Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Oleh
AHMAD ANSYORI
067005062/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
TESIS
Oleh
AHMAD ANSYORI
067005062/HK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa :
Nomor Pokok
:
Program Studi
:
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Direktur
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
:
:
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Pasal 33 Undang Undang 1945 adalah landasan hukum yang memperbolehkan negara melakukan kegiatan berusaha, dengan membentuk Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Kedudukan dan peranan BUMN tergantung hukum yang
mengaturnya dan bentuknya direfleksikan dalam Inpres Nomor 17 Tahun 1967 dalam
bentuk Departement Agency (Perjan), Public Corporation (Perum) dan State
Company (Perseroan). Peranan BUMN tidak hanya sebatas pengelolaan sumber daya
dan produksi barang yang meliputi hajat hidup orang banyak, tetapi juga berbagai
kegiatan produksi dan pelayanan yang merupakan porsi swasta. Berdasarkan Undangundang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, dibentuknya BUMN Persero adalah
untuk mengejar keuntungan. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, dibentuk untuk tujuan memberikan jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Terdapat ketidaksesuaian kedua undang-undang tersebut dalam tujuan pembentukannya, khususnya dalam tujuan persero sebagai asosiasi modal yang merupakan entitas
bisnis yang mengejar keuntungan bagi pemegang saham, dengan tujuan UU SJSN
yang bersifat nirlaba dan seluruh hasil pengembangannya dikembalikan untuk
kepentingan peserta program jaminan sosial tersebut.
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang
dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan atau
menginventarisasi hukum positif yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan
mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan atau mengkaji data sekunder. Spesifikasi penelitian yang digunakan
bersifat deskriptif analitis, dimaksudkan untuk menggambarkan dan sekaligus menganalisis mengenai fakta-fakta dalam tujuan pembentukan Badan Usaha Milik Negara
Persero, khususnya dalam tujuan komersial dan implikasi atau penerapannya dalam
pelaksanaan UU SJSN.
Terdapat 3 (tiga) alternatif kelembagaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
di Indonesia, yakni: (a) Langsung berada di bawah koordinasi Presiden, (b) Berada
dibawah koordinasi sebuah kementerian, dan (c) Independen dan bertanggung jawab
langsung kepada DPR-RI. Sedangkan bentuk badan hukum badan penyelenggara
dapat berupa: (a) Dana Amanat (Board of Trustees), (b) Badan Usaha Milik Negara,
dan (c) Badan Usaha Milik Swasta (Free Choice).
Kata kunci: Sistim Jaminan Sosial Nasional; Badan Usaha Milik Negara
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRACT
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya dalam penyelesaian tesis dengan judul: Analisis Terhadap
Tujuan Pendirian BUMN Persero dalam Undang-undang BUMN dan Undangundang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Shalawat dan salam juga
disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena telah membawa umat
manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga disampaikan
kepada yang amat terpelajar Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Ketua
Komisi Pembimbing, Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum. dan Dr. T. Keizerina Devi A., S.H.,
C.N., M.Hum. selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang selalu memperhatikan dan
meluangkan waktunya memberikan bimbingan, petunjuk dan saran-saran dalam
penulisan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga
disampaikan kepada yang amat terpelajar Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. dan Dr.
Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. selaku tim penguji tesis ini.
Penyelesaian tesis ini banyak mendapatkan bantuan materil maupun moril
serta motivasi dan doa restu dari banyak pihak yang tidak mungkin dapat disebutkan
satu persatu secara keseluruhan. Melalui kata pengantar ini, dengan penuh rasa
hormat yang tulus ikhlas, tidak lupa disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
1. Rektor dan para Pembantu Rektor di Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Direktur dan para Asisten Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ketua dan Sekretaris serta para Dosen Program Studi Ilmu Hukum di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membimbing dan
memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan studi di
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Rekan-rekan di Sekolah Pascasarja Universitas Sumatera Utara dan rekan-rekan
lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, telah turut serta dalam
membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Teristimewa, diucapkan terima kasih yang tiada henti-hentinya kepada yang
mulia kedua orang tua ku tercinta serta isteri ku Ety Retnawati dan anak-anak ku:
Luthfi Musaddad, Asri Retno Wulan, Fahmi Yusuf Musaddad, Asri Choirun Nisa,
Ahmad Hanif dan Asri Scientia Qolby, yang telah berkorban memberikan semangat
serta selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Secara khusus
penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan tidak terhingga atas segala
pengorbanan kasih sayang, waktu maupun pengorbanan materi serta memberikan
dorongan semangat dan doanya, demi penyelesaian studi penulis.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Semua bantuan dan dorongan serta doa restu yang diberikan oleh semua
pihak, baik yang tersebut maupun yang tidak tersebut di atas, penulis kembalikan
kepada Allah SWT dan semoga kiranya mendapat keridhaan dan pahala yang berlipat
ganda dari-Nya. Akhirnya kepada Allah SWT penulis bermohon agar kiranya tesis
yang mungkin masih terdapat kekurangannya, dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tiada ilmu yang sempurna, kecuali ilmu-Nya, amin.
Medan,
Agustus 2008
Ahmad Ansyori
067005062/HK
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ahmad Ansyori
Tempat/Tgl. Lahir
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Instansi
Pendidikan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................
ABSTRACT ......................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iii
vi
DAFTAR ISI.....................................................................................................
vii
ix
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................
BAB I
: PENDAHULUAN...........................................................................
E. Keaslian Penelitian.....................................................................
10
14
14
23
31
37
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BAB III : KEBERADAAN BUMN PERSERO DALAM UNDANGUNDANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL ..............
A. Latar belakang dan
39
39
52
64
68
72
KELEMBAGAAN
JAMINAN
SOSIAL
UNTUK INDONESIA....................................................................
A. Sistem
Pertanggungjawaban
BUMN
Persero
75
78
dalam
78
81
84
90
99
106
115
120
A. Kesimpulan ................................................................................
120
B. Saran
......................................................................................
121
122
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR SINGKATAN
ASABRI
ASKES
Asuransi Kesehatan
Bapel
Badan Penyelenggara
BPJS
DPR
ILO
Jamsostek
JHT
JK
Jaminan Kesehatan
JKK
JKM
Jaminan Kematian
JPKM
JP
Jaminan Pensiun
MK
Mahkamah Konstitusi
PBB
PNS
PP
Peraturan Pemerintah
PT
Perseroan Terbatas
RUU
Rancangan Undang-Undang
SJSN
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 33 Undang-Undang 1945 hasil amandemen ke-3, khususnya ayat (2)
yang berbunyi cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara adalah landasan hukum
yang memperbolehkan negara melakukan kegiatan berusaha, dengan membentuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Di Indonesia, peranan BUMN tidak hanya sebatas pengelolaan sumber daya
dan produksi barang yang meliputi hajat hidup orang banyak, tetapi juga berbagai
kegiatan produksi dan pelayanan yang merupakan porsi swasta. Untuk menjaga
stabilitas ekonomi, monopoli atas sumber daya dan kegiatan ekonomi tertentu yang
berada di tangan negara dapat dilakukan. Negara memainkan peranan penting secara
langsung dan tidak langsung dalam kehidupan ekonomi untuk menghindari dampak
eksternal dan khusus dampak sampingan bagi lingkungan alam dan lingkungan
sosial. Peran negara muncul dalam berbagai bentuk, misalnya: (1) stabilitas sistem
ekonomi, (2) alokasi dan distribusi sumber daya, termasuk produk dan konsumsi.
Kedudukan dan peranan BUMN tergantung hukum yang mengaturnya
(hukum publik atau hukum privat) dan bentuknya (departement government
enterprise, statutory public corporation, commercial companies), direfleksikan dalam
Inpres Nomor 17 Tahun 1967 dalam bentuk departemen agency (Perjan), public
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
corporation (Perum) dan state company (Perseroan). Kedudukan dan peran dilihat
dari segi ekonomi untuk membenarkan keterlibatan pemerintah secara langsung
dalam kegiatan ekonomi adalah untuk menjembatani bentuk ketidaksempurnaan
pasar. 1
Sejak tahun 1945, sejarah BUMN ditandai dengan lahirnya Undang-undang
Nomor 86 Tahun 1958 dengan nasionalisasi perusahaan Belanda, hingga Undangundang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya
disingkat BUMN) yang berlaku saat ini, Telah terjadi beberapa kali perubahan dalam
undang-undang tentang BUMN yang lebih merupakan penyesuaian terhadap kondisi
perekonomian yang terus berkembang, namun inti atau tujuan pendirian BUMN pada
dasarnya tetap. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN yang memuat maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah: 2
1.
2.
Mengejar keuntungan.
3.
4.
R. Ibrahim, Landasan Filosofis dan yuridis keberadaan BUMN, Sebuah Tinjauan, Jurnal
Hukum Bisnis, Volume 26 No.1 Tahun 2007.
2
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Penerbit Harvarindo, 2007, hlm. 5.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
5.
memuat lebih khusus tentang maksud dan tujuan pendirian Persero adalah: 3
1.
Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.
2.
tentang BUMN tersebut, sangat jelas bahwa dibentuknya BUMN Persero adalah
untuk mengejar keuntungan atau profit oriented.
Di sisi lain, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (selanjutnya disingkat UU SJSN), dibentuk untuk tujuan memberikan
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN bahkan
secara jelas dan berulang, menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya, SJSN tersebut
bersifat nirlaba, sebagaimana tercantum pada Pasal 4, bahwa Sistem Jaminan Sosial
Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip: 4
1.
Kegotongroyongan.
2.
Nirlaba.
3.
Keterbukaan.
4.
Kehati-hatian.
3
Ibid, hlm. 9.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, L.N. 150, T.L.N. No.4456 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
4
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
5.
Akuntabilitas.
6.
Portabilitas.
7.
8.
Dana amanat.
9.
Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
Ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, mengatur tentang
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
jaminan sosial maupun dari segi pengurusan perusahaan Persero yang tunduk pada
hukum perusahaan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1.
2.
3.
2.
3.
bisnis secara luas. Secara praktis dapat jadi masukan dan informasi bagi pemerintah
dan masyarakat pada umumnya dalam memahami kedudukan hukum tentang
penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial dalam pelaksanaannya oleh BUMN Persero.
Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh
kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan
nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Lihat Wikipedia
Indonesia, hlm. 3.
6
Bismar Nasution 1, Menuju Sistem Pengelolaan BUMN yang Efektif dan Efisien,
disampaikan pada Sosialisasi UU BUMN dan Peraturan Pelaksanaannya Serta Eksistensinya dalam
Sistem Pembinaan dan Pengelolaan BUMN, Medan, 14 Desember 2005, hlm. 28.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan
mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Leonard J. Theberg dalam Law and Economic Development,
dalam rangka pembangunan ekonomi, badan legislatif dalam merumuskan suatu
produk hukum harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 7
1.
Predictability
Hukum harus mampu memprediksi, yaitu dapat memberikan jaminan dan
kepastian hukum dalam memberikan proyeksi pembangunan ke depan.
2.
Procedural Capability
Hukum harus memiliki kemampuan prosedural dalam menyelesaikan suatu
sengketa.
3.
Codification of Goals
Kodifikasi hukum harus bertujuan untuk pembangunan negara.
4.
Education
Hukum harus dapat bertindak sebagai kekuatan yang membentuk kebiasaan
yang menegaskan kebiasaan lama dan atau menciptakan respon dan kondisi
yang baru.
5.
Balance
Hukum harus dapat menciptakan keseimbangan.
6.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Accomodation
Hukum harus dapat mengakomodasi keseimbangan, definisi dan status yang jelas
bagi individu atau kelompok dalam masyarakat.
8.
Stability
Hukum harus dapat mempertahankan keseimbangan nilai masyarakat .
Kerangka teori dan konsepsional yang diajukan di atas, khususnya huruf a, b
dan f merupakan pemikiran yang akan melandasi pembahasan tesis ini. Pada dasarnya
tesis ini akan menguraikan dan menjelaskan bagaimana kedudukan hukum penyelenggaraan Undang-undang Jaminan Sosial yang berbeda tujuan pembentukannya
dengan Persero dalam Undang-undang BUMN.
E. Keaslian Penelitian
Penulisan ini didasarkan pada ide, gagasan serta pemikiran secara pribadi
secara keseluruhan dengan melihat dan memahami substansi hukum dalam tujuan
pembentukan BUMN Persero menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 dalam
penerapannya terhadap Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN.
Sepanjang yang diketahui dan dikonfirmasi, ihwal analisis terhadap tujuan pendirian
BUMN Persero dalam Undang-undang BUMN dan Undang-undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) belum pernah diteliti. Oleh karena itu, keaslian (orisinalitas)
dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
F. Metode Penelitian
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani Methods yang berarti cara atau
jalan sesuai dengan penelitian ini menyangkut tentang cara kerja yaitu cara kerja yang
berfungsi untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu yang
bersangkutan. 8
Adapun metode penelitian
adalah:
1.
Metode pendekatan
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang
Spesifikasi penelitian
16.
9
Ronald Dworkin dalam Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum dan Hasil Penulisan pada Majalah Akreditasi, (Medan: FH-USU, 2003), hlm. 2.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat Deskriptif Analitis, dimaksudkan untuk menggambarkan dan sekaligus menganalisis mengenai fakta-fakta dalam
tujuan pembentukan Badan Usaha Milik Negara Persero, khususnya dalam tujuan
komersial, dan implikasi atau penerapannya dalam pelaksanaan Undang-undang
Sistem Jaminan Sosial Nasional.
3.
dan berdasarkan pada data sekunder, maka bahan kepustakaan yang digunakan dapat
dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu:
a.
Bahan Hukum Primer yaitu peraturan perundang-undangan dalam hal ini adalah
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
berikut peraturan pelaksana lainnya dan ketentuan lain yang berkaitan dengan
Perseroan Terbatas, serta Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Persero. Bahan hukum primer lainnya, adalah berbagai peraturan perundangan
tentang Jaminan Sosial, baik yang eksis saat ini, Undang-undang Nomor 3 Tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, maupun peraturan terkait lainnya.
b.
c.
Bahan Hukum Tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder dalam hal ini kamus
hukum dan ensiklopedia.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
4.
Analisis data
Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang
mencermati
peraturan
hukum,
diperlukan
bantuan
ajaran
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
11
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BAB II
ASPEK YURIDIS BUMN PERSERO
DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
12
hlm. 53.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
13
14
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
mengikuti perkembangan ekonomi. Hal ini sesuai dengan anggapan klasik mengenai
hukum yang berasal dari orang-orang Belanda dahulu yang mengatakan bahwa het
recht hink achter de feiten aan (hukum itu ada dibelakang dan mengikuti kejadiankejadian).
Berhubungan dengan persoalan tersebut di atas, maka antara sistem hukum
dan sistem ekonomi di suatu negara terdapat hubungan yang sangat erat dan pengaruh
timbal balik. Kalau pada satu pihak pembaharuan dasar-dasar pemikiran dibidang
ekonomi ikut mengubah dan menentukan dasar-dasar sistem hukum yang bersangkutan, maka penegakan asas-asas hukum yang sesuai juga akan memperlancar
terbentuknya struktur ekonomi yang dikehendaki. Sebaliknya penegakan asas-asas
hukum yang tidak sesuai justru akan menghambat terciptanya struktur ekonomi yang
dicita-citakan. 15 Hal ini dapat diperjelas lagi bahwa pelaksanaan hukum sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan sebaliknya hukum juga dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dalam masyarakat.
Pembicaraan mengenai hukum dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi
dalam masyarakat tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang apa sebenarnya
fungsi hukum dalam masyarakat. Dalam pandangan yang klasik hukum itu hanya
berfungsi sebagai alat pengendalian sosial (social control) dalam artian untuk
menciptakan keteraturan, ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat. Hukum juga
sering disebut sebagai sarana penyelesaian sengketa (settle dispute) dalam artian
15
Ibid., hlm. 6.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
untuk memberikan sarana agar berbagai sengketa yang terjadi dalam masyarakat
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Mengenai fungsi hukum itu di dalam masyarakat, terdapat banyak perbedaan
pandangan di kalangan para ahli hukum. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa
hukum selain berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial (social control) juga
berfungsi sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial (law as
facilitation of human interaction). Dikemukakannya bahwa mana yang lebih utama
senantiasa tergantung pada bidang hukum yang dipersoalkan dan kadang-kadang
kedua fungsi tadi berkaitan dengan eratnya sehingga sulit untuk dibedakan secara
tegas. 16 Dalam bukunya yang lain beliau masih menyebutkan adanya fungsi hukum
yang lain yaitu hukum sebagai alat untuk merubah masyarakat. 17
Hukum di dalam suatu masyarakat yang sedang membangun tidak hanya
mempunyai fungsi untuk menjaga keamanan dan ketertiban, tetapi juga mempunyai
fungsi untuk mempercepat proses pendidikan masyarakat (merupakan sebagian
social education) ke arah suatu sikap mental yang paling sesuai dengan masyarakat
yang dicita-citakan. Dengan lain perkataan, hukum merupakan suatu prasarana
mental untuk memungkinkan terjadinya pembangunan dengan cara tertib dan teratur, tanpa menghilangkan martabat kemanusiaan dari anggota-anggota masyarakat. 18
16
Soerjono Soekanto, Fungsi Hukum dan Perubahan Sosial, (Bandung: Alumni, 1981), hlm.
17
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1980), hlm.
44.
115.
18
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Bertitik tolak dari anggapan dasar yang demikian, maka akan terlihat adanya
suatu hubungan interdependensi antara hukum di satu pihak dan ekonomi di lain
pihak. Hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat dalam mengatur dan menata
perekonomian masyarakat diharapkan dapat mempercepat proses pembangunan di
bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi hanya dapat terlaksana dengan baik jika
dilaksanakan atas dasar suatu tertib hukum yang memungkinkan dan dapat mengamankan pelaksanaannya. Kemudian dari peraturan hukum dimaksud diharapkan
dapat memberikan dampak yang bersifat positif yang dapat mempercepat lajunya
pertumbuhan ekonomi. 19
Pembaharuan di bidang hukum untuk mengakomodasi perubahan di dalam
menghadapi perkembangan pertumbuhan perekonomian nasional serta perkembangan
perekonomian internasional yang ditandai adanya liberalisasi perdagangan bebas,
kiranya perlu dilakukan. Pembaharuan hukum tersebut di bidang kegiatan ekonomi
dalam pembangunan dilakukan untuk dapat mewujudkan hukum ekonomi yang
kondusif mendukung kegiatan ekonomi. Pembaharuan hukum itu harus dijiwai oleh
nilai-nilai dasar, nilai praktis dari Pancasila, UUD 1945 dan Kebijaksanaan Nasional.
Di lain pihak juga harus memperhitungkan lingkungan strategis yang mendukungnya
yaitu mekanisme pasar, sinergi manajemen, sumberdaya dan globalisasi ekonomi.
Pembaharuan hukum di bidang kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan
19
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
melakukan perubahan ketentuan perangkat peraturan hukum dan perundangundangan dibidang ekonomi yang meliputi:20
1. Peraturan hukum dan perundang-undangan yang memberi landasan hukum bagi
keberadaan lembaga-lembaga yang mewadahi para pelaku ekonomi dalam
melakukan transaksi ekonomi pasar (Substantial Legal Rules).
2. Peraturan hukum dan perundang-undangan yang mengatur perilaku (behavior)
para pelaku ekonomi dalam melaksanakan setiap transaksi bisnis dan ekonomi
pada pasar bebas yang berupa hukum-hukum yang mengatur setiap sektor
ekonomi yang akan dilakukan oleh swasta (Level Playing Field).
