat dan efesien, maka
perlu dibuat suatu kerangka kegiatan penelitian.
3.1 Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan jika kita
menginginkan dan melihat variabel, populasi/sampel yang ingin diteliti dengan
asumsi data yang ada belum memenuhi untuk kepentingan penelitian. Studi
Pendahuluan berfungsi sebagai:
1. Melihat proporsi kasus yang akan di teliti.
2. Menentukan besar sampel penelitian.
3. Melakukan uji reliabilitas instrument jika intstumen dalam bentuk
kuesioner.
4. Menentukan populasi sasaran.
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder melalu data BPS Kota
Jakarta Pusat.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini tediri dari
data Sekunder, yaitu menggunakan data BPS Jakarta Pusat dalam angka tahun
2015, yang kemudian digunakan untuk data analisis, dan menggunakan tabel
Input-Output Jakarta Pusat tahun 2000 yang digunakan untuk analisis input
output.
3.4 Analisis dan Pembahasan
Sebelum dilakukan pehitungan dan analisis, terlebih dahulu dilakukakn
pemeriksaan data-data yang telah dikumpulkan apakah telah sesuai dengan data
yang sebenarnya atautidak. Setelah semua data diperiksa, maka dilakukan analisis
dan perhitungan. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah
a) Analisis LQ
b) Analisis Kependudukan
c) Perhitungan Proyeksi Penduduk 20 tahun kedepan
d) Analisis Input Output serta
BAB IV
PEMBAHASAN
I.
Gambaran Umum
: Jakarta Utara
2. Di sebalah Timur
: Jakarta Timur
3. Di sebelah Selatan
: Jakarta Selatan
4. Di Sebelah Barat
: Jakarta Barat
2. ANALISIS LQ
Dengan menggunakan analisis ini, kita dapat mengetahui sektor sektor
basis atau leading sector yang ada di Kota Jakarta Pusat dengan melihat data
berikut :
Lapangan Pekerjaan
Seluruh
sektor
dalam
Jakpus
Pada setiap
sektor
seluruh
Indonesia
Seluruh
sektor
seluruh
Indonesia
Hasil
Analisis
LQ
Pertanian, Kehutanan,
Perikanan
438
38,604,254
0.002
Pertambangan
Industri Pengolahan
667
34,014
1,420,767
14,883,817
0.118
0.578
1,155
250,945
1.165
Bangunan
Perdagangan Besar,
Eceran, Rumah Makan,
dan Hotel
18,178
6,276,723
0.733
Angkutan,
Pergudangan, dan
Komunikasi
Keuangan, Asuransi,
Usaha Persewaan
Bangunan, Tanah, dan
Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan
172,649
437,622
23,737,236
110,804,041
1.842
40,275
5,040,849
2.023
62,640
2,912,418
5.446
107,606
18,213,032
Tabel 3 Perhitungan Analisis LQ
1.50
Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yakni sektor yang tingkat spesialisasinya
Perusahaan;
Sektor Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi;
Sektor Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel;
Sektor Jasa Kemasyarakatan; dan
Sektor Listrik, Gas, dan Air.
Sedangkan sektor-sektor non basis yang berada di Jakarta Pusat adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Sektor Bangunan;
Sektor Industri Pengolahan;
Sektor Pertambangan; dan
Sektor Pertanian. Kehutanan, dan Perikanan.
3. Analisis Kependudukan
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kota Jakarta Pusat memiliki jumlah penduduk 910.281 jiwa dengan luas
wilayah 48,13 km2. Dengan begitu dapat diketahui kepadatan penduduk Kota
Jakarta Pusat sebesar 18915 jiwa/km2. Berdasarkan kepadatan nasional Indonesia
dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta Pusat memiliki kepadatan yang tinggi
karena kepadatannya lebih besar dari pada kepadatan nasional. Adapun kepadatan
nasional Indonesia adalah 130 jiwa/km2.
Diagram 4.1 Jumlah Penduduk Kota Jakarta Pusat 2014
2. Komposisi Penduduk
Umur
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur
Sex Ratio
Sex Ratio
455.668 jiwa
454.713 jiwa x 100
Jumlah kematian bayi tahun 2012 di Jakarta Pusat sebanyak 447 dengan
jumlah penduduk yang lahir mencapai 13.995 jiwa. Angka kematian bayi atau
yang biasa disebut IMR Kota Jakarta Pusat tahun 2012 mencapai 32. Hal ini
berarti dari 1000 kelahiran terdapat 32 yang meninggal di bawah umur 1 tahun.
Angka ini mengukur jumlah rata-rata tahun (umur) yang diharapkan oleh
seseorang yang baru lahir untuk dijalani sampai meninggal kelak. Indikator inipun
jelas dapat menggambarkan tingkat kualitas hidup penduduk melalui tingkat
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Semakin besar angka harapan hidup
(LE) berarti semakin tinggi pula kualitas hidup penduduk yang bersangkutan.
Angka harapan hidup Kota Jakarta Pusat adalah 72,3 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap anak yang lahir di Kota Jakarta Pusat tersebut pada periode tahun
2010, dapat mengharapkan hidup rata-rata selama 72 tahun
IKH
1 229IMR 38
+
+ LR
3
2,22
0,39
1 22932 7238
+
+99,52
3
2,22
0,39
1
{ 88,7+87,17 +99,52 }
3
1
( 275,39 )
= 3
= 91,8
Berdasarkan perhitungan IKH Kota Jakarta Pusat mencapai 91,8. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kota Jakarta Pusat memiliki kualitas hidup yang tinggi.
