You are on page 1of 58

Metode Analisis Perencanaan

Laporan Analisis Sosial dan Ekonomi


Kota Metropolitan di Indonesia

Kelompok 7
INDIRASATRIANI NURSALAM

D52114002

APRIZADLY
AJIE ANASTAUFAN

D52114301

YUSHALIHA FITRI
ANANDA MALAEIKA

D52114319

Teknik Pengembangan Wilayah dan Kota


Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
2015

DAFTAR ISI

Daftar Isi .. 1
Kata Pengantar ..... 2
Bab I Pendahuluan ... 3
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang ......


3
Rumusan Masalah ...
3
Tujuan .
4
Manfaat ...
4

Bab II Tinjauan Pustaka ..


Bab III Metodologi .
Bab IV Isi dan Pembahasan
Daftar Pustaka ..

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmatNya sehingga tugas ini dapat terselesaikan tanpa ada kendala
yang berarti. Laporan ini bertema tentang Analisis Sosial dan Ekonomi Kota
Metropolitan di Indonesia dan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode
Analisis Perencanaan. Laporan ini juga bertujuan untuk mengetahui tentang
Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Kependudukan, proyeksi penduduk 20
tahun ke depan, dan Analisis Input - Output.
Kami menyadari bahwa laporan kami ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai segala usaha kita.
Amin.

Gowa, 5 Desember 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa ini, telah banyak kota berkembang menjadi kota metropolitan
dikarenakan oleh beberapa faktor yang menjedi tuntutan kota tersebut untuk
berkembang.
Kota kota di Indonesia juga mengalami banyak perkembangan
khususnya pada DKI Jakarta yang menjadi pusat perkembangan. Pertumbuhan
dan perkembangan kota menjadi kota metropolitan merupakan sebuah tanda
berkembangnya suatu negara. Namun, perkembangan kota tersebut bisa saja
bernilai positif maupun negatif jika melihat masalah masalah yang dimiliki kota
tersebut.
Kota Jakarta yang menjadi wilayah pusat dalam perkembangan wilayah
tentu saja memiliki beberapa masalah. Untuk melihat adanya kekurangan dalam
perkembangan kota tersebut maka diperlukan beberapa analisis analisis dalam
perencanaan suatu kota.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang analisis sosial dan ekonomi kota
metropolitan di Indonesia dengan studi kasus Kota Jakarta, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja hasil dari analisis kependudukan di Kota Jakarta?
2. Berapa jumlah proyeksi penduduk Kota Jakarta 20 tahun ke depan?
3. Bagaimana hasil yang didapatkan dari analisis Location Quotient (LQ) dan
PDRB di Kota Jakarta?

4. Bagaimana hasil yang didapatkan dari analisis input output di Kota


Jakarta?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan dari pembuatan
laporan ini oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hasil dari analisis kependudukan di Kota Jakarta;
2. Mengetahui jumlah dari proyeksi penduduk Kota Jakarta 20 tahun ke
depan;
3. Mendapatkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dan PDRB Kota
Jakarta; dan
4. Mendapatkan hasil analisis input output Kota Jakarta.
1.4 Manfaat
Dari tujuan tersebut, maka manfaat yang bisa didapatkan dari hasil
pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pembelajaran untuk menganalisis sosial dan ekonomi kota
metropolitan.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang memerlukan data data
yang telah didapatkan pada laporan ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demografi Penduduk
Donald J. Bogue dalam Pollard, A.H. (1984) menjelaskan demografi
adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar,
komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa.
Ada lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Demografi mempelajari persoalan dan
keadaan perubahan-perubahan penduduk atau segala hal yang berhubungan
dengan komponen-komponen perubahan, sehingga menghasilkan suatu keadaan
dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis

kelamin.Demografi

menghasilkan teknik-teknik untuk menghitung data kependudukan. Dengan teknik


tersebut dapat diperoleh perkiraan keadaan penduduk di masa depan atau di masa
lampau.
Keadaan penduduk suatu negara perlu diketahui.Tugas dari demografi
adalah mempelajari keadaan penduduk, statistik penduduk dan dinamika
penduduk.Keadaan penduduk meliputi jumlah, pertumbuhan, penyebaran,
kepadatan dan struktur serta komposisi penduduk (Daldjoeni, N. 1987).Statistik
penduduk meliputi pencatatan jumlah kelahiran, kematian, perkawinan dan
perceraian. Sedangkan yang dimaksud migrasi adalah perpindahan penduduk dari
satu daerah ke daerah lain.
Dalam sejarah manusia terjadi pula perpindahan bangsa-bangsa secara
besar-besaran.Pada awalnya manusia berpindah tempat secara tidak sadar, tidak
hanya mengikuti dorongan naluri saja.Kemudian perpindahan manusia dilakukan
dengan kesadaran. Ada dua dorongan yang membuat orang bermigrasi yaitu
adanya daya tarik dari tempat lain dan tidak ada daya tarik dari tempat yang
dihuninya (Daldjoeni, N. 1987).

Demografi mempunyai beberapa tujuan diantaranya mempelajari kuantitas


dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.Selain itu juga menjelaskan
pertumbuhan

masa

lampau,

penurunannya

dan

persebarannya

dengan

sebaikbaiknya dan dengan data yang tersedia.Demografi juga mengembangkan


sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek
organisasi sosial. Ilmu ini mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa
yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya (Widiyanti, N.
1987). Para ahli biasanya membedakan antara ilmu kependudukan (demografi)
dengan studi-studi tentang kependudukan (population studies). Demografi berasal
dari kata Yunani demos penduduk danGrafien tulisan atau dapat diartikan
tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan
komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari
waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat kuantitatif dan yang
bersifat

kualitatif.Demografi

yang

bersifat

kuantitatif

(kadang-kadang

disebut Formal Demography atau Demografi Formal) lebih banyak menggunakan


hitungan-hitungan statistik dan matematik.Tetapi Demografi yang bersifat
kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek kependudukan secara deskriptif
analitik.Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis
perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya
dengan situasi sosial di sekitarnya.Ilmu kependudukan yang perlu mendapat
perhatian kita sekarang adalah lebih menyerupai studi antar disiplin ilmu yang
dipadu dengan analisis demografi yang lazim diberi istilah Demografi Sosial.
Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu
kita perhatikan yaitu cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
migrasi.Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas
sosial dan tingkat perkawinan.Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang
kemudian digunakan sebagai variabel (peubah) yang dapat menerangkan hal ihwal
tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu tentang pertumbuhan
masa lampau dan persebarannya.Tentang hubungan antara perkembangan
penduduk dengan berbagai variabel (peubah) sosial, dan tentang prediksi

pertumbuhan penduduk di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibatakibatnya Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi
berbagai pihak di dalam masyarakat.Bagi pemerintah informasi tentang
kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk
pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau
bidang-bidang lainnya.Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga
tidak kalah pentingnya.Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi
tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran.
Tujuan

analisis

kependudukan dalam

penyusunan

perencanaan

pembangunan daerah sebenarnya sangat luas. Dalam buku perencanaan


pembangunan daerah menyebutkan bahwa secara umum beberapa tujuan analisis
kependudukan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok
umur, jenis kelamin, bahkan kondisi sosio-ekonomi
2. Mengetahui pertumbuhan masa lampau,masa sekarang, serta penurunannya
dan penyebaran nya dalam suatu wilayah pembangunan
3. Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam macam aspek pembangunan
4. Mencoba memproyeksikan pertumbuhan penduduk dan kemungkinankemungkinan konsenkuensinya serta pengaruh terhadap pelaksaanaan
pembangunan
5. Sebagai bahan pemantauan untuk melakukan pengendalian penduduk agar
tidak terjadi ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi kondisi
masyarakat secara keseluruhan.
Pentingnya informasi mengenai kependudukan bagi seseorang perencana
tidak hanya menyangkut masalah kondisi sosio-ekonomi, kultur yang dianut,
atau jenis kelamin saja, melainkan juga keadaaan mengenai jumlah
penduduk ,perkembangan kelahiran, kematian, proyeksi penduduk, dan
sebagainya.

Metode analisis kependudukan dapat berupa:

Analisis Sebaran Penduduk

Analisis Pertumbuhan Penduduk

Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk

Analisis Tingkat Fertilitas

Analisis Tingkat Mortalitas

Analisis Migrasi Penduduk

Analisis Kepadatan Penduduk

Analisis Struktur dan Komposisi Penduduk

Analisis Proyeksi Penduduk

Hasil dari analisis kependudukan tersebut dapat menjadi bahan


pertimbangan bagi perencana dalam merumuskan rekomendasi rencana mengingat
pentingnya faktor penduduk sebagai obyek perencanaan. Tanpa analisis
kependudukan, rencana yang dihasilkan akan menjadi rencana yang tidak valid
dan susah diimplementasikan serta tidak terarah dengan baik karena urgensi
penduduk sebagai subyek serta obyek pembangunan.
Analisis kependudukan adalah penyajian data demografi (kelahiran,
kematian, migrasidan lain-lain) yang akan memberikan data dasar yang dapat
digunakan untuk

menentukan

rate,

ratio

dan

presentase

guna

pengambilan suatu keputusan.


Langkah

awal

dalam

analisis

kependudukan adalah

mengetahui

jumlah penduduk dalam masyarakat dan angka ( rate ) yang memperlihatkan


kelahiran, perkawinan, kematian dan mobilitas penduduk masuk atau keluar
daerah. Uraian tentang populasi harus mencakup struktur jenis kelamin dan usia,
baru kemudian uraian tentang fertilitas meliputi angka kelahiran kasar ( Crude
Birth Rate ), angka fertilitas umum ( General Fertility Rate ), angka fertilitas

khusus menurut umur ( Age Spesifik Fertility Rate ), dan angka fertilitas menurut
urutan kelahiran, termasuk juga penghitungan fertilitas kumulatif meliputi Total
Fertility Rate (TFR), Gross Fertility Rate (GFR) dan Net Reproduction Rates
(NRR).
Bentuk-bentuk Analisis Ekonomi Kependudukan :
1. Dampak Dinamika Penduduk terhadap Pembangunan Ekonomi.
Dalam analisis ini penduduk diposisikan sebagai input produksi dan
konsumen sumber daya.
a. Posisi Penduduk dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi sendiri

selalu

terkait

dengan

jumlah

penduduk, Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output


perkapita dalam jangka panjang

yang

dapat

dilihat melalui output

total yang dihasilkan oleh penduduk.


b. Dampak pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian.

Dalam hal ini, pertumbuhan penduduk dapat mengakibatkan pertumbuhan


ekonomi atau sebaliknya pertumbuhan penduduk dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi (tergantung dari pada kualitas penduduk).

2.2 Studi Kependudukan


Studi kependudukan berkaitan dengan segala aspek tingkat kemakmuran
penduduk dipermukaan bumi pada umumnya.Aspek kependudukan yang
dipelajari pada studi kependudukan meliputi aspek keruangan (spasial), maka
studi ini erat hubungannya dengan studi geografi (N. Sumaatmadja, 1981).
Geografi kependudukan menjelaskan bagaimana variasi spasial dalam
distribusi,

komposisi,

migrasi,

dan

pertumbuhan

penduduk.Pertumbuhan

penduduk adalah pertambahan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dan waktu
tertentu.Hal ini dipengaruhi oleh faktor demografi dan non demografi. Menurut
Hauser, demografi adalah analisa statistik terhadap jumlah, distribusi, dan

komposisi penduduk serta komponen-komponen variasi dan perubahannya. Hasil


analisa tersebut bertujuan untuk menerangkan kemungkinan yang akan terjadi
dimasa mendatang sebagai hasil perubahan.
Masalah kependudukan tidak hanya menyangkut aspek demografi,
melainkan juga menyangkut hubungan individu, tradisi, keruangan, kemakmuran,
dll.Ahli geografi kependudukan memperhatikan aspek-aspek genetika atau
dinamika dari variasi spasial antar waktu (temporal), dan bagaimana terjadinya
hubungan atau interaksi keruangan antar fenomena (Widiyanti, N. 1987).
Kependudukan disadari sebagai salah satu masalah besar. David L.
Silldalam Widiyanti, N (1987) mengemukakan lima masalah besar di dunia, salah
satu diantaranya adalah population atau penduduk. Studi kependudukan yang
berkaitan dengan aspek kependudukan tidak dapat dilepaskan dari aspek regional.
Berbicara tentang aspek regional maka berkaitan pula dengan kebutuhan akan
lahan. Kebutuhan akan ketersediaan lahan semakin meningkat seiring dengan
pertambahan

jumlah penduduk.

Kependudukan

yang dikaji

oleh studi

kependudukan di tempat tertentu tidak dapat di lepaskan pula dari penyebaran dan
interelasi keruangannya.Maka perlu ada kesesuaian lahan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, tidak menjamin tingkat
kemakmuran penduduk daerah tersebut relatif lebih tinggi pula.Namun
lingkungan hidup yang berkualitas tinggi dapat menjamin daya huni (habitability)
yang tinggi bagi populasi yang menghuninya.Menurut ekologi umum, jenis-jenis
sumberdaya yang menentukan tinggi rendahnya daya huni meliputi materi, energi,
ruang, waktu dan keragaman (diversity) (Mubyarto. 1983).
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas
wilayah yang dipengaruhi oleh faktor fisiografis, keamanan, kebudayaan,
biologis, dan psikologis.Kepadatan penduduk dibagi menjadi tiga yaitu kepadatan
penduduk aritmatika, kepadatan penduduk agraris, dan kepadatan penduduk
fisiologis/ekonomis.

Soemarwoto (1976) dalam Widiyanti, N (1987) memperingatkan bahaya


kenaikan jumlah penduduk yang tidak terkendali, pada suatu saat akan melampaui
daya dukung lingkungan yaitu kemampuan suatu daerah untuk mendukung
sejumlah manusia tertentu pada tingkat kehidupan yang wajar.
Daya dukung ini di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas daerah
yang tersedia untuk pertanian dan kesuburan tanah. Pertumbuhan penduduk yang
pesat dewasa ini, seringkali dapat mengakibatkan benturan penggunaan lahan
yang sebenarnya tidak sesuai dengan pertumbuhannya.Hal itu terjadi di Indonesia
terutama di Pulau Jawa sehingga menyebabkan kerusakan hutan, tanah, dan
kualitas lingkungan.
2.3 Dinamika Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan yang mengurangi jumlah penduduk.
Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir
(menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh
jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu migrasi
juga berperan menambah dan mengurangi jumlah penduduk (Lembaga
Demografi, Universitas Indonesia).
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi empat komponen menurut Lembaga
Demografi

Universitas

Indonesia

yaitu

kelahiran

(fertilitas),

kematian

(mortalitas), migrasi masuk (in-migration), migrasi keluar (out-migration).Selisih


antara kelahiran dan kematian disebut perubahan reproduktif (reproductive
change) atau pertumbuhan alamiah (natural increase).Selisih antara in-migration
dan out migration disebut migrasi neto (net-migration). Jadi pertumbuhan
penduduk dipengaruhi dua cara yaitu melalui perubahan reproduksi dan migrasi
neto.
Dari model ini maka dapat dilihat secara jelas bagaimana pengaruh
masing-masing komponen demografi terhadap pertumbuhan penduduk.Ada tiga
ukuran dasar demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.

2.3.1 Kelahiran (Fertilitas)


Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang
wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan
beberapa ukuran fertilitas yang sering digunakan adalah :

1. Angka kelahiran kasar/Crude Birth Rate (CBR)


2. Angka kelahiran menurut umur/Age Specific Birth Rate (ASBR)
3. Angka Fertilitas Total (TFR)

2.3.2 Kematian (Mortalitas)


Konsep mati perlu diketahui untuk mendapatkan data kematian yang
benar.Dengan

kemajuan

ilmu

kedokteran,

kadang-kadang

sulit

untuk

membedakan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Berdasarkan konsep
dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia terdapat tiga
keadaan vital yang masing-masing saling bersifat mutual exclusive, artinya
keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu keadaan
lainnya. Tiga keadaan vital tersebut ialah lahir hidup (live birth), mati (death),
lahir mati (fetal death).
United Nations (UN) dan World Health Organization (WHO) membuat
definisi mati adalah keadaan menghilangkan semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Lahir hidup
yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap
tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi,
hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut
jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah
tali pusat sudah dipotong atau belum. Lahir mati adalah peristiwa menghilangnya
tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan


tinggi rendahnya angka kematian dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya
struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi, keadaan
lingkungan, dll.

