You are on page 1of 43

Nyeri perut

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas


[hide] Artikel ini memiliki beberapa masalah. Harap membantu memperbaikinya
atau mendiskusikan masalah ini di halaman pembicaraan .
Artikel ini membutuhkan lebih banyak referensi medis untuk verifikasi atau
bergantung terlalu banyak pada sumber-sumber primer. (Juli 2014)
Artikel ini mungkin terlalu teknis bagi sebagian besar pembaca untuk
memahami. (Juli 2014)
Nyeri perut

Nyeri perut dapat dicirikan oleh daerah itu


mempengaruhi.
ICD - 10
R 10
ICD - 9
789,0
MedlinePlus
003.120
Nyeri perut (atau sakit perut) adalah umum gejala yang berhubungan dengan gangguan
sementara atau penyakit serius. Mendiagnosis penyebab sakit perut bisa sulit, karena banyak
penyakit dapat menyebabkan gejala ini. Paling sering penyebabnya adalah jinak dan / atau
membatasi diri, namun penyebab yang lebih serius mungkin memerlukan intervensi mendesak.

Isi

1 Diagnosis
o 1,1 sakit perut akut
o

1.2 Menurut lokasi

2 pendekatan diagnostik

3 Manajemen

4 Referensi

5 Bacaan lebih lanjut

Diagnosis

Gastrointestinal
o GI saluran

Inflamasi: gastroenteritis , radang usus buntu , gastritis , esofagitis ,


divertikulitis , penyakit Crohn , ulcerative colitis , kolitis mikroskopik

Obstruksi: hernia , intususepsi , volvulus , pasca-bedah adhesi , tumor ,


sindrom arteri mesenterika superior , berat sembelit , wasir

Vascular: emboli , trombosis , perdarahan , penyakit sel sabit , angina


perut , kompresi pembuluh darah (seperti arteri celiac sindrom kompresi),
postural sindrom takikardia ortostatik

pencernaan : ulkus peptikum , intoleransi laktosa , penyakit celiac , alergi


makanan

Kelenjar

Sistem empedu

Inflamasi: kolesistitis , kolangitis

Obstruksi: cholelithiasis , tumor

Hati

Pankreas

Inflamasi: hepatitis , abses hati

Inflamasi: pankreatitis

Renal dan urologi


o

Peradangan: pielonefritis , infeksi kandung kemih

: Obstruksi batu ginjal , batu saluran kemih , retensi urin , tumor

Vascular: kiri ginjal vena jebakan

Ginekologi atau obstetri


o

Inflamasi: penyakit radang panggul

Teknik: torsi ovarium

Endokrinologis: menstruasi , Mittelschmerz

Tumor: endometriosis , fibroid , kista ovarium , kanker ovarium

Kehamilan: pecah kehamilan ektopik , aborsi mengancam

Dinding perut
o

ketegangan otot atau trauma

Infeksi otot

neurogenik nyeri: herpes zoster , radiculitis di penyakit Lyme , perut sindrom kulit
jeratan saraf (acnes), tabes dorsalis

Nyeri alih
o

dari thorax : pneumonia , emboli paru , penyakit jantung iskemik , pericarditis

dari tulang belakang : radiculitis

dari alat kelamin : torsi testis

Gangguan metabolik
o

Pembuluh darah
o

uremia , ketoasidosis diabetik , porfiria , defisiensi inhibitor C1-esterase ,


insufisiensi adrenal, keracunan timbal , hitam janda spider gigitan, narkotika
penarikan

diseksi aorta , aneurisma aorta abdominal

Sistem kekebalan tubuh


o

sarcoidosis

vaskulitis

demam Mediterania familial

Idiopatik
o

sindrom iritasi usus (yang mempengaruhi hingga 20% dari populasi, IBS adalah
penyebab paling umum berulang, sakit perut intermiten)

Nyeri perut akut

Perut akut dapat didefinisikan sebagai berat, sakit perut terus-menerus dari onset mendadak yang
mungkin memerlukan intervensi bedah untuk mengobati penyebabnya. Rasa sakit mungkin
sering dikaitkan dengan mual dan muntah , distensi perut , demam dan tanda-tanda syok . Salah
satu kondisi yang paling umum yang terkait dengan sakit perut akut akut usus buntu .
Penyebab yang dipilih perut akut

Trauma: tumpul atau perforasi trauma pada perut , usus , limpa , hati , atau ginjal
Inflamasi:
o

Infeksi seperti radang usus buntu , kolesistitis , pankreatitis , pielonefritis ,


penyakit radang panggul , hepatitis , adenitis mesenterika , atau subdiaphragmatic
abses

Perforasi dari ulkus peptikum , sebuah divertikulum , atau sekum

Komplikasi penyakit radang usus seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserativa

Teknik:
o

Usus halus obstruksi sekunder perlengketan yang disebabkan oleh operasi


sebelumnya, intususepsi , hernia , jinak atau ganas neoplasma

Usus besar obstruksi yang disebabkan oleh kanker kolorektal , penyakit radang
usus , volvulus , impaksi tinja atau hernia

Vascular: oklusif iskemia usus , biasanya disebabkan oleh tromboemboli dari arteri
mesenterika superior

Dengan lokasi
Lokasi [1]

Nyeri perut bagian atas tengah


o Perut ( gastritis , ulkus lambung , kanker perut )
o

Nyeri Pankreas ( pankreatitis atau kanker pankreas , dapat menyebar ke sisi kiri
pinggang, punggung, dan bahkan bahu)

Ulkus duodenum, diverticulitis

Apendisitis (dimulai di sini, setelah beberapa kali bergerak untuk menurunkan


perut bagian kanan)

Nyeri perut kanan atas


o

Hati (yang disebabkan oleh hepatomegali karena fatty liver , hepatitis , atau
disebabkan oleh kanker hati , abses )

Kandung empedu dan empedu saluran ( batu empedu , radang, cacing gelang)

Nyeri Colon (di bawah daerah hati - obstruksi usus , gangguan fungsional,
akumulasi gas, kejang, radang, kanker usus besar )

Nyeri perut bagian atas kiri


o

Nyeri limpa ( splenomegali )

Pankreas

Nyeri Colon (di bawah daerah limpa - obstruksi usus, gangguan fungsional,
akumulasi gas, kejang, radang, kanker usus besar)

Sakit perut Tengah (nyeri di daerah sekitar pusar)


o

Apendisitis (dimulai di sini)

Nyeri Kecil usus (radang, kejang usus, gangguan fungsional)

Nyeri perut bagian bawah ( diare , radang usus dan disentri )

Nyeri perut kanan bawah

Sekum ( intususepsi , obstruksi usus)

Lampiran point ( Appendicitis lokasi)

Nyeri perut kiri bawah


o

Kolon sigmoid ( polip ), volvulus sigmoid, obstruksi atau gas akumulasi)

Nyeri panggul
o

kandung kemih ( sistitis , mungkin sekunder untuk divertikulum dan batu


kandung kemih , kanker kandung kemih )

nyeri pada wanita (rahim, ovarium, tuba fallopi)

Sakit pinggang kanan dan nyeri punggung


o

nyeri hati ( hepatomegali )

sakit ginjal kanan (lokasi di bawah area yang sakit hati)

Sakit pinggang kiri dan nyeri punggung


o

kurang sakit limpa

sakit ginjal kiri

Rendah kembali sakit

sakit ginjal ( batu ginjal , kanker ginjal , hidronefrosis )

Saluran kemih sakit batu

Pendekatan Diagnostik
Ketika dokter menilai pasien untuk menentukan etiologi dan pengobatan selanjutnya untuk sakit
perut riwayat pasien dari keluhan menyajikan dan pemeriksaan fisik harus memperoleh diagnosis
di lebih dari 90% kasus.
Penting juga bagi dokter untuk diingat bahwa nyeri perut dapat disebabkan oleh masalah di luar
perut, terutama serangan jantung dan pneumonia yang dapat kadang-kadang hadir sebagai nyeri
perut.
Pemeriksaan penunjang yang akan membantu diagnosis mencakup

Tes darah termasuk hitung darah lengkap, elektrolit , urea , kreatinin , tes fungsi hati, tes
kehamilan , amilase dan lipase .
Urinalisis

Pencitraan termasuk tegak dada X-ray dan film polos abdomen

Sebuah elektrokardiograf untuk menyingkirkan serangan jantung yang kadang-kadang


dapat menyajikan nyeri perut sebagai

Jika diagnosis masih belum jelas setelah anamnesis, pemeriksaan dan penyelidikan dasar seperti
di atas investigasi kemudian lebih maju dapat mengungkapkan diagnosis. Maskapai seperti akan
mencakup

Tomography Computed perut / panggul


Perut atau panggul USG

Endoskopi dan kolonoskopi (tidak digunakan untuk mendiagnosis nyeri akut)

Manajemen
Butylscopolamine (Buscopan) digunakan untuk mengobati kram sakit perut dengan beberapa
keberhasilan. [2]

Referensi
1.