3. Peraturan hukum dan perundang-undangan mengenai penyelesaian sengketa yang
mendukung kelangsungan hidup pasar bebas.
Pendekatan yuridis tersebut di atas perlu diimbangi dengan pendekatan
ekonomi transaksi bisnis, karena perangkat prediktibilitas dan kepercayaan atas
hukum kemungkinan akan memberi dampak negatif terhadap transaksi ekonomi,
ditinjau dari sudut pandangan efisiensi dan produktivitas yaitu berupa hambatanhambatan yuridis yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Selanjutnya, suatu
kerangka kerja hukum harus dikembangkan untuk memenuhi tujuan dan sasaran dari
efisiensi ekonomi.
Dengan demikian, peranan hukum nasional khususnya Hukum Ekonomi harus
mampu membangun kerangka kerja pengaturan hukum yang melandasi kegiatan
20
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
transaksi ekonomi pada dunia usaha serta mampu memberikan solusi yang obyektif
bagi penyelesaian perselisihan perdagangan.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah RI, guna menata
kembali aturan hukum yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi adalah dengan
memperbaharui undang-undang tentang Perseroan Terbatas, yakni dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
menggantikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-undang tersebut perlu diperbaharui karena memang dalam praktek
banyak dijumpai pelaku usaha (pelaku ekonomi) yang menjalankan bisnisnya dengan
membentuk Perseroan Terbatas (PT). PT merupakan model bisnis yang lazim
dilakukan sehingga berbeda dengan bentuk badan usaha lain seperti Firma,
Perusahaan Komanditer, Koperasi dan lain-lain.
Terhadap Perseroan Terbatas ini dalam beberapa bahasa disebut sebagai
berikut: 21
1.
Dalam bahasa Inggris disebut dengan Limited (Ltd.) Company atau Limited
Liability Company ataupun Limited (Ltd) Corporation.
2.
3.
21
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003),
hlm. 1.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
4.
yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas adalah: suatu perusahaan yang berbentuk
badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dan para pendirinya, untuk
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, dimana modal dasar tersebut dibagi
ke dalam saham-saham, dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang yang terkait dan peraturan perundang-undangan lainnya. 22
Selain itu ada juga yang memberikan arti Perseroan Terbatas sebagai suatu
asosiasi pemegang saham (atau bahkan seorang pemegang saham jika dimungkinkan
untuk itu oleh hukum di negara tertentu) yang diciptakan oleh hukum dan diberlakukan sebagai manusia semu (artificial person) oleh Pengadilan. PT merupakan badan
hukum karena sama sekali terpisah dengan orang-orang yang mendirikannya, dengan
mempunyai kapasitas untuk bereksistensi yang terus menerus. Sebagai suatu badan
hukum Perseroan Terbatas berwenang untuk menerima, memegang dan mengalihkan
harta kekayaan, menggugat atau digugat dan melaksanakan kewenangan-kewenangan
lainnya yang diberikan oleh hukum yang berlaku.
Menurut Munir Fuady setidak-tidaknya ada 15 (lima belas) elemen yuridis
dari suatu Perseroan Terbatas yaitu: 23
1.
Lebih lanjut lihat Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
23
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
2.
3.
4.
Merupakan asosiasi dari pemegang saham atau hanya seorang pemegang saham.
5.
6.
7.
8.
9.
Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundangundangan yang berlaku.
10. Adanya modal dasar (dan ada juga modal ditempatkan dan modal setor).
11. Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham.
12. Eksistensinya terus berlangsung meskipun pemegang sahamnya silih berganti.
13. Berwenang menerima, mengalihkan dan memegang aset-asetnya.
14. Dapat menggugat dan digugat di Pengadilan.
15. Mempunyai organ perusahaan.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Tentang dasar hukum bagi suatu Perseroan Terbatas, dapat dibagi ke dalam
dua kelompok sebagai berikut: 24
a. Dasar hukum umum
b. Dasar hukum khusus
Yang dimaksud dengan dasar hukum yang umum adalah ketentuan hukum yang
mengatur suatu Perseroan Terbatas secara umum tanpa melihat siapa pemegang
sahamnya dan tanpa melihat dalam bidang apa Perseroan Terbatas tersebut berbisnis,
beserta sejumlah peraturan pelaksanaannya.
2. Klasifikasi Perseroan Terbatas
Suatu Perseroan Terbatas dapat diklasifikasi ke dalam beberapa bentuk jika
dilihat dari beberapa kriteria, yaitu: 25
a. Dilihat dari banyaknya pemegang saham.
Jika dilihat dari segi banyaknya pemegang saham, suatu perseroan terbatas dapat
dibagi ke dalam:
1) Perusahaan Tertutup
Yang dimaksud dengan perusahaan tertutup adalah suatu Perusahaan Terbatas
yang belum pernah menawarkan sahamnya pada publik melalui penawaran
umum dan jumlah pemegang sahamnya belum sampai kepada jumlah
pemegang saham dari suatu perusahaan publik. Kepada perusahaan tertutup
berlaku undang-undang Perseroan Terbatas, yaitu UU No. 40 Tahun 2007.
24 Ibid
., hlm. 13.
., hlm. 14.
25 Ibid
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
2) Perusahaan Terbuka
Yang dimaksud dengan perusahaan terbatas terbuka (PT. Tbk.) adalah suatu
perseroan terbatas yang telah melakukan penawaran umum atas sahamnya
atau telah memenuhi syarat dan telah memproses dirinya menjadi perusahaan
publik, sehingga telah memiliki status perusahaan publik, dimana perdagangan saham sudah dapat dilakukan di bursa-bursa efek. Terhadap perusahaan terbuka ini berlaku undang-undang Perseroan Terbatas maupun
undang-undang pasar modal.
3) Perusahaan Publik
Yang dimaksud dengan perusahaan publik adalah perusahaan terbuka dimana
keterbukaannya itu tidak melalui proses penawaran umum, tetapi melalui
proses khusus, setelah dia memenuhi syarat untuk menjadi perusahaan publik,
antara lain: jumlah pemegang sahamnya yang sudah mencapai jumlah tertentu
yang oleh undang-undang pasar modal ditentukan jumlah pemegang sahamnya minimal sudah menjadi 300 (tiga ratus) orang. Terhadap perusahaan
publik ini berlaku undang-undang tentang Perseroan Terbatas maupun
undang-undang tentang Pasar Modal.
b. Dilihat dari jenis Penanaman Modal
Jika dilihat dari segi jenis penanaman modalnya, suatu perseroan terbatas dapat
dibagi ke dalam:
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
26
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
27
Ibid., hlm. 1.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
28
Bismar Nasution 3, Hukum Perusahaan, Diktat, Program Magster Ilmu Hukum USU,
2003, hlm. 1-2.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
29
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995, tentang Perseroan Terbatas, L.N. 13, T.L.N. No.
30
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas, L.N. 106, T.L.N.
3587.
No.4756.
31
Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh
kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan
nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Lihat Wikipedia
Indonesia.
32
Bismar Nasution 1, Op. Cit., hlm. 28.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Tahun 1999), tidak jarang BUMN bertindak selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai
regulator. BUMN kerap menjadi sumber korupsi, yang lazim dikenal sebagai sapi
perahan bagi oknum pejabat atau partai.
Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan
mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan
dari BUMN. Sebagai akibatnya, banyak BUMN yang terancam gulung tikar, tetapi
beberapa BUMN lain berhasil memperkokoh posisi bisnisnya.
D.
kan dalam 7 (tujuh) periode. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: 33
Tabel 1. Profil dan Posisi BUMN
Periode
Sistem Politik-Ekonomi
1959-1967 Etatisme/Sosialisme
1967-1974 De-etatisme, PMA &PMDN
33
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Lanjutan tabel.
1982-1990 De-etatisme II, deregulasi dan
debirokratisasi
1990-2020 Demokratisasi, APEC,
GATT/WTO
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BAB III
KEBERADAAN BUMN PERSERO DALAM UNDANG-UNDANG SISTEM
JAMINAN SOSIAL NASIONAL
34
Bappenas, Membangun Sistem Jaminan Sosial yang Dapat Terlaksana, Efisien dan Adil
Rumusan Hasil Seminar, dengan tema: Menuju Suatu Sistem Jaminan Sosial yang Dapat
Diimplementasikan, Rumusan Hasil Seminar, Jakarta, Agustus 2004, hlm. 2.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
pemasukan dan rendahnya perkiraan (under estimate) akan biaya yang harus
ditanggung dari program tersebut. Akibatnya generasi berikutnya harus menanggung
beban dengan membayar pajak lebih tinggi atau memperoleh santunan jaminan sosial
dengan jumlah yang lebih kecil dari yang dijanjikan.
Baru-baru ini Pemerintah Jepang mengumumkan kepada rakyatnya bahwa
manfaat yang diperoleh oleh para pensiunan akan dikurangi agar program pensiun
dapat berkelanjutan. Sedangkan di Philipina, pemerintah terpaksa meningkatkan
pajak dan tidak menaikkan santunan sejak tahun 2001. Dengan demikian perencanaan
dalam pengembangan jaminan sosial merupakan sesuatu yang sangat serius.
Perencanaan untuk membangun jaminan sosial harus dipikirkan secara matang
dengan menyerap masukan dari semua pihak serta didasarkan pada ekspektasi yang
realistis.
