You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. (Wikipedia. 2010).
Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ pertama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon

terhadap terapi tersebut.

(Potter dan Perry, 2005).


Tujuan Pemeriksaan Fisik antara lain :
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan
dijelaskan nanti di setiap bagian tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosa
keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test
neurologi.
1

Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tepat dan akurat maka diperlukan suatu
pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik. Dengan demikian nantinya
bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan itu memberikan hasil yang
normal ataukah abnormal. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan
fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien, makalah
ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik khususnya pada
abdomen. Makalah ini membahas tentang bagaimana anatomi dan fisiologi tubuh
khususnya pada abdomen, kemudian pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan pada
abdomen, serta abnormalitas yang mungkin ditemukan dalam abdomen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana anatomi dan fisiologi abdomen ?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen ?
3. Bagaimana pemeriksaan khusus pada abdomen ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari abdomen
2. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen
3. Untutk mengetahui pemeriksaan khusus pada abdomen

D. Manfaat
1. Bagi Pembaca
Dapat memperoleh

informasi lebih

banyak khususnya tentang pemeriksaan fisik

pada abdomen.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi, menambahkan referensi, dan
sebagian masukan yang berguna atau bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin
meningkatkan pemahaman mengenai pemeriksaan fisik abdomen.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
Abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa
organ-organ penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal.
Abdomen merupakan lokasi dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem
Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam
melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur anatomi perut
yang meliputi daerah-daerah atau bagian dan batas-batas perut.
Untuk memudahkan keterangan abdomen umumnya dibagi dalam empat kwadran
dengan jalan membuat garis khayal yang memotong umbilikus. Yaitu Kwadran kanan
atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah .
Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.

Gambar.1. Dinding anterior abdomen

Identifikasi kwadran abdomen dan proyeksi alat/ organ dalam abdomen.


Bila kita memeriksa abdomen, beberapa struktur organ normal dalam abdomen
dapat diidentifikasi. Kolon sigmoid dapat diraba seperti tabung di kwadran kiri
bawah sedangkan caecum dan bahagian dari kolon asenden seperti tabung yang lunak
dan lebih lebar pada kwadrant kanan bawah. Kolon tranversum dan kolon desenden
juga mungkin dapat diraba .

Gb.2 Kwadran dari


Abdomen

Kwadran Kanan atas

Kwadran Kiri atas

Hepar

Lobus kiri dari hepar

vesica fellea

Lambung

Pylorus

Corpus pancreas

Duodenum

Fleksura lienalis kolon

Caput pancreas

Sebagian

Fleksura hepatika colon

Sebagian kolon asendens

Kolon tranversum

dari

kolon tranversum

Kolon desenden

Kwadran Kanan bawah

Kwadran kiri bawah

Cecum dan appendik

Kolon sigmoid

Sebagian colon acenden

Sebagian kolon desenden

Cara lain dapat juga dengan membagi abdomen menjadi 9 seksi ( regio ). Tiga istilah
sering dipakai yaitu : Epigastric ,Umbilikal, dan hypogastric atau supra pubik .
Untuk memudahkan kita mengenali letak topografi dari perut dan dada, Dr. Djoko Setijadji
Rahardjo. DTMH (2001) menjelaskan adanya garis-garis yang dijadikan pedoman antara
lain :
a. Linea Media Anterior
Yakni garis imajiner yang ditarik dari ujung sternum (lekuk supra sternum/sulcus
jugularis), lurus ke bawah sampai ke symphisis melalui umbilicus ke atas ke kepala
tepat lewat glabella terus ke atas sampai vertex.
b. Linea Mamilaris (Linea Medio Clavicularis)
Yakni garis imaginer yang ditarik dari pertenggahan clavicula lurus terus kebawah
sampai pada lipatan pangkal paha.
c. Linea Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari tepi pertemuan tulang costa dengan sternum,
dari atas ke bawah pada arcus costae.
d. Linea Para Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari atas kebawah yang berada dari pertengahan
antara linea mamilaris dengan linea sternalis.
e. Linea Maxilaris
Yakni garis imajiner yang ditarik lurus dari atas kebawah dimulai dari tepi depan
ketiak sampai ke spina iliaka superior anterior.
f. Bidang Trans Pylorik
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua ujung arcus costae kanan dan kiri.
g. Bidang Trans Tuberkuler
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua spina illiaka superior anterior.
Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh
dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan
mid-line abdomen.
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri,
lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik,
dan iliaka kiri.
Sehingga dengan demikian bila kita mencermati tubuh kita ( thorax dan abdomen ),
akan terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :
a. Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang
trans pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
6

b. Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan
linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik
c. Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea
mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans
pylorik.
d. Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh
linea medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada
bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
e. Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan
oleh linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang
tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
f. Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas
oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian
bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.
g. Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah
atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis
dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah
berbentuk segitiga.
h. Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang
lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio
clavicularis sinistra.
i. Regio Inguinalis Sinistra

Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis
sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina
illiaca superior anterior sinistra.
Gb 3. Sembilan Regio Abdomen ( metode region )

Hipochondrium kanan
- Lobus hepar
kanan
- Vesika felea

Lumbal kanan
- Bagian
duodenu
m
Jejunum

Inguinal Kanan
- Caecum
- Appendik
- Bagian distal ileu

Epigasrika
- Pylorus dan
gaster
- Duodenum
- Pancreas
- Bagian dari

Hypochodrium kiri
- Gaster
- Ekor pancreas
- Fleksura
lienalis kolon

hepar lobus
kiri
Umbilikal

Omentum
Mesenterium
Bagian
distal
duodenum
Suprapubik
/Hypogastrik
- Ileum
- Vesica Urinaria

Meskipun
dibawah pinggir

pinggir bawah

Lumbal kiri
-

Kolon
desenden
Bagian Distal

duodenum
-Inguinal
Jejunum
kiri
- Colon sigmoid

hepar

terletak

arcus costarum kanan, konsistensinya yang lunak

sukar untuk diraba melalui dinding abdomen.


Pada level yang lebih bawah pada kwadran kanan atas, pool bawah ginjal kanan,
kadang- kadang dapat diraba. Pulsasi dari aorta abdominalis sering terlihat dan dapat
diraba pada abdomen atas, sedangkan pulsasi arteri iliaca kadang-kadang dapat
diraba di kwadran bawah. Vesica urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil dapat
diraba di atas simpisis pubis.
8

Cavum abdominal meluas ke atas dibawah iga- iga kearah dome dari
diaphragma, pada ruangan ini terletak sebahagian besar hepar dan gaster dan
seluruh limpa normal yang dapat dicapai pada palpasi dengan tangan. Perkusi akan
membantu dalam menilai ketiga organ ini. Vesica fellea, normal terletak dibawah
hepar dan tidak dapat dibedakan dari jaringan hepar. Duodenum dan pancreas juga
terletak jauh didalam pada kwadran atas abdomen dan tidak bisa diraba dalam
keadaan normal.
Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebral
adalah regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal.

Gb.4. Organ dalam rongga abdomen

Gb.4 a. Posterior view dari Ginjal

Gb.4.b. Organ dalam abdomen

B. Pemeriksaan Fisik Abdomen


Dinding anterior abdomen adalah muskulus rectus abdominis, dapat ditemukan apabila
seseorang dalam posisi terlentang mengangkat kepala dan bahunya. Untuk tujuan
deskripsi, biasanya abdomen dibagi menjadi 4 kuadran menurut dua garis imaginer
10

yang saling tegak lurus dan berpotongan di umbilikus. Berdasarkan pembagian ini
didapatkan 4 kuadaran, yaitu : RUQ : Right upper quadrant

LUQ : Left upper

quadrant
RLQ : Right lower quadrant

LLQ

Left

lower

quadrant

Sistem pembagian yang lain, abdomen dibagi menjadi sembilan regio :


1. Hypokhondrium dekstra
2. Epigastrium
3. Hypokhondrium sinistra
4. Lumbalis dekstra
5. Umbilikalis
6. Lumbalis sinistra
7. Iliaka dekstra
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinistra

M. Rectus abdominis
Linea mediana
Umbilicus
Lig
Simphisis
pubis
Gambar 1. Dinding anterior abdomen

11

Gambar 2. Dinding abdomen (Adopted


From Bates Guide To Physical Examination
and History Taking)

Hepar
Aorta abdominalis
abdominis Colon
transversa
Arteri Iliaka
Uterus
Vesika urinaria

Gambar 3. Topografi organ abdomen

Pemeriksaan abdomen pada kelainan jantung terutama mencari keadaan-keadaan


disebabkan oleh payah jantung, misalnya bendungan hepar/hepatomagali kadang-kadang
disertai dengan asites. Pada payah jantung, hepar akan memabesar karena bendungan dari
ventrikel kanan. Hepar akan terasa kenyal dan nyeri tekan. Pada keadaan lanjut dan
menahun hepar akan teraba kenyal dan nyeri tekan. Pada keadaan lanjut dan menahun
hepar akan teraba keras dan mungkin tak nyeri tekan lagi. Pada regurgitasi trikuspid yang
berat, kadang-kadang kita akan meraba hepar yang berdenyut sesuai dengan kontraksi
antrium, kadang-kadang disertai pula dengan bendungan pada lien.
Pada beberapa keadaan pulsasi aorta abdominalis akan teraba kuat didaerah abdomen
sebelah kiri, misalnya pada insufisiensi aorta. Pada aneurisma aorta abdominalis, aorta
teraba amat membesar dengan pulsasi nyata. Palpasi abdomen pada keadaan ini harus
hati-hati karena dapat menyebabkan kedaruratan jika aneurisma tersebut pecah.
Pada pemeriksaan abdomen sering akan ditemukan adanya bruit atau bising pembuluh
yang dapat disebabkan oleh stenosis dan biasanya menyangkut pembuluh-pembuluh
cabang aorta. Pada insufisiensi trikuspid yang berat, misalnya karena stenosis mitral
12

denyutan vena femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang pada
keadaan itu akan mengecil karena aliran sistemik yang rendah.
Keadaan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan :
1. Cahaya ruangan cukup baik
2. Pasien harus relaks
3. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis.
Untuk mendapat relaksasi dari pasien, yang perlu diperhatikan adalah :
1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi
fleksi (bila diperlukan)
3. Kedua tangan disamping

atau dilipat

diatas dada. Bila tangan diatas

kepala akan menarik dan menegangkan otot perut


4. Telapak tangan pemeriksa harus cukup hangat, stetoskop juga cukup hangat,
dan kuku harus pendek. Dengan jalan menggesek gesekan tangan akan membuat
telapak tangan jadi hangat.
5. Suruh pasien menunjukkan tempat/area

yang sakit , dan

periksa area ini

paling terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak
diinginkan
7. Jika perlu ajak pasien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
8. Jika pasien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan pasien
sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan
pemeriksa menggantikan tangan pasien
9. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi
pasien
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan
ini berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih
dahulu sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum
dilakukan manipulasi pada abdomen.

1. Inspeksi
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat
contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau
jongkok sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial).
Apa yang diinspeksi :
a. Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya, apakah ada
13

sikatrik, striae atau vena yang melebar. Secara normal, mungkin terlihat vena-vena
kecil. Striae yang bewarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang
melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic atau bendungan vena cava inferior.
Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit lainnya.
b. Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda-tanda peradangan dan hernia
umbilikalis.
c. Kontour dari abdomen. Apakah

datar ( flat ), gembung ( protuberant),

rounded Scaphoid, ( concave atau hollowed). Juga dilihat daerah inguinal


dan femoral. Bentuk yang melendung mungkin disebabkan oleh asites,
penonjolan suprapubik karena kehamilan atau kandung kencing yang penuh.
Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran organ setempat atau
massa.

d. Simetrisitas dari dinding abdomen

e. Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah
hepar membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum .

f. Apakah ada massa /tumor, bagaimana letak, konsistensi, dan mobilitasnya.


g. Lihat Gelombang Peristaltik Usus.
Peristaltik usus akan terlihat dalam keadaan normal pada orang sangat
kurus. Bila ada obstruksi usus perhatikan beberapa menit.
h. Adanya Pulsasi.
Dalam keadaan normal pulsasi aorta sering terlihat di regio epigastrica .
2. Auskulatasi
Auskultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau
adanya obstruksi vascular lainnya. Auskultasi paling baik dilakukan sebelum palpasi
dan perkusi karena palpasi dan perkusi akan mempengaruhi frekwensi dari bising
usus. Letakan stetoskop di abdomen secara baik.

14

Gb. Auskultasi Abdomen


Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :

Apakah suara usus ada ?

Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas) ?

Perkiraan asal suara (kualitas) ?

Gerakan peristaltic disebut bunyi usus. Dengarlah bunyi usus dan catatlah
frekwensi dan karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari Clicks dan gurgles
dengan frekwensi 5 15 kali permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi
Borborygmi yaitu bunyi usus gurgles yang memanjang dan lebih keras karena
hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi
intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Bila terjadi obstruksi intestin berusaha maka
intestine berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui lubang yang mengalami
obstruksi dan saat itu munsul bunyi usus yang sering disebut rushes. Kemudian
diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut tinkles dan
kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang.
Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa sentimeter diatas
umbilicus sepanjang tepi lateral otot rektus. Pada pasien dengan hypertensi
dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi bruits vascular
yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur).
Adanya bruits sistolik dan diastolik pada pasien hypertensi akibat dari
stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat terdengar pada orang
normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki, maka
dengarkanlah bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis. Untuk
mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya seperti gambar.

15

Gb. Proyeksi lokasi arteri di dinding anterior abdomen


3. Perkusi
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, lien,
menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk
mengetahui adanya udara apada lambung dan usus.
a. Orientasi Perkusi
Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien. Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari
tengah yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali
dengan ujung jari tengah tangah kanan seperti pada gambar.

16

Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan


distribusi suara timpani dan pekak (dullness). Biasanya suara timpanilah yang
dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan
faeces

menghasilkan

perhatikanlah

daerah

suara

pekak

dimana

(dullness).

suara

timpani

Pada

sisi

abdomen

berubah

menjadi

pekak(dullness). Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui adanya


kandung kencing yang teregang atau uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan
mendengar suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah
kiri karena gelembung udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon.
Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.
b. Perkusi Hepar
Lakukan perkusi pada linea midklavikularis kanan, mulailah setinggi
bawah umbilikus (area tympani) bergerak kearah atas ke hepar ( area
pekak, pinggir bawah hepar). Selanjutnya lakukan perkusi dari arah paru
pada linea midklavikularis kanan kearah bawah ke hepar ( pekak ) untuk
mengidentifikasi pinggir atas hepar. Sekarang ukurlah dalam centimeter
vertical Span / tingginya dari pekak hepar. Biasanya ukurannya lebih
besar pada laki laki daripada wanita, orang yang tinggi dari orang pendek.
Hepar dinilai membesar, bila pinggir atas hepar diatas dari ruang intercostalis
V dan 1 cm diatas arcus costalis, atau panjang pekak hepar lebih dari 6-12
cm, dan lobus kiri hepar 2 cm dibawah processus xyphoideus.

17

Gb. Menentukan besar hepar dengan perkusi

Gb. Pekak hepar

18

c. Perkusi Limpa
Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid
aksilaris kiri. Perkusi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ).
Limpa dapat membesar kearah anterior, ke bawah, dan ke medial yang
menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya adalah timpani dengan
pekak karena organ padat.
Bila kita mencurigai adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini :
1. Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris
anterior kiri. Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien
menarik nafas dalam dan perkusi lagi. Bila limpa normal maka
suaranya tetap timpani. Perobahan suara perkusi dari timpani ke pekak
pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa. Kadang kadang
mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih normal.
Hal ini memberikan tanda positif palsu.
2. Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari
limpa. Cobalah utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak
besar maka menyokong untuk splenomegaly. Perkusi dari limpa akan
dipengaruhi oleh isi gaster dan kolon, tetapi menyokong suatu
splenomegali sebelum organ tersebut teraba.

Gb. Perkusi Limpa


4. Palpasi
Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan

otot,

nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi
tangan dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari
secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan.
19

Hindarkan suatu gerakan yang mengentak. Dengan perlahan, rasakan semua


kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah yang
tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah
ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba merelakskan penderita, dan
melakukan palpasi pada waktu ekspirasi.
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen. Dengan
menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalm untuk
mengetahui

adanya

masa.

Tentukanlah

lokasinya,

ukurannya,

bentuknya,

konsitensinya, mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi


dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua
tangan, satu di atas yang lain.
Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus
dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas);
vaskuler (aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau
ovarium); atau obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Gambar. Palpasi Superficial Abdomen

I.

Penilaian adanya iritasi peritoneum


Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan
spasme otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari
peritoneum parietal. Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum
melakukan palpasi, suruh pasien batuk dan menunjukkan dengan satu jari
lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi tempat tersebut secara jentel. Dan
carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan menekankan jari-jari
secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan. Bila waktu
jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan,
maka disebut nyeri lepas positif.
20

II.