Richard F.LeBlond. Diagnostics. US: McGraw-Hill Companies, Inc ISBN 0-07140923-8 .


2.
Tytgat GN (2007). "Hiosin butylbromide: review penggunaannya dalam
pengobatan kram perut dan sakit" Obat 67 (9):.. 1343-1357 doi : 10,2165 / 00003495200767090-00007 . PMID 17547475 .

Catatan Dokter Muda


Saturday, August 9, 2014
ABDOMINAL PAIN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat darurat atau 5
sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson D, 2001). Studi lain menunjukkan
bahwa 25% dari pasien yang datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri perut (Cordell
WH et all, 2002). Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri.
Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis, sedangkan
penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Graff LG,
Robinson D, 2001).

Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.Gawat
abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada
obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran cerna.Infeksi,
obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis (Sjamsuhidajat
dkk, 2010).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus
gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka
tembus abdomen (Arief dkk, 2000).
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan melakukan
analisis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Pengetahuan anatomi
dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk menyingkirkan satu demi satu dari
kemungkinan penyebab nyeri perut akut(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen.Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi pendek.Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan
untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/
hilang timbul.Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut (Pierce A. Grace & Neil
R. Borley, 2007).
2.2.Jenis nyeri perut
Nyeri perut dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari
berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga perut, misalnya di
rongga dada (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

a.

Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam ronggaperut,
misalnya

karena

cedera

atau

radang.Peritoneum

viserale

yang

menyelimuti

organ

perutdipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau
pemotongan.Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa
terasaolehpasien. Akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau terjadi kontraksiyang
berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia,seperti pada kolik atau radangakan timbul
nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanyatidak dapat menunjukkan secara tepat letak
nyeri sehingga biasanya ia menggunakanseluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang
nyeri (Sjamsuhidajat dkk,2010).
Nyeri viseral memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrionalorgan
bersangkutan. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut), yaitu lambung, duodenum,
sistem hepatobilier dan pankreas menimbulkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagiansaluran
cerna yang berasal dariusus tengah (midgut), yaitu usus halus dan usus besar sampai
pertengahankolon transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus.Bagian saluran
cerna lainnyayaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoidyang berasal
dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri di perut bagian bawah.Demikian juga nyeri dari
buli-buli dan rektosigmoid (lihat Gambar 2.1A).Karena tidak disertai rangsanganperitoneum,
nyeri

ini

tidak

dipengaruhi

oleh

gerakan

sehingga

penderita

biasanya

dapat

aktifbergerak(Sjamsuhidajat dkk, 2010).


b. Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya
regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakanseperti ditusuk
atau disayat, dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan jarinya secara tepat. Rangsang yang
menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atauproses radang (lihat
Tabel 2.1 dan 2.2) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.1. Persarafan sensorik organ perut
Organ atau struktur
Bagian tengah diafragma
Tepi diafragma, lambung,
pankreas, kandung empedu, usus

Saraf
N. frenikus
Pleksus seliakus

Tingkat persarafan
C3-5
Th 6-9

halus
Apendiks, kolon proksimal, dan

Pleksus mesenterikus

Th 10-11

organ panggul
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter,

N. splanknikus kaudal

Th 11-L1

Pleksus hipogastrikus

S2-S4

dan testis
Buli-buli, rektosigmoid
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)

Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum


danmenyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneumdapat
menyebabkan perubahan intensitas nyeri.Gesekan inilah yang menimbulkan nyerikontralateral
pada apendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerakan tubuh maupungerakan nafas
yang dalam atau batuk, akan menambah rasa nyeri sehinggapenderita gawat perut yang disertai
rangsang peritoneum berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal danmenahan batuk
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.2.Letak nyeri somatik
Letak
Abdomen kanan atas

Organ
Kandung empedu*, hati, duodenum, pankreas, kolon,

paru, miokard
Epigastrium
Lambung*, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas
Limpa*, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan bawah Apendiks*, adneksa*, sekum, ileum, ureter
Abdomen kiri bawah
Kolon*, adneksa*, ureter
Suprapubik
Buli-buli*, uterus, usus halus
Periumbilikal
Usus halus
Pinggang/ punggung
Pankreas*, aorta, ginjal
Bahu
Diafragma*
* Organ yang paling sering menimbulkan nyeri somatik
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
2.3.Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada
masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ sumber nyeri
sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya (lihat Tabel 2.2, Gambar 2.1 dan Gambar
2.2).Nyeri pada anak prasekolah sulit ditentukan letaknya, karena mereka selalu menunjuk
daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya.Anak yang lebih besar baru dapat menentukan
letak nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.1 Nyeri perut


A. (1) nyeri viseral dari lambung, duodenum, system hepatobilier, dan pancreas
(foregut) dirasakan di ulu hati, (2) nyeri dari duodenum sampai pertengahan
kolon transversum (midgut) dirasakan di perut tengah, disekitar pusat, (3)
kelainan pada saluran cerna dari pertengahan kolon transversum sampai
sigmoid (hindgut) menyebabkan nyeri yang dirasakan diperut bagian bawah.
B. Kolik empedu pada mulanya mungkin dirasakan di epigastrium atau
hipokondrium kanan; (4) umumnya terdapat nyeri alih ke daerah ujung skapula
di punggung (titik Boas), (5) nyeri dari pelvis renalis dan kolik ureter biasanya
dirasakan di genitalia eksterna dan daerah inguinal.
C.
Seperti pada gambar B, (4) titik Boas, (6) kelainan organ dan struktur
retroperitoneal seperti pankreas dan ginjal lazim menyebabkan nyeri pinggang,
(7) kelainan uterus dan rektum dirasakan di region sakrum, (8) nyeri alih dari
diafragma dirasakan di bahu.

Perut kanan atas : (1) abses amuba, (2)


kolesistitis akut, (3) perforasi tukak peptik.
Perut kiri atas : (4) cedera atau abses limpa,
(5) pankreatitis akut.
Perut kanan bawah : (6) apendisitis akut, (7)
adneksitis akut.
Perut kiri bawah : (8) divertikulitis sigmoid,

(9) adneksitis akut.


Gambar 2.2. Nyeri lokal disertai nyeri tekan lokal dan defans muskuler lokal.
2.4.Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang
diproyeksikan.Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan
diagnosis.Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat (skapula), nyeri pankreatitis
dirasakan menembus ke bagian pinggang.Nyeri pada bahu menunjukkan adanya rangsangan
pada diafragma (lihat Gambar 2.1C) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
a.

Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya
diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa embrional sehingga
rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu (lihat
Gambar 2.1C dan 2.3). Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan didaerah ujung
belikat (lihat Gambar 2.1B dan 2.1C).Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang
atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu.Kolik
ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labium
mayor atau testis (lihat Gambar 2.1B). Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari nyeri
alih (Sjamsuhidajat, dkk., 2010).

Gambar 2.3 Persarafan diafragma dan bahu; rangsangan pada pleura atau peritoneum dapat
dirasakan sebagai nyeri bahu.
A.

Inervasi diafragma dan bahu oleh saraf servikal : (1) saraf C3, C4, dan C5,

B.

(2) n. frenikus.
(1) Iritasi n. frenikus dapat dirasakan di bahu : daerah bahu yang disarafi,
(2) paru-paru dan pleura viseralisnya, (3) diafragma dengan pleura
parietalis disebelah kranial dan peritoneum parietalis disebelah kaudal, (4)
hepar dan peritoneum viserale, (5) rongga abdomen.

b. Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibatcedera
atau peradangan saraf.Contoh yang terkenal ialah nyerifantom setelahamputasi, atau nyeri perifer
setempat pada herpes zoster.Radang saraf ini pada herpeszoster dapat menyebabkan nyeri hebat

di dinding perut sebelum gejala atau tandaherpes menjadi jelas dan rasa nyeri ini dapat menetap
bahkan setelah penyakitnya sudah sembuh (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
c.

Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan dikulit jika ada peradangan pada rongga
dibawahnya.Pada gawat abdomen, hiperestesia sering ditemukan pada peritonitis local maupun
peritonitis umum (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga
penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak,
nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang peritoneum lain dan defans muskuler yang sering
disertai hiperestesia kulit setempat (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

d. Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-menerus karena
proses berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita
peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler,
kontraksi dinding perut yang terjadi secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dari
tekanan setempat.
e.

Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu,
peningkatan tekanan intralumen).Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan
dinding saluran.Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul.Fase awal gangguan
pendarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah.Saat serangan,
pasien sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling ditempat tidur atau di jalan.Yang khas
adalah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah
dan gerak paksa (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

f.

Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
menyurut.Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan
tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, merosotnya keadaan umum, dan syok karena
resorbsi toksin dari jaringan nekrosis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

g. Nyeri pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi.Pada tahap awal apendisitis,
sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan disekitar pusat disertai
rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah.Setelah radang terjadi diseluruh dinding
termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri
somatik.Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu diperut
kanan bawah.Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangrene (apendisitis
gangrenosa), nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut,
kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis (lihat Gambar 2.4A) (Sjamsuhidajat dkk,
2010).
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan asam
hidroklorida dan empedu masuk ke rongga abdomen yang sangat merangsang peritoneum
setempat.Si sakit merasa sangat nyeri ditempat rangsangan itu, yaitu diperut bagian atas. Setelah
beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral
kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri
itu

kurang

tajam

dan

kurang

hebat

dibandingkan

nyeri

pertama

karena

terjadi

pengenceran.Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke kanan bawah.
Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada apendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan
ini, apendisitis akut maupun perforasi lambung atau duodenum, akan mengakibatkan peritonitis
purulenta umum jika tidak segera di tanggulangi dengan tindak bedah (lihat Gambar 2.4B)
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.4 Nyeri yang pindah


A. Apendisitis akut: awalnya nyeri bersifat difus dan berangsur dirasakan di ulu hati
atau sekitar pusat sebagai nyeri viseral, lalu berubah menjadi nyeri lokal akibat
rangsangan peritoneum setempat kanan bawah yang terasa lebih hebat,
menetap, dan dipengaruhi oleh setiap gerakan peritoneum terhadap organ dan
B.

struktur sekitarnya.
Pada perforasi tukak peptik duodenum, awal nyeri sangat tajam dan hebat; nyeri
ini berpindah ke fosa iliaka kanan bawah dan berangsur berkurang karena cairan
isi duodenum mengalami pengenceran.

2.5.Mula nyeri dan beratnya


Bagaimana bermulanya serangan nyeri dapat menggambarkan sumber nyeri.Nyeri dapat
tiba-tiba hebat atau secara cepat menjadi hebat, tetapi dapat pula secara bertahap semakin nyeri.
Misalnya pada perforasi organ yang berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan

dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi bakteri. Demikian pula intensitas nyerinya
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Seorang yang sehat tiba-tiba merasakan nyeri perut hebat dapat disebabkan oleh adanya
sumbatan, perforasi, atau puntiran. Nyeri yang bertahap makin hebat biasanya disebabkan oleh
proses radang, misalnya pada kolesistitis akut atau pankreatitis akut (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
2.6.Posisipasien
Posisi pasien dalam usaha mengurangi nyeri tertentu dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut, pasien akan berbaring pada sisi sebelah kiri dengan fleksi pada tulang
belakang, panggul, dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi
panggul dan lutut. Penderita abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan
daerah perut bagian atas seakan-akan menggendong absesnya.Pasien apendisitis akut yang
letaknya retrosekum cenderung berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sebagai usaha
melemaskan otot psoas yang teriritasi.Gawat abdomen akibat iritasi pada diafragma akan
menyebabkan pasien lebih merasa nyaman dalam posisi setengah duduk yang memudahkan
bernapas. Pasien peritonitis local atau umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan
penderita kolik terpaksa bergerak-gerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
2.7.Pemeriksaan
a.

Anamnesis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan
timbulnyanyeri (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya (menetap, pindah atau
beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik),
perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah
yang mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh,
makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).Harus ditanyakan apakah pasien
pernah mengalami nyeri seperti ini(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk peritoneum viseral (nyeri
viseral) atau peritoneum parietal atau dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri somatik).Pada
saat nyeri dirasakan pertama kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan
berbentuk khas.Nyeri yang berasal dari organ padat kurang jelas dibandingkan myeri dari organ
yang berongga.Nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan
tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan disertai fenomena viseral

motor seperti muntah dan diare.Biasanya pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang
ditimbulkan tersebut (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi usus tinggi, muntah
tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit (konstipasi) didapatkan pada
obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada peradangan peritonium
setempat, ditemukan tanda rangsang peritonium yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan
mengenai defekasi, miksi, daur haid dan gejala lain seperti keadaan sebelum diserang tanda
gawat perut, harus dimasukkan dalam anamnesis(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernapasan,
suhu badan, dan sikap baring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau
sepsis juga perlu diperhatikan (lihat Tabel 2.3)(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.3. Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat abdomen
Keadaan
Awal perforasi

Tanda klinis penting


saluran Perut tampak cekung (awal), tegang, bunyi usus

cerna atau saluran lain

kurang aktif (lanjut), pekak hati hilang, nyeri tekan,

Peritonitis

defans muskuler
Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang (lanjut),
nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler,

Massa, infeksi atau abses

tanda infeksi umum, keadaan umum merosot


Massa nyeri (abdomen, pelvis, rektal), nyeri tinju, uji

Obstruksi usus

lokal (psoas), tanda umum radang


Distensi perut;peristalsis hebat (kolik usus) yang
tampak di dinding perut, terdengar (borborigmi), dan
terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak ada

Ileus paralitik

rangsangan peritoneum
Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak
ada nyeri tekan lokal. Pada iskemia/ strangulasi,
distensi tidak jelas (lama), bunyi usus mungkin ada,
nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika kena

Perdarahan

usus mungkin keluar darah dari rectum, tanda toksis


Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika
aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan
ektopik, cairan bebas (pekak geser), anemia

(Sjamsuhidajat dkk, 2010)


Pada pemeriksaan perut, inspeksi merupakan bagian pemeriksaan yang penting.Auskultasi
diadakan sebelum dilakukan perkusi dan palpasi. Lipat paha dan tempat hernialain diperiksa
secara khusus. Umumnya dibutuhkan colok dubur untuk membantu penegakan diagnosis
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pasien dengan akut abdomen biasanya diperiksa posisi supine.Inspeksi abdomen dilakukan
dengan teliti.Posisi tider pasien dan apakah pasien tetap merasakan nyeri pada posisi supine dan
berusaha untuk berada pada posisi tertentu untuk menghindari nyeri merupakan hal penting
untuk menentukan penyebab dari akut abdomen tersebut. Pasien dengan peritonitis cenderung
untuk imobilitas dan terus merasa kesakitan, perubahan posisi akan merangsang peritoneumnya
dan meningkatkan nyeri abdomennya (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Palpasi dilakukan dengan hati-hati untuk menentukan lokasi nyeri jika nyeri tersebut
terlokalisir. Melalui palpasi dapat ditentukan adanya nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya massa.
Adanya nyeri lepas lebih mengarah kepada suatu peritonitis.Lokasi nyeri abdomen berhubungan
dengan penyebab dari nyeri tersebut.Beberapa tanda sering digunakan sebagai patokan adanya
etiologi dari nyeri abdomen tersebut.Tanda Murphy berupa nyeri tekan pada perut kanan atas
pada saat inspirasi sensitif untuk kolesistitis akut tetapi pemeriksaan ini tidak spesifik.Nyeri
tekan dan nyeri lepas disertai rigiditas pada daerah Mc Burney yaitu pada perut kanan bawah
sensitive untuk suatu apendisitis akut (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pada pemeriksaan auskultasi, bising usus yang didengar cukup bervariasi tergantung
penyebab dari akut abdomen tersebut. Pada ileus paralitik atau peritonitis umum bising usus
tidak terdengar sedang pada obstruksi usus bising usus akan meningkat dan kadang kala kita
mendengar Metallics sound. Adanya suara bruit pada saat auskultasi menunjukkan kelainan
vaskuler tetapi pada pasien yang kurus kita bias mendengar bruit pada daerah epigastrium yang
berasal dari aorta abdominalis (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pemeriksaan bagian perut yang sukar dicapai, seperti daerah retroperitoneal, region
subfernik, dan panggul, dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji tertentu.Dengan uji
iliopsoas dapat diperoleh informasi mengenai region retroperitoneal; dengan uji obturator didapat

informasi mengenai kelainan di panggul, dan dengan perkusi tinju dapat dicapai region subfrenik
(lihat Gambar 2.5).Dengan menarik testis kearah kaudal, dapat dicapai daerahdasar
panggul(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok
dubur dan pemeriksaan vagina (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum douglas kurang memberikan informasi
pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan didaerah panggul,
seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi
usus dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan
pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps.Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk
kemungkinan kelainan pada alat kelamin pada perempuan (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

A. Tes iliopsoas : pasien diminta mengangkat


tungkainya

dengan

lutut ekstensi dan

pemeriksa memberi tekanan melawan gerak


tungkai sehingga m. iliopsoas dipaksa
berkontraksi kuat. Jika terasa nyeri dibagian
belakang didalam perut, kemungkinan ada
proses radang akut atau abses di perut yang
tertekan oleh otot iliopsoas yang menebal
karena berkontraksi.
B. Tes obturator : tungkai pasien diputar ke
dalam (endorotasi) dan eksorotasi pada
posisi fleksi lutut dan lipat paha 90 o; jika
timbul nyeri, kemungkinan ada proses radang

di daerah m. obturatorius.
C. Tes perkusi tinju : pemeriksa melakukan
perkusi (bukan pukulan keras) pada sisi
dinding toraks kira-kira dipertengahan antara
aksila dan spina iliaka anterior superior
dengan tinju melalui tangan yang lain
sehingga terjadi getaran didalam karena
benturan ringan. Jika terasa nyeri didalam,
mungkin ada radang akut abses di ruang
subfrenik antara hati dan diafragma.

Gambar 2.5 Tiga macam pemeriksaan

c.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misalnya
pemeriksaan darah, urin dan feses.Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan Roentgen atau
endoskopi (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin dan hematokrit,
untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat
menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, selain
diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan kemungkinan demam
berdarah yang memberikan gejala mirip gawat perut (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pemeriksaan laboratorium yang rutin perlu antara lain pemeriksaan darah perifer dan urin
lengkap. Pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan antara lain amilase, lipase, elektrolik,
gula darah dan ureum kreatinin (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen untuk memastikan
adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus (Sjamsuhidajat dkk,
2010).Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk menentukan adanya tanda
perforasi, ileus dan obstruksi usus.Selain itu, pada foto polos abdomen juga dapat ditentukan
adanya kalsifikasi pada pankreas, fraktur tulang belakang dan adanya batu radiolusen pada
kontur ginjal(Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).

Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis kelainan hati,


saluran empedu, dan pankreas.Apendisitis akut pun dapat dipastikan dengan ultrasonografi
sehingga dapat dihindari pembedahan yang tidak perlu (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pemeriksaan colon in loop, endoskopi saluran cerna dan CT scanabdomen dilakukan sesuai
dengan indikasi(Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
2.8.Diagnosis
Seperti telah disebutkan diatas, anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan
diagnosis

gawat perut.Sifat,

letak, dan perpindahan

nyeri

merupakan

gejala yang

penting.Demikian juga muntah, kelainan defekasi, dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan,
defans muskuler, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Kadang ditemukan gawat perut dengan penderita yang langsung pingsan.Pingsan dapat
disebabkan oleh nyeri hebat seperti pada awal kolik empedu, perforasi tukak peptik, obstruksi
usus halus akut, perforasi akut apendiks, kehamilan ektopik terganggu, dan pankreatitis
akut.Dalam keadaan ini, selalu harus dipikirkan kemungkinan perdarahan yang banyak (lihat
Gambar 2.6) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

(1) Kolik bilier, (2) perforasi tukak


peptik duodenum, (3) perforasi
tukak

peptik

lambung,

(4)

pankreatitis akut, (5) obstruksi usus


halus akut, (6) perforasi apendisitis
akut,

(7)

terganggu

kehamilan

ektopik

Gambar 2.6 Kolik pada gawat abdomen


Sifat nyeri, cara timbulnya pada permulaan, dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk
menegakkan diagnosis. Nyeri yang timbul mendadak dan tidak tertahankan mungkin merupakan
kolik ureter, kolik empedu, tanda infark jantung, tanda perforasi tukak peptik atau rupture aorta
abdominal.Nyeri hebat yang timbul mendadak kemudian semakin hebat dapat disebabkan oleh
pankreatitis akut, thrombosis vena mesenterika, atau kehamilan ektopik yang pecah
(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri kolik, yang makin hebat dengan jeda antar serangan, selain disebabkan oleh kolik
ureter dan kolik saluran empedu, mungkin disebabkan oleh pankreatitis (jarang), obstruksi usus
halus, dan kolitis (lihat gambar 2.7) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.7.Berbagai sifat nyeri yang mulai tiba-tiba dan letaknya


A. Nyeri hebat sekali : (1) kolik bilier, (2) infark jantung, (3) kolik ureter, (4)
perforasi tukak peptik, (5) ruptur aneurisma aorta.
B. Nyeri hebat yang makin berat : (1) pankreatitis akut, (2) trombosis v
mesenterika,(3) kehamilan ektopik.
C. Nyeri menetap : (1) kolesistitis akut, kolangitis akut, hepatitis akut, (2)
apendisitis akut, salpingitis akut (PID), (3) divertikulitis sigmoid, salpingitis
akut.

D.

a.

Kolik yang makin hebat : (1) awal pankreatitis (jarang), (2) kolitis berat.

Nyeri di pusat
Jika terdapat nyeri sentral hebat terpusat diperut, dapat dipikirkan kemungkinan tahap awal
obstruksi usus halus, apendisitis dan pankreatitis, walaupun yang terakhir ini jarang sekali
ditemukan. Jika sewaktu pengamatan terjadi perkembangan klinis, seperti kenaikan suhu,
muntah, atau nyeri tekan lokal, diagnosis akan lebih jelas (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Jika nyeri di pusat yang hebat ini diikuti dengan syok, harus dipikirkan kemungkinan
volvulus usus halus, kehamilan ektopik yang terganggu, pankreatitis akut, oklusi pembuluh
koroner, oklusi vena mesenterika (jarang), atau aneurisma aorta yang robek atau pecah (jarang)
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Bila pada penderita ini ditemukan juga defans muskuler, perlu dipikirkan perforasi tukak
peptik atau perforasi dari saluran cerna (Sjamsuhidajat dkk, 2010)

b. Kolik
Nyeri bersifat kolik disertai muntah dan distensi yang makin besar, tetapi tanpa defans
muskuler yang jelas mungkin disebabkan oleh obstruksi usus halus (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
c.

