Professional Documents
Culture Documents
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Parista
Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih,
Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir
pada waktu tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1)
plasenta
2)
jaringan plasenta
3)
pinggir pembukaan
4)
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
Syok
3.1.4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya
kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak
kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus
telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks
membuka. Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah
uterus tersebut akan mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan
menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada
sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
3.1.5. Manajemen Therapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk,
anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak
Pengkajian
minggu.
3.
-
penyakit menular.
4.
Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
- Minarche
- Siklus
: 12 th
: 28 hari
- Lamanya
- Baunya
: 7 hari
: amis
- Multigravida
- Kemungkinan abortus
- Kemungkinan pernah melakukan curettage
6.
Riwayat nipas
- Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
- Banyaknya 2 kali ganti duk besar
- Tentang laktasi
Colostrum ada
c.
d.
Pemeriksaan fisik
Palpasi :
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah
Leopoid II
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas
pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Pemeriksaan penunjang
Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya
Enggram :1998:371)
6.
Perencanaan
Istirahatkan klien
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung
3.
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organorgan vital pada janin.
DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan
spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1.
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien
dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan
keperawatan selanjutnya.
2.
Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
5.
syok.
sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban
berwarna kemerahan karena tercampur darah.
3.2.5. Manajemen Terapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk
anjuran pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
(misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus cairan
NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi
adanya hipotensi atau syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan
pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera lakukan resusitasi cairan dan
tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal bila
teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan
seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan
akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat diatasi, upayakan tindakan
penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat
pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila
kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia
gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500
gr.Penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit yaitu :
ada, janin hidup) dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu
persalinan spontan.
shock.
2)
pembekuan darah
3)
c).
Intervensi Keperawatan
1)
hipovolemik shock
Tujuan : pefusi jaringan adekuat
Kriteria :
Tanda vital dalam batas normal
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer adekuat
Tindakan mandiri :
a).
Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara
rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya
pemulihan atau penurunan sirkulasi
b.)
uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.)
pembekuan darah
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi
Kriteria :
Tindakan mandiri :
a.
HIS normal
Tindakan mandiri :
a)
R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan
plasenta
Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi
adekuat
b).
caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya
fetal distress