Palpasi Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan
ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks.
Dengan mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari
depan dengan tangan kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di
sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas
bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas
atau obliq, tekanlah dengan lembut kea rah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan
sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan
menyentuh jari Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan
jari Anda, dan Anda dapat meraba permukaan anterior hepar penderita.
Apabila anda dapat merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan
tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung
pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah
palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga
dilakukan dengan teknik mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita.
Letakkanlah kedua tangan Anda bersebelahan di bawah batas bawah redup
hepar. Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut,
sehingga pada inspirasi hepar dan juga lien dan ginjal akan berada pada
posisi teraba.

21

Gambar. Palpasi Hepar teknik mengkait (Hooking Technic)


III.

Palpasi Limpa
Dalam

menentukan

pembesaran

limpa

secara

palpasi,

teknik

pemeriksaannya tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan


normal limpa tidak teraba. Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri,
melewati umbilikus sampai regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa
juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan. Palpasi dimulai dari regio
iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen, menuju ke
lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner (disingkat dengan S), yaitu garis yang dimulai dari titik
22

lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina


iliaka anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8
bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8. Palpasi limpa dapat
0

dipermudah dengan cara memiringkan penderita 45

ke arah kanan (ke

arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan


deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut
adalah limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.

23

Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan
tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah
limpa. Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas
dalam kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa
turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa
dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.

Gambar. Palpasi Limpa


IV.

Palpasi Ginjal
Ginjal Kanan
Letakkan tangan kiri Anda di belakang penderita, paralel pada costa ke12, dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan
cobalah mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan
Anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan
sejajar terhadap otot rektus. Mintalah penderita untuk bernapas dalam.
Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke
kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk
24

menangkap ginjal diantara kedua tangan Anda. Mintalah penderita


untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan
tekanan tangan kanan Anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali
ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba, tentukan ukurannya,
dan ada/tidaknya nyeri tekan.
Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan
tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian
gunakan tangan kiri menekan kwadrant kiri atas. Lakukan seperti
sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang teraba .
Nyeri tekan ginjal
Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga
dapat dilakukan pada sudut costovertebrae. Kadang- kadang penekanan
pada ujung jari pada tempat tersebut cukup membuat nyeri, dan dapat pula
ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan beralaskan
volar tangan kiri ( fish percussion).

Gambar.
dengan
posterior

Lokasi ginjal
pandangan

25

Gambar. Nyeri Ketok Ginjal

V.

Palpasi Aorta
Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis
tengah dan identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih
dari 2 cm lebarnya (tidak termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang
dewasa tua bila ditemui masa di abdomen atas dan berdenyut ( pulsasi) maka
dicurigai adalah aneurisma aorta.

Gambar. Palpasi Aorta

C. Pemeriksaan Khusus Pada Abdomen


26

1. Penilaian adanya ascites


Karena cairan ascites secara alamiah sesuai dengan gravitasi, sementara gas atau usus
yang berisi udara terapung keatas, maka perkusi akan menghasilkan bunyi pekak di
abdomen. Peta antara timpani dan pekak dapat dilihat pada gambar.

Tes untuk Shifting dullness


Setelah menandai batas timpani dan pekak, suruh pasien bergerak ke salah satu
sisi abdomen. Perkusi lagi diatas batas antara timpani dan pekak tadi. Pada
pasien yang tidak ada ascites, batasnya relative tetap.

Tes untuk adanya gelombang cairan


Suruh pasien atau asisten menekankan pinggir kedua tangannya kearah dalam
perut digaris tengah abdomen. Ketoklah dinding abdomen dengan ujung jari dan
rasakan adanya impuls yang dirambatkan melalui cairan pada bagian yang
berlawanan /berseberangan.

Gb. Test Undulasi

Gb. Test Shifting Dulness

27

Gb. Peta bunyi perkusi dari ascites

2. Mengetahui Nyeri Abdomen

Pertama tama tanyakan pasien untuk menentukan dimana nyeri dimulai dan
dimana nyeri sekarang. Suruh pasien batuk. Tentukan apakah ada nyeri dan dimana
lokasi nyeri tersebut. Nyeri perut pada appendicitis yang klasik dimulai sekitar
umbilicus dan kemudian beralih ke kwadran kanan bawah. Bila disuruh batuk,
pasien akan merasakan lebih sakit dikanan bawah.

