Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. (Wikipedia. 2010).
Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ pertama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon
Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tepat dan akurat maka diperlukan suatu
pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik. Dengan demikian nantinya
bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan itu memberikan hasil yang
normal ataukah abnormal. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan
fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.
Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien, makalah
ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik khususnya pada
abdomen. Makalah ini membahas tentang bagaimana anatomi dan fisiologi tubuh
khususnya pada abdomen, kemudian pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan pada
abdomen, serta abnormalitas yang mungkin ditemukan dalam abdomen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana anatomi dan fisiologi abdomen ?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen ?
3. Bagaimana pemeriksaan khusus pada abdomen ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari abdomen
2. Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada abdomen
3. Untutk mengetahui pemeriksaan khusus pada abdomen
D. Manfaat
1. Bagi Pembaca
Dapat memperoleh
informasi lebih
pada abdomen.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi, menambahkan referensi, dan
sebagian masukan yang berguna atau bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin
meningkatkan pemahaman mengenai pemeriksaan fisik abdomen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
Abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa
organ-organ penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal.
Abdomen merupakan lokasi dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem
Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam
melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur anatomi perut
yang meliputi daerah-daerah atau bagian dan batas-batas perut.
Untuk memudahkan keterangan abdomen umumnya dibagi dalam empat kwadran
dengan jalan membuat garis khayal yang memotong umbilikus. Yaitu Kwadran kanan
atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah .
Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
Hepar
vesica fellea
Lambung
Pylorus
Corpus pancreas
Duodenum
Caput pancreas
Sebagian
Kolon tranversum
dari
kolon tranversum
Kolon desenden
Kolon sigmoid
Cara lain dapat juga dengan membagi abdomen menjadi 9 seksi ( regio ). Tiga istilah
sering dipakai yaitu : Epigastric ,Umbilikal, dan hypogastric atau supra pubik .
Untuk memudahkan kita mengenali letak topografi dari perut dan dada, Dr. Djoko Setijadji
Rahardjo. DTMH (2001) menjelaskan adanya garis-garis yang dijadikan pedoman antara
lain :
a. Linea Media Anterior
Yakni garis imajiner yang ditarik dari ujung sternum (lekuk supra sternum/sulcus
jugularis), lurus ke bawah sampai ke symphisis melalui umbilicus ke atas ke kepala
tepat lewat glabella terus ke atas sampai vertex.
b. Linea Mamilaris (Linea Medio Clavicularis)
Yakni garis imaginer yang ditarik dari pertenggahan clavicula lurus terus kebawah
sampai pada lipatan pangkal paha.
c. Linea Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari tepi pertemuan tulang costa dengan sternum,
dari atas ke bawah pada arcus costae.
d. Linea Para Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari atas kebawah yang berada dari pertengahan
antara linea mamilaris dengan linea sternalis.
e. Linea Maxilaris
Yakni garis imajiner yang ditarik lurus dari atas kebawah dimulai dari tepi depan
ketiak sampai ke spina iliaka superior anterior.
f. Bidang Trans Pylorik
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua ujung arcus costae kanan dan kiri.
g. Bidang Trans Tuberkuler
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua spina illiaka superior anterior.
Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh
dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan
mid-line abdomen.
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri,
lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik,
dan iliaka kiri.
Sehingga dengan demikian bila kita mencermati tubuh kita ( thorax dan abdomen ),
akan terbagi menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :
a. Regio Hypochondrica Dextra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang
trans pylorik, kiri oleh linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
6
b. Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan
linea mamillaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik
c. Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea
mamillaris/linea medio clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans
pylorik.
d. Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh
linea medio clavicularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada
bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
e. Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan
oleh linea medio clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang
tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
f. Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas
oleh bidang trans pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian
bawah dibatasi oleh bidang trans tuberkularis.
g. Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah
atas oleh bidang trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis
dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah
berbentuk segitiga.
h. Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang
lipatan paha dan melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio
clavicularis sinistra.
i. Regio Inguinalis Sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis
sinistra, sebelah atas oleh bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina
illiaca superior anterior sinistra.
