You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Komplikasi Molahidatidosa. Makalah ini disusun
untuk memberikan gambaran bagi para perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dalam
pelayanan yang baik terhadap pelayanan kesehatan baik dalam segi kemampuan atau dalam segi
etika.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima masukan serta saran dan
kritikan yang membangun untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jakarta, 17 Nov 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2

Tujuan Penulisan Makalah................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1

Definisi.............................................................................................................................2

2.2

Etiologi..............................................................................................................................3

2.3

Klasifikasi.........................................................................................................................3

2.4

Manifestasi Klinis.............................................................................................................3

2.5

Patofisiologi......................................................................................................................4

2.6

Komplikasi........................................................................................................................5

2.7

Penatalaksanaan................................................................................................................5

BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................................................8


3.1

Gambaran Kasus...............................................................................................................8

3.2

Analisa Data......................................................................................................................8

3.3

Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................9

3.4

Intervensi Keperawatan...................................................................................................10

3.5

Implementasi Keperawatan.............................................................................................14

3.6

Evaluasi Keperawatan.....................................................................................................15

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................17
4.1

Kesimpulan.....................................................................................................................17

4.2

Saran................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa
kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang
menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di Negara-negara asia,
Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara-negara barat. Mola hidatidosa merupakan
penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Penyebab
Mola tidak diketahui, factor-factor yang dapat menyebabkan antar lain: keadaan
sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi. Keluhan dari penderita seperti gejala-gejala
hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya.

1.2

Tujuan Penulisan Makalah


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengetahui definisi Mola Hidatidosa.


Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.
Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa.
Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa.
Mengetahui asuhan keperawatan mola hidatidosa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola
hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di Negaranegara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara-negara barat. Mola hidatidosa
merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45
tahun.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villusvillus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya
mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001:265). Mola hidatidosa
adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi oleh cairan.
Penyebab Mola tidak diketahui, factor factor yang dapat menyebabkan antar
lain: keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi. Keluhan dari penderita
seperti gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan
biasanya. Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998:23).

2.2

Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui banyak faktor yang dapat menyebabkan antara
lain:
1. Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa banyak
ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta diet rendah
protein.
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa
karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat di
identifikasikan dan penggunaan nstimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal).
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat
protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil. (Mochtar, Rustam. (1998:23)

2.3

Klasifikasi
Molahidatidosa dapat terbagi menjadi:

1.
2.

Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin


Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin

2.4

Manifestasi Klinis
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perdarahan pervaginam/gelembung mola


Gejala toksemia pada trimester I-II
Hiperemesis gravidarum
Tiroktoksikosis
Emboli paru
Pemeriksaan fisik
Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
Kista lutein
Balotemen negative
Denyut jantung janin negative
7. Amenore dan tanda-tanda kehamilan

8. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan


lanjut, kadang keluar gelembung mola.
9. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
10. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih Preeklampsia atau eklampsia
yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. (Mansjoer, Arif, dkk , 2001:266)

2.5

Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:
1. Teori Missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park
Dikatakan yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang

mempunyai

fungsiabnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke-dalam


vili sehingga timbul gelembung.Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah
dan kematian mudigah.
Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan fetus/janin. 90%
merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan kromosom 46, XY. Semua kromosom
berasal dari paternal. Sebuah enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian
berduplikasi menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua sperma.
Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan hiperplasia trofoblastik muncul.
Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat ditemukan.
Eritrosit dan pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan. Komplemen kromosom
nya 69,XXX atau 69 XXY. Kromosom tersebut merupakan hasil dari pembuahan sel telur
haploid dan duplikasi dari kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole,
jaringan hiperplasia trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola ini.

2.6

Komplikasi
1.
2.
3.
4.