Mencari tempat adanya nyeri

tekan lokal. Nyeri

tekan

kanan bawah

menunjukkan adanya appendicitis akut.

Merasakan adanya rigiditas otot (tahanan otot perut).

Melakukan pemeriksaan rectum. Pemeriksaan ini hanya untuk membantu


menegakkan diagnosis

appendicitis,

terutama

yang letak appendiknya pada

r
o
n
g
g
a
p
e
lvic. Nyeri pada bagian kanan pelvis juga disebabkan oleh inflamasi adnexa atau
vesikula seminalis.
3. Penilaian Adanya Kolestitis Akut
Bila nyeri atau nyeri tekan pada perut kanan atas, dapat dicurigai adanya kolesistitis
akut. Maka lakukanlah test tanda Murphy (Murphy Sign). Tekan/kait dengan empu jari
atau jari jari lainnya dibawah arcus costrum kanan, pada perpotongan pinggir otot
muskulus rektus kanan dengan arcus costarum kanan. Perintahkan pasien untuk
bernafas dalam. Bila nyeri bertambah tajam sehingga pasien tiba-tiba menahan
nafasnya, ini menunjukkan tanda Murphy positif, yang menandakan adanya kolesistitis
akut.
4. Pemeriksaan Tambahan
Melakukan pemeriksaan nyeri lepas pada daerah yang nyeri. Adanya nyeri lepas
28

menunjukkan inflamasi pada peritoneum seperti Appendicitis.


Melakukan test Tanda Rovsing dan radiasi dari nyeri lepas .
Tekanlah kwadran kiri bawah perut dan kemudian lepaskan tiba tiba. Bila nyeri
terasa pada kwadran kanan bawah ketika perut sebelah kiri ditekan,
menunjukkan pemeriksaan tanda Rovsing positif. Nyeri yang dirasakan pada
kwadran kanan bawah ketika tekanan dilepaskan menyokong suatu radiasi nyeri
lepas yang positif.
Mencari tanda Psoas ( Psoas Sign).
Letakkan tangan kanan pada lutut kanan penderita dan perintahkan penderita
untuk mengangkat kaki dan paha melawan tangan anda. Atau perintahkan pasien
untuk tidur dengan sisi kiri dan ektensikan tungkai pada sendi coxae. Fleksi kaki
pada sendi coxae akan mengkontraksikan M. psoas. Adanya nyeri perut
dengan maneuver ini dikenal dengan Psoas sign positif, yang menyokong
adanya iritasi otot psoas oleh appendix yang sedang inflamasi.
Menentukan adanya tanda Obturator ( Obturator Sign).
Fleksikan kaki pasien pada artikulatio coxae kanan dan sendi lutut . Kemudian
rotasikan kearah dalam (internal rotasi) pada sendi coxae. Nyeri pada
hypogastrica kanan, menandakan tanda obturator positif. Ini menyokong adanya
iritasi pada otot obturator.
Mencari adanya hyperesthesia di daerah kanan bawah dengan cara memegang
lipatan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk. Pada keadaa normal, maneuver ini
tidak menimbulkan nyeri.

29

Gambar. Poit Test

Gambar. Test Illiopsoas

BAB

III

PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif,
memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
30

Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan ini
berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih dahulu
sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan
manipulasi pada abdomen.
B. SARAN
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu
pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan,
sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

31

DAFTAR PUSTAKA
Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th Edition,
Lippincott 2003.
Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam: Sudoyo A. W,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, hal:5155.
Bates, B., Bickley, L., Hoekelman, R. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
Edisi ke-10. Lippincot Williams & Wilkins. USA. 2009
Goldberg C.2001.Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical Medicine. University
of Colorado.
Rathe R.2000.Examination of the Abdomen. University of Florida.
DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw- Hill.USA.
Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi2.Jakarta : EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum.
Surabaya: Cipta Usaha Makmur.
Syaifiddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta:

EGC.

http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf
http://anam56.blogspot.com/2009/01/auskultasi-dan-perkusi-abdomen.html
http://koaskamar13.wordpress.com/2007/09/21/asites/
http://id.wikipedia.org/wiki/Riwayat_kesehatan
http://id.wikipedia.org/wiki/Palpasi

32

You might also like