Professional Documents
Culture Documents
PERSALINAN NORMAL
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dahulu) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Manuaba, 2001).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain (Mochtar.R,MPH,2001).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001). Persalinan normal adalah
pervaginam tanpa bantuan apapun tidak kurang dari 18 jam, tanpa adanya
gangguan jalannya persalinan.
2. Etiologi
a. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meningkatkan kerentangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi
paada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga menimbulkan
HIS.
b. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan keadaan okxytocin bertambah, sehingga menimbulkan
kontraksi otot-otot rahim
c. Keregangan otot
Dengan majunya kehamilan menyebabkan makin teregangnya otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan oleh karena pada
anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
e. Teori prostaglandin
5. Patofisiologis
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri
dengan pelvis ibu yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar, dan
pengeluaran.
a. Engangement
1) Diameter biparietal melewati PAP
2) Nulipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
3) Multipara terjadi permulaan persalinan
4) Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP
flexi ringan.
b. Decent, turunnya kepala janin ke PAP
Turunya presentasi pada in let, disebabkan oleh 4 hal, yaitu:
1) Tekanan cairan ketuban
2) Tekanan langsung dari fundus uteri
3) Kontraksi diagfragma dan otot perut (Kala I)
4) Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
c. Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar panggul makin besar
maka makin fleksi kepala janin, dagu menekan dada dan belakang kepala
(oksiput) menjadi bagian terbawah janin, mengakibatkan masuknya kepala
janin dengan diameter terkecil melewati jalan lahir terkecil melewati jalan
lahir.
d. Internal rotation
Pemutaran bagian terendah kebawah simpisis menyesuaikan posisi kepala
janin dengan bentuk jalan lahir
e. Extention
Setelah paksi dalam selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut sisiput,
dahi, hidung, mulut, dagu
f. External rotation
Putaran kepala mengikuti putaran bahu
g. Expultion
Pengeluaran bahu dan badan janin
6. Tahap- tahap persalinan
Terdapat empat tahap persalinan
a. Kala I
Dimulai dari permulaan persalinan sampai dilatasi serviks secara lengkap.
Proses membukanya servik sebagai akibat his di bagi dalam 2 fase, yaitu:
1) Fase laten: kurang lebih selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yaitu:
bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rata-rata 0,5 jam.
c. Kala III
Dari kelahiran bayi sampai kelahiran plasenta. Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d. Kala IV
Dari kelahiran plasenta sampai stabilisasi keadaan pasie biasanya
pada sekitar 1 jam masa nifas Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap
perlu untuk mengamat-amati apakah ada perdarahan postpartum.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb
2) Golongan darah
3) Faktor Rh +/4) Waktu pembekuan
b. Protein urine
c. Urine reduksi
8. Komplikasi
a. Perdarahan
b. Pre-eklamsi
c. Infeksi
9. Penatalaksanaan kasus
Faktor yang dinilai dan dicatat dalam persalinan:
a. Waktu terjadinya kontraksi uterus pertama kali frekuensi kontraksi uterus,
keadaan selaput ketuban, riwayat perdarahan dan atau gangguan pada
b.
c.
d.
e.
gerakan janin.
Riwayat alergi, medikasi, saat makan terakhir.
Vital sign ibu, protein urine, glukosa dan pola kontraks uterus.
Denyut jantung janin, presentasi dan tafsiran berat badan janin
Keadaan selaput ketuban, dilatasi dan pendataran serviks serta derajat
penurunan bagian terendah janin melalui pemeriksaan dalam (vaginal
d. Pengkajian kala IV
1) Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu
berenergi.
2) Sirkulasi
a) Nadi biasanya lambat (50-70) karen ahipersensitivitas vaginal
b) TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
c) Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
d) Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
3) Integritas ego
a) Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat (lelah),
kecewa
b) Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
4) Eliminasi
a) Hemoroid sering ada dan menonjol
b) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
terpasang kateter
c) Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat aliran
urine.
5) Makanan/cairan: haus/lapar, mual
6) Neurosensasi
a) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi
spinal
b) hiperfleksi
7) Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
8) Keamanan
a) Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga)
b) Perbaikan epiostomi utuh
9) Seksualitas
a) Fundus keras terkontraksi
b) Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan
bekuan kecil
c) Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
e) Payudara lunak, puting tegang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Risiko tinggi cidera berhubungan dengan
hipoksia
jaringan,
hiperkapnea
3) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
penurunan
pemasukan, perdarahan
c. Kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah dan diaphoresis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan
d. Kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi
4) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga
3. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan: nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien tampak relaks atau tenang diantara kontraksi
Intervensi
1. Kaji derajat nyeri secara verbal 1.
dan non verbal.