Nyeri lokal dan rangsang peritoneum lokal


Nyeri setempat disertai nyeri tekan dan defans muskuler ditempat nyeri banyak
penyebabnya, tergantung letak nyeri. Letak kanan atas mungkin disebabkan oleh perforasi tukak
peptik duodenum, abses hati, atau kolesistitis akut.Letak kiri atas mengarah pada kelainan limpa,
sepeti rupture, infark jantung, atau pankreatitis akut (ekor pankreas terletak dikiri atas dan
mencapai hilus limpa). Letak dikanan bawah mengarahkan perhatian pada apendisitis dan
kelainan diagnosis bandingnya, sedangkan pada letak dikiri bawah harus dipikirkan
kemungkinan adneksitis (pelvic inflammatory disease, PID) atau diverticulitis (sering di Negara
barat, terutama pada orang dewasa dan usia lanjut) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

2.9.Etiologi
Klasifikasi etiologi pada tabel berikut, meskipun tidak lengkap, membentuk dasar yang
berguna untuk evaluasi pasien dengan nyeri perut.
Tabel 2.4. Beberapa penyebab penting nyeri perut
Nyeri Yang Berasal Dari Perut
Inflamasi peritoneum parietal
Kontaminasi bakterial

Apendisitis yang mengalami perforasiatau perforasi viskus lainnya


Penyakit radang pelvis
Iritasi kimiawi
Tukak yang mengalami perforasi
Pankreatitis
Mittelschmerz
Obstruksi mekanis visera berongga
Obstruksi usus kecil dan besar
Obstruksi percabangan bilier
Obstruksi ureter
Gangguan vaskuler
Embolisme atau trombosis
Pecahnya vaskuler
Tekanan atau penyumbatan akibat torsi
Anemia sel sabit
Dinding perut
Distorsi dan traksi mesenterium
Trauma atau infeksi otot-otot
Distensi permukaan viseral
Perdarahan hatiatau kapsula ginjal
Peradangan viskus
Apendisitis
Demam tiphoid
Typhlitis
Nyeri Alih Bersumber Di Luar Abdomen
Toraks
Infark miokard akut
Miokarditis, endokarditis, perikarditis
Gagal jantung kongestif
Pneumonia
Emboli paru
Pleurodinia
Pneumotoraks
Empiema
Penyakit esofagus, spasme, ruptur, peradangan
Genitalia
Torsio testis
Kausa Metabolik
Diabetes
Uremia
Hiperlipidemia
Hiperparatiroidisme

Insifisiensi adrenal akut


Familial Mediterranean fever
Porfiria
Defisiensi inhibitor esterase CI (angioneurotic edema)
Kausa Neurologi/ Psikiatri
Herpes zoster
Tabes dorsalis
Kausalgik
Radikulitis karena infeksiatau artritis
Kompresi tulang belakangatauserabut saraf
Gangguan fungsional
Gangguan psikiatri
Kausa Racun
Keracunan timbal
Gigitan serangga atau hewan lain
Laba-laba black widow
Gigitan ular
Mekanisme lain
Penggunaan narkoba
Heat stroke
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008)
2.10. BeberapaMekanismeNyeriBerasalDiPerut
a. Peradangan pada peritoneum parietal
Nyeri inflamasi peritoneum parietal bersifat tetap dan sakit dan terletak langsung pada
daerah yang meradang, reference-nya yang tepat adalah mungkin karena nyeri ini diteruskan
oleh saraf-saraf somatik yang memasok peritoneum parietal.Intensitas nyerinya bergantung pada
tipe dan jumlah substansi asing yang terpapar pada peritoneum parietal selama periode waktu
tertentu. Misalnya, pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung steril kedalam
rongga peritoneum menyebabkan lebih banyak nyeri daripada sejumlah sama bahan fekal netral
yang amat tercemar. Cairan pankreas yang aktif secara enzimatik menimbulkan lebih banyak
nyeri dan inflamasi daripada yang ditimbulkan sejumlah sama empedu steril yang tidak
mengandung enzim yang poten. Darah dan air kemih sering demikian lunak sehingga tidak
terdeteksi jika keterpaparan peritoneum tidak terjadi secara mendadak dan masif.Pada kasus
kontaminasi bacterial, seperti ada penyakit peradangan pelvis, nyerinya sering rendah
intensitasnya pada permulaan/ dini penyakit sampai pelipatgandaan bakteri telah menyebabkan
perluasan substansi yang mengganggu. Sedemikian pentingnya kecepatan bahan yang
mengganggu itu mengenai peritoneum sehingga kasus pecahnya ulkus peptikum bisa dikaitkan

dengan gambaran klinis yang sama sekali berbeda bergantung pada kecepatan cairan lambung
memasuki rongga peritoneal (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri inflamasi peritoneal tanpa kecuali dititikberatkan oleh tekanan atau perubahan
regangan peritoneum, apakah ditimbulkan oleh palpasi atau gerakan, seperti pada batuk-batuk
atau bersin.Sebagai akibatnya, pasien peritonitis berbaring diam-diam ditempat tidur, lebih suka
menghindarkan gerakan, kebalikannya dengan pasien dengan kolik, yang mungkin mengeliat
tanpa putus-putus (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Ciri karakteristik lain dari iritasi peritoneal adalah spasme refleks tonik pada abdomen,
yang terbatas pada segmen tubuh yang terlibat. Intensitas spasme otot yang tonik menyertai
inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan, kecepatannya berkembang, dan
integritas system nervosa. Spasme pada suatu apendiks retrosekal yang mengalami perforasi atau
ulkus yang berperforasi ke dalam kavum peritoneum minor (lesser peritoneal sac) mungkin
minimal atau absen karena efek protektif dari visera yang menindihnya. Seperti pada nyeri
inflamasi peritoneal, suatu proses yang berkembang secara perlahan sering sangat melemahkan
derajat spasme otot. Kegawatan abdomen yang katastrofik seperti suatu ulkus yang mengalami
perforasi telah berulang dihubungkan dengan nyeri yang minimal atau kadang tidak ada nyeri
yang dapat dideteksi atau spasme otot pada pasien lemah, tua, sakit gawat, debil atau pasien
psikotik (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
b. Obstruksi visera berongga
Nyeri obstruksi visera abdominal berongga (hollow) secara klasik dilukiskan sebagai
intermitten, atau seperti abdomen mulas, kolik.Akan tetapi tidak adanya sifat kejang hendaknya
tidak menyesatkan, karena dilatasi satu visera berongga dapat menyebabkan nyeri yang tetap
dengan eksaserbasi yang hanya kadang-kadang.Walaupun penentuan lokasinya tidak semudah
nyeri inflamasi peritoneum parietal, tetap dapat dibuat pedoman umum mengenai
penyebarannya(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri kolik karena obstruksi usus halus biasanya periumbilikal atau supraumbilikal dan
tidak terlokalisasi dengan baik.Jika usus melebar dengan progresif dengan menghilangnya tonus
otot sifat kolik dari nyeri menjadi kurang nyata.Dengan tambahan strangulasi usus obstruksi,
nyeri dapat menjalar ke daerah lumbal bawah jika terdapat tarikan pada pangkal
mesenterium.Nyeri kolik pada obstruksi kolon kurang intensitasnya dibandingkan dengan nyeri
usus halus dan sering terletak pada daerah infraumbilikal. Radiasi nyeri ke daerah lumbal adalah
umum pada obstruksi kolon (Anthony S. Fauci, dkk, 2008)

Distensi mendadak percabangan bilier menyebabkan suatu nyeri yang tetap daripada yang
tipe kolik.Maka istilah kolik bilier dapat menyesatkan.Distensi kandung empedu yang akut
biasanya menyebabkan nyeri pada kuadran atas kanan dengan radiasi ke daerah posterior kanan
toraks, atau ujung scapula dan distensi duktus koledukus komunis sering berhubungan dengan
nyeri pada epigastrium yang menjalar ke bagian atas daerah lumbal.Walaupun demikian biasanya
terdapat variasi yang cukup besar sehingga diferensiasi diantara kedua distensi ini agaknya tidak
mungkin.Nyeri subskapula yang tipikal atau radiasi lumbal sering tidak terdapat.Dilatasi
percabangan bilier secara bertahap, seperti pada karsinoma kaput (caput) pankreas mungkin tidak
menyebabkan nyeri atau hanya rasa sakit yang ringan pada epigastrium atau kuadran atas kanan.
Nyeri distensi duktus pankreatikus mirip dengan yang dilukiskan untuk distensi duktus
koledukus komunis tetapi, selain itu, amat sering bertambah nyeri dengan sikap terlentang dan
menghilang dengan posisi tegak lurus (Anthony S. Fauci, dkk, 2008)
Obstruksi kandung kemih menyebabkan obstruksi suprapubik yang samar-samar, biasanya
intensitasnya rendah. Kegelisahan tanpa keluhan spesifik tentang nyeri dapat merupakan tanda
satu-satunya dari suatu kandung kemih mengembung pada seorang pasien yang telah menjadi
kurang akut (obtund). Sebaliknya, obstruksi akut dari bagian intravesikular ureter dicirikan oleh
nyeri suprapubik dari sisi pinggang yang hebat, yang memencar ke penis, skrotum atau
permukaan dalam dari bagian atas paha. Obstruksi pertemuan uretropelvik dirasakan sebagai
nyeri pada sudut kostovertebra sedangkan obstruksi dari ureter selebihnya berhubungan dengan
nyeri pinggang yang sering meluas ke sisi yang sama dari abdomen (Anthony S. Fauci, dkk,
2008).
c.