Gb 3. Sembilan Regio Abdomen ( metode region )
Hipochondrium kanan
- Lobus hepar
kanan
- Vesika felea
Lumbal kanan
- Bagian
duodenu
m
Jejunum
Inguinal Kanan
- Caecum
- Appendik
- Bagian distal ileu
Epigasrika
- Pylorus dan
gaster
- Duodenum
- Pancreas
- Bagian dari
Hypochodrium kiri
- Gaster
- Ekor pancreas
- Fleksura
lienalis kolon
hepar lobus
kiri
Umbilikal
Omentum
Mesenterium
Bagian
distal
duodenum
Suprapubik
/Hypogastrik
- Ileum
- Vesica Urinaria
Meskipun
dibawah pinggir
pinggir bawah
Lumbal kiri
-
Kolon
desenden
Bagian Distal
duodenum
-Inguinal
Jejunum
kiri
- Colon sigmoid
hepar
terletak
Cavum abdominal meluas ke atas dibawah iga- iga kearah dome dari
diaphragma, pada ruangan ini terletak sebahagian besar hepar dan gaster dan
seluruh limpa normal yang dapat dicapai pada palpasi dengan tangan. Perkusi akan
membantu dalam menilai ketiga organ ini. Vesica fellea, normal terletak dibawah
hepar dan tidak dapat dibedakan dari jaringan hepar. Duodenum dan pancreas juga
terletak jauh didalam pada kwadran atas abdomen dan tidak bisa diraba dalam
keadaan normal.
Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebral
adalah regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal.
yang saling tegak lurus dan berpotongan di umbilikus. Berdasarkan pembagian ini
didapatkan 4 kuadaran, yaitu : RUQ : Right upper quadrant
quadrant
RLQ : Right lower quadrant
LLQ
Left
lower
quadrant
M. Rectus abdominis
Linea mediana
Umbilicus
Lig
Simphisis
pubis
Gambar 1. Dinding anterior abdomen
11
Hepar
Aorta abdominalis
abdominis Colon
transversa
Arteri Iliaka
Uterus
Vesika urinaria
denyutan vena femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang pada
keadaan itu akan mengecil karena aliran sistemik yang rendah.
Keadaan yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan :
1. Cahaya ruangan cukup baik
2. Pasien harus relaks
3. Pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis.
Untuk mendapat relaksasi dari pasien, yang perlu diperhatikan adalah :
1. Vesica urinaria harus dikosongkan lebih dahulu
2. Pasien dalam posisi tidur dengan bantal dibawah kepala dan lutut pada posisi
fleksi (bila diperlukan)
3. Kedua tangan disamping
atau dilipat
paling terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan perlahan lahan, hindari gerakan yang cepat dan tak
diinginkan
7. Jika perlu ajak pasien berbicara sehingga pasien akan lebih relak
8. Jika pasien sangat sensitif dan penggeli mulailah palpasi dengan tangan pasien
sendiri dibawah tangan pemeriksa kemudian secara perlahan lahan tangan
pemeriksa menggantikan tangan pasien
9. Perhatikan hasil pemeriksaan dengan memperhatikan rawut muka dan emosi
pasien
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan
ini berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih
dahulu sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum
dilakukan manipulasi pada abdomen.
1. Inspeksi
Inspeksi abdomen dari posisi berdiri disebelah kanan pasien. Bila akan melihat
contour abdomen dan memperhatikan peristaltik, maka sebaiknya duduk atau
jongkok sehingga abdomen terlihat dari samping (tangensial).
Apa yang diinspeksi :
a. Kulit . Lihat apakah ada jaringan parut. Terangkan lokasinya, apakah ada
13
sikatrik, striae atau vena yang melebar. Secara normal, mungkin terlihat vena-vena
kecil. Striae yang bewarna ungu terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang
melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic atau bendungan vena cava inferior.
Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit lainnya.
b. Umbilikus : Lihat contour dan lokasinya, tanda-tanda peradangan dan hernia
umbilikalis.
c. Kontour dari abdomen. Apakah
e. Adanya organ yang membesar. Pada saat pasien bernafas perhatikan apakah
hepar membesar atau limpa membesar turun dibawah arcus costarum .
14
Gerakan peristaltic disebut bunyi usus. Dengarlah bunyi usus dan catatlah
frekwensi dan karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari Clicks dan gurgles
dengan frekwensi 5 15 kali permenit. kadang-kadang bisa didengar bunyi
Borborygmi yaitu bunyi usus gurgles yang memanjang dan lebih keras karena
hyperperistaltik. Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi
intestinal, ileus paralitik, dan peritonitis. Bila terjadi obstruksi intestin berusaha maka
intestine berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui lubang yang mengalami
obstruksi dan saat itu munsul bunyi usus yang sering disebut rushes. Kemudian
diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut tinkles dan
kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang.
Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa sentimeter diatas
umbilicus sepanjang tepi lateral otot rektus. Pada pasien dengan hypertensi
dengarkan di epigastrium dan pada masing kwadran atas bunyi bruits vascular
yang hampir sama dengan bunyi bising jantung (murmur).
Adanya bruits sistolik dan diastolik pada pasien hypertensi akibat dari
stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat terdengar pada orang
normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki, maka
dengarkanlah bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis. Untuk
mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya seperti gambar.
15
16
menghasilkan
perhatikanlah
daerah
suara
pekak
dimana
(dullness).
suara
timpani
Pada
sisi
abdomen
berubah
menjadi
17
18
c. Perkusi Limpa
Normal limpa terletak pada lengkung diafragma posterior dari linea mid
aksilaris kiri. Perkusi limpa penting bila limpa membesar ( Splenomegali ).
Limpa dapat membesar kearah anterior, ke bawah, dan ke medial yang
menutupi daerah gaster dan kolon, yang biasanya adalah timpani dengan
pekak karena organ padat.
Bila kita mencurigai adanya splenomegali maka lakukanlah maneuver ini :
1. Lakukan perkusi pada ruang intercostalis terakhir pada linea aksilaris
anterior kiri. Ruangan ini biasanya timpani. Sekarang suruh pasien
menarik nafas dalam dan perkusi lagi. Bila limpa normal maka
suaranya tetap timpani. Perobahan suara perkusi dari timpani ke pekak
pada saat inspirasi menyokong untuk pembesaran limpa. Kadang kadang
mungkin saja terdengar pekak dalam inspirasi tapi limpa masih normal.
Hal ini memberikan tanda positif palsu.
2. Lakukan perkusi dari beberapa arah dari timpani kearah area pekak dari
limpa. Cobalah utnuk membayangkan ukuran dari limpa. Jika area pekak
besar maka menyokong untuk splenomegaly. Perkusi dari limpa akan
dipengaruhi oleh isi gaster dan kolon, tetapi menyokong suatu
splenomegali sebelum organ tersebut teraba.
otot,
nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi
tangan dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari
secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan.
19
adanya
masa.
Tentukanlah
lokasinya,
ukurannya,
bentuknya,
I.
II.
Palpasi Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan
ke-12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks.
Dengan mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari
depan dengan tangan kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di
sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas
bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas
atau obliq, tekanlah dengan lembut kea rah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan
sentuhan hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan
menyentuh jari Anda. Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan
jari Anda, dan Anda dapat meraba permukaan anterior hepar penderita.
Apabila anda dapat merasakanya, batas hepar normal adalah lunak, tegas, dan
tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung
pada tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah
palpasi pada daerah yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga
dilakukan dengan teknik mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita.