Angka kematian kasar yang sederhana adalah:


1. Angka kematian kasar/Crude Death Rate (CDR)
2. Angka kematian menurut umur/Age Specific Death Rate (ASDR)

2.3.3 Perpindahan (Migrasi)


Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian.
Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus
mengingat adanya kepadatan (densitas) dan distribusi penduduk yang tidak
merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk
melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, di sisi lain pihak
komunikasi termasuk transportasi semakin lancar (Lembaga Demografi). Migrasi
sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu
daerah ke daerah lain. Orang yang melakukan migrasi disebut migran.
2.4 Angka pertumbuhan penduduk (Population Growth Rate atau r)
Angka pertumbuhan penduduk (r) menunjukkan rata-rata pertambahan
penduduk per tahun pada periode atau waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan
dengan persen.Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengundang banyak
masalah.Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu masalah penduduk belum
ada.Dengan munculnya tulisan Malthus pada akhir abad ke-18, masalah penduduk
mempunyai ruang baru dalam literature-literatur ekonomi.Sedangkan pada zaman
sebelum Malthus masalah kependudukan juga sudah banyak dibicarakan, tetapi
belum terarah.Seperti halnya dengan filosof-filosof Cina yang mempermasalahkan
jumlah optimum penduduk yang bekerja pada tanah pertanian.Mereka

merumuskan suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dengan jumlah penduduk
(Sudjono, S, dkk. 1994).
Deviasi

antara

kedua

unsur

tersebut

dapat

menimbulkan

kekayaan.Filosoffilosof Cina menganjurkan pada pemerintah agar memindahkan


penduduk pada tempat yang kurang penduduk.Jika terjadi persediaan pangan yang
merosot maka berakibat pada tingginya angka kematian. Jika umur perkawinan
terlalu muda maka menyebabkan angka kematian bayi tinggi, dan jika biaya pesta
perkawinan naik maka angka perkawinan akan turun (Lembaga Demografi).
2.5 Komposisi penduduk
Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk
umur dan jenis kelamin.Komposisi umur penduduk biasanya digambarkan dalam
piramida penduduk yang dapat mencerminkan apakah suatu wilayah mempunyai
ciri penduduk tua atau muda.Penduduk tua, berarti sebagian besar penduduk
negara tersebut berada pada umur tua.Sedangkan pada penduduk muda, sebagian
besar penduduknya berada pada umur muda (Sudjono, S, dkk. 1994).
Lembaga Demografi menjelaskan ciri komposisi dan distribusi umur ini
dapat pula dipakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan yaitu angka
yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif
(umur dibawah 15 tahun dan umur diatas 65 tahun), dengan banyaknya orang
yang termasuk produktif secara ekonomi (15-64 tahun). Komposisi penduduk
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin
b. Sosial, meliputi tingkat pendidikan dan status perkawinan
c. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, dan
tingkat pendapatan
d. Geografis, meliputi tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, provinsi,
kabupaten, dll

Angka beban tanggungan(Dependency Ratio) adalah angka yang


menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif dengan
banyaknya orang yang termasuk usia produktif.

2.6 Data kependudukan


Data penduduk diperlukan banyak pihak, instansi pemerintah dan
kepentingan mereka masing-masing yang beranekaragam.Sejak zaman dahulu
pengumpulan data penduduk sudah dilakukan, namun data yang lengkap,
menyeluruh, dan sistematik baru dilaksanakan dalam abad terakhir ini.
Ada tiga cara pengumpulan data penduduk, dengan melakukan pencatatan
pada seluruh penduduk negara secara serentak yang disebut sensus, dengan
melakukan survai sampel penduduk, dan dengan sistem registrasi. Sensus
bertujuan untuk mendapatkan data penduduk guna studi demografi untuk berbagai
kepentingan (Daldjoeni, N. 1986).
Suatu cara untuk dapat menghitung jumlah penduduk ialah dengan sensus
atau cacah jiwa. Sensus adalah keseluruhan dari pengumpulan, penyusunan,
pengolahan dan penerbitan dari keterangan-keterangan yang bersifat demografis,
ekonomis dan sosial dari seluruh penduduk suatu negara atau daerah teritorial
tertentu, pada jangka waktu tertentu.Secara singkat dapat diartikan sebagai
perhitungan resmi dari penduduk suatu negara bersama dengan pengumpulan
statistiknya (Daldjoeni, N. 1986).
Susunan penduduk atau komposisi penduduk adalah penggolongan
penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, mata pencaharian, kebangsaan, suku
bangsa, agama, pendidikan, tempat tinggal, dll.Susunan penduduk ini dijadikan
pedoman bagi pemerintah dalam melaksanakan kebijakan pembangunan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat (Daldjoeni, N. 1986).
Penelitian geografi diperbolehkan mengambil cuplikan atau sampel dari
populasi apabila populasinya demikian luas. Sampel adalah bagian dari populasi
yang mewakili dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada
populasi (Singarimbun, M. 1987)
Kondisi geografi suatu obyek penelitian atau suatu populasi penelitian
geografi

jarang

sekali

yang

homogen,

maka

penarikan

sampel

ini

bermacammacam.Ketentuan jenis penarikan sampel harus memenuhi syarat yang

mewakili populasinya.Ada jenis sampel random, sampel sistematis, sampel area,


sampel bertingkat, sampel kuota, dll (Singarimbun, M. 1987).
Kriteria jenis sampel dan penarikannya, selain dipengaruhi oleh sifat
populasinya, dipengaruhi juga oleh jenis kebutuhan analisa data untuk menguji
hipotesa dan menarik kesimpulan hasil penelitian. Pada penelitian geografi,
penarikan sampel dapat dilakukan terhadap ruang atau daerah(sampel area) dan
dapat pula terhadap kasus, individu atau gejala. Hal ini sesuai dengan gejala atau
masalah yang sedang diteliti.Pada penelitian geografi, jumlah, jarak, luas,
ketinggian (elevasi), tingkat kesuburan, dll dapat dijadikan karakter untuk
penarikan sampel.Selanjutnya teknik dan alat pengumpulan data yang telah
dirumuskan dianalisa sehingga dapat menarik kesimpulan tentang populasi atau
obyek yang diteliti (Singarimbun, M. 1987).

1. Perhitungan Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Analisis digunakan untuk mengetahui jumlah dan tingkat kepadatan penduduk
dikaitkan dengan sumberdaya lahan yang tersedia. Pengukuran kepadatan
dilakukan dengan tiga cara, yaitu : (i) kepadatan penduduk kasar (crude density of
population), (ii) kepadatan penduduk agraris, dan (iii) kepadatan penduduk
ekonomi (economical density of population).
(i) Kepadatan Penduduk Kasar
Angka kepadatan ini biasanya disebut pula sebagai Kepadatan Penduduk Matriks,
merupakan ratio antara jumlah penduduk persatuan luas wilayah.

(ii) Kepadatan Penduduk Agraris


Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk petani tiap 1 Km2 tanah
pertanian,
(iii) Kepadatan Penduduk Ekonomi
Kepadatan penduduk ekonomi adalah besarnya jumlah penduduk pada suatu
wilayah didasarkan atas kemampuan wilayah yang bersangkutan.

2. Persebaran Penduduk
Analisis digunakan untuk mengetahui penyebaran penduduk antara kota dan desa,
serta antar unit-unit wilayah (misalnya untuk RUTR kecamatan)
(i) Persebaran Penduduk Desa dan Kota
Merupakan proporsi penduduk desa dan kota terhadap jumlah penduduk.
(ii) Persebaran Penduduk Antar Wilayah Kecamatan
Angka persebaran diketahui dengan cara membandingkan kepadatan penduduk
antar wilayah kecamatan.
Penilaian:
Persebaran proporsional atau persebaran tidak proporsional.
Persebaran proporsional adalah persebaran dimana jumlah penduduk sebanding
dengan ketersediaan sumberdaya alam (termasuk lahan) di wilayah yang ditinjau.
Keunggulan:
Informasi tentang jumlah penduduk desa, kota dan wilayah kecamatan mudah
diperoleh.
Kelemahan:
Gambaran yang diperoleh masih sangat umum.
3. Komposisi Pendududk
Komposisi penduduk dibedakan menurut umur dan jenis kelamin.Komposisi
dimaksud dibutuhkan dalam perencanaan pengembangan fasilitas pelayanan
13ector dan ekonomi.
(i) Komposisi Menurut Umur
Struktur umur yang umum dipakai adalah interval waktu 5 tahun,
Penilaian: Dengan melihat komposisi umur penduduknya, untuk kelompok usia di
bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun, maka dapat ditentukan penduduk tua (old
population) dan penduduk muda (young population)

(ii) Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)


Merupakan perbandingan-banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya
penduduk perempuan pada suatu wilayah dan waktu tertentu.Biasanya dinyatakan
dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.
Penilaian:
Sex Ratio Tinggi :> 105
Sex Ratio Sedang : 95 105
Sex Ratio Rendah :< 95
4. Perkiraan Laju Pertambahan Penduduk
Perkiraan laju pertumbuhan penduduk diperlukan dalam perencanaan pembangunan wilayah, untuk : (i) memperkirakan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
15ector ekonomi yang dibutuhkan selama kurun waktu pelaksanaan rencana, dan
(ii) merubah kecenderungan laju pertumbuhan penduduk dalam rangka
menanggulangi dinamika penduduk yang terlalu pesat.
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh : (1) besarnya
kelahiran, (2) besarnya kematian, dan (3) besarnya migrasi masuk dan migrasi
keluar.
Keadaan penduduk pada tahun tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pt = Po + {B D} + {Mi Mo}
dengan
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
B = Jumlah kelahiran
D = Jumlah kematian
Mi = jumlah migrasi masuk
Mo = jumlah migrasi keluar
(B-D) = pertumbuhan penduduk alamiah
(Mi-Mo) = pertumbuhan penduduk migrasi (neto)
Dikenal beberapa metoda perkiraan jumlah penduduk, tiga diantaranya adalah:

- Metode Antar Sensus (Intercensal)