Beberapa isu strategis dalam pengembangan Jaminan Sosial Nasional
(JAMSOSNAS), sebagai berikut: 35
1. Tujuan dari kebijakan publik yang diambil. JAMSOSNAS adalah suatu kebijakan
publik dengan demikian harus jelas tujuan yang ingin dicapai. Apakah tujuannya
mendorong agar pekerja formal menabung bagi hari tuanya? Apakah tujuannya
agar pekerja formal mengasuransikan dirinya terhadap penyakit berat dan
kecelakaan? Apakah sistem JAMSOSNAS yang akan kita laksanakan direncanakan untuk memiliki unsur pemerataan? Apakah tujuannya untuk juga melindungi
pekerja informal? Untuk memenuhi tujuan yang berbeda tersebut diperlukan
berbagai kebijakan dan program yang berbeda pula. Misalnya, program
JAMSOSNAS yang mengharuskan peserta untuk mengiur sangat tidaklah tepat
bagi pekerja informal. Pekerja informal di Indonesia jumlahnya sangat besar
(sekitar 70% dari angkatan kerja) dan sangat tersebar diseluruh pelosok perdesaan sampai perkotaan. Biaya untuk memungut iuran ini akan sangat mahal
dan tidak sebanding dengan jumlah iuran yang dapat dikumpulkan. Dengan kata
35
Ibid., hlm. 4
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
minimum sebesar inipun masih banyak pekerja yang memperoleh upah di bawah
upah minimum. Dan mereka yang beruntung memperoleh upah minimum masih
merasakan betapa beratnya memenuhi kebutuhan untuk hidup sehari-hari.
Dengan demikian peningkatan iuran bagi pekerja bila tidak direncanakan dengan
baik bisa jadi memberatkan dan bahkan berpotensi mengurangi kesempatan kerja
formal. Angka-angka ini bisa saja tidak akurat, namun demikian kecermatan
perhitungan konsekuensi biaya yang diperlukan untuk mendanai program
JAMSOSNAS tidak dapat diabaikan begitu saja. Keadaan pasar tenaga kerja
masih belum menggembirakan. Lapangan pekerjaan formal terus berkurang
selama kurun waktu 2001 sampai 2003. Padahal diketahui bahwa sebagian besar
dari pekerja kita di sektor tersebut adalah pekerja yang kurang terampil (sekitar
50 % adalah lulusan SD dan SD ke bawah). Dengan demikian bila sampai
mereka di PHK dari pekerjaan formal maka dapat terbayangkan akan sangat lama
bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan formal lagi. Untuk itu menjaga agar
lapangan kerja formal tetap bertumbuh adalah cita-cita kita bersama. Apabila
iuran yang nantinya akan dipungut untuk membiayai program JAMSOSNAS
dirasakan sangat berat baik oleh pekerja maupuan pemberi kerja maka
kemungkinan menciutnya lapangan pekerja formal tidak dapat dihindari.
Parahnya lagi adalah bahwa korban dari PHK tadi biasanya adalah pekerja yang
kurang terampil atau pekerja yang berusia muda atau pekerja wanita.
Bertambahnya pengangguran usia muda sangat tidak menguntungkan mengingat
jumlah penganggur usia muda terus meningkat jumlahnya beberapa tahun
terakhir ini.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa penyelenggaraan jaminan
sosial dilaksanakan melalui tiga pilar dengan penyelenggara yang berbeda. Banyak
negara baik negara maju maupun berkembang melakukan perombakan, terutama
yang berkaitan dengan skema defined benefit, dalam rangka menghindari kesulitan di
kemudian hari. Perombakan sistem jaminan sosial kebanyakan menuju sistem
jaminan sosial tiga pilar. Pilar pertama adalah sistem jaminan sosial yang merupakan
program jaring pengaman sosial. Program ini dilakukan oleh pemerintah bertujuan
untuk melindungi penduduk usia lanjut atau mereka yang tergolong miskin. Dalam
hal ini maka skema defined benefit dapat digunakan secara hati-hati. Namun cakupan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
dan ragam dari program ini sangat tergantung dari kemampuan pemerintah. Pilar
kedua adalah sistem jaminan sosial bagi pekerja formal dengan skema defined
contribution. Manfaat yang akan diperoleh sesuai dengan jumlah iuran yang
dipungut. Program ini dapat dilaksanakan oleh swasta dan pemerintah. Pilar ketiga
merupakan program sukarela untuk peserta yang menginginkan manfaat yang lebih
baik bagi kebutuhan hari tua mereka. Akan sangat tidak bijaksana bila memaksakan
sistem jaminan sosial bagi negara besar dan beragam ini ke dalam satu pilar.
Dalam pelaksanaan jaminan sosial, Pemerintah mempunyai beberapa peran
penting. Pertama, pemerintah berperan dalam membuat regulasi yang berkaitan
dengan rambu-rambu pengelolaan dana jaminan sosial. Kedua, pemerintah diharapkan tetap berperan untuk melaksanakan pilar jaminan sosial yang merupakan bagian
dari sistem jaring pengaman sosial. Misalnya di Nepal, pemerintah di sana
memberikan manfaat yang merata bagi orang lanjut usia (berusia di atas 70 tahun)
yang tidak mampu.
Sekitar 30 negara menggunakan sistem jaminan sosial tiga pilar. Namun
demikian negara-negara ini menggunakan pendekatan yang berbeda dalam rangka
memberikan pilihan bagi peserta dalam memilih perusahaan yang menyelenggarakan
jaminan sosial. Di Amerika Latin misalnya, digunakan model pasar eceran (retail
market), artinya pekerja dapat memilih dengan bebas perusahaan penyelenggara
jaminan sosial sesuai dengan kebutuhannya. Kelemahannya adalah banyak sekali
pilihan yang kadang membingungkan dan juga dengan harga yang lebih mahal.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
36
http://id.wikipedia.org.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ibid.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
kesehatan atau hanya sekitar 20% dari populasi. Dengan demikian masih ada sekitar
40% penduduk yang tidak tercakup dalam program jaminan kesehatan. Mereka ini
tidak tergolong miskin sehingga tidak berhak untuk memperoleh bantuan jaminan
kesehatan tetapi tidak cukup mampu untuk membayar premi SHI sebesar 11% dari
pendapatan. Selain itu, kebanyakan masyarakat yang dicakup adalah masyarakat
perkotaan dan hanya sebagian masyarakat perdesaan. Ini merupakan tantangan berat
yang sedang terus diupayakan untuk dipecahkan oleh pemerintah Kolombia. 38
Model jaminan kesehatan di negara Chili juga merupakan model lain yang
menarik untuk dipertimbangkan. Reformasi jaminan kesehatan di Chili dilakukan
mulai tahun 1980-an. Jaminan kesehatan dibagi dua, bagi peserta yang mampu
mengikuti program kesehatan yang disebut dengan ISAPRE sedangkan bagi yang
tidak mampu mengikuti program yang disebut FONASA. ISAPRE adalah program
asuransi jaminan kesehatan yang terdiri dari 18 perusahaan asuransi kesehatan
swasta. Kriteria dari mampu atau tidak adalah dengan melihat 7% dari pendapatan
calon peserta. Seandainya 7% dari pendapatan calon peserta sesuai dengan premi
yang harus dibayarkan kepada ISAPRE maka pekerja tadi dapat memilih untuk
masuk sebagai peserta ISAPRE atau FONASA. Namun bila penghasilan pekerja tadi
tidak mencukupi maka tidak ada pilihan kecuali menjadi peserta FONASA. 39
38
39
Ibid.
http://www.freelists.org/archives/ppi.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
ISAPRE didanai dari iuran peserta yang besarnya adalah 7% dari pendapatan
pekerja dan bagi yang menginginkan manfaat yang lebih luas dapat membayar iuran
tambahan. ISAPRE inilah yang menjual paket-paket asuransi kesehatan kepada
pekerja. Sampai saat ini ada kurang lebih 10.000 paket kesehatan yang dapat dibeli
melalui ISAPRE. Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan ISAPRE bekerja sama
dengan penyelenggara layanan kesehatan swasta. Pemerintah menetapkan standar
manfaat kesehatan yang harus dipenuhi oleh ISAPRE tetapi pemerintah tidak
memberikan subsidi kepada ISAPRE. Sedangkan FONASA murni dikelola oleh
pemerintah, selain dibiayai dari 7% iuran pekerja pemerintah juga memberikan
tambahan sebesar iuran yang terkumpul dari pekerja. Jaringan penyedia layanan
kesehatan FONASA adalah gabungan antara penyedia layanan kesehatan pemerintah
dan swasta. 40
Di Indonesia sendiri telah lama beroperasi program jaminan sosial yang
diselenggarakan oleh beberapa badan penyenyelenggara jaminan sosial yaitu PT.
Jamsostek, PT. Askes, PT. Taspen, PT. Asabri, Bapel JPKM dan berbagai programprogram jaminan sosial mikro, tetapi cakupannya masih relatif rendah dan terbatas
pada pekerja sektor formal. Badan-badan penyelenggara tersebut beroperasi secara
parsial masing-masing berlandaskan Undang-undang atau peraturan-peraturan yang
terpisah, tumpang tindih, tidak konsisten dan kurang tegas. Sementara itu, diketahui
bahwa manfaat yang diterima peserta masih terbatas sehingga peserta tidak
40
Ibid.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
No. 20 Tahun 2002, tanggal 10 April 2002, tentang pembentukan Tim SJSN dengan
bentuk penugasan yang sama.
Penyusunan NA SJSN merupakan langkah awal dirintisnya penyusunan RUU
SJSN dan NA SJSN yang merupakan hasil kajian dan pemahaman tentang jaminan
sosial, yang dilengkapi dengan hasil studi banding, lokakarya, pembahasan informasi
dengan DPR RI, sosialisasi dan masukan dari masyarakat lainnya. NA SJSN
mengalami perubahan dan penyempurnaan hingga 8 (delapan) kali dan naskah
terakhir dihasilkan tertanggal 26 Januari 2004.
Naskah Akademik SJSN secara lengkap diterbitkan terpisah dan selanjutnya
dituangkan dalam konsep RUU SJSN. Perkembangan pembahasan sejak konsep awal
RUU SJSN, 9 Pebruari 2003, terdiri dari 11 (sebelas) bab dan 42 (empat puluh dua)
pasal, hingga konsep terakhir, 14 Januari 2004, terdiri dari 12 (dua belas) bab dan 74
(tujuh puluh empat) pasal, yang diserahkan oleh Tim SJSN kepada Pemerintah,
setelah mengalami 52 (lima puluh dua) kali perubahan dan penyempurnaan.