A. Analisis Ketenagakerjaan
1. Angka Beban Tanggungan
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) merupakan angka yang
menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif (umur
dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk yang termasuk
usia produktif (umur 15-64 tahun).
Angka
Beban
Tanggungan
x 100
210.138 jiwa
= 700.243 jiwa x 100
= 30
Jumlah penduduk dengan usia tidak produktif yang berumur<15 dan 65>
sebanyak 210.138 jiwa dan penduduk dengan usia produktif yang berumur 15-64
tahun mencapai 700.243 jiwa. Dengan membandingkan jumlah penduduk usia
tidak produktif dengan jumlah penduduk usia produktif, angka beban tanggungan
Kota Jakarta Pusat sebesar 30. Hal ini menunjukkan bahwa angka beban
tanggungan Jakarta Pusat termasuk rendah.
TPAK =
= 62,25
x 100
proyek
penduduk
sangat
bermanfaat
untuk
perencanaan
Pn = Po (1 +
r
n
= 910.381 x 3,1
= 2.822.181 Jiwa
= 910.381 x 5,2
= 4.733.981 Jiwa
= 910.381 x 7,3
= 6.645.781 Jiwa
= 910.381 x 9,4
= 8.557.581 Jiwa
4.5.2. HasilAnalisis
Tabel4.7.HasilAnalisis
NamaSektor
ITKB
ITKD
IPM
ITK
Pertanian
0.84
0.73
0.79
2.05
Tambang&Galian
0.99
0.73
0.49
0.35
IndustriPengolahan
1.04
1.12
0.79
0.71
0.94
1.25
0.77
0.98
0.89
0.90
1.07
1.26
1.00
0.90
& 0.98
0.98
1.00
1.05
Keuangan,Asuransi& 1.00
1.21
1.30
0.83
1.14
1.48
1.27
Minum
Bangunan
Restoran
Angkutan
Komunikasi
Sewa
JasaJasa
1.09
Sumber:TabelInputOutputDKIJakartaTahun2000,diolah
Keterangan:
ITKB:IndeksTotalKeterkaitankeBelakang
ITKD:IndeksTotalKeterkaitankeDepan
IPM:IndeksPendapatanMasyarakat
ITK:IndeksTenagaKerja.
Sektorjasaadalahsatusatunyasektoryangmemilikinilaiindexlebih
dari 1 pada seluruh indikator. Nilai >1 pada ITKB menujukkan sektorsektor
tersebutmempunyaikemampuanyangkuatuntukmenarikpertumbuhanindustri
hulunyakarenauntuksetiapsatuanpeningkatanpermintaanakhirpadasektor
sektor tersebut akan mendorong peningkatan output pada sektorsektor yang
digunakansebagaiinputolehsektorsektortadisebesarangkaITKBnya.
UntuknilaiITKD>1,terjadipadasectorperdagangan,hoteldanrestoran,
lalusectorjasa,dansektorindustrypengolahan.Nilai>1menunjukkanbahwa
sectortersebutmempunyaikemampuanyangkuatuntukmendorongpertumbuhan
outputindustryhilirnya.
Untukhasilanalisisindekspendapatanmasyarakat(IPM),nilaitertinggi
beradapadasectorjasayaitusebesar1.48.Nilaitersebutmengandungartibahwa
untuksetiapsatusatuankenaikanoutputyangdihasilkanolehsectorjasa,total
pendapatanmasyarakatDKIJakartaakanmeningkatsebesarRp1.48milyar.Hal
inijugaterjadipadasektorsektorlain.
Untuk analisis indeks tenaga kerja sektorsektor perekonomian di DKI
Jakarta,peringkatpertamadidudukiolehsectorpertanian,kemudianmenyusul
sekto rjasa.Nilai tersebut menunjukkan sector pertainan paling banyak
menciptakan lapangan pekerjaan dalam pembangunan perekonomian di DKI
Jakarta,kemudiansektorjasayangberadapadaperingkatkeduacukupsensitive
dalammenciptakanlapanganpekerjaan.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka perlunya peningkatan dan
pengembanganjasauntukmeningkatkanpembangunanekonomidiDKIJakarta.
Sertamembuatkebijakankebijakanyangkiranyadapatmerangsangpertumbuhan
sectorjasa.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa
poin penting yaitu:
a) Berdasarkan perhitungan LQ, sektor yang paling unggul adalah sektor
SektorKeuangan,Asuransi,UsahaPersewaanBangunan,Tanah,danJasa
Perusahaan;yaituLQ=5.4,dansektoryangsangattidakungguladalah
sektorpertanian,kehutanan,danperikanan,yaituLQhanya0.002.Maka
perlunya peningkatan sektorsektor jasa tadi untuk meningkatkan
pertumbuhanJakartaPusat.
b) AngkaKualitasHidupdiKotaJakartacukuptinggiyaitumencapai91,8.,
dengan beban tanggungan yang rendah yaitu 30 dan tingkat partisipasi
kerjayangtinggiyaitu62,25,sertatingkatpenggangguransebesar11,21
%daritotalpenduduk.
c) Berdasarkan analisis IO, sektor jasa adalah sektor yang paling
berpengatuhdalampembangunanekonomidiJakartaPusat.
5.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran kami untuk pemerintah
Jakarta Pusat dalam meningkatkan pembangunan ekonomi adalah:
a)
pertumbuhansektorjasa.
c)
Menyediakanbanyaklapangankerja,danmengefesiensikanpenyerapantenaga
kerjaolehsektorsektoryangadadiJakartaPusatitusendiri,agartingkat
penganggurandapatdikurangi.