Gangguan vaskuler
Walaupun telah banyak pengalaman yang menunjukkan hal sebaliknya, seringkali terjadi
kekeliruan konsepsi bahwa nyeri yang berkaitan dengan gangguan vaskuler intraabdominal
bersifat mendadak dan katastrofik. Nyeri embolisme atau thrombosis arteri mesenterika superior
atau nyeri aneurisma aorta abdominal yang akan pecah pasti lebih hebat dan difus. Namun sama
seringnya, pasien dengan penyumbatan arteri mesenterika superior hanya mengalami nyeri
ringan yang difus dan terus-menerus selama 2 atau 3 hari sebelum kolaps vaskuler atau
munculnya temuan inflamasi peritoneal. Tentu saja, tiadanya nyeri tekan dan kekakuan pada
adanya nyeri difus yang terus-menerus pada seorang pasien yang mungkin sekali mempunyai
penyakit vaskuler adalah sangat khas untuk penyumbatan arteri mesenterika superior.Nyeri

abdomen dengan penjalaran ke daerah sakral, sisi pinggang (flank) atau genitalia harus selalu
menandai kemungkinan adanya suatu aneurisma aorta abdominal yang pecah. Nyeri ini mungkin
bertahan beberapa hari sebelum terjadi rupture dan kolaps(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
d. Dinding abdominal
Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit.Pergerakan, berdiri
lama, dan tekanan menambah perasaan nyeri itu dan spasme otot. Pada kasus hematoma sarung
(muskulus) rektus, kini yang paling sering dijumpai dalam kaitan dengan terapi antikoagulan,
suatu massa mungkin terdapat pada kuadran bawah abdomen. Keterlibatan otot-otot secara
serentak pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositosis dinding
abdomen dari suatu proses intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang
sama(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
e. Nyeri alih pada penyakit abdomen
Nyeri yang dirujuk ke abdomen dari dada, tulang belakang atau genitalia bisa menjadi
masalah diagnostik yang menjengkelkan, karena penyakit bagian atas rongga abdomen seperti
kolesistitis

akut atau tukak yang berperforasi sering berkaitan dengan komplikasi

intratorakal.Suatu pernyataan yang paling penting, namun sering dilupakan adalah bahwa
kemungkinan penyakit intratorakal harus dipertimbangkan pada setiap pasien dengan nyeri
abdomen. Pengajuan pertanyaan dan pemeriksaan sistemik yang diarahkan pada pendeteksian
ada atau tidak adanya infark miokard atau paru, pneumonia, perikarditis, atau penyakit
esophagus (penyakit intratorakal yang paling sering tersamar sebagai kedaruratan abdominal)
akan sering memberikan cukup petunjuk untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Pleuritis
diafragmatika akibat pneumonia atau infark paru dapat menyebabkan nyeri pada kuadran atas
kanan dan nyeri pada daerah supraklavikuler, radiasi yang disebut belakangan hendaknya
dibedakan dengan tegas dari nyeri subskapula yang dirujuk yang disebabkan distensi
percabangan billier ekstrahepatik.Keputusan akhir mengenai asal nyeri abdominal mungkin
membutuhkan pengamatan seksama dan terencana untuk suatu periode beberapa jam. Selama
waktu itu, pertanyaan dan pemeriksaan berulang-ulang akan memberikan penjelasan yang
tepat(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri alih yang berasal dari toraks sering disertai dengan splinting pada hemitoraks
bersangkutan dengan kesenjangan pernapasan dan berkurangnya ekskursi yang lebih terlihat
dibandingkan yang ditemukan pada nyeri alih pada penyakit intraabdominal. Selain itu, spsme
otot abdominal yang nyata yang disebabkan oleh nyeri alih akan berkurang pada waktu fase

inspirasi, tetapi persisten selama kedua fase pernapasan bila spasme itu berasal dari abdomen.
Palpasi pada daerah nyeri alih pada abdomen biasanya juga tidak menonjolkan nyeri tersebut dan
pada banyak contoh sebenarnya seperti meringankannya.Seringnya koeksistensi penyakit toraks
dan abdominal dapat menyesatkan dan membingungkan, jadi diferensiasi mungkin sulit atau
tidak mungkin.Misalnya pasien dengan penyakit saluran empedu yang diketahui sering
mengalami nyeri epigastrik pada waktu infark miokard, atau kolik bilier mungkin dirasakan
didaerah prekordium atau bahu kiri pada seorang pasien yang sebelumnya menderita karena
angina pektoris.Untuk penjelasan mengenai radiasi nyeri ke suatu daerah yang sebelumnya
berpenyakit (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri alih dari spina, yang biasanya mencakup kompresi atau perangsangan radiks saraf,
ditandai dengan peningkatan nyeri pada pergerakan tertentu seperti batuk, bersin atau
peregangan otot dan berkaitan dengan hiperestesia pada dermatom yang diinervasinya.Nyeri
yang menjalar ke abdomen dari testis atau vesika seminalis umumnya timbul bila organ tersebut
ditekan.Nyeri abdomen bersifat tumpul dan sukar ditentukan letaknya (Anthony S. Fauci, dkk,
2008).
f.

Krisis metabolik abdominal


Nyeri yang asalnya metabolik dapat merangsang hampir semua penyakit intraabdominal
tipe lainnya.Disini beberapa mekanisme mungkin berperan. Pada kasus-kasus tertentu, seperti
hiperlipemia, penyakit metabolik sendiri dapat disertai suatu proses intraabdominal seperti
pankreatitis, yang dapat menyebabkan laparotomy yang tidak perlu kecuali kalau dikenali.
Defisiensi CI esterase yang berhubungan dengan edema angioneurotik juga sering berhubungan
dengan episode nyeri abdomen yang hebat.Bilamana penyebab nyeri abdomen tidak jelas, suatu
sumber selalu harus dipertimbangkan.Nyeri abdomen juga merupakan pertanda demam
Mediteranian yang familial(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Problem diagnosis diferensial sering tidak mudah terpecahkan.Nyeri porfiria dan kolik
timah hitam biasanya sulit dibedakan dari nyeri obstruksi intestinal, karena hiperperistalsis yang
merupakan ciri mencolok dari keduanya.Nyeri uremia atau diabetes tidak spesifik sedangkan
nyeri atau nyeri tekannya sering berubah lokasi dan intensitasnya.Asidosis diabetik dapat
dicetuskan oleh apendisitis akut atau obstruksi intestinal.Jadi, jika resolusi nyeri abdominal tidak
cepat terjadi sebagai hasil dari koreksi kelainan-kelainan metabolik, seharusnya sungguhsungguh dicurigai suatu problem organik yang mendasarinya.Gigitan black widow spider
menyebabkan nyeri yang hebat dan kekuatan kekuatan otot-otot abdomen dan otot-otot