Kemudian Pemerintah menyerahkan RUU SJSN yang terdiri dari 12 (dua belas) bab
dan 80 (delapan puluh) pasal kepada DPR RI pada tanggal 26 Januari 2004.
Selama pembahasan Pemerintah dengan Pansus RUU SJSN DPR RI, RUU
SJSN hingga diterbitkannya UU SJSN telah mengalami 3 (tiga) kali perubahan.
Sehingga dalam perjalanannya, konsep RUU SJSN hingga diterbitkan menjadi UU
SJSN telah mengalami perubahan dan penyempurnaan sebanyak 56 (lima puluh
enam) kali, UU SJSN tersebut secara resmi diterbitkan menjadi Undang-undang
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN pada tanggal 19 Oktober Tahun 2004, terdiri
dari 9 bab dan 53 (lima puluh tiga) pasal.
Asas/prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu sistem yang dibangun
Kegotongroyongan.
Prinsip kegotongroyongan atau solidaritas sosial ini diwujudkan dengan
mekanisme asuransi sosial dimana semua peserta mengiur sebesar prosentase tertentu
dari upah atau penghasilannya. Dengan demikian terjadi suatu sistem subsidi silang.
Peserta yang mampu membantu yang kurang mampu, peserta yang berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi, peserta yang sehat membantu yang sakit, dan yang
muda membantu yang tua. Tidak semua program jaminan sosial diwujudkan dengan
mekanisme gotong royong seperti itu. Program jaminan hari tua, provident fund,
biasanya dibangun dengan sistem tabungan wajib yang kurang menggambarkan
kegotongroyongan seperti di atas. Namun secara umum, SJSN akan dibangun
berdasarkan prinsip kegotongroyongan ini.
41
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
b.
asuransi yang efisien. Pada intinya prinsip ini merupakan hukum alam dimana
semakin besar jumlah peserta, semakin kecil biaya pengelolaan per peserta yang
harus dikeluarkan untuk seluruh peserta. Dengan demikian, sistem akan berjalan
dengan sinambung dan mampu memelihara tingkat solvabilitas yang stabil. Selain itu,
pemupukan dana dalam satu lumbung milik bersama tidak hanya memenuhi prinsip
asuransi, akan tetapi juga menjadi upaya pemersatu atau menjadi perekat bangsa
sehingga sebuah sistem nasional yang sama bagi seluruh rakyat akan memperkuat
nasionalisme Indonesia.
c.
kebutuhan dasar yang layak yang dapat memungkinkan rakyat berproduksi. Apabila
manfaat (benefits) jaminan sosial diberikan terlalu kecil, maka rakyat tidak akan
merasakan manfaat mengikuti program jaminan sosial dan karenanya sulit
mengharapkan tingkat kepatuhan kepesertaan yang tinggi. Manfaat yang diberikan
terlalu besar atau jauh lebih tinggi dari kebutuhan dasar akan membutuhkan iuran
yang lebih besar, sementara sebagian besar penduduk tidak memiliki kemampuan
untuk mengiur yang mengambil porsi sebagian besar upah atau penghasilannya. Oleh
karenanya, manfaat yang diberikan oleh SJSN harus memenuhi kebutuhan hidup
yang layak yang secara bertahap ditingkatkan sesuai dengan peningkatan standar
hidup dan peningkatan upah atau penghasilan penduduk. Sedangkan bagi penduduk
yang mampu dapat menjadi peserta asuransi komersil.
e.
pengalaman dan pendidikan yang sama. Bagi sektor informal iuran dapat juga
ditetapkan sejumlah tertentu seperti di Filipina. Oleh karenanya penetapan iuran bagi
sektor informal memerlukan studi yang memberikan informasi tentang rata-rata
penghasilan bagi berbagai kelompok usaha informal.
f.
sehingga mereka dapat bekerja dengan tenteram tanpa harus memikirkan risiko masa
depan. Dengan demikian produktivitasnya akan meningkat. Peningkatan produktivitas pada akhirnya akan menguntungkan pemberi kerja karena hasil produksi yang
meningkat juga dapat memberikan keuntungan pengusaha yang lebih tinggi. Dari sisi
pekerja, keikutsertaan mengiur, sebagai bagian tanggung jawab terhadap diri dan
keluarganya. Kecuali jaminan yang yang seharusnya menjadi tanggung jawab pekerja
yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Oleh karenanya sangatlah
wajar jika pembiayaan SJSN ditanggung bersama antara pemberi kerja dan pekerja.
Prinsip ini juga diselenggarakan oleh sistem jaminan sosial di negara-negara lain.
Pemerintah juga merupakan pemberi kerja bagi pegawai negeri. Pekerja di
sektor informal, yang bekerja mandiri, dengan sendirinya berfungsi ganda sebagai
pekerja sekaligus pemberi kerja bagi dirinya. Oleh karenanya pekerja sektor informal
harus menanggung jumlah iuran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan pekerja
di sektor formal. Dalam banyak negara, dimana sektor informal telah membayar
pajak dengan teratur, pemerintah dapat memberikan subsidi iuran bagi pekerja di
sektor informal.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
g.
oleh peserta. Pada sistem yang telah matang dimana seluruh penduduk sudah menjadi
peserta, maka sistem ini akan menjadi suatu sistem gotong royong nasional. Oleh
karenanya, sebenarnya SJSN dimiliki oleh seluruh peserta bukan oleh sekelompok
orang. Dengan demikian, segala usaha yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan nilai dana yang terkumpul harus dikembalikan kepada peserta dalam bentuk
peningkatan nilai manfaat atau penurunan jumlah iuran di kemudian hari. Sisa hasil
usaha di akhir tahun buku tidak dibagikan sebagai dividen dan tidak perlu dikenakan
pajak penghasilan. Semua sisa hasil usaha akan menjadi hak seluruh peserta yang
notabene adalah seluruh rakyat. Inilah hakikat dari prinsip nirlaba dimana seluruh
dana dan hasil pengembangan dana dikembalikan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan peserta.
h.
penyelenggara sebagai hasil jual beli dan karenanya bukan merupakan kekayaan
badan penyelenggara. Iuran yang terkumpul, dan hasil pengembangannya, tetap
merupakan titipan para peserta kepada badan penyelenggara yang peruntukannya
telah ditetapkan. Badan penyelenggara diberikan amanat atau kepercayaan untuk
mengelola dana untuk sebesar-besarnya manfaat kepada seluruh peserta. Dengan
demikian, badan penyelenggara harus bisa dipercaya.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Pengelolaan dana dilaksanakan dengan prinsip solvabilitas, likuiditas, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas.
1)
2)
Prinsip likuiditas adalah prinsip dimana dana harus selalu tersedia untuk
membiayai seluruh manfaat seperti jaminan kesehatan dan jaminan
kecelakaan kerja. Sumber dana untuk membiayai manfaat jangka pendek
adalah dana tunai, bank dan deposito yang jatuh tempo segera.
3)
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
perorangan
yang
menunjukkan
jumlah
iuran
yang
diterima
dan
5)
Prinsip akuntabilitas merupakan prinsip dimana pengelola harus bertanggungjawab penuh atas segala tindakannya. Oleh karenanya, segala
tindakan yang bertujuan untuk kepentingan dirinya harus dilarang.
Penempatan investasi pada suatu bank dimana pengelola memiliki saham
jelas merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab kepada peserta dan
karenanya harus dilarang.
6)
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Prinsip efektivitas diwujudkan dengan memberikan jaminan yang benarbenar efektif. Sebagai contoh dalam jaminan kesehatan, pengobatan yang
belum dibuktikan kebenarannya secara ilmiah tidak boleh dijamin oleh
SJSN.
j.
Portabilitas.
Artinya manfaat jaminan sosial dapat dibawa kemana saja dan selalu tersedia
dimanapun di seluruh tanah air. Manfaat yang diperoleh peserta tidak boleh putus
atau hilang karena peserta pindah tempat kerja atau pindah tempat tinggal. Tentu saja,
apabila peserta pindah tempat tinggal tetap ke luar negeri maka jaminan atau manfaat
jaminan sosial harus terputus, karena peserta tidak lagi menjadi penduduk Indonesia
sebagai suatu syarat kewajiban dan hak jaminan sosial.
k.
diselenggarakan oleh Negara yang diberi mandat kepada Pemerintah. Oleh karenanya
Pemerintah harus bertanggung-jawab atas keamanan keuangan bila terjadi force
majeur, seperti terjadinya krisis ekonomi dan perubahan nilai tukar yang tinggi yang
terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi apabila kesulitan dana terjadi karena kesalahan
manajemen maka pengelola harus bertanggung-jawab atas kesalahan tersebut.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Pemerintah wajib memantau secara terus menerus, langsung atau melalui pengaturan
dan pengawasan yang ketat, agar tidak terjadi kesulitan pembiayaan yang parah.
2.
ayat (2) Amandemen UUD 1945, yang dituangkan dalam UU SJSN yang mengatur
substansi berupa cakupan kepesertaan, besarnya iuran dan manfaat, mekanisme
penyelenggaraan jaminan sosial, dan kelembagaan sistem jaminan sosial yang
berlaku nasional guna terwujudnya perlindungan yang adil dan manfaat yang optimal
bagi para peserta. Undang-undang SJSN tersebut hendaknya merupakan undangundang tentang SJSN yang dapat meningkatkan efisiensi program, meningkatkan
kemampuan program untuk saling menopang, memudahkan mekanisme pengumpulan iuran dan pembayaran manfaat, memperbaiki administrasi dan manajemen
pengelolaan, menetapkan struktur dan fungsi serta pengelolaan organisasi atau
kelembagaan SJSN secara adil, terutama pada saat menurunnya tingkat kesejahteraan.
a.
Manfaat.
Adalah hak peserta yang dijamin Undang-Undang SJSN sesuai dengan jenis
program. Manfaat program yang dianjurkan dalam SJSN adalah jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, pensiun, dan jaminan kematian serta
jaminan pemutusan hubungan kerja. Tiap-tiap program jaminan memberikan manfaat
yang ditetapkan oleh peraturan perundangan SJSN.
b.