2. Anjurkan berkemih 1-2 jam,
sehingga
2.
dapat
ditentukan
Rasional
Mengetahui skala nyeri pasien
distensi
yang
dapat
menyebabkan ketidaknyamanan.
Mengejan
yang
efektif
meminimalkan nyeri dan tenaga
analgetik/alfafrodin
tidak kelelahan.
hidroklorida
atau
meperidin 4.
tinggi
cidera
berhubungan
dengan
hipoksia
jaringan,
hiperkapnea
Tujuan: tidak terjadi cerera janin
Kriteria evaluasi:
1. DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
2. Tidak ada perubahan periodik yang berbahaya
Intervensi
1. Pantau DJJ
Rasional
1. DJJ harus di rentang 120-160
x/menit dengan variasi rata-rata
percepatan dalam respon terhadap
aktivitas maternal, gerak janin dan
kontraksi uterus
2. Persalinan
lama
dengan
stres
hemorargi
berat,
infeksi
dan
karena
ruptur
uteri
terhadap
hipoksia
dan
cedera
3. Abnormalitas seperti presentasi
3. Lakukan pemeriksaan leophod
wajah,
dagu
memerlukan
dan
intervensi
posterior
khusus
mencegah
sindrome
hipotensi
terlentang.
5. Menambah O2 ibu untuk ambilan
5. Kolaborasi dalam pemberian O2
fekal
cairan
sehingga
tidak
dehidrasi
2. Tekanan dari bagian presentasi
dari
kandung
menurunkan
kemih
sering
sensasi
dan
mengganggu
terjadi
pengosongan
komplit.
3. Mendeteksi adanya urine dalam
kandung
4. Kolaborasi
dalam
melakukan
kateterisasi
kemih
dan
derajat
kepenuhan.
4. Distensi kandung kemih dapat
menyebabkan atoni, menghalangi
turunnya
janin,
menimbulkan
1. Kaji
Intervensi
adanya
maternal/kondisi
faktor 1. Situasi
yang
menurunkan uteroplasenta.
2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit
Rasional
resiko
mempengaruhi
kemungkinan
tinggi
sirkulasi,
dimanifestasikan
dengan hipoksia.
2. Bradikardi
atau
takikardi
merupakan
indikasi
kemungkinan
penurunan
dari
yang
DJJ
segera
setelah
amnion
saat
ketuban
pecah.
Rasional
1. Selama kontraksi TD biasanya
meningkat
5-10mmHg,
kecuali
adanya
edema
dan
darah.
2. Kelebihan
retensi
cairan
perubahan
sirkulasi,
uteroplasenta
3. Catat masukan parenteral dan oral
dan haluaran secara akurat. Ukur
berat jenin bila fungsi ginjal
dimanifestasikan
berat
jenis
urine.
menurun.
reduksi
dalam
menandakan
haluaran
dehidrasi
kemungkinan
urine
atau
terjadinya
hipertensi.
4. Menandakan spasme glomerulus,
4. Tes urin terhadap albumin
yang
menurunkan
reabsorpsi
gangguan
+1
atau
mungkin
lebih
terjadi
ginjal,
rendah
karena
atau
metabolisme
peningkatan
pada
periode
intrapartal.
b. Kala II
1) Nyeri berhubungan dengan penegangan jaringan
Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak mengeluh nyeri lagi
2. Pasien tampak relaks
3. Pasien dapat menggunakan tehnik relaksasi napas dalam untuk
mengontrol nyeri.
Intervensi
1. Kaji skala nyeri.
Rasional
1. Mengetahui
skala
nyeri,
intervensi lanjutan.
2. Memberi
informasi
kemajuan
kontinue,
tentang
membantu
pasien
memilih
posisi
abnormal.
3. Posisi yang tepat memberikan
tingkat kenyaman optimal pada
dan
dehidrasi.
volume
cairan
berhubungan
dengan
penurunan
pemasukan, perdarahan
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
2. Haluaran urine adekuat
3. Mukosa bibir lembab
Intervensi
1. Pantau TTV, terutama suhu.
Rasional
1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi
2. Pada awalnya
2. Pantau DJJ.
DJJ
meningkat
masukan
cairan
dan
cairan.