Perdarahan hebat
Syok
Infeksi
Perforasi uterus

5. Keganasan (PTG)

2.7

Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila anemia (Hb 8 gr
%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dengan
protocol penanganannya. Sedangkan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian
penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola.
Ada 2 cara yaitu:
a. Kuretase
Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar -hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola
sudah keluar spontan.
Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan
infus dengan tetesan oxytocin 10UI dalam 500 cc Dextrose 5%/.
Kuretase dilakukan sebanyak 2 kalidengan interval minimal 1 minggu.
b. Histerektomi: tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup (> 35
tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa
masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa
kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapatkan
metotreksat sekitar 14%, sedangkan yang tidak mendapat sekitar
47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola hidatidosa
ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan pemberian kemoterapi untuk
tujuan terapi definitive memberikan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian
profilaksis diberikan. Apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah:
Metotreksat 20 mg/hari IM selama 5 hari

4. Pemeriksaan tindak lanjut


Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom, pil
kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada
saat penderita datang kontrol.
Pemeriksaan kadar -hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar
-hCG normal tiga kali berturut-turut.
Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar -hCG normal
selama 6 kali berturut-turut.
Bila terjadi remisi spontan (kadar -hCG, pemeriksaan fisis, dan foto thoraks
setelah saru tahun semuanya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti
menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
Bila selama masa observasi kadar -hCG tetap atau bahkan meningkat taua
pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka
penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. Seluruh
jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.

2.8

Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen Abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 4

buland.
2. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan
tidak terlihat janine.
3. Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4
bila ada gejala tirotoksikosis
4. pemeriksaan HCG urine atau darah : pada mola terdapat peningkatan kadar beta

hCG darah atau urin.


5. Uji sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde
diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola
(cara Acosta-Sison).
6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1

Gambaran Kasus
Ny. E umur 40 tahun, G3P2A0, hamil 11 minggu datang ke RB. Bunda dengan keluhan
mual dan muntah dengan frekuensi 20 kali dalam sehari semalam, isinya makanan yang
dimakan dan air, jumlahnya -1 gelas. Sehingga badan terasa lemas, malas beraktivitas
dan kepala pusing. Klien mengatakan dari awal hamil tidak nafsu makan, mual bila
mencium bau makanan yang tajam dan berbumbu. Keluar flek darah kecoklatan, ada
seperti bulatan kecil. Dari hasil pemeriksaan fisk diperoleh data: TD 90/60 mmHg, nadi
80 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 37,3 C, TB 155 cm, BB 45 Kg, Hb 10 gr/dl, TFU
teraba di atas simpisis pubis. Saat dilakukan pemeriksaan dengan USG tampak gambaran
kantong janin berisi seperti badai salju, tidak tampak adanya janin, tidak terdeteksi
adanya DJJ. Klien mengatakan khawatir terhadap kehamilannya, khawatir terjadi
keguguran atau cacat pada janin karena kondisi fisik tubuh ibu lemah. Kadar beta hCG
pada urin 110.000IU/ml.

3.2

Analisa Data
DATA
SUBJEKTIF

DATA
OBJEKTIF

Keluar flek darah

Tugor kulit tidak efektif ( data

tambahan )
Mukosa bibir kering ( data

tambahan )
Muntah sebanyak 20 kali

kecoklatan dan ada


-

bulatan kecil
Badan lemas
Malas beraktifitas kepala

pusing
Muntah kurang lebih 20

dalam sehari
TFU teraba diatas simpisis

kali dalam sehari


Khawatir terhadap

pubis
Makanan dan air yang di

penyakitnya
Khawatir terhadap
keguguran / cacat

konsumsi kurang lebih - 1


-

gelas
Usg tampak gambaran kantung

janin berisi seperti badai salju


Tidak tampak adanya janin
Tidak terdeteksi adanya denyut

jantung janin ( DJJ )


TTV :
TD : 120/80 mmHG
ND : 75 x/1
SH : 37,0
RR : 20 x/1
Kadar beta hCG pada urin
110.000IU/ml.