Jenis manfaat.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Adalah manfaat program SJSN yang diberikan dalam bentuk jaminan dana
tunai maupun berkala dan pelayanan (kesehatan/kedokteran).
c.
Penerima manfaat.
Terbagi dalam dua jenis penerima, sesuai dengan ketentuan masing-masing
program yaitu:
1)
Peserta.
Manfaat yang diterimakan langsung kepada peserta adalah Jaminan Hari Tua,
Jaminan Pensiun dan Jaminan Kecelakaan Kerja.
2)
3.
a.
Iuran SJSN.
Iuran SJN adalah sejumlah dana yang ditetapkan secara proporsional terhadap
gaji atau penghasilan peserta yang dibayarkan secara teratur oleh peserta (dan
pemberi kerja bagi peserta di sektor formal) untuk memenuhi pembiayaan manfaat
bagi peserta atau anggota keluarganya, sesuai dengan jenis program. Untuk sektor
informal, iuran dapat ditentukan dalam jumlah tertentu.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
b.
Dana SJSN.
Adalah himpunan iuran JSN beserta hasil pengembangannya yang di-
amanatkan oleh peserta untuk disimpan, dikelola, dan dibayarkan sebagai manfaat
bagi peserta apabila syarat timbulnya hak peserta sudah terpenuhi. Syarat timbulnya
hak peserta adalah kejadian yang menyebabkan terjadinya penurunan atau penghentian pendapatan atau kejadian sakit atau kecelakaan.
c.
(trust fund) yang berarti bahwa dana tersebut tidak dapat digunakan oleh pengelola
sesuai peruntukan yang telah ditetapkan, kecuali disetujui oleh Dewan Jaminan Sosial
Nasional (board of trustees) sebagaimana yang diatur dalam undang-undang SJSN.
4.
kesehatan yang terjadi akibat dari suatu kecelakaan yang berhubungan dengan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
pekerjaan seseorang. Selain itu, program ini juga memberikan manfaat dalam bentuk
santunan uang baik lump-sum ataupun secara berkala bagi peserta yang mengalami
cacat atau meninggal dunia yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
c.
dibayarkan oleh badan penyelenggara kepada tenaga kerja yang minimal bekerja
telah 6 bulan, sesuai dengan perhitungan masa kerjanya. Pembayaran dilakukan
sekaligus atau dibagi selama maksimal 6 bulan untuk menjamin kebutuhan hidup
minimal sehari-hari setelah putus hubungan kerja. Dana ini beraasal dari iuran peserta
dan pemberi kerja yang dipungut selama peserta masih bekerja. Namun program
JPHK ini tidak dimasukkan kedalam RUU SJSN ini karena telah diatur dalam UU
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d.
tunai secara sekaligus sebelum seorang peserta memasuki masa pensiun. Pemberian
uang tunai lump-sum ini dimaksudkan untuk membekali peserta dengan uang tunai
dalam memasuki usia pensiun yang dapat digunakan untuk membeli rumah atau
modal untuk berusaha. Apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa
pensiun, maka manfaat program dibayarkan kepada janda/duda, anak atau ahli waris
peserta yang sah.
e.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
waris yang sah setelah peserta meninggal dunia secara alamiah atau kecelakaan yang
tidak berhubungan dengan pekerjaan. Manfaat jaminan kematian ini diharapkan dapat
meringankan beban ahli waris peserta yang ditinggalkan, yang dapat digunakan untuk
membiayai penguburan dan/atau keperluan lainnya yang terkait dengan kematian
peserta.
(transparency,
accountibility,
responsibility,
independency
dan
fairness).
Secara lebih jauh, mekanisme penyelenggaraan SJSN dapat diuraikan sebagai
berikut:
1.
Sifat Dana
a.
Dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta
hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan Penyelenggara diper-
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
2.
Prinsip SJSN
Kegotong-royong, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat dan hasil pengelolaan Dana Jaminan
Sosial dipergunakan seluruhnya untk pengembangan program dan untuk sebesarbesar kepentingan peserta.
3.
4.
b.
b.
5.
Kepesertaan
Kepesertaan seluruh penduduk Indonesia termasuk tenaga kerja asing yang
sudah bekerja selama 6 (enam) bulan di Indonesia.
6.
Iuran
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
7.
8.
a.
b.
Pekerja.
Jaminan Kesehatan.
b.
c.
d.
Jaminan Pensiun.
e.
Jaminan Kematian.
Mekanisme Penyelenggaraan
Mekanisme Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional berdasarkan prinsip
Asuransi Sosial, Tabungan Wajib dan Ekuitas.
9.
Pengelola Dana
Badan Penyelenggara mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial
dengan
mempertimbangkan
aspek
likuiditas,
solvabilitas,
kehati-hatian,
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Pensiun Pegawai Negeri dikelola PT. TASPEN dan jaminan sosial bagi TNI-Polri
yang dikelola oleh PT. ASABRI.
Pegawai Negeri, pensiunan pegawai negeri, pensiunan TNI-Polri, Veteran,
dan anggota keluarga mereka menerima jaminan kesehatan yang dikelola PT. Askes
berdasarkan PP No. 69 Tahun 1991. Selain itu, pegawai negeri yang memasuki masa
pensiun mendapatkan jaminan pensiun yang dikelola oleh program Tabungan
Pensiun (TASPEN) berdasarkan PP No. 26 Tahun 1981. Anggota TNI-Polri dan PNS
Departemen Pertahanan mendapat jaminan hari tua, cacat, dan pensiun melalui
program ASABRI berdasarkan PP No. 67 Tahun 1991.
Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri dan PNS Dephan memperoleh jaminan pensiun melalui anggaran negara (pay as you go). Dengan demikian,
sebagain besar program pensiun pegawai negeri, TNI, dan Polri tidak didanai dari
tabungan pegawai sehingga sangat bergantung pada anggaran belanja negara.
Kontribusi pemerintah, dari APBN, untuk dana pensiun pegawai negeri, tentara, dan
anggota polisi yang merupakan suatu bentuk tunjangan pegawai atau employment
benefits akan terus membengkak dan memberatkan APBN, jika tidak ditunjang
dengan peningkatan iuran dari pegawai. Selain itu, tidaklah adil jika dana APBN
yang berasal dari pajak akan tersedot dalam jumlah besar bagi pendanaan pensiun
pegawai negeri, tentara dan anggota polisi saja.
Penyelenggaraan dana pensiun yang adil dan memadai yang didanai bersama
(bipartit) antara pekerja sendiri dan pemberi kerja, terlepas dari status pegawai negeri
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
atau swasta atau usaha sendiri (self-employed) merupakan sebuah sistem yang lebih
berkeadilan dan lebih terjamin kesinambungannya.
Cakupan beberapa skema jaminan sosial yang ada (Askes, Taspen, Asabri,
Jamsostek) baru diperuntukan bagi 7,8 juta tenaga kerja formal dari 100,8 juta
angkatan kerja (BPS, 2003). Baru 8 juta tenaga kerja formal kini aktif sebagai peserta
PT. Jamsostek.
Di negara-negara tetangga, kepesertaan tenaga kerja yang memperoleh
jaminan sosial sudah mencakup seluruh tenaga kerja formal. Khusus dalam program
asuransi kesehatan sosial dengan pembiayaan dari publik, Indonesia jauh tertinggal
karena baru menjaminkan 9 (sembilan) persen dari jumlah penduduknya. Sedangkan
dalam program jaminan hari tua/pensiun, jaminan sosial di Indonesia baru mencapai
maksimal 20 persen dari total pekerja sektor formal.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya cakupan kepesertaan program jaminan sosial sekarang ini terjadi karena program tersebut belum
sepenuhnya mampu memberikan perlindungan yang adil pada para peserta dan
manfaat yang diberikan kepada peserta belum memadai untuk menjamin kesejahteraannya. Selain itu program jaminan sosial di Indonesia belum mampu
meningkatkan pertumbuhan dan menggerakan ekonomi makro karena porsi dana
Jaminan Sosial terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia masih sangat kecil.
Sebagai contoh untuk Program Jaminan Kesehatan, berdasarkan data yang
dikutip dari Profile of Asian Country, 1997, memperlihatkan belanja kesehatan per
kapita Indonesia jauh tertinggal dan baru mencapai US$ 19,1 dan yang tertinggi
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
adalah Singapore dengan US$ 667,0 akibat belum meluasnya cakupan jaminan
kesehatan di Indonesia.
Dari berbagai permasalahan yang berkembang saat ini, kendala utama
pengembangan program jaminan sosial di Indonesia dapat di identifikasi sebagai
berikut:
1.
2.
Pelayanan dari lembaga jaminan sosial yang ada dirasakan perlu ditingkatkan,
baik dari segi besaran manfaat yang diterima maupun dari segi mekanisme
perolehan manfaat.
3.
Pengelolaan administrasi dan pelayanan kurang efisien dan kurang baik yang
menyebabkan sering terjadinya keluhan dan rendahnya tingkat kepuasan peserta.
4.
Selama ini program jaminan sosial tidak didukung oleh perangkat penegak
hukum yang konsisten, adil dan tegas, sehingga belum semua tenaga kerja
memperoleh perlindungan yang optimal.
5.
6.
Seluruh badan penyelenggara jaminan sosial yang ada merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) berbentuk Persero yang harus mencari keuntungan dan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
iuran. Manfaat yang diberikan harus cukup berarti sehingga mendorong kepesertaan
yang lebih besar dari waktu ke waktu.