3. Mengetahui
adanya
dehidrasi
haluaran urine.
masukan
cairan
peroral/parenteral
c. Kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnya intake, muntah dan diaphoresis
Tujuan: pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. TTV dalam batas normal
TD : 100-120/60-80 mmHg
RR : 16-20x/menit
N : 60-80x/menit
S : 36,5-37,4oC
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi
1. Pantau TTV dan DJJ.
Rasional
1. Monitor TTV dilakukan karena
efek samping okxytocin yang
sering terjadi adalah hipertensi
dan peningkatan DJJ menandakan
dehidrasi.
2. Segera beri minum melalui oral
jika
ditemukan
tanda-tanda
dehidrasi.
3. Pelepasan harus terjadi dalam
waktu 5menit setelah kelahiran,
3. Catat
waktu
dan
mekanisme
pelepasan plasenta.
lebih
banyak
waktu
yang
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
cairan perenteral
2) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan
Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks
3. Pasien tidak merintih kesakitan
Intervensi
1. Kaji skala nyeri pasien.
2. Beri pasien posisi yang nyaman.
Rasional
1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
otot-otot
dan
mencegah
perdarahan.
Rasional
1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi
2. Pada awalnya DJJ meningkat
2. Pantau DJJ.
masukan
cairan
dan
cairan.
3. Mengetahui
adanya
dehidrasi
haluaran urine.
masukan
cairan
peroral/parenteral
2) Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang
2. Pasien tampak relaks
3. Pasien tidak merintih kesakitan
Intervensi
1. Kaji skala nyeri pasien.
Rasional
1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
otot-otot
dan
mencegah
perdarahan.
Intervensi
1. Observasi TTV terutama suhu.
2. Kaji tanda-tanda infeksi.
Rasional
suhu
menandakan
1. Perubahan
terjadinya infeksi.
2. Adanya tanda-tanda seperti kalor,
dolor,
rubor,
tumor
fungsiolaesia
dan
menandakan
4. Kolaborasi
dalam
ataupun perawat.
pemberian 4. Antibiotik
sesuai
membantu
mekanisme
indikasi
menghambat
terjadinya
infeksi
samping
yang
tidak
diinginkan.
Rasional
1. Kontak mata, posisi menghadap
wajah menandakan penerimaan
yang baik atas kehadiran bayinya.
2. Perilaku atau pengunggkapan
yang
menunjukkan
kekecewaan.
secara
verbal
mengenai
dini
memberikan
kehangatan
pada
menggendong bayinya
bayi
sehingga
bayi
menjadi
tenang.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun atau ditentukan sebelumnya berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2003)..
5. EVALUASI
a. Kala I
1) Nyeri berkurang dan terkontrol
2) Tidak terjadi cedera janin
3) Perubahan eliminasi urine teratasi
4) Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
5) Tidak terjadi penurunan curah jantung
b. Kala II
1) Nyeri berkurang atau terkontrol
2) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat
3) Penerimaan anggota baru dalam keluarga
c. Kala III
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
d. Kala IV
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi infeksi.
WOC
Progesteron
Estrogen
oksitosin
pd akhir kehamilan
Kerentanan otot
rahim
kontraksi otot
rahim
oto-otot rahim
meregang
pengaruh janin
Kala I
Laten
aktif
estrogen dan
progesteron
rahim besar
dan meregang
napas mulut
kontraksi
oksitosin
iskemia alat
rahim
sirkulasi O2
maternal
dilatasi uterus
4-8 cm
kadar
prostaglandin
sirkulasi uretroplasenta
terganggu
hipoksia
jaringan janin
tekanan pada
jaringan
prostaglandin
kontraksi uterus
nyeri
hipoksia jaringan
Resti cedera
pd janin
Resti kerusakan
pertukaran gas
Resti kerusakan
pertukaran gas
Transisi
metabolisme
menekan janin
Hipoksia jaringan
Resti penurunan
curah jantung
Kala II
Kala III
Pembukaan serviks
10 cm
Meneran infolunter
Bayi lahir
Pengeluaran darah
Lebih banyak
Resti kekurangan
volume cairan
plasenta lahir
kontraksi
uterus
kehilangan darah
menekan saraf
atau penegangan
jaringan
Nyeri
Resti kekurangan
volume cairan
terjadi
laserasi
trauma jaringan
Nyeri
Kala IV
Plasenta lahir
kontraksi uterus
sirkulasi
uteroplasenta
berlanjut
kelahiran bayi
tremor otot
Perubahan proses
keluarga
trauma mekanis
Nyeri
robekan pada
jalan lahir
trauma jaringan (perineum)
episiotomi
Resti infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan Perawatan Maternal Bayi. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta
Mochtar, R, 1998. Sinopsis Obstetric, jilid I. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Taber, M.D. 1994. Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi. Jakarta: EGC