Letakkanlah kedua tangan Anda bersebelahan di bawah batas bawah redup
hepar. Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam dengan nafas perut,
sehingga pada inspirasi hepar dan juga lien dan ginjal akan berada pada
posisi teraba.
21
Palpasi Limpa
Dalam
menentukan
pembesaran
limpa
secara
palpasi,
teknik
23
Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan
tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah
limpa. Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas
dalam kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa
turun mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa
dan ukur jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.
Palpasi Ginjal
Ginjal Kanan
Letakkan tangan kiri Anda di belakang penderita, paralel pada costa ke12, dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan
cobalah mendorong ginjal kanan ke depan. Letakkan tangan kanan
Anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan
sejajar terhadap otot rektus. Mintalah penderita untuk bernapas dalam.
Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke
kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk
24
Gambar.
dengan
posterior
Lokasi ginjal
pandangan
25
V.
Palpasi Aorta
Tekanlah dengan tepat dan dalam pada abdomen atas sedikit ke kiri dari garis
tengah dan identifikasi posisi aorta. Aorta orang dewasa normal tidak lebih
dari 2 cm lebarnya (tidak termasuk ketebalan dinding abdomen ). Pada orang
dewasa tua bila ditemui masa di abdomen atas dan berdenyut ( pulsasi) maka
dicurigai adalah aneurisma aorta.
27
Pertama tama tanyakan pasien untuk menentukan dimana nyeri dimulai dan
dimana nyeri sekarang. Suruh pasien batuk. Tentukan apakah ada nyeri dan dimana
lokasi nyeri tersebut. Nyeri perut pada appendicitis yang klasik dimulai sekitar
umbilicus dan kemudian beralih ke kwadran kanan bawah. Bila disuruh batuk,
pasien akan merasakan lebih sakit dikanan bawah.
tekan
kanan bawah
appendicitis,
terutama
r
o
n
g
g
a
p
e
lvic. Nyeri pada bagian kanan pelvis juga disebabkan oleh inflamasi adnexa atau
vesikula seminalis.
3. Penilaian Adanya Kolestitis Akut
Bila nyeri atau nyeri tekan pada perut kanan atas, dapat dicurigai adanya kolesistitis
akut. Maka lakukanlah test tanda Murphy (Murphy Sign). Tekan/kait dengan empu jari
atau jari jari lainnya dibawah arcus costrum kanan, pada perpotongan pinggir otot
muskulus rektus kanan dengan arcus costarum kanan. Perintahkan pasien untuk
bernafas dalam. Bila nyeri bertambah tajam sehingga pasien tiba-tiba menahan
nafasnya, ini menunjukkan tanda Murphy positif, yang menandakan adanya kolesistitis
akut.
4. Pemeriksaan Tambahan
Melakukan pemeriksaan nyeri lepas pada daerah yang nyeri. Adanya nyeri lepas
28
29
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif,
memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
30
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di
rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan
harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk
menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan,
maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan ini
berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih dahulu
sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan
manipulasi pada abdomen.
B. SARAN
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu
pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan,
sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th Edition,
Lippincott 2003.
Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam: Sudoyo A. W,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, hal:5155.
Bates, B., Bickley, L., Hoekelman, R. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
Edisi ke-10. Lippincot Williams & Wilkins. USA. 2009
Goldberg C.2001.Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical Medicine. University
of Colorado.
Rathe R.2000.Examination of the Abdomen. University of Florida.
DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw- Hill.USA.
Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi2.Jakarta : EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum.
Surabaya: Cipta Usaha Makmur.
Syaifiddin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC.
http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf
http://anam56.blogspot.com/2009/01/auskultasi-dan-perkusi-abdomen.html
http://koaskamar13.wordpress.com/2007/09/21/asites/
http://id.wikipedia.org/wiki/Riwayat_kesehatan
http://id.wikipedia.org/wiki/Palpasi
32