punggung, suatu daerah yang jarang terlibat pada penyakit yang asalnya intraabdominal
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
g. Penyebab neurogenik
Nyeri kausalgik (Causalgic) mungkin terdapat pada cedera saraf tipe sensoris.Nyeri ini
mempunyai karakter rasa seperti terbakar dan biasanya terbatas pada distribusi suatu saraf
perifer.Rangsangan normal seperti sentuhan atau perubahan suhu dapat berubah menjadi nyeri
jenis ini, yang juga sering terdapat pada seorang pasien dalam keadaan istirahat.Suatu temuan
yang bermanfaat adalah demonstrasi bahwa tempat-tempat nyeri kutaneus kini berspasi secara
tidak teratur, dan ini mungkin merupakan indikasi satu-satunya dari suatu lesi saraf tua yang
mendasari nyeri kausalgik.Sekalipun nyeri itu dapat dicetuskan oleh palpasi yang lembut,
kekakuan otot-otot abdomen tidak terdapat, dan pernapasan tidak terganggu.Penggelembungan
abdomen tidak biasa dan nyeri itu tidak berhubungan dengan masuknya makanan(Anthony S.
Fauci, dkk, 2008).
Nyeri yang beasal dari saraf spinalis atau radiks saraf hilang timbul dengan cepat dan terasa
menusuk.Nyeri ini dapat disebabkan oleh herpes zoster, menyertai artritis, tumor, herniasi
nucleus pulposus, diabetes atau sifilis.Sekali lagi, nyeri ini tidak dihubungkan dengan makanan,
distensi abdomen, atau perubahan pernapasan.Spasme otot berat, seperti pada krisis lambung
tabes dorsalis, sering terjadi tetapi menghilang atau tidak bertambah dengan penekanan
abdomen.Nyeri bertambah parah dengan pergerakan spina dan biasanya hanya terasa pada
beberapa dermatom saja.Hiperestesia juga sering terjadi (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri psikogenik tidak satupun yang sesuai dengan para pasien penyakit tersebut di
atas.Disini mekanismenya sulit diberi definisi. Problem yang paling umum ialah remaja atau
orang muda yang histeris yang menderita nyeri abdomen dan orang yang harus kehilangan usus
buntu atau organ lain karena itu. Ovulasi atau beberapa peristiwa alami lain yang menyebabkan
nyeri abdomen ringan yang singkat kadang-kadang dialami sebagai malapetaka abdominal
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Jenis dan lokasi nyeri psikogenik amat beragam tapi biasanya tidak ada hubungannya
dengan makanan.Awitannya kerap terlihat nyata pada malam hari.Mual dan muntah jarang
ditemukan walaupun kadang-kadang pasien melaporkan gejala-gejala ini.Spasme jarang timbul
pada otot-otot abdomen dan jika terjadi, tidak menetap, khususnya jika perhatian pasien dapat
dialihkan.Nyeri tekan setempat jarang, dan jika ditemukan, kejang otot pada daerah itu tidak
konsisten dan sering tidak ada. Pembatasan kedalaman pernapasan adalah kelainan pernapasan

yang paling umum, tetapi ini berwujud dalam rasa tercekik atau tersedak dan merupakan bagian
dari keadaan cemas. Pembatasan ini terjadi karena tidak adanya thoracic splinting atau karena
terjadinya perubahan pada kecepatan pernapasan (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
2.11. Diagnosisdifferensial
Tabel 2.5.Diagnosis DifferensialNyeri AbdomenBerdasarkan Lokasi
Kuadran Atas Kanan
Epigastrik
Kuadran Atas Kiri
Kolesistitis
Ulkus peptikum
Infark Limpa
Kolangitis
Gastritis
Ruptur Limpa
Pankreatitis
GERD
Abses Limpa
Pneumonia/ Empiema
Pankreatitis
Gastritis
Pleurisy/ Pleurodynia
Infark Miokard
Ulkus Gaster
Abses Subdiaphragmatik
Perikarditis
Pankreatitis
Hepatitis
Ruptur Aneurisma Aorta
Abses Subdiaphragmatik
Budd-Chiari syndrome
Esofagitis
Kuadran Bawah Kanan
Periumbilikus
Kuadran bawah Kiri
Apendisitis
Apendisitis Awal
Divertikulitis
Salpingitis
Gastroenteritis
Salpingitis
Hernia Inguinalis
Bowel obstruction
Hernia Inguinalis
Kehamilan Ektopik
Ruptur Aneurisma Aorta
Kehamilan Ektopik
Nefrolitiasis
Nefrolitiasis
Inflammatory bowel disease
Irritable bowel syndrome
Mesenteric lymphadenitis
Inflammatory bowel disease
Typhlitis
Nyeri Non-Lokalis yang Difus
Gastroenteritis
Diabetes
Iskemia Mesenterika
Malaria
Bowel obstruction
Familial Mediterranean fever
Irritable bowel syndrome
Metabolic diseases
Peritonitis
Penyakit Psikiatrik
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008)
2.12.

Pendekatan terhadap pasien dengan nyeri abdomen


Ada beberapa kondisi abdominal yang memerlukan intervensi operatif yang mendesak

sehingga pendekatan yang teratur harus ditinggalkan, seberapa sakitnya pun pasien
tersebut.Hanya pasien dengan perdarahan yang menghabiskan darah harus segera dilarikan ke
kamar operasi, tetapi dalam hal seperti itu, hanya diperlukan beberapa menit untuk menilai sifat
kritis problema itu.Dalam keadaan-keadaan ini, semua halangan harus disingkirkan, jalan masuk
yang memadai untuk penggantian cairan intravena harus didapatkan dan operasi dimulai.Banyak
pasien tipe ini meninggal dibagian radiologi atau gawat darurat waktu menunggu pemeriksaan-

pemeriksaan yang tidak perlu seperti elektrokardiogram atau foto abdomen.Tidak ada
kontraindikasi untuk operasi jika terdapat perdarahan yang masif.Meskipun sangat penting,
keadaan ini untung relatif jarang (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis mendetil yang seksama dan rapi.Anamnesis
semacam ini jauh lebih berharga daripada pemeriksaan laboratoris atau rontgenologik.Namun
anamnesis ini sulit dan menyita waktu sehingga tidak popular, sungguhpun suatu diagnosis yang
agak tepat dapat dibuat atas dasar anamnesis saja pada kebanyakan kasus.Kajian mutakhir
mengenai diagnosis nyeri abdomen dengan bantuan komputer menunjukkan bahwa tekhnik ini
tidak memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan penilaian klinis saja.Pada kasus nyeri
abdomen yang akut, suatu diagnosis mudah ditegakkan pada kebanyakan hal, sedangkan sukses
tidaklah demikian sering dicapai pada para pasien dengan nyeri yang kronik.Karena sindrom
kolon iritatif (irritable colon) adalah satu dari penyebab nyeri abdomen yang paling umum maka
kemungkinan diagnosis ini harus selalu diingat.Urutan kronologis dari kejadian-kejadian dalam
anamnesis pasien sering lebih penting daripada menunjukkan perhatian pada lokasi nyeri. Bila
pemeriksa cukup terbuka pikirannya dan tidak terburu-buru, ajukan pertanyaan yang tepat, dan
dengarkan, pasien biasanya akan memberikan diagnosis. Perhatian yang seksama harus ditujukan
pada daerah-daerah ekstraabdominal yang mungkin bertanggung jawab untuk nyeri
abdominal.Suatu riwayat menstruasi yang tepat pada seorang pasien perempuan adalah
esensial.Narkotika dan analgetika seharusnya tidak diberikan sampai suatu diagnosis atau
rencana yang definitif dirumuskan karena agen-agen ini sering mempersulit pemeriksa untuk
mendapatkan dan menafsirkan anamnesis dan temuan fisik (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Dalam pemeriksaan, inspeksi yang kritis dan sederhana terhadap pasien, misalnya fasies,
posisi ditempat tidur dan aktivitas pernapasan, dapat memberikan petunjuk berharga.Jumlah
informasi yang dikumpulkan sedikit demi sedikit berbanding proporsional dengan keramahan
dan ketelitian pemeriksa.Sekali seorang pasien dengan inflamasi peritoneal diperiksa secara
kasar, penilaian yang tepat oleh pemeriksa berikutnya menjadi hamper tidak mungkin.Sebagai
contoh, menimbulkan nyeri lepas dengan mendadak melepaskan tangan yang digunakan palpasi
dalam-dalam pada seorang pasien yang dicurigai menderita peritonitis adalah kejam dan tidak
perlu. Inflamasi yang sama dapat diperoleh dengan perkusi abdomen secara lembut (nyeri lepas
pada suata skala miniatur), suatu maneuver yang dapat jauh lebih tepat dan setempat. Meminta
pasien untuk batuk akan menimbulkan nyeri lepas (rebound tenderness) yang sesungguhnya
tanpa harus meletakkan satu tangan pada abdomen. Lebih jauh lagi, memperlihatkan nyeri lepas

