Merupakan bakteri Coli yang berasal dari kotoran manusia dan
hewan mamalia. Bakteri ini bisa masuk ke perairan bila ada buangan feses yang masuk ke dalam badan air. Bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Rentan masa hidup coliform yang rendah dikarenakan pada perairan muara dan pantai memiliki kadar garam yang tinggi kadar garam yang tinggi akan mempengaruhi tekanan osmotik pada dinding sel bakteri, dan dapat merusak dinding sel, yang berakibat kematian bagi bakteri Selain itu, rendahnya daya adaptasi coliform terhadap perubahan tekanan lingkungan berakibat kematian di perairan muara. Perbedaan kondisi lingkungan air sungai dan pantai juga disebabkan karena muara merupakan tempat bertemunya air sungai dengan arus pasang-surut yang berlawanan dan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimen, pencampuran air, dan ciri-ciri fisik lainnya, sehingga menghasilkan sifat yang berbeda antara air laut dan sungai yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi bagi organisme (Atmojo, 2011). Mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator polusi kotoran adalah bakteri yang tergolong dalam Eschericia coli, streptokokus fecal, dan Clostridium perfringens. Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001, untuk kriteria mutu air kelas 1 jumlah Fecal coliform adalah 100 MPN/ 100. Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut adalah karena terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran manusia dan hewan serta bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas. Eschericia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fecal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan dan tanaman mati dan disebut koliform nonfecal (Silalahi,2009). Pengujian kualitas air sungai secara mikrobiologis jarang dilakukan dimana pengujian akhir tidak hanya pada hulu saja namun bagian tengah yang memasuki kawasan padat penduduk dan hilir yang dimana pada bagian hilir kemungkinan pencemaran sudah banyak yang terakumulasi, seperti pada pelabuhan. Pada pelabuhan banyak buangan dari kapal berupa tinja yang dibuang langsung ke badan air maka air itu kemungkinan tercemar sehingga tidak bisa dijadikan sebagai sumber air minum (Aqielatunnisa, 2015). Daftar Pustaka Silalahi, Juliana. 2009. ANALISIS KUALITAS AIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEANEKARAGAMAN VEGETASI AKUATIK DI PERAIRAN BALIGE DANAU TOBA. Medan: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Atmojo, Tri Yuni., Tonny Bachtiar.,Ocky Karna Radjasa.,Agus Sabdono.2011.
EKSISTENSI KOPROSTANOL DAN BAKTERI COLIFORM PADA LINGKUNGAN PERAIRAN SUNGAI, MUARA, DAN PANTAI DI JEPARA PADA MONSUN TIMUR. Semarang: Jurnal Ilmu Lingkungan Vo.9, No. 1 Aqielatunnisa,Afiefah.2015. Analisis Bakteri Coliform (Fekal dan Non Fekal) Sebagai Indikator Kualitas Perairan Sungai Gajah Wong. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga