You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT

FALLING FILM EVAPORATOR


DENGAN PEMANASAN TIDAK LANGSUNG DAN LANGSUNG
Tanggal Praktikum

: 28 Oktober 2016

Tanggal Penyerahan Laporan

: 24 November 2016

Dosen Pembimbing

: Iwan Ridwan, ST., MT


Oleh

3 - Teknik Kimia Produksi Bersih

Asri Nurdiana

141424007

Dahliana Alami

141424008

Desi Bentang Widiyanti

141424009

Dini Oktavianti P

141424010

Elis Sri Wahyuni

141424011

Firda Hayatus S

141424012
JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Falling Film Evaporator adalah suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu
larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi
pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan pangan
dan bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan penguapan
pelarutnya yang umumnya air. Proses ini ini sering digunakan untuk penguapan larutan
kental, larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan
perbedaan temperatur rendah.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan
gravitasi untuk mengalirkan liquid yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film
evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk
memekatkan fluida terutama fluida yang sensitive terhadap panas (misalnya sari buah dan
susu), karena waktu tertahan pendek cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama
mengalir melalui evaporator.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Mengoperasikan peralatan Falling Film Evaporator.
2) Memilih temperatur dan tekanan optimum untuk umpan tertentu.
3) Menghitung koefisien perpindahan panas pada FFE / kalandria.
4) Menghitung efisiensi penggunaan kukus (steam) sebagai sumber panas.
5) Menghitung steam ekonomi.

BAB II
LANDASAN TEORI
Falling film Evaporator adalah salah satu jenis alat untuk proses evaporasi yang
diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical evaporator (LTVE) bersama-sama dengan
climbing film evaporator (CFE). Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan dapat
diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas,
yaitu jenis kolom calandria shell and tube.

Gambar 1. FFE di industri petrokimia


FFE memiliki efektivitas yang baik untuk :
a.
b.
c.
d.
e.

Pengentalan larutan-larutan yang jernih


Pengentalan larutan berbusa
Pengentalan larutan-larutan yang korosif
Beban penguapan yang tinggi
Temperatur operasi yang rendah
Kinerja suatu evaporator ditentukan oleh beberapa factor lainnya

a.
b.
c.
d.

Konsumsi uap
Steam ekonomi
Kadar kepekata
Persentasi produk

Untuk tujuan teknik dan karakteristik evaporator yang perlu diperhatikan adalah :
a. Neraca massa dan energi
b. Koefisien perpindahan panas

c. Efisiensi
Proses penguapan berlangsung pada kalandria shell and tube. Di dalam kalandria
tersebut terdapat tabung berjumlah tiga, umpan masuk didistribusi ke masing-masing tube
kemudian membentuk lapisan tipis pada selimut bagian dalam tube. Sementara pemanas
berada diluar tube, bahan umpan yang turun secara gravitasi menyerap panas maka terjadi
penguapan pelarut sehingga keluar dari kalandria terdiri dari dua fasa ( fasa uap pelarut dan
larutan pekat ) kemudia dipisahkan di separator.
Umpan dimasukkan melalui bagian atas kolom secara gravitasional. Jika vakum tidak
dioperasikan turun dan membasahi dinding bagian dalam kolom dan dining-dinding bagian
luar tabung-tabung penukar panas dan dalam kolom sebagian lapisan tipis (film), maka
panas yang diberikan oleh medium pemanas di dalam penukar panas akan dipakai untuk
memanaskan larutan mencapai titik didihnya. Penguapan pelarut membawa temperatur uap
dari titik temperatur di atasnya, sehinggga di dalam kolom evaporator akan terdapat
campuran antara larutan pada temperatur penguapan pelarut atau sedikit lebih tinggi atau
rendah dari uap pelarut. Karena temperatur pada tangki pemisah dan pendingin
(kondensor) lebih rendah daripada temperatur pada bagian bawah kolom maka sistem pada
bagian kolom tersebut akan mengalami evakuasi yang dalam arti sebenarnya terjadi
penurunan tekanan sehingga kondisi seperti vakum terjadi oleh karena campuran tersebut
akan terhisap menuju tangki pemisah dimana bagian campuran yang berupa larutan produk
yang lebih berat dan pekat turun menuju tangki pengumpul produk, sehingga uap pelarut
menuju kondensor dikondensasikan dan turun menuju tangki destilat. Pada sistem dimana
kondisi vakum dioperasikan oleh pompa vakum proses akan berlangsung serupa, tetapi
titik didih yang dicapai akan lebih rendah dari pada kondisi atmosfer. Selain itu,
kemungkinan aliran balik karena pembentukan uap pelarut dan tekanan parsial yang
dikandungnya lebih kecil.
Metode FFE sudah banyak digunakan pada industri :
a.
b.
c.
d.