- Metode Sesudah Sensus (Postcensal)
- Metode Proyeksi (Projection Method)
(i) Metode Antar Sensus
Metode antar sensus (Intercensal) yang disebut pula interpolasi adalah suatu
perkiraan mengenai jumlah penduduk di antara dua waktu sensus (data) yang
diketahui.Pada metoda ini pertambahan penduduk diasumsikan linier.
Pn = Po + m/n (Pn Po)
atau
Pm = Pn {(n m) / n} * (Pn Po)
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun n
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (penduduk dasar)
Pm = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun m)
m = selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
n = selisih tahun dari dua sensus yang diketahui
Contoh:
Jika diketahui jumlah penduduk menurut sensus 1961 = 97 juta dan menurut
sensus 1971 = 118.2 juta.Hitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun 1967.
P1967 = 97 {(1967 1961) / 10} * (118.2 97)
P1967 = 109,72 juta
(ii) Perkiraan Sesudah Sensus
Digunakan rumus
Pm = Po {(n + m) / n} * (Pn Po)
atau
Pm = Pn + (m / n) * (Pn Po)
dengan :
Po = jumlah penduduk dasar (tahun awal)
Pn = jumlah penduduk tahun n

Pm = jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun n)


m = selisih tahun yang dicari dengan tahun n
n = selisih tahun dari dua sensus yang diketahui
(iii) Metode Proyeksi
Metoda proyeksi dibedakan menurut dua jenis, yaitu :
a. Metoda matematik, yang terdiri atas (1) metoda bunga berganda (geometric
rate of growth), dan (2) metoda eksponensial (exponential rate of growth).
b. Metoda komponen (cohort)
Analisis Ketenagakerjaan
Analisis dalam lingkup ini diperlukan untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan jumlah penduduk yang tidak produktif, tingkat partisipasi
angkatan kerja, tingkat pengangguran, dan proyeksi tingkat partisipasi angkatan
kerja.
(i) Angka Beban Tanggungan
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) merupakan angka yang
menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif (umur
dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk yang termasuk
usia produktif (umur 15-64 tahun).
{(Po 14 + P65+) / (P15 64)} * 100
Penilaian:
Angka Beban-Tanggungan Tinggi :> 70
Angka Beban Tanggungan Sedang : 51 69
Angka Beban Tanggungan Rendah :<50
(ii) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja (Labor Force Participation) atau biasa
disingkat TPAK menyatakan perbandingan jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja (di Indonesia umur 10 tahun ke atas).
TPAK = (jumlah angkatan kerja/jumlah penduduk usia kerja ) * 100

Penilaian :
TPAK Tinggi = > 70
TPAK Sedang = 50-69
TPAK Rendah = < 50
Data yang dibutuhkan berupa :
- Jumlah penduduk usia kerja (umur 10 tahun ke atas)
- Jumlah angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif
melakukan kegiatan ekonomis.
Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, penduduk yang mempunyai
pekerjaan tetap, tetapi sementara tidak bekerja, dan penduduk yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi mencari pekerjaan secara aktif.
(iii) Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat pengangguran terbuka (Open Unemployment Rate) dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
TPT = ( jumlah pencari kerja / jumlah angkatan kerja ) * 100
Data yang dibutuhkan:
- Jumlah angkatan kerja
- Jumlah orang yang mencari pekerjaan
Pengertian penduduk yang mencari pekerjaan (menganggur) adalah mereka yang
tidak bekerja dan sekarang ini sedang aktif mencari pekerjaan menurut acuan
waktu tertentu.Termasuk kelompok ini adalah mereka yang pernah bekerja, atau
sekarang sedang dibebastugaskan, tetapi sedang menganggur dan mencari
pekerjaan.

(i)

Perhitungan Indekss Kualitas Hidup (IKH)

IKHatau disebut juga Physical Quality of Life Indeks (PQLI) merupakan indikator
gabungan (Composit Indicator) yang terdiri atas 3 unsur yang dinilai cukup valid
untuk menggambarkan kualitas sumberdaya manusia.

Ketiga indikator yang dimaksud ialah :


i. Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
ii. Angka harapan hidup pada usia 0 (Life Expectancy = LE)
iii. Angka melek huruf penduduk usia 10 th keatas (Literacy Rate = LR)
Sebagai suatu mocel gabungan, IKH dinilai mempunyai kepekaan yang tinggi
untuk mengukur hasil dari suatu proses pembangunan ekonomi dalam suatu
masyarakat.
Informasi dasar yang diperlukan dalam pengukuran IKH adalah data mengenai
ketiga indikator tersebut di atas pada tahun yang sama.
Tahapan-tahapan pengukurannya adalah sebagai berikut:
(1) Pengumpulan data ketiga faktor yang tergabung dalam IKH, yaitu:
a. Angka Kematian Bayi (IMR)
- Angka ini menunjukkan jumlah rata-rata kematian bayi dalam setiap 1000
kelahiran pada suatu wilayah tertentu.
- Angka IMR ini oleh para ahli dipandang sebagai salah satu indikator yang
mampu mengukur perkembangan pembangunan ekonomi suatu masyarakat.
- Data yang dibutuhkan untuk menghitung IMR ialah jumlah anak usia dibawah 1
tahun yang meninggal pada suatu wilayah, serta jumlah kelahiran di wilayah
tersebut pada periode tahun yang sama.
Tetapi karena data yang dimaksud biasanya sulit diperoleh secara akurat di
seluruh wilayah, maka dianjurkan untuk mengutip saja hasil perhitungan terakhir
mengenai IMR dari pihak / instansi yang berkompeten seperti Dep. Kesehatan,
Kantor Statistik, BKKBN, ataupun dari Lembaga Demografi pada Perguruan
Tinggi setempat.
- Diumpamakan angka IMR yang diperoleh itu adalah 85. Itu berarti dalam setiap
1000 kelahiran ada 85 bayi yang meninggal sebelum mencapai ulang tahunnya
yang pertama.
b. Angka Harapan Hidup (Life Expectancy)
- Angka ini mengukur jumlah rata-rata tahun (umur) yang diharapkan oleh
seseorang yang baru lahir untuk dijalani sampai meninggal kelak. Indikator inipun

jelas dapat menggambarkan tingkat kualitas hidup penduduk melalui tingkat


pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya.Semakin besar angka harapan hidup
(LE) berarti semakin tinggi pula kualitas hidup penduduk yang bersangkutan.
- Seperti halnya pada perhitungan IMR, angka harapan hidup (LE) ini juga
dianjurkan untuk dikutip dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan oleh
pihak/instansi yang berkompeten seperti yang disebutkan di atas, karena untuk
menghitung sendiri angka LE ini sangat rumit bagi mereka yang bukan ahlinya.
Hal ini tidak menjadi masalah karena data mengenai LE dipublikasikan secara
berkala oleh instansi-instansi tersebut di atas.
- Jika diumpamakan angka harapan hidup (LE) yang diperoleh untuk suatu
wilayah kabupaten adalah 58, ini menunjukkan bahwa setiap anak yang lahir di
wilayah tersebut pada periode tahun yang bersangkutan, dapat mengharapkan
hidup rata-rata selama 58 tahun.
c. Angka Melek Huruf (Literacy Rate)
Angka ini mengukur proporsi penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang
mampu membaca dan menulis.Jadi yang diukur ialah kondisi pendidikan dasar
penduduk.
Indikator ini dipandang memiliki kepekaan yang tinggi untuk mengukur potensi
pembangunan dan kesempatan-kesempatan yang dimiliki oleh lapisan penduduk
miskin / bawah untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan wilayah.
Data yang dibutuhkan untuk menghitung angka melek huruf (LR) ialah data
mengenai jumlah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas dan data mengenai
jumlah orang yang mampu membaca dan menulis huruf latin di antara seluruh
penduduk usia 10 tahun keatas tersebut. Data ini tersedia pada publikasi Biro
Pusat Statistik (BPS).

Perhitungan LR dilakukan dengan bantuan rumus:

LR=

Jumlah penduduk 10thn ke atas yang mampu baca tulis


jumlah penduduk 10thn ke atas

Jika diumpamakan angka LR yang diperoleh adalah 72,5, ini menunjukkan bahwa
di antara 100 penduduk berusia 10 tahun ke atas terdapat 73 (setelah dibulatkan)
yang mampu membaca dan menulis huruf latin.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas
dasar harga konstan.PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya.Sedangkan PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.Dalam penelitian ini, tahun
yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun 2000.PDRB atas dasar harga
berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.Sedangkan
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke
tahun.
Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam menghitung PDRB :
1. Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan ini, PDRB dihitung melalui akumulasi nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu
wilayah/propinsi dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 lapangan usaha:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pertanian
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Jasa-jasa

2. Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah
dalam waktu tertentu.
3. Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen pengeluaran aktif seperti pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor neto dalam jangka waktu tertentu.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang didapat
atau diperoleh adalah:
1) PDRB atas dasar harga berlaku
Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh
suatu wilayah tertentu. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan

sumber daya ekonomi yang besar pula.


Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh

penduduk suatu wilayah tertentu.


2) PDRB atas dasar harga konstan
Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor

ekonomi dari tahun ke tahun.


Mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar
negeri, perdagangan antara pulau/antar propinsi.

Teori Basis Ekonomi


Dalam teori basis ekonomi (economic base) mengemukakan bahwa sebuah
wilayah merupakan sebuah sistem sosio-ekonomi yang terpadu.Teori inilah yang

mendasari pemikiran teknik Location Quotient (LQ), yaitu teknik yang membantu
dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat
keswasembadaan (Self-sufficiency) suatu sektor.
Ada dua kerangka konseptual pembangunan daerah yang dipergunakan
secara luas (Azis,1994:96) : konsep basis ekonomi, teori basis ekonomi
beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya akan meningkat melalui
perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor)
dan sektor non basis (lokal). Konsep kedua beranggapan bahwa perbedaan tingkat
imbalan (rate of return) diakibatkan oleh perbedaan dalam lingkungan atau
prasarana, dari pada diakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio modaltenaga.Dalam konsep ini, daerah terbelakang bukan karena tidak beruntung atau
kegagalan pasar, tetapi karena produktivitasnya rendah.Namun tak banyak studi
empirik yang mempergunakan konsep kedua ini, disebabkan kelangkaan
data.Data yang lazim dipergunakan dalam studi empirik adalah metode Location
Quotient.
Adapun menurut John Glasson, perekonomian regional dapat dibagi
menjadi dua sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan
basis.Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, dan menjualnya atau memasarkan
produk-produknya keluar daerah.Sedangkan kegiatan-kegiatan ekonomi bukan
basis (non basic activities) adalah usaha ekonomi yang menyediakan
barangbarang dan jasa-jasa untuk kebutuhan masyarakat dalam wilayah ekonomi
daerah yang bersangkutan saja.Artinya, kegiatan-kegiatan ekonomi bukan basis
tidak menghasilkan produk untuk diekspor ke luar daerahnya.Oleh karena itu, luas
lingkup produksi mereka itu dan daerah pemasarannya masih bersifat lokal.
Menurut teori ini, meningkatnya jumlah kegiatan ekonomi basis di dalam
suatu daerah akan meningkatkan jumlah pendapatan daerah yang bersangkutan.
Selanjutnya, akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa di daerah
itu dan akan mendorong kenaikan volume kegiatan ekonomi bukan basis (effect
multiplier). Sebaliknya, apabila terjadi penurunan jumlah kegiatan basis akan
berakibat berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang

bersangkutan, sehingga akan terjadi penurunan permintaan terhadap barangbarang


yang diproduksi oleh kegiatan bukan basis.
Dalam hubungan ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi dalam dua
golongan, yaitu : (Kadariah, 1985 :70)
a) Kegiatan ekonomi (industri) yang melayani pasar di daerah itu sendiri
maupun pasar di luar daerah itu, industri ini disebut industri basic.
b) Kegiatan ekonomi (industri) yang hanya melayani pasar di daerah itu sendiri,
industri ini disebut industri non basic atau industri lokal.
Teori basis ekonomi digunakan sebagai dasar pemikiran teknik Location
Quotient (LQ) pada intinya adalah industri basis menghasilkan barang dan jasa
baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang bersangkutan,
maka penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus pendapatan ke dalam
daerah tersebut. Arus pendapatan menyebabkan kenaikan konsumsi maupun
kenaikan investasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan
kesempatan kerja. Kenaikan pendapatan di daerah tidak hanya menaikkan
permintaan terhadap hasil industri basis melainkan juga akan meningkatkan
permintaan terhadap hasil industri lokal (non basic), sehingga pada akhirnya akan
menaikkan investasi di daerah tersebut. Oleh karena itu, menurut teori basis
ekonomi, ekspor daerah merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah.
(Azis, 1994:96).Berdasarkan gagasan ini maka orang berpendapat bahwa industriindustri basislah yang patut dikembangkan di daerah.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk membagi daerah ke dalam
kegiatan basis dan bukan basis:
Metode langsung
Metode ini mengukur basis dengan menggunakan survei standar dan
kuesioner.Cara ini dapat menghindarkan digunakannya kesempatan kerja sebagai
indikator.Tetapi metode ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar.
Metode tidak langsung

Yang termasuk metode ini adalah metode Location Quotient (LQ).Metode LQ


yang paling lazim digunakan dalam studi-studi basis empirik. Teknik Location
Quotient (LQ) diterapkan pada masing-masing industri individual di daerah yang
bersangkutan (dan bangsa sebagai keseluruhan sebagai norma referensi), dan
konsumen yang lebih dari satu dipergunakan sebagai petunjuk adanya kegiatan
ekspor. Asumsinya adalah bahwa, jika suatu daerah lebih berspesifik daripada
bangsa yang bersangkutan dalam produksi suatu barang tertentu, maka daerah
tersebut mengekspor barang sesuai dengan tingkat spesifikasinya dalam
memproduksi barang tersebut.Jadi, diasumsikan bahwa spesialisasi lokal dalam
memproduksi mempunyai makna ekspor lokal dari produksi surplus.
Secara umum Location Quotient (LQ) dapat dirumuskan sebagai berikut :
LQ=

vi/vt
vi/Vi
Vi/Vt atau vt /Vt

Di mana :
vi : Pendapatan sektor i disuatu daerah
Vi : Pendapatan total daerah tersebut
vt : Pendapatan sektor i sejenis secara regional/nasional
Vt : Pendapatan regional/nasional
Penggunaan LQ sangat sederhana serta dapat digunakan untuk menganalisis
tentang ekspor impor (perdagangan suatu daerah). Namun teknik analisis ini
mempunyai kelemahan, yaitu : selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat
adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu daerah, tingkat konsumsi
rata-rata untuk suatu jenis barang tidak sama di setiap daerah. Keperluan untuk
produksi dan produktivitas buruh berbeda antar daerah.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut maka dalam hal ini perlu
diasumsikan bahwa penduduk di setiap daerah (kabupaten) mempunyai pola
permintaan yang sama dengan pola permintaan pada daerah yang lebih luas
(propinsi), tingkat konsumsi akan suatu jenis barang rata-rata sama antara daerah.

Dan juga produktivitas, keperluan untuk produksi sama antar daerah, sistem
ekonomi negara tertutup. Kriteria yang digunakan adalah :

LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut basis, artinya sektor tersebut


memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan, karena

mampu mengalokasikan ke daerah lain.


LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut non basis dan kurang
menguntungkan untuk dikembangkan serta belum mampu memenuhi
semua permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari
daerah lain.

Keunggulan Analisis LQ:


Location Quotient merupakan suatu alat analisa yang digunakan dengan mudah
dan cepat.LQ dapat digunakan sebagai alat analisis awal untuk suatu daerah, yang
kemudian dapat dilanjutkan dengan alat analisis lainnya.Karena demikian
sederhananya, LQ dapat dihitung berulang kali untuk setiap perubahan spesialisasi
dengan menggunakan berbagai peubah acuan dan periode waktu.Perubahan
tingkat spesialisasi dari tiap sektor dapat pula diketahui dengan membandingkan
LQ dari tahun ke tahun.
Kelemahan Analisis LQ:
Perlu diketahui bahwa nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor.Nilai hasil
perhitungannya bias, karena tingkat disagregasi peubah spesialisasi, pemilihan
peubah acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan
kualitas data.Masalah paling mendasar pada model ekonomi basis ini adalah
masalah time lag. Hal ini diakui, bahwa base multiplier atau pengganda tidak
berlangsung secara tepat, karena membutuhkan time lag antara respon dari sektor
basis terhadap permintaan dari luar wilayah dan respon dari sektor non basis
terhadap perubahan sektor basis. Pendekatan yang biasanya dilakukan terhadap
masalah ini adalah mengabaikan masalah time lag ini, namun dalam jangka
panjang masalah ini pasti terjadi.
Analisis Input-Output