yang kuat akan mengejutkan dan menyebabkan spasme protektif pada seorang pasien yang
gelisah dan cemas, padahal nyeri lepas yang sesungguhnya tidak ada. Suatu kandung empedu
yang dapat diraba akan tidak teraba jika palpasi dilakukan secara kasar sehingga spsme otot
volunteer menutupi (superimposed) kekakuan otot involunter (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Seperti pada pengambilan anamnesis, waktu yang diluangkan untuk pemeriksaan tidak
tergantikan oleh apapun.Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda abdominal mungkin minimal
tetapi walaupun demikian, jika disertai gejala-gejala yang konsisten, mungkin bermakna besar.
Tanda-tanda mungkin cuma tampaknya saja ada atau sama sekali tidak ada pada kasus peritonitis
pelvik, jadi pemeriksaan pelvik dan rektal harus dilakukan pada setiap pasien dengan nyeri
abdomen. Terdapatnya nyeri pada pemeriksaan pelvik atau rektal pada tidak adanya tanda-tanda
abdominal lain harus menuntun si pemeriksa mempertimbangkan indikasi-indikasi operatif yang
demikian penting seperti apendisitis yang mengalami perforasi, diverticulitis, kista ovarium yang
terpelintir dan banyak yang lainnya (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Banyak perhatian telah diberikan pada ada atau tidak adanya bunyi peristaltik, kualitasnya
dan frekuensinya.Auskultasi abdomen mungkin adalah salah satu aspek pemeriksaan fisis yang
paling tidak bermanfaat pada seorang pasien dengan nyeri abdomen.Bencana hebat seperti
strangulasi usus halus yang menyebabkan obstruksi intestinal atau apendisitis yang mengalami
perforasi, mungkin terjadi pada peristaltis yang normal.Sebaliknya, jika bagian proksimal usus
diatas suatu obstruksi menjadi menggembung sangat mencolok dan sembab, bising peristaltik
mungkin kehilangan ciri borborigminya dan menjadi lemah atau tidak terdengar bahkan
walaupun peritonitis tidak ada.Biasanya peritonitis kimiawi serius dengan awitan mendadak
yang dikaitkan dengan abdomen yang benar-benar sunyi.Penilaian keadaan hidrasi pasien adalah
penting.Hematokrit dan urinalisis memungkinkan penafsiran yang tepat mengenai beratnya
dehidrasi sehingga dapat dilaksanakan penggantian yang memadai (Anthony S. Fauci, dkk,
2008).
Pemeriksaan laboratorium mungkin sangat berharga untuk menilai pasien dengan nyeri
abdomen, namun dengan hanya beberapa pengecualian pemeriksaan ini jarang dapat membantu
menegakkan diagnosis.Leukositosis seharusnya tidak merupakan faktor penentu tunggal
mengenai apakah operasi terindikasi atau tidak.Suatu jumlah leukositosis yang lebih besar dari
20.000/mm3 mungkin teramati dengan perforasi viskus, tetapi pankreatitis, kolesistitis akut,
penyakit radang pelvik dan infark usus dapat berhubungan dengan leukositosis yang
mencolok.Suatu hitung leukosit yang normal bukannya tidak jarang pada kasus-kasus perforasi

visera abdominal.Diagnosis anemia mungkin lebih membantu daripada jumlah leukosit,


khususnya jika digabung dengan anamnesis (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Urinalisis juga bernilai besar untuk menunjukkan sampai tingkatan tertentu keadaan hidrasi
atau mengenyampingkan penyakit ginjal yang serius, diabetes atau infeksi saluran kemih.
Penentuan kadar BUN (blood urea nitrogen), gula darah dan bilirubuin serum juga dapat
membantu. Penentuan amilase serum dinilai berlebihan. Karena banyak penyakit selain
pankreatitis, misalnya tukak yang berperforasi, strangulasi usus dengan obstruksi, dan kolesistitis
akut mungkin berhubungan dengan peningkatan amylase serum yang mencolok, maka dengan
seksama harus dilakukan penolakan operasi terhadap seorang pasien yang dilakukan hanya
karena meningkatnya kadar amilase serum. Penentuan lipase serum mungkin lebih akurat
dibandingkan amilase serum (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Foto polos abdomen dalam posisi tegak dan lateral decubitus mungkin paling besar nilainya.
Foto-foto ini biasanya tidak diperlukan pada pasien dengan apendisitis akut atau hernia eksterna
yang mengalami strangulasi. Akan tetapi, pada kasus obstruksi usus, tukak yang mengalami
ulserasi, dan berbagai kondisi lain foto mungkin diagnostik. Pada beberapa kasus yang jarang,
pemeriksaan bagian atas dari traktus gastrointestinal dengan barium dan medium yang larut
dalam air dapat memperlihatkan obstruksi usus parsial yang dapat menghindarkan diagnosis
dengan cara lain. Jika terdapat sembarang pertanyaan mengenai obstruksi kolon, pemberian
barium sulfat peroral hendaknya dihindarkan.Sebaliknya, enema barium tidak terhingga nilainya
pada kasus-kasus obstruksi kolon dan harus lebih sering digunakan jika tidak terdapat
kemungkinan perforasi (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Bilas peritoneal merupakan suatu tindakan diagnostik yang aman dan efektif pada para
pasien dengan nyeri abdomen akut.Tindakan ini mempunyai nilai khusus pada pasien dengan
trauma tumpul pada abdomen dimana evaluasi abdomen mungkin sulit karena cedera multiple
lainnya pada tulang belakang, pelvis atau iga dan dimana darah dalam rongga abdomen hanya
menimbulkan suatu reaksi peritoneal yang sangat ringan.Jika tidak ada trauma, bilas peritoneal
telah digantikan oleh ultrasound atau laparoskopi.Ultrasonografi terbukti sangat berguna untuk
mendeteksi kandung empedu atau pancreas yang membesar, adanya batu ginjal, ovarium yang
membesar, atau kehamilan tuba.Laparoskopi khususnya bermanfaat untuk mendiagnosis keadaan
pelvik seperti kista ovarium, kehamilan tuba atau salpingitis dan apendisitis akut. Radioisotopic
scans (HIDA) dapat membantu membedakan kolesistitis akut dari pankreatitis akut. Computed
Tomography (CT) scan dapat memperlihatkan pancreas yang membesar atau limpa yang robek,

akan tetapi metode ini seharusnya hanya digunakan untuk masalah spesifik seperti ini (Anthony
S. Fauci, dkk, 2008).
Kadang-kadang, pada lingkungan terbaik dengan ditunjang alat bantu dan dengan
keterampilan klinis yang paling tinggi, suatu diagnosis definitive nyeri abdomen tidak dapat
ditegakkan waktu pemeriksaan awal. Namun demikian, walaupun kekurangan diagnosis
anatomik yang jelas, mungkin sangat jelas bagi seorang dokter dan ahli bedah yang
berpengalaman dan penuh perhatian, bahwa atas dasar-dasar klinis saja operasi harus
dilakukan.Seandainya keputusan itu diragukan, menunggu dengan kewaspadaan, mengajukan
anamnesis dan melakukan pemeriksaan ulang seringkali dapat menerangkan sifat sejati penyakit
dan menunjukkan rangkaian tindakan yang tepat (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
2.13.

Tatalaksana
Dengan semakin canggihnya pameriksaan baik pemeriksaan radiologi dan endoskopi,

tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas selain terapi farmakologi dan terapi
bedah terapi endoskopi dan terapi radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi
merupakan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien dengan akut abdomen.Beberapa keadaan
akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama adalah pada pankreatitis
biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang kuat drainage bilier melalui endoskopi harus
dilakukan (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu pada abses hati dimana
aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan bersamaan dengan terapi
antibiotik (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah menentukan
apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau jika
tindakan bedah tidak perlu dilakukan segera kapan kasus tersebut harus dilakukan tindakan
bedah (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang
terasa di setiap regio abdomen.Dapat berupa nyeri abdomen akut maupun kronis.

Gawat abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah,
misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran
cerna.
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan melakukan
analisis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Pengetahuan anatomi
dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk menyingkirkan satu demi satu dari
kemungkinan penyebab nyeri perut akut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2
2.

Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.


CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency Medicalcare.

3.

Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.


Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York.

Mcgrawhill companies.
4. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
5. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
6. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
7. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Posted by Prazh Czar at 9:59 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
No comments:
Post a Comment
Newer Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

About Me

Prazh Czar
View my complete profile

Blog Archive

2014 (2)
o August (2)

RINOSINUSITIS KRONIK

ABDOMINAL PAIN
Awesome Inc. template. Powered by Blogger.

You might also like