3.3

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan dan mualmuntah
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake asupan
3. Ansietas berhubungan dengan pengetahuan terhadap penyakit

3.4

NO

Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA

KEPERAWATAN

HASIL

INTERVENSI

1.

Kekurangan volume

Setelah dilakukan tindakan

cairan dan elektrolit

keperawatan 1x24 jam

berhubungan dengan

diharapkan cairan dan elektrolit

perdarahan dan mual-

dalam batas normal.


Kriteria hasil :
- Td,shu,nadi,respirasi

muntah, ditandai dengan


;
DS :
-

Keluar darah
kecoklatan dan

ada bulatan kecil


Mual dan
muntah
sebanyak 20 kali
dalam sehari

DO :
-

Tugor kulit tidak


efektif ( data

tambahan)
Mukosa bibir
kering (data

tambahan)
Muntah 20 kali
dalam sehari

dalam batas normal


Tidak ada tanda tanda

dehidrasi
Mual dan muntah hilang

1. Monitor tanda tanda vital


2. Monitor masukan makanan atau
cairan.
3. Monitor status nutrisi
4. Monitor tingkat HB
5. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
6. Kolaborasi dengan tim medis
dalam peningkatan cairan dan
elektrolit

2.

Ketidakseimbangan

setelah dilakuan tindakan

Nutrisi kurang dari

keperawatan selama 2 x 24 jam

kebutuhan tubuh

diharapkan kebutuhan nutrisi

berhubungan dengan

klien terpenuhi
Kriteria hasi :
- Nafsu makan bertambah
- Tidak terjadi mual dan

kurangnya intake
asupan, ditandai dengan
;
DS :
-

Badan lemas
Malas
beraktivitas
Kepala pusing

DO :
-

Muntah
sebanyak 20
kali dalam sehari

muntah
Minat terhadap
makanan meningkat

1. Kaji intake makanan


2. Berikan makan selagi hangat
3. Berikan makanan sedikit tapi
sering
4. Kolaborasikan dengan dokter
dan ahli gizi tentang
pemenuhan nutrisi ibu dan
janin

3.

Ansietas berhubungan
dengan pengetahuan
terhadap penyakit

Setelah dilakukan tindakan

1. Gunakan pendekatan yang

keperawatan 2x24 jam rasa

menenangkan
2. Dengarkan dengan penuh

cemas klien terkontrol.


DS : - klien mengatakan Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi,
khawatir
mengungkapkan, dan
terhadap
menunjukan teknik
penyakit
untuk mengontrol
nya
- Klien
cemas
- Vital sign dalam batas
mengatakan
normal
khawatir

perhatian
3. Identifiakasi tingkat
kecemasan
4. Ajurkan keluarga untuk
menemani paien

terhadap
keguguran

atau

cacat
DO : - USG tampak
gambaran
janin

berisi

badai salju
- Tidak
-

kantung
seperti
tampak

adanya janin
Tidak terdeteksi
adanya djj

3.5
NO

Implementasi Keperawatan
NO

Tanggal

Diagnosa dan jam

Implementasi

Respon

1.

1. Memonitor tanda tanda


vital
2. Memonitor masukan
makanan atau cairan.
3. Memonitor status
nutrisi
4. Memonitor tingkat HB
5. Memonitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
6. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
peningkatan cairan

1 Tanda tanda vital


dalam batas normal

2
3
4
5
6

2.

1. Mengkaji intake makanan


2. Memberikan makan selagi
hangat
3. Berikan makanan sedikit tapi
sering
4. Kolaborasikan dengan dokter
dan ahli gizi tentang
pemenuhan nutrisi ibu dan
janin dan elektrolit

TD : 120/80 mmHG ,
ND : 75 x/1, SH : 37,0 ,
RR : 20 x/1
Os memakan makanan
yang disediakan
sedikit demi sedikit
Os terlihat lebih segar
Hb os dalam batas
normal 10 gr/dl
Cairan iv yang masuk
sesuai dengan
kebutuhan.
Jika terjadi
pendarahan yang
berlebihan

1. Tim medis mendapatkan


intake yang tepat untuk os
2. Os bisa memakan
makanan walaupun
sedikit sedikit
3. Os mengatakan mual dan
muntah berkurang
4. Os mendapatkan
suplemen penambah nafsu
makan dan gizi yang

3.

1. Mengunakan pendekatan
yang menenangkan

2. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
3. Menidentifiakasi tingkat
kecemasan
4. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien

seimbang
1. Os merasa nyaman dan
mulai akrab dengan
perawat
2. Os mulai basa
membicarakan masalah
kesehatan yang dia
khawatirkan
3. Perawat melihat sejauh
mana kecemasan os
dengan mengidentifikasi

wajahnya
4. Os terlihat tidak khawatir
jika didekat orang banyak

3.6

Evaluasi Keperawatan

No

Evaluasi

Paraf

Diagnos
a
1

S : os mengatakan rasa mual berkurang

(Nama Perawat)

O : klien terlihat tidak pucat dan lemas


A : Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1.
2.
3.
4.
5.

Monitor tanda tanda vital


Monitor masukan makanan atau cairan.
Monitor status nutrisi
Monitor tingkat HB
Monitor respon pasien terhadap penambahan

cairan.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
peningkatan cairan dan elektrolit
2

S : os mengatakan tidak lemas lagi namun masih sedikit

(Nama Perawat)

pusing.
O : klien terlihat nafsu makannya membaik dan mampu
melakukan aktifitas namun di selingi istirahat
A : teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1.
2.
3.
4.

Kaji intake makanan


Berikan makan selagi hangat
Berikan makanan sedikit tapi sering
Kolaborasikan dengan dokter dan ahli gizi tentang
pemenuhan nutrisi ibu dan janin

S : os mengatakan kekhawatiranya terhadap kesehatan


yang dialaminya
O : os terlihat tenang jika ada keluarga yang

(Nama Perawat)

menemaninya
A : teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Dengarkan dengan penuh perhatian
3. Identifiakasi tingkat kecemasan
4. Ajurkan keluarga untuk menemani pasien

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Mola hidatidosa atau hamil anggur adalah semacam tumor dari sel yang
terus melakukan pembelahan yang tidak bisa dikontrol. Gejalanya ialah kantong
rahim membesar namun tidak adanya pembentukan janin atau embrio di dalamnya.
Yang terbentuk adalah sel yang menyerupai buah anggur dan hrs dikuret secara
bersih untuk menghindari pembelahan sel yang semakin banyak. Biasanya pada

minggu awal, ini terlihat seperti kehamilan biasa, namun bila ukuran perut tidak
sebanding dengan usia kehamilan biasanya itu menjadi gejala awal mola.
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti tapi faktor penyebabnya molahidatidosa
bisa dari faktor usia, faktor dari ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan dan bisa dari faktor nutrisi juga. Mola bisa dideteksi secara
dini melalui USG dan tes B-HCG

4.2

Saran
Bagi perawat
Diharapkan bagi perawat agar menungkatkan keterampilan dalam membarikan praktik
asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya tentang penyakit Mola Hidatidosa
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi
edukator bagi klien maupun keluarganya.
Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar adapat membantu dalam
pembuatan asuhan keperawatan terutama bagi pasien dengan mola hidatidosa.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami
bagaimana gejala dan tanda-tanda terjadinya Mola Hidatidosa serta asuhan keperawatan
kepada klien dengan penyakit Mola Hiodatidosa dan mempermudah masyarakat awam
untuk mengetahui tentang penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta
Herdman, T. Heather.2012.Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,sarwono.2010. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Bina
Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Mukharomah, Lailatul. 2011. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Molla.
Akademi Kebidanan Abdi Husada : Semarang
Budiana, Gede Nyoman. 2009. Koriokarsinoma Pasca Abortus. Bag/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah : Denpasar

You might also like