Analisis ini menjawab pertanyaan mengenai keterkaitan produksi


(production linkages) di antara berbagai kegiatan ekonomi/sektor dalam suatu
kabupaten pada suatu tahun tertentu.Hal tersebut tercermin dalam keterkaitan
kedepan (forward linkage), keterkaitan kebelakang (backward linkage), dan
pengaruh-ganda (multiplier effects) permintaan akhir (final demand) dari
konsumen, pemerintah, sektor-sektor ekonomi kabupaten, dan dari luar kabupaten
terhadap produksi masing-masing sektor dalam kabupaten yang bersangkutan.
Analisis input-output didasarkan pada teori keseimbangan umum (general
equilibrium) karena mengintegrasikan permintaan (demand) dan penawaran
(supply), memberikan manfaat antara lain: (a) mampu memberikan gambaran
rinci mengenai perekonomian dengan mengkuantifikasikan ketergantungan
(interdependency) antar sektor, (b) dapat digunakan untuk memperkirakan
dampak permintaan akhir dan perubahannya terhadap keluaran berbagai sektor
produksi, nilai tambah, penerimaan pajak, kebutuhan tenaga kerja dan sebagainya,
(c) dapat digunakan untuk memproyeksi peubah-peubab ekonomi pada butir b di
atas, dan (d) memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai
pengaruh yang terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi (sektor leading) serta
sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian regional dan
nasional.
Analisis input-output bertolak dari anggapan bahwa suatu sistem
perekonomian terdiri dari sejumlah kegiatan ekonomi atau sektor- sektor yang
saling berkaitan satu sama lain. Masing-masing sektor menggunakan keluaran
(output) dari sektor lain sebagai masukan (input) bagi keluaran yang
dihasilkannya dan selanjutnya menjadi masukan pula bagi sektor lain. Transaksi
antar sektor ini disebut transaksi-antara atau permintaan antara (intermediate
demand).Di samping menjadi masukan sektor lain, terdapat pula keluaran dari
suatu sektor yang menjadi masukan bagi sektor itu sendiri, dan sebagai barang
konsumsi bagi pemakai akhir (final demand).
Dalam suatu input-output yang bersifat terbuka dan statis, transaksi-transaksi yang
dikaji dilandasi oleh tiga asumsi dasar sebagai berikut:

- homogenitas atau keseragaman : setiap sektor hanya menghasilkan satu jenis


barang dan jasa dengan masukan tunggal.
- proporsionalitas atau kesebandingan : kenaikan penggunaan masukan berbanding lurus dengan kenaikan keluaran.
- additivitasatau penjumlahan : efek total dari kegiatan produksi pada berbagai
sektor merupakan penjumlahan efek masing-masing kegiatan.
Model umum analisis input-output dapat ditulis dalam bentuk notasi matriks
sebagai berikut:
X = AX + F
atau :
X = (I-A)-1 F
dengan :
X = jumlah keluaran yang dihasilkan oleh suatu sektor
A = koefisien masukan, yakni keluaran suatu sektor yang dibeli oleh sektor lain
sebagai masukan untuk menghasilkan satu unit keluaran
F = permintaan akhir terhadap keluaran suatu sektor
I = matriks identitas, yakni matriks yang elemennya pada diagonal utama adalah
satu dan lainnya nol.
(I - A) = matriks Leontief
(I - A)-1 = matriks kebalikan (inverse) Leontief
Analisis input output

Suatu model matematis untuk menelaah struktur perekonomian yang


saling kait mengkait antar sektor atau kegiatan ekonomi.

Dalam keadaan keseimbangan, jumlah nilai output agregat dari


perekonomian secara keseluruhan harus sama dengan jumlah nilai input
antarindustri dan jumlah nilai output antarindustri.

Memberikan gambaran menyeluruh struktur suatu perekonomian yang


dapat mencerminkan peranan suatu sektor dalam perekonomian.

Menyediakan informasi lengkap dan menyeluruh tentang struktur


penggunaan barang dan jasa pada masing-masing sektor serta pola
distribusi produksi.

Sebagai dasar berbagai perencanaan dan analisis ekonomi makro terutama


berkaitan dengan produksi, konsumsi, pembentukan modal, ekspor dan
impor.

Dapat dijadikan untuk analisis dampak dan keterkaitan antar sektor,


prediksi perekonomian dan ketenagakerjaan.

ASUMSI

Asumsi homogenitas: setiap sektor hanya memproduksi satu produk yang


homogen dan struktur input tunggal.

Asumsi proporsionalitas: dalam proses produksi, hubungan antara input


dengan output merupakan fungsi linier..

Asumsi aditivitas:efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor


dihasilkan oleh masing sektor secara terpisah.

Tidak ada kemajuan teknologi sehingga koefisien input juga tetap.

Kerangka Umum Tabel I-O


I

II

(n x n)

(n x m)

Arus barang dan jasa yang


dihasilkan dan digunakan
oleh sektor-sektor dalam
suatu perekonomian.

Permintaan Akhir

III

IV

(p x n)

(p x m)

Input Primer sektor-sektor


produksi.

Input primer yang langsung didistribusikan ke


sektor2 permintaan akhir.

Aplikasi I-O Dalam Perencanaan Daerah

Analisis mengenai sektor-sektor unggulan daerah.

Keterkaitan ke depan dan ke belakang tinggi


Analisis mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah.

Multiplier output.
Analisis mengenai peningkatan pendapatan daerah.

Multiplier pendapatan.
Analisis mengenai kebutuhan tenaga kerja setiap sektor.

Multiplier kesempatan kerja.

BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian merupakan rangkaian proses yang kompleks dan terkait
secara sistematik. Setiap tahapan merupakan bagian yang menentukan bagi
tahapan selanjutnya sehingga harus di lalui secara kritikal dan cermat. Teori-teori
yang sudah ada merupakan pijakan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
Agar dalam penyusunannya dapat terlaksakna dengan cermat dan efesien, maka
perlu dibuat suatu kerangka kegiatan penelitian.

3.1 Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan salah satu langkah yang dilaksanakan jika kita
menginginkan dan melihat variabel, populasi/sampel yang ingin diteliti dengan
asumsi data yang ada belum memenuhi untuk kepentingan penelitian. Studi
Pendahuluan berfungsi sebagai:
1. Melihat proporsi kasus yang akan di teliti.
2. Menentukan besar sampel penelitian.
3. Melakukan uji reliabilitas instrument jika intstumen dalam bentuk
kuesioner.
4. Menentukan populasi sasaran.
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder melalu data BPS Kota
Jakarta Pusat.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini tediri dari
data Sekunder, yaitu menggunakan data BPS Jakarta Pusat dalam angka tahun
2015, yang kemudian digunakan untuk data analisis, dan menggunakan tabel
Input-Output Jakarta Pusat tahun 2000 yang digunakan untuk analisis input
output.
3.4 Analisis dan Pembahasan
Sebelum dilakukan pehitungan dan analisis, terlebih dahulu dilakukakn
pemeriksaan data-data yang telah dikumpulkan apakah telah sesuai dengan data
yang sebenarnya atautidak. Setelah semua data diperiksa, maka dilakukan analisis
dan perhitungan. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah
a) Analisis LQ
b) Analisis Kependudukan
c) Perhitungan Proyeksi Penduduk 20 tahun kedepan
d) Analisis Input Output serta

BAB IV
PEMBAHASAN
I.

Gambaran Umum

Berdasarkan Data Statistik Jakarta Pusat Dalam Angka 2004, Kotamadya


Jakarta Pusat memiliki luas 48,20 km2. Merupakan wilayah pembangunan yang
termasuk dalam kawasan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebagai pusat
pemerintahan, jalur protokol, perwakilan negara asing, kantor pemerintahan dan
swasta, pusat perdagangan, serta bank pemerintah dan swasta. Wilayah ini
paling padat penduduknya. Kebanyakan tinggal di kampung-kampung kota
dengan pekerjaan yang beraneka ragam. Namun sektor pertanian sudah tidak ada.
I.1 Letak Geografis Kota Jakarta Pusat
Posisi kota adminstrasi Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 BT 106.58.18 BT dan 5.19.12 - 6.23.54 LS. Permukaan tanahmya relatif
datar, terletak sekitra 4 mm diatas permukaan laut dan luas wilayahnya 48,13
km2. Jakarta Pusat yang berada di jantung ibu kota Jakarta mempunyai
kekhususan diantaranya sebagai pusat pemerintahan nasional, pusat keuangan
dan bisnis.

Batas-batas administrasi Jakarta Pusat adalah:


1. Di sebelah utara

: Jakarta Utara

2. Di sebalah Timur

: Jakarta Timur

3. Di sebelah Selatan

: Jakarta Selatan

4. Di Sebelah Barat

: Jakarta Barat

Jakarta pusat terdiri dari 8 Kecamatan dan 44 Kelurahan. Kecamatan


Tanah Abang terdiri dari 6 kelurahan, Kecamatan Menteng terdiri dari 5
Kelurahan, Kecamatan Senen terdiri dari 6 kelurahan, Kecamatan Johar Baru
terdiri dari 4 kelurahan, Kecamatan Cempaka Putih terdiri dari 3 kelurahan,
Kecamatn Kemayoran terdiri dari 8 kelurahan, Kecamatan Sawah Baru terdiri
dari 5 kelurahan, dan Kecamatan Gambir yang terdiri dari 6 kelurahan.
1.2. Kondisi Demografi Jakarta Pusat
Kota Jakarta Pusat memiliki jumlah penduduk 910.281 jiwa dengan luas
wilayah 48,13 km2. Dengan begitu dapat diketahui kepadatan penduduk Kota
Jakarta Pusat sebesar 18915 jiwa/km2. Berdasarkan kepadatan nasional Indonesia
dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta Pusat memiliki kepadatan yang tinggi
karena kepadatannya lebih besar dari pada kepadatan nasional. Adapun kepadatan
nasional Indonesia adalah 130 jiwa/km2.

2. ANALISIS LQ
Dengan menggunakan analisis ini, kita dapat mengetahui sektor sektor
basis atau leading sector yang ada di Kota Jakarta Pusat dengan melihat data
berikut :

Tabel 1 Tabel Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut


Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin Jakarta Pusat 2014
Sumber : Jakarta Pusat Dalam Angka

Tabel 2 Jumlah Penduduk yang Bekerja Berdasarkan


Lapangan Pekerjaan dan Pendidikan Terakhir Seluruh Indonesia 2014
Sumber : Statistik Indonesia
Dari tabel tersebut, maka data yang dapat dihasilkan dari analisis:

Jumlah Pekerja (Jiwa)


Pada setiap
sektor dalam
Jakpus

Lapangan Pekerjaan

Seluruh
sektor
dalam
Jakpus

Pada setiap
sektor
seluruh
Indonesia

Seluruh
sektor
seluruh
Indonesia

Hasil
Analisis
LQ

Pertanian, Kehutanan,
Perikanan

438

38,604,254

0.002

Pertambangan
Industri Pengolahan

667
34,014

1,420,767
14,883,817

0.118
0.578

Listrik, Gas, dan Air

1,155

250,945

1.165

Bangunan
Perdagangan Besar,
Eceran, Rumah Makan,
dan Hotel

18,178

6,276,723

0.733

Angkutan,
Pergudangan, dan
Komunikasi
Keuangan, Asuransi,
Usaha Persewaan
Bangunan, Tanah, dan
Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan

172,649

437,622

23,737,236

110,804,041

1.842

40,275

5,040,849

2.023

62,640

2,912,418

5.446

107,606
18,213,032
Tabel 3 Perhitungan Analisis LQ

1.50

Pada tabel tersebut, hasil perhitungan LQ didapatkan setelah memasukkan


data yang ada pada tabel tersebut ke dalam rumus berikut :
jumla h tenagakerja suatu sektor daera h
jumla h tenagakerja seluru h sektor daera h
LQ=
jumla h tenagakerja suatu sektor nasional
jumla h tenagakerja seluru h sektor nasional
Dari perhitungan Location Quotient suatu sektor, aturan umum yang
digunakan adalah :
-

Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yakni sektor yang tingkat spesialisasinya

lebih tinggi daripada tingkat nasional.


Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yakni sektor yang tingkat
spesialisasinya lebih rendah daripada tingkat nasional.

Jika LQ = 1, tingkat spesialisasi kabupaten sama dengan tingkat nasional.


Berdasarkan tabel tersebut, maka diketahui sektor-sektor basis yang berada

di Jakarta Pusat adalah sebagai berikut :


1. Sektor Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa
2.
3.
4.
5.

Perusahaan;
Sektor Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi;
Sektor Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel;
Sektor Jasa Kemasyarakatan; dan
Sektor Listrik, Gas, dan Air.
Sedangkan sektor-sektor non basis yang berada di Jakarta Pusat adalah

sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Sektor Bangunan;
Sektor Industri Pengolahan;
Sektor Pertambangan; dan
Sektor Pertanian. Kehutanan, dan Perikanan.

3. Analisis Kependudukan
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kota Jakarta Pusat memiliki jumlah penduduk 910.281 jiwa dengan luas
wilayah 48,13 km2. Dengan begitu dapat diketahui kepadatan penduduk Kota
Jakarta Pusat sebesar 18915 jiwa/km2. Berdasarkan kepadatan nasional Indonesia

dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta Pusat memiliki kepadatan yang tinggi
karena kepadatannya lebih besar dari pada kepadatan nasional. Adapun kepadatan
nasional Indonesia adalah 130 jiwa/km2.
Diagram 4.1 Jumlah Penduduk Kota Jakarta Pusat 2014

Sumber: BPS Kota Jakarta Pusat, 2015

2. Komposisi Penduduk
Umur
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Sumber: BPS Kota Jakarta Pusat, 2015

Diagram 4.2 Piramida Penduduk Kota Jakarta Pusat

Sumber: BPS Kota Jakarta Pusat, 2015


Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah penduduk yag berusia muda,
sedang, dan tua. Dengan itu, dapat pula diketahui jumlah penduduk dengan usia
produktif dan tidak produktif. Dengan demikian, jumlah penduduk Kota Jakarta
Pusat yang berusia muda sebanyak 272.728 jiwa. Sedangkan untuk golongan
penduduk usia sedang mencapai 171.126 jiwa. Golongan usia dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah penduduk usia tua yaitu sebanyak 466.527
jiwa.Dengan melihat tabel tersebut dapat digunakan untuk melihat perbedaan
jenjang umur yag hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan maupun
pengembangan fasilitas pelayanan di berbagai sektor pada Kota Jakarta Pusat.

Sex Ratio

Sex Ratiomerupakan perbandingan-banyaknya penduduk laki-laki dengan


banyaknya penduduk perempuan pada suatu wilayah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin

Sumber: BPS Kota Jakarta Pusat, 2015

Sex Ratio

Jumla h Penduduk lakilaki


x 100
Jumla h penduduk perempuan

455.668 jiwa
454.713 jiwa x 100

= 100,21 jiwa = 100 jiwa


Berdasarkan perhitungan dan tabel di atas, sex ratio di Kota Jakarta Pusat sebesar
100 jiwa Hal tersebut menunjukkan perbandingan penduduk laki-laki dan
perempuan di Kota Jakarta Pusat adalah terdapat 100 laki-laki di antara 100
perempuan. Dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta Pusat memiliki sex ratio
sedang. Hal tersebut menunjukkan perbandingan penduduk laki-laki dan
perempuan setara.

3. Indeks Kualitas Hidup


Angka Kematian Bayi (IMR)
Tabel 4.3

Jumlah kematian bayi tahun 2012 di Jakarta Pusat sebanyak 447 dengan
jumlah penduduk yang lahir mencapai 13.995 jiwa. Angka kematian bayi atau
yang biasa disebut IMR Kota Jakarta Pusat tahun 2012 mencapai 32. Hal ini
berarti dari 1000 kelahiran terdapat 32 yang meninggal di bawah umur 1 tahun.

Angka Harapan Hidup (LE)

Tabel 4.4 Angka Harapan Hidup Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Angka ini mengukur jumlah rata-rata tahun (umur) yang diharapkan oleh
seseorang yang baru lahir untuk dijalani sampai meninggal kelak. Indikator inipun
jelas dapat menggambarkan tingkat kualitas hidup penduduk melalui tingkat
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Semakin besar angka harapan hidup
(LE) berarti semakin tinggi pula kualitas hidup penduduk yang bersangkutan.
Angka harapan hidup Kota Jakarta Pusat adalah 72,3 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa setiap anak yang lahir di Kota Jakarta Pusat tersebut pada periode tahun
2010, dapat mengharapkan hidup rata-rata selama 72 tahun

Angka Melek Huruf (LR)


Tabel 4.4 Angka Melek Huruf Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia


Angka ini mengukur proporsi penduduk yang berusia 10 tahun ke atas
yang mampu membaca dan menulis. Jadi yang diukur ialah kondisi pendidikan
dasar penduduk.Salah satu indikator dasar yang menggambarkan tingkat
kemajuan di bidang pendidikan adalah angka melek huruf. Di Kota Jakarta Pusat
angka melek huruf tahun 2010 mencapai 99,52 %

Indeks Kualitas Hidup

IKH

1 229IMR 38
+
+ LR
3
2,22
0,39

1 22932 7238
+
+99,52
3
2,22
0,39

1
{ 88,7+87,17 +99,52 }
3

1
( 275,39 )
= 3
= 91,8
Berdasarkan perhitungan IKH Kota Jakarta Pusat mencapai 91,8. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kota Jakarta Pusat memiliki kualitas hidup yang tinggi.
A. Analisis Ketenagakerjaan
1. Angka Beban Tanggungan
Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) merupakan angka yang
menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif (umur
dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk yang termasuk
usia produktif (umur 15-64 tahun).
Angka

Beban

Tanggungan

jumla h penduduk usia< 15 dan 65>

jumla h penduduk usia 1564

x 100

210.138 jiwa
= 700.243 jiwa x 100
= 30
Jumlah penduduk dengan usia tidak produktif yang berumur<15 dan 65>
sebanyak 210.138 jiwa dan penduduk dengan usia produktif yang berumur 15-64
tahun mencapai 700.243 jiwa. Dengan membandingkan jumlah penduduk usia
tidak produktif dengan jumlah penduduk usia produktif, angka beban tanggungan
Kota Jakarta Pusat sebesar 30. Hal ini menunjukkan bahwa angka beban
tanggungan Jakarta Pusat termasuk rendah.

2. TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)


Tingkat partisipasi angkatan kerja (Labor Force Participation) atau biasa
disingkat TPAK menyatakan perbandingan jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja (di Indonesia umur 10 tahun ke atas). Angkatan kerja adalah
penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan
ekonomis. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, penduduk yang
mempunyai pekerjaan tetap, tetapi sementara tidak bekerja, dan penduduk yang
tidak mempunyai pekerjaan tetapi mencari pekerjaan secara aktif.
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Yang Termasuk Angkatan Kerja

TPAK =

jumla h penduduk angkatan kerja


x 100
jumla h penduduk usia kerja
474.697
762,562

= 62,25

x 100

Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa Kota Jakarta Pusat


memiliki tingkat partisispasi angkatan kerha yang sedang dengan nilai TPAK
sebesar 62,25
3. Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran dihitung dengan membandingkan jumlah pencari kerja
dengan jumlah angkatan kerja. Pengertian penduduk yang mencari pekerjaan
(menganggur) adalah mereka yang tidak bekerja dan sekarang ini sedang aktif
mencari pekerjaan menurut acuan waktu tertentu. Termasuk kelompok ini adalah
mereka yang pernah bekerja, atau sekarang sedang dibebastugaskan, tetapi sedang
menganggur dan mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka Kota Jakarta
Pusat tahun 2011 mencapai 11,21% yaitu sebanyak 54.782 orang. Jumlah
penganguran terbuka di Kota Jakarta Pusat berubah setiap tahunnya. Dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia

4. Proyeksi Penduduk 20 Tahun Kedepan


Hasil

proyek

penduduk

sangat

bermanfaat

untuk

perencanaan

pembangunan ke depannya. Perbaikan proyeksi selalu dilakukan, karena


sering terjadi asumsi-asumsi yang dibuat mengenai fertilitas (fertility),

mortalitas (mortality), dan migrasi (migration) tidak sesuai lagi denagn


keadaan data yang baru.
Ada beberapa cara untuk memproyeksikan jumlah penduduk masa yang
akan datang antara lain:
1. Metode Matematik ada 2 cara, yaitu:

Dimana Po : jumlah penduduk pada tahun awal


Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
r : tingkat pertumbuhan penduduk tahun awal ke tahun ke-n.
n : banyak perubahan tahun.
Menghitung proyeksi penduduk Jakarta Pusat sampai tahun 2034 atau
proyeksi penduduk 20 tahun kedepan memakai rumus Geometric Rate of Growth
dengan menggunakan data jumlah penduduk pada tahun 2014 yaitu 910.381 dan
laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,42%.

Pn = Po (1 +

P2019 = 910.381 (1 + 0,425

r
n

= 910.381 x 3,1
= 2.822.181 Jiwa

P2024 = 910.381 (1 + 0,42


10

= 910.381 x 5,2
= 4.733.981 Jiwa

P2029 = 910.381 (1 + 0,42


15

= 910.381 x 7,3
= 6.645.781 Jiwa

P2034 = 910.381 (1 + 0,42


20

= 910.381 x 9,4
= 8.557.581 Jiwa

5. Analisis Input dan Ouput


Struktur perekonomian sebuah kota yang relative maju ditandai oleh
semakinbesarnyaperansectorjasadalammenopangperekonomiankotatersebut,
sehingga diharapkan peran sector tersebut akan terus mendominasi dalam
memberikankontribusinilaitambahterhadapperekonomian.
JakartasebagaikotaterbesardiIndonesia,dimanaperansectorjasasaat
ini terus mendominasi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto,
khususnyasectorperdagangan,hotel,restaurant,dansectorkeuangan,asuransi,
dansewa.(Hartono,2004)
Analisisinputoutputakanterlihatketerkaitanproduksidiantaraberbagai
kegiatanekonomi/sectordalamsuatukabupaten/kotadalamwaktutertentu.Hal
tersebut tercermin dalam keterkaitan kedepan (forward linkage), keterkaitan
kebelakang (backward linkages), pengaruh ganda (multiple effect), dan
permintaanakhir(finaldemand)darikonsumen,pemerintah,sectorekonomi,dll.
4.5.1. TabelInputOutput

4.5.2. HasilAnalisis
Tabel4.7.HasilAnalisis
NamaSektor

ITKB

ITKD

IPM

ITK

Pertanian

0.84

0.73

0.79

2.05

Tambang&Galian

0.99

0.73

0.49

0.35

IndustriPengolahan

1.04

1.12

0.79

0.71

Listrik, Gas & Air 1.12

0.94

1.25

0.77

0.98

0.89

0.90

1.07

Perdagangan, Hotel & 0.97

1.26

1.00

0.90

& 0.98

0.98

1.00

1.05

Keuangan,Asuransi& 1.00

1.21

1.30

0.83

1.14

1.48

1.27

Minum
Bangunan

Restoran
Angkutan

Komunikasi

Sewa
JasaJasa

1.09

Sumber:TabelInputOutputDKIJakartaTahun2000,diolah
Keterangan:
ITKB:IndeksTotalKeterkaitankeBelakang
ITKD:IndeksTotalKeterkaitankeDepan
IPM:IndeksPendapatanMasyarakat
ITK:IndeksTenagaKerja.

Sektorjasaadalahsatusatunyasektoryangmemilikinilaiindexlebih
dari 1 pada seluruh indikator. Nilai >1 pada ITKB menujukkan sektorsektor
tersebutmempunyaikemampuanyangkuatuntukmenarikpertumbuhanindustri
hulunyakarenauntuksetiapsatuanpeningkatanpermintaanakhirpadasektor
sektor tersebut akan mendorong peningkatan output pada sektorsektor yang
digunakansebagaiinputolehsektorsektortadisebesarangkaITKBnya.
UntuknilaiITKD>1,terjadipadasectorperdagangan,hoteldanrestoran,
lalusectorjasa,dansektorindustrypengolahan.Nilai>1menunjukkanbahwa

sectortersebutmempunyaikemampuanyangkuatuntukmendorongpertumbuhan
outputindustryhilirnya.
Untukhasilanalisisindekspendapatanmasyarakat(IPM),nilaitertinggi
beradapadasectorjasayaitusebesar1.48.Nilaitersebutmengandungartibahwa
untuksetiapsatusatuankenaikanoutputyangdihasilkanolehsectorjasa,total
pendapatanmasyarakatDKIJakartaakanmeningkatsebesarRp1.48milyar.Hal
inijugaterjadipadasektorsektorlain.
Untuk analisis indeks tenaga kerja sektorsektor perekonomian di DKI
Jakarta,peringkatpertamadidudukiolehsectorpertanian,kemudianmenyusul
sekto rjasa.Nilai tersebut menunjukkan sector pertainan paling banyak
menciptakan lapangan pekerjaan dalam pembangunan perekonomian di DKI
Jakarta,kemudiansektorjasayangberadapadaperingkatkeduacukupsensitive
dalammenciptakanlapanganpekerjaan.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka perlunya peningkatan dan
pengembanganjasauntukmeningkatkanpembangunanekonomidiDKIJakarta.
Sertamembuatkebijakankebijakanyangkiranyadapatmerangsangpertumbuhan
sectorjasa.

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa
poin penting yaitu:
a) Berdasarkan perhitungan LQ, sektor yang paling unggul adalah sektor
SektorKeuangan,Asuransi,UsahaPersewaanBangunan,Tanah,danJasa
Perusahaan;yaituLQ=5.4,dansektoryangsangattidakungguladalah
sektorpertanian,kehutanan,danperikanan,yaituLQhanya0.002.Maka
perlunya peningkatan sektorsektor jasa tadi untuk meningkatkan
pertumbuhanJakartaPusat.
b) AngkaKualitasHidupdiKotaJakartacukuptinggiyaitumencapai91,8.,
dengan beban tanggungan yang rendah yaitu 30 dan tingkat partisipasi
kerjayangtinggiyaitu62,25,sertatingkatpenggangguransebesar11,21
%daritotalpenduduk.
c) Berdasarkan analisis IO, sektor jasa adalah sektor yang paling
berpengatuhdalampembangunanekonomidiJakartaPusat.

5.2.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran kami untuk pemerintah
Jakarta Pusat dalam meningkatkan pembangunan ekonomi adalah:

a)

Meningkatkan sektor-sektor jasa seperti Keuangan,Asuransi,UsahaPersewaan


Bangunan,Tanah,danJasaPerusahaan,karenasektorsektortersebuttermasuk
leadingsektor,yaitusektorunggulanyangdapatmemacupertumbuhansektor
lain.
b) Serta membuat kebijakankebijakan yang kiranya dapat merangsang

pertumbuhansektorjasa.
c)

Menyediakanbanyaklapangankerja,danmengefesiensikanpenyerapantenaga
kerjaolehsektorsektoryangadadiJakartaPusatitusendiri,agartingkat
penganggurandapatdikurangi.

You might also like