Produksi pupuk organik


Proses desalinasi
Bubur kertas dan industri kertas
Bahan alami/larutan biologi
Pemekatan bahan-bahan yang sangat peka terhadap panas,mengharuskan waktu kontak
yang singkat sekali dengan permukaan panas. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan

evaporator film jatuh sekali lintas, dimana zat cair masuk dari atas, lalu mengalir ke bawah
didalam tabung panas itu dalam bentuk film, kemudian keluar dari bawah. Tabungtabungnya biasanya agak besar, diameternya antara 2 sampai 10in. Uap yang keluar dari
zat cair itu biasanya terbawa turun bersama zatcair, dan keluar dari bawah unit itu.
Evaporator ini bentuknya menyerupai suatu penukar kalor jenis tabung, yang panjang,
vertikal, dan dilengkapidengan separator zat cair-uap di bawah, dan distributor (penyebar)
zat cair di atas. Masalah utama dengan evaporator film-jatuh ini ialah dalam
mendistribusikan zat cair itu secara seragam menjadi film di bagian dalam tabung. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan seperangkat plat logam berlubang-lubang yang
ditempatkan lebih tinggi di atas plat tabung yangdipasang dengan teliti agar benar-benar
horisontal. Tabung-tabung itu diberi sisip pada ujungnya yang memungkinkan zat cair
mengalir dengan teratur ke setiap tabung itu.
Evaporator film-jatuh, tanpa sirkulasi dan dengan waktu menetap yang sangat singkat
dapat menangani produk-produk yang peka yang tidak dapat ditangani dengan cara lain.
Alat ini juga cocok sekali untuk memekatkan zat cair viskos. Dengan adanya panas yang
dimiliki oleh steam maka kalor yang tersedia di lingkungan akan diterima oleh komponen
zat dalam umpan yang salah satu diantaranya adalah air dengan kandungan paling besar.
Kalor yang diterima oleh air akan berdampak pada meningkatnya energi kinetik yang
dimiliki molekul-molekul air. Pergerakan molekul air yang kian cepat mengakibatkan
molekul air saling menolak satu sama lain akibatnya fasa air akan berubah menjadi uap dan
akhirnya melepasan diri dari ikatan air lainnya dalam campuran. Pada proses penguapan
cairan yang berupa lapisan tipis maka peningkatan energi kinetik akan jauh lebih cepat lagi
karena pada lapisan tipis, panas yang diterima akan lebih cepat menyebar dan akan
mempercepat proses penguapan.
Keuntungan yang lebih dari falling film evaporator ialah sangat terbatasnya waktu
tinggal dari liquid. Waktu tinggal di dalam tube terhitung dalam satuan detik, membuatnya
ideal juga untuk produk-produk yang sensitif akan poanas seperti susu, sari buah, obatobatan dan lain sebagainya. Berrikut adalah contoh aplikasi falling film evaporator pada
industri susu.

Gambar 2. FFE di industri susu


Pada dasarnya evaporator adalah alat dimana pertukaran panas terjadi. Laju
perpindahan panas dinyatakan dalam persamaan umum :
Q = U A dT
dengan U = koefisien keseluruhan perpindahan panas dalam sistem.
Berikut ini ialah skematik dari falling film evaporator yang ada di Laboratorium Pilot
Plant Jurusan Teknik Kimia Polban.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
No.

Nama Alat

Spesifikasi

Jumlah

1.

Seperangkat alat FFE

2.

Timbangan

3.

Ember

4.

Stopwatch

5.

Termometer

6.

Sepasang sarung tangan karet

7.

Selang

8.

Alat Pengukur Konduktivitas

9.

Gelas Kimia

100 mL

Tabel 3.1 Alat yang digunakan


3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
No.
1.

Nama Bahan
Air kran

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan

Spesifikasi

Jumlah

3.3 Langkah Kerja


Membuka
aliran
steam, aliran pendingin,
dan
udara dan
tekan
Mengisi tangki umpan dengan
air dan
pewarna
Set
tekanan
variasikan laju alir

Mengukur suhu steam dan suhu umpan pada setiap laju alir
Menimbang massa destilat
Menimbang massa steam keluar

3.3.1

Kalibrasi Laju Alir


Timbang berat ember kosong

Atur bukaan pompa pada 100 lt/jam

Tampung air yang keluar pada ember selama 1 menit

Timbang ember yang berisi air.

Ulangi langkah tersebut untuk bukaan pompa ........


lt/jam

3.2.2

Prosedur Operasi

Alirkan umpan sampai stabil lalu nyalakan steam


Atur tekanan pada 0,5 bar
Atur laju alir umpan pada 100 lt/jam
Catat suhu pada T7 (feed masuk) dan T11 (suhu larutan pekat)
Tampung aliran output steam dan kondensat
Timbang hasil sampling
Ulangi langkah tersebut untuk laju alir ..... lt/jam
Ulangi langkah tersebut untuk tekanan ......... bar

BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1 DATA PENGAMATAN
4.1.1

Kalibrasi Laju Alir


Laju Alir Umpan (L/h)
Kalibrasi (Kg/menit)
Kalibrasi (Kg/h)
40
1.54
92.4
60
1.56
93.6
80
2.06
123.6
Tabel 1. Kalibrasi Laju Alir Umpan

4.1.2 Data Percobaan


Pemanasan Langsung

Tabel 2. Data Pengamatan Pemanasan Langsung


Pemanasan Tidak Langsung

Tabel 3. Data Pengamatan Pemanasan Tidak Langsung


4.2 PENGOLAHAN DATA

4.2.1

Kalibrasi Laju Alir Umpan


150
100
Kg/ h

50
0
35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Laju alir umpan (L/h)

Grafik 1.Kalibrasi Laju Alir Umpan


4.2.2

Pemanasan Langsung

Kalor Yang Dilepas Steam


Q1=m1 Cp1 T 1
Q1
m1
Cp1
T1

: Kalor yang dilepas steam (KJ/h)


: Laju alir massa steam (kg/h)
: Kapasitas panas steam (KJ/Kg.K)
: Perbedaan suhu steam masuk dan kondensat (oC)

Tabel 4. Pengolahan Data Perhitungan Q Steam, Efisiensi, U dan Steam Economy


Kalor Yang Diterima Air Dingin
Q2=[ m2 Cp2 T 2 ] + [ m 3 ]+ [ m3 Cp 3 T 3 ]

Q2

: Kalor yang diterima air dingin (KJ/h)

m2
Cp2
T2

: Laju alir massa umpan (kg/h)


: Kapasitas panas air dingin (KJ/Kg.K)
: Perbedaan suhu umpan masuk dan produk (oC)

Tabel 5. Pengolahan Data Perhitungan Q Feed

93
92
91
90
Efisiensi (%) 89

0.3 bar
0.4 bar

88

0.5 bar

87
86
35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Laju Alir

Umpan (L/h)

Grafik 2. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Efisiensi

14000
12000
10000
8000
Koefisien Pindah Panas (U)

6000

0.3 bar

4000

0.4 bar

2000

0.5 bar

40 80
20 60 100

Laju Alir

Umpan (L/h)

Grafik 3. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Koefisien Pindah Panas

0.81
0.8
0.79
0.78
Steam Ekonomi 0.77

0.3 bar
0.4 bar

0.76

0.5 bar

0.75
0.74
3540455055606570758085
Laju Alir

Umpan (L/h)

Grafik 4. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Steam Ekonomi

90.7
90.6
90.5
Efisiensi (%) 90.4
90.3
90.2
90.1
0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

0.55

Tekanan (barg)

Grafik 5. Pengaruh Tekanan Terhadap Efisiensi

10000
8000
6000
Koefisien Pindah Panas

4000
2000
0
0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55
Tekanan (barg)

Grafik 6. Pengaruh Tekanan Koefisien Pindah Panas

0.79
0.78
0.78
Steam Ekonomi

0.78
0.78
0.78
0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

0.55

Tekanan (barg)

Grafik 7. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Steam Ekonomi


4.2.2 Pemanasan Tidak Langsung
Kalor Yang Dilepas Air Pemanas
Q1=m1 Cp1 T 1
Q1
m1
Cp1
T1

: Kalor yang dilepas air panas (KJ/h)


: Laju alir massa air pemanas (kg/h)
: Kapasitas panas air pemanas (KJ/Kg.K)
: Perbedaan suhu air pemanas masuk dan air pemanas keluar (oC)

Tabel 6.

Pengolahan Data Perhitungan Q Steam, Efisiensi dan U

Kalor Yang Diterima Air Dingin


Q2=[ m2 Cp2 T 2 ] + [ m 3 ]+ [ m3 Cp 3 T 3 ]
Q2

: Kalor yang diterima air dingin (KJ/h)

m2
Cp2
T2

: Laju alir massa umpan (kg/h)


: Kapasitas panas air dingin (KJ/Kg.K)
: Perbedaan suhu umpan masuk dan produk (oC)

Tabel 7. Pengolahan Data Perhitungan Q Feed


1.6
1.4
1.2
1
Efisiensi (%) 0.8
0.6

0.3 bar

0.4

0.5 bar

0.4 bar

0.2
0
35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Laju Alir

Umpan (L/h)

Grafik 8. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Efisiensi

1.6
1.4
1.2
1
0.8
Efisiensi (%)
0.6
0.4
0.2
0
3540455055606570758085
Laju Alir

0.3 bar
0.4 bar
0.5 bar

Umpan (L/h)

Grafik 9. Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap Koefisien Pindah Panas

1.19
1.19
1.19
1.19
Efisiensi (%) 1.19
1.19
1.19
1.18
0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

0.55

Tekanan (Barg)

Grafik 10. Pengaruh Tekanan Terhadap Efiensi


600000
500000
400000
Koefisien Pindah Panas 300000
200000
100000
0
0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Tekanan (Barg)

Grafik 11. Pengaruh Tekanan Terhadap Koefisien Pindah Panas

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan Pilot Plant kali dilakukan pemekatan padatan dalam air dengan
menggunakan Falling Film Evaporator (FFE). FFE adalah suatu alat untuk meningkatkan
konsentrasi dengan cara menguapkan pelarutnya. Falling film evaporator membuat larutan
yang akan dipekatkan membentuk lapisan tipis. Tujuan dari dibentuknya lapisan tipis pada
umpan saat dipanaskan adalah agar proses penguapan lebih efektif. Pada saat umpan dalam
kondisi lapisan tipis, tekanan parsial dari larutan akan meningkat sehingga penguapan akan
terjadi pada suhu yang lebih rendah. Hal ini juga akan membuat kalor yang dibutuhkan
untuk proses penguapan lebih sedikit, sehingga energy yang dibutuhkan oleh steam juga
lebih kecil (hemat).
Tujuan dari praktikum kali ini sendiri adalah untuk dapat menggunakan alat FFE
dengan aman dan benar, memilih tekanan steam dan laju alir umpan yang sebaik mungkin
untuk menghasilkan efisiensi yang tinggi, menghitung koefisien keseluruhan perpindahan
panas untuk FFE, menghitung efisiensi penggunaan steam, menjelaskan pengaruh
pengendalian tekanan.
Hal yang penting saat penggunaan alat adalah mengecek valve dan memastikan valve
yang dibuka dan ditutup benar serta mempelajari aliran dari setiap komponennya baik
umpan, steam, air pendingin, dan udara tekan. Hal ini sangat penting dikarenakan untuk
keselamatan kerja dan juga pemahaman dalam pengoperasian unit falling film evaporator
itu sendiri. Variabel pengukuran yang digunakan untuk pengamatan adalah suhu, tekanan,
laju alir, dan TDS.
Pada praktikum kali ini larutan yang akan dipekatkan adalah air kran. Kondisi operasi
praktikum ini dilakukan pada tekanan steam 0.3 bar, 0.4 bar, dan 0.5 bar dengan perubahan
laju alir umpan sebesar 40, 60 dan 80 Liter/jam pada setiap tekanan steam yang digunakan.
Pengontakkan cairan umpan dengan steam dilakukan dengan tipe aliran co-current, hal ini
disebabkan menara FFE yang berbentuk vertical sehingga apabila digunakan jenis aliran
counter current maka laju steam pemanas akan terhambat oleh kondensat steam yang

dihasilkan yang dapat mengakibatkan proses evaporasi tidak akan optimal. Pada unit
falling film evaporator, pelarut (air) akan diuapkan dan menjadi effluent sebagai distilat
dengan nilai TDS , berdasarkan pengamatan pengaruh tekanan terhadap TDS adalah
semakin besar tekanan maka TDS nya pun semakin besar (air semakin pekat).
Kemudian sistem pemanasan yang dapat dilakukan pada proses evaporasi unit falling
film evaporator adalah secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, akan terjadi
perpindahan panas antara steam dan umpan secara langsung. Sedangkan pada sistem
pemanasan secara tidak langsung, perpindahan panas yang terjadi secara dua tahap, yaitu
steam memanaskan fluida pemanas, dan fluida pemanas memanaskan umpan.
Cara kerja dari falling film evaporator dari praktikum kali ini yaitu umpan masuk
memenuhi tangki umpan kemudian mengalir melalui pompa. Cairan dipompa menuju
bagian atas kolom FFE kemudian masuk kedalam tube (terdapat 3 tube) membentuk
lapisan tipis. Kemudian fluida pemanas masuk kedalam shell dari bagian atas kolom FFE
sehingga antara umpan dan fluida pemanas alirannya co-current. Kemudian separator akan
memisahkan antara uap pelarut dan larutan pekat. Uap pelarut akan masuk kedalam
kondeser untuk didinginkan, sedangkan larutan pekat akan masuk ke kolom penampung
residu.
94
92
Efisiensi (%) 90

0.3 bar

88

0.4 bar
0.5 bar

86
3540455055606570758085
Laju Alir

Umpan (L/h)

Efisiensi optimum pada alat FFE ini tercapai bila jumlah nilai panas yang diserap
oleh umpan sama dengan atau mendekati jumlah nilai panas yang dilepas oleh steam yang
digunakan. Untuk mencapai kondisi tersebut maka laju alir yang digunakan harus benarbenar tepat sebab bila laju alir yang digunakan terlalu besar maka umpan tidak akan

membentuk lapisan tipis sementara jika laju alir terlalu kecil maka lapisan tipis yang
dihasilkan juga tidak akan maksimal. efisiensi optimnum pada praktikum ini terjadi pada
kondisi operasi tekanan steam sebesar 0.4 bar dan laju alir umpan sebesar 80 Liter/jam.
14000
12000
10000
8000
Koefisien Pindah Panas (U)

0.3 bar

6000

0.4 bar

4000

0.5 bar

2000
0
0 50100
Laju Alir

Umpan (L/h)

Koefisien perpindahan panas (U) maksimum pada praktikum ini terjadi pada
kondisi operasi tekanan steam sebesar 0.3 bar dan laju alir umpan sebesar 80 kg/jam.
Koefisien perpindahan panas (U) dapat menunjukan bahwa besarnya panas yang
digunakan untuk menguapkan pelarutnya.
0.81
0.8
0.79
0.78
Steam Ekonomi 0.77

0.3 bar

0.76

0.4 bar
0.5 bar

0.75
0.74
30 40 50 60 70 80 90
Laju Alir

Umpan (L/h)

Steam ekonomi merupakan perbandingan antara jumlah pelarut umpan yang


teruapkan dengan kebutuhan steam. Nilai SE yang tinggi mengindikasikan bahwa
pemakaian steam yang sedikit dapat memanaskan air lebih banyak. Steam ekonomi

optimum pada praktikum kali ini didapat pada semua kondisi tekanan 0.4 bar dan laju alir
umpan sebesar 80 kg/jam didapatkan nilai SE sebesar 0.799672935.
Sehingga menurut data pengamatan dapat diketahui tekanan dan laju alir optimum
yang didapatkan setelah perbandingan beberapa tekanan dan laju alir didapatkan laju alir
80 L/jam dengan tekanan 0.4 bar merupakan kondisi yang paling baik.

BAB VI

KESIMPULAN
1.
a.
b.
c.
2.
3.
4.

Operasi optimum proses Evaporasi ini bergantung pada :


Tekanan operasi (tekanan steam),
Laju alir umpan yang mempengaruhi waktu tinggal umpan dalam kalindria (evaporator).
Temperatur umpan masuk
Effisiensi optimum pada tekanan 0.4 bar bar dan laju alir umpan 80 L/jam
Koefisien perpindahan panas optimum pada tekanan 0.4 bar dengan laju 80 L/jam.
Steam ekonomi optimum pada praktikum kali ini didapat pada semua kondisi tekanan 0.4

bar dan laju alir umpan sebesar 80 kg/jam didapatkan nilai SE sebesar 0.799672935.
5. Sehingga menurut data pengamatan dapat diketahui tekanan dan laju alir optimum yang
didapatkan setelah perbandingan beberapa tekanan dan laju alir didapatkan laju alir 80 L/jam
dengan tekanan 0.4 bar merupakan kondisi yang paling baik.

DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun jobsheet praktikum Pilot Plant. 2013. Falling Film Evaporator. Bandung: Jurusan
Teknik Kimia, Polban
Geankoplis, Christi J. Transport Processes and Unit Operations : third edition. 1993, 1983,
1978. Prentice-Hall,Inc.

Reklaitis."Introduction to Material and Energy Balances"

You might also like