Jaminan Sosial Nasional tersebut perlu diatur agar bersifat wajib untuk
seluruh tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal, baik yang berpendapatan besar maupun kecil sehingga dapat terwujud asas kegotongroyongan dan
redistribusi pendapatan dari yang kaya ke yang miskin. Cakupan kepesertaan
dilakukan secara bertahap dimulai dari kelompok masyarakat yang mampu mengiur
dan secara bertahap diupayakan menjangkau sampai pada kelompok masyarakat yang
rentan dan tidak mampu, dimana iuran sebagian atau sepenuhnya dibayarkan oleh
pemerintah. Karena ada unsur wajib bagi semua pekerja tersebut maka diperlukan
adanya undang-undang untuk mengaturnya. Namun, secara sukarela pekerja dapat
mengikuti program lain dengan kontribusi yang lebih besar dan memperoleh manfaat
yang lebih banyak pula (asuransi komersil).
Pengelolaan Jaminan Sosial Nasional menganut prinsip Wali Amanah, yang
mewakili stakeholder dalam hal ini peserta/ pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah.
Pengumpulan dan pengelola iuran perlu ditunjang oleh keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas dan efisiensi. Penyelenggaraan dilakukan non-for profit. Pengertian
non-for profit bukanlah berarti tidak perlu mengembangkan atau menginvestasikan
dalam rangka meningkatkan akumulasi dana yang ada, tetapi hasil yang diperoleh
nantinya akan dikembalikan atau dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta (merupakan going concern asuransi sosial).
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Berlandaskan amanat UUD 1945 hasil amandemen Pasal 28H ayat (3), Pasal
34 ayat (2) dan amanat Sidang Tahunan MPR Nomor X/MPR-RI Tahun 2001 serta
kondisi program jaminan sosial saat ini maka ditetapkan visi, misi dan tujuan
penyelenggaraan SJSN sebagai berikut:
Visi SJSN:
Mewujudkan suatu sistem Jaminan Sosial Nasional yang dapat memenuhi hak asasi
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Misi SJSN:
a.
b.
c.
F.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
sosial, atau baru 12% dari jumlah penduduk. Sementara di Thailand dan Malaysia
masing-masing mencapai 50% dan 40% dari total penduduk. Krisis ekonomi yang
menyebabkan angka pengangguran melonjak tajam telah menimbulkan berbagai
masalah sosial ekonomi. Dalam kondisi seperti ini jaminan sosial dapat membantu
menanggulangi gejolak sosial.
Fakta tersebut membuktikan bahwa amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal
27 ayat (2) sebagian besar belum dapat dilaksanakan sehingga langkah-langkah nyata
untuk mewujudkannya diperlukan, antara lain dengan menyusun suatu Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Menyadari masih terbatasnya jangkauan jaminan sosial yang ada dan
beberapa kekurangan dalam pengaturan dan penyelenggaraannya, serta betapa
pentingnya peran jaminan sosial dalam pemberian perlindungan utamanya di saat
berkurangnya pendapatan maka dianggap perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial
Nasional melalui penerbitan Undang-undang yang akan mengatur Substansi,
Kelembagaan dan Mekanisme Sistem Jaminan Sosial yang berlaku secara nasional.
Sistem Jaminan Sosial yang akan dibangun ini haruslah sifatnya adil dengan tingkat
kepercayaan publik yang tinggi dan transparan dalam penyelenggaraannya.
Putusan Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 menugaskan kepada Presiden
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Untuk itu Presiden
mengambil inisiatif menyusun Rancangan Undang Undang Jaminan Sosial Nasional.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Presiden dengan Keppres No. 20 Tahun 2002 membentuk Tim SJSN. Keppres ini
didahului dengan Keputusan Sekretaris Wakil Presiden No. 7 Tahun 2001.
Program-program pokok SJSN yang dikembangkan disesuaikan dengan
konvensi ILO No. 102 tahun 1952 yang juga diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia,
yaitu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK), Program Jaminan Hari Tua (JHT), Program Pensiun dan Program
Santunan Kematian.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BAB IV
ALTERNATIF KELEMBAGAAN JAMINAN SOSIAL
UNTUK INDONESIA
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
badan yang terlalu dekat dengan kekuasaan sering digunakan sebagai alat penguasa
untuk mempertahankan kekuasaan.
2.
kelompok penduduk atau program yang menjadi tugas utama suatu departemen.
Namun demikian, apabila program jaminan sosial menyangkut berbagai sektor dan
berbagai kelompok penduduk, maka koordinasi oleh suatu departemen dapat
menimbulkan gesekan politik yang keras karena banyak Departemen yang merasa
berwenang mengatur dan karenanya akan menjadi rebutan mengingat dana yang
akan dikelola dapat jadi sangat besar. Departemen Keuangan dapat melihat badan ini
sebagai suatu Lembaga Keuangan dan karenanya dapat menuntut agar badan tersebut
berada di bawah Departemen Keuangan. Hal ini mengandung risiko bahwa badan
tersebut akan dilihat sebagai suatu sumber keuangan umum negara seperti halnya
BUMN di masa lalu. Padahal tujuan utama jaminan sosial bukanlah akumulasi dana
sebagai usaha revenue center bagi pemerintah, akan tetapi upaya pemerintah untuk
memberikan perlindungan bagi penduduk yang pengelolaannya harus memperhatikan
aspek ekonomi dan keuangan. Sebaliknya Departemen Kesehatan, Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigarasi atau Departemen Sosial dapat melihat badan ini
lebih tepat di bawah koordinasinya karena mengurusi jaminan sosial atau jaminan
tenaga kerja.
Badan ini juga tidak hanya mengurus masalah sosial atau kesejahteraan sosial
atau tenaga kerja semata, tetapi badan ini juga akan mengurus pengumpulan dana dan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
investasi yang pruden dimana kemampuan itu tidak dimiliki oleh pejabat di
Departemen non keuangan. Dimanapun letak badan tersebut, pengaruh birokrasi dan
kekuasaan dapat menjadikan pengelolaan badan ini menyimpang dari tujuan semula
yaitu memberikan jaminan sosial yang mampu meningkatkan produktivitas
penduduk.
3.
ada campur tangan pemerintah. Pada kondisi banyak fraksi seperti yang kini terjadi,
pembentukan sebuah Badan Penyelenggara di bawah DPR mempunyai potensi
sebagai ajang rebutan partai, khususnya yang berkuasa. Lembaga seperti ini tidak
masuk dalam konstitusi atau sistem pemerintahan Indonesia, sehingga bentuk ini
tampaknya sulit bisa dilaksanakan.
B.
Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat baik. Ini ditandai dengan tingginya laju
pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto, rendahnya tingkat inflasi secara
keseluruhan, tingginya kepercayaan pihak luar terhadap Indonesia dan banyaknya
penanaman modal asing secara langsung. Namun, menjelang akhir tahun 1997 dan
pada tahun 1998, Indonesia dilanda krisis besar. Pada tahun 1998, perekonomian
Indonesia mengalami penyusutan yang tidak tanggung-tanggung, yaitu sebesar 13,6%
dan pada tahun 1999 hanya mencatat pertumbuhan yang tidak seberapa, yakni 0,12%
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
saja. Pada tahun 2000, tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto riil adalah 4,8%
dan 3,3% menjelang akhir kuartal tahun 2001.
Pada pertengahan tahun 1997, sekitar 10,1$ penduduk Indonesia tergolong
miskin dan pada tahun 1998, sebagai konsekuensi dari berkurangnya output, angka
tersebut diperkirakan naik menjadi 14,1% apda tahun 1999 atau sekitar 29 juta orang.
Sedangkan menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2000
yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan pada tahun 1999
adalah sekitar 23,6%.
Menurut sejarahnya, sistem jaminan sosial di Indonesia dimulai pada tahun
1977 dengan diperkenalkannya program jaminan sosial untuk tenaga kerja yang
dikenal dengan nama ASTEK (Asuransi Sosial Tenaga Kerja). Akhirnya, pemerintah
mengeluarkan Undang-undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1992 untuk
karyawan swasta dan Badan Usaha Milik Negara. Kemudian ASTEK diganti menjadi
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan kepesertaan program ini diwajibkan bagi seluruh perusahaan skala kecil, menengah dan besar. JAMSOSTEK
merupakan sistem perlindungan bagi karwayan dalam menghadapi resiko-resiko
sosial seperti kecelakaan kerja, kematian (bagi anggota keluarga yang ditinggalkan),
sakit dan usia tua.
Sistem jaminan sosial yang ada sekarang memiliki beberapa kelemahan. Salah
satunya menyangkut cakupan perlindungan yang diberikan skema JAMSOSTEK
yang hanya memberikan perlindungan kepada karyawan yang bekerja di sektor
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
formal. Selain itu, tidak semua skema JAMSOSTEK sesuai dengan peraturan,
terutama dengan peraturan-peraturan yang merupakan standar internasional.
Dibandingkan banyak negara lain, pengeluaran untuk jaminan sosial di
Indonesia relatif kecil. Misalnya, pada tahun 1996, jumlah uang yang dikeluarkan
untuk membayar jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan
kesehatan, dan jaminan hari tua rata-rata tidak lebih dari 5% Produk Domestik Bruto.
Baru-baru ini beberapa departemen, yaitu Departemen Kesehatan (DEPKES),
Departemen Sosial (DEPSOS), Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(DEPNAKERTRANS) dan Departemen Keuangan (DEPKEU) berupaya melaksanakan reformasi sistem jaminan sosial yang ada di Indonesia, termasuk
JAMSOSTEK. Untuk itu, pemerintah telah mengusulkan rancangan undang-undang
baru guna mendukung upaya reformasi tersebut. Dalam undang-undang baru tersebut,
JAMSOSTEK nantinya menjadi suatu badan wali amanah.
Dalam rangka menjamin pelaksanaan undang-undang Jaminan Sosial
Nasional diperlukan suatu lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menjabarkan
Undang-undang SJSN, mengkoordinir, memonitor dan mengawasi pelaksanaan
program-program, pengelola dana dan investasi serta pemasyarakatan program
Jaminan Sosial Nasional sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Lembaga ini berada langsung di bawah Presiden dibantu Dewan Menteri yang terkait
dan beranggotakan wakil pemerintah, wakil pekerja, wakil pemberi kerja dan pakar di
bidangnya.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Selama peraturan teknis undang-undang SJSN disiapkan maka lembagalembaga yang ada tetap melanjutkan kegiatannya, untuk kemudian setelah peraturan
pelaksanaan undang-undang SJSN tersusun lengkap dan dilaksanakan maka programprogram yang sejalan dapat menyesuaikan dengan Undang-undang SJSN tersebut
selama masa transisi yang akan ditetapkan. Tidak tertutup kemungkinan munculnya
lembaga penyelenggaraan lain.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
sebagian atau seluruh iuran bagi dirinya dibayarkan oleh pemerintah. Secara bertahap
bantuan ini dikurangi untuk menurunkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah.
Sehubungan hal ini, pemerintah perlu memperhatikan perluasan kesempatan kerja
dalam rangka mengurangi bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang
tidak mampu.
Pilar ketiga, menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary
insurance) atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya dibayar
oleh peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai dengan tingkat risikonya dan
keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang sifatnya komersial, dan
sebagai tambahan setelah yang bersangkutan menjadi peserta asuransi sosial.
Penyelenggaraan asuransi sukarela dikelola secara komersial dan diatur dengan UU
Asuransi.
Perum Astek yang kemudian diubah menjadi PT. Jamsostek telah menyelenggarakan jaminan sosial sejak tahun 1978 hingga saat ini, mencakup sebagian tenaga
kerja sektor formal dan hanya menyelenggarakan Jaminan Kecelakaan Kerja, Hari
Tua, Kematian dan Pelayanan Kesehatan. Sebagian besar tenaga kerja lainnya yang
bekerja di sektor informal (tenaga kerja di luar hubungan kerja, seperti nelayan,
petani dan pedagang sayur, kios, pedagang sate, baso, gado-gado, warteg, dan lainlainl) belum memperoleh perlindungan sosial formal sampai saat ini karena memang
undang-undangnya belum menyediakan peluang untuk itu, baru berupa peraturan
menteri tenaga kerja.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
uang tunai maupun pelayanan dengan sumber pembiayan dari negara danbantuan
sosial dan masyarakat lainnya.
Beberapa negara yang menganut welfare state yang selama ini memberikan
jaminan sosial dalam bentuk bantuan sosial mulai menerapkan asuransi sosial.
Utamanya karena jaminan melalui bantuan sosial membutuhkan dana yang besar dan
tidak mendorong masyarakat merencanakan kesejahteraan bagi dirinya. Selain itu,
dana yang terhimpun dalam asuransi sosial dapat merupakan tabungan nasional.
Secara keseluruhan adanya jaminan sosial nasional dapat menunjang pembangunan
nasional yang berkelanjutan. Pengaturan dalam jaminan sosial ditinjau dari jenisnya
terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemutusan
hubungan kerja, jaminan hari tua, pensiun dan santunan kematian.
Sebenarnya, selama dekade terakhir di Indonesia telah ada beberapa program
jaminan sosial dalam bentuk asuransi sosial, namun baru mencakup sebagian kecil
pekerja di sektor formal. Dari 95 juta angkatan kerja, baru 24,6 juta jiwa memperoleh
jaminan sosial atau baru 12% dari jumlah penduduk. Sementara di Thailand dan
Malaysia masing-masing mencapai 50% dan 40% dari total penduduk. Krisis
ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran melonjak dengan tajam telah
menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi. Dalam kondisi seperti ini jaminan
sosial dapat membantu menanggulangi gejolak sosial.
Fakta tersebut membuktikan bahwa amanat UUD pasal 27 ayat 2 sebagian
besar belum dapat dilaksanakan sehingga langkah-langkah nyata untuk mewujudkan-
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
nya diperlukan, antara lain dengan menyusun suatu Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Menyadari masih terbatasnya jangkauan jaminan sosial yang ada dan beberapa
kekurangan dalam pengaturan dan penyelenggaraannya, serta betapa pentingnya
peran jaminan sosial dalam pemberian perlindungan utamanya di saat berkurangnya
pendapatan maka dianggap perlu menyusun Sistem Jaminan Sosial Nasional melalui
penerbitan undang-undang yang akan mengatur substansi, kelembagaan dan
mekanisme sistem jaminan sosial yang berlaku secara nasional. Sistem jaminan sosial
yang akan dibangun ini haruslah sifatnya adil dengan tingkat kepercayaan publik
yang tinggi dan transparan dalam penyelenggaraannya.
Putusan Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 menugaskan kepada Presiden
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Untuk itu Presiden
mengambil inisiatif menyusun Rancangan Undang-Undang Jaminan Sosial Nasional.
Presiden dengan Kepres No. 20 tahun 2002 membentuk Tim SJSN. Kepres ini
didahului dengan Keputusan Sekretaris Wakil Presiden No. 7 Tahun 2001.
Sistem Jaminan Sosial (social security system) adalah sistem penyelenggaraan
program negara dan pemerintah untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap
penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya
kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. Jaminan sosial diperlukan
apabila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan hilang atau
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
berkurangnya pendapatan seseorang, baik karena memasuki usia lanjut atau pensiun,
maupun karena gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional disusun dengan mengacu pada penyelenggaraan
jaminan sosial yang berlaku universal dan telah diselenggarakan oleh negara-negara
maju dan berkembang sejak lama. Penyelenggaraan jaminan sosial di berbagai negara
memang tidak seragam, ada yang berlaku secara nasional untuk seluruh penduduk
dan ada yang hanya mencakup penduduk tertentu untuk program tertentu. Secara
universal, pengertian jaminan sosial dapat dijabarkan seperti beberapa definisi yang
dikutip berikut ini:
Menurut Guy Standing (2000)
Social security,is a system for providing income security to deal with the
contingency risks of life-sickness, maternity, employment injury, unemployment,
invalidity, old age and death; the provision of medical care, and the provision of
subsidies for families with children.
ILO Convention 102:
Social security is the protection which society provides for its members
through a series of public measures:
1.
to offset the absence or substantial reduction of income from work resulting from
various contingencies (notably sickness, maternity, employment injury,
unemployment, invalidity, old age and death of the breadwinner.
2.
3.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Tanpa merinci jenis program jaminan sosial lainnya, UUD 1945 telah
mengamanatkan kepada Negara untuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh
rakyat. Pasal 28H ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa jaminan sosial adalah hak
setiap warga negara. Lebih lanjut, perlunya segera dikembangkan Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) ditegaskan pada Pasal 34 ayat (2) Perubahan UUD 45 tahun
2002 yang menyatakan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa amanat
tersebut menghendaki terselenggaranya berbagai program jaminan sosial secara
komprehensif/menyeluruh seperti yang telah diselenggarakan negara lain, meskipun
hal itu dilakukan secara bertahap.
Secara universal, Jaminan Sosial dijamin oleh Deklarasi PBB Tahun 1948
tentang Hak Asasi Manusia. Indonesia meratifikasi deklarasi tersebut yang di
dalamnya dinyatakan bahwa ... setiap orang, sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak atas jaminan sosial ... dalam hal menganggur, sakit, cacat, tidak mampu
bekerja, menjanda, hari tua .... Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 menganjurkan
agar semua negara di dunia memberi perlindungan dasar kepada setiap warga
negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang Hak Jaminan Sosial.
Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa, selain dapat memberikan
perlindungan sosial bagi masyarakat, jaminan sosial juga menjadi penggerak pembangunan ekonomi. Akhir-akhir ini bermunculan kenyataan baru yang membuktikan
bahwa jaminan sosial makin diperlukan mengingat bahwa kondisi perekonomian
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
42
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
F.
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS harus
dibentuk dengan undang-undang. Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa frase
dengan undang-undang dalam ketentuan tersebut di atas menunjuk pada pengertian
bahwa pembentukan setiap badan penyelenggara jaminan sosial harus dengan
undang-undang. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU SJSN adalah dimaksudkan untuk
pembentukan badan penyelenggara tingkat nasional yang berada di pusat. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa keberadaan undang-undang yang mengatur tentang
Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di tingkat pusat merupakan
kebutuhan, karena belum adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang
memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilaksanakan.
Pertanyaannya ialah apakah mesti dibentuk BPJS yang baru atau cukup
menyesuaikan yang telah ada? Mengenai hal ini UU SJSN menentukan bahwa semua
ketentuan yang mengatur mengenai BPJS disesuaikan dengan undang-undang ini
paling lambat 5 tahun sejak undang-undang ini diundangkan. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa BPJS dalam undang-undang ini adalah transformasi dari BPJS yang sekarang
telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai
dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BPJS dengan fasilitas kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan dan pengelolaan dana
jaminan sosial.
Apabila kita simak dengan cermat ketentuan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, dihubungkan dengan UU SJSN, sangat jelas
terdapat perbedaan yang mendasar antara Badan Hukum BUMN, Perseroan Terbatas
dengan badan hukum BPJS yang dikehendaki oleh UU SJSN. Secara konstitusonal
dasar hukum pembentukan BUMN adalah untuk melaksanakan amanat Pasal 33
Undang Undang Dasar sedangkan pembentukan BPJS adalah untuk memenuhi hak
setiap orang atas jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (3)
Undang Undang Dasar 1945 dan memenuhi kewajiban negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara R.I. Tahun 1945.
BPJS adalah Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial yang dibentuk
dengan undang-undang sedangkan BUMN adalah Badan Usaha dan Perseroan
Terbatas merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk
melakukan kegiatan usaha. Oleh karena itu Pasal 52 ayat (2) UU SJSN menentukan
agar semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS disesuaikan dengan UU SJSN.
Sebagai badan yang menyelenggarakan jaminan sosial, maka bentuk BPJS dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
penentu
kebijakan
dan
sekaligus
pengawas
keuangan
maupun
penyelenggaraan lainnya yang dilaksanakan oleh eksekutif. Wali Amanat terdiri dari
wakil-wakil berbagai peserta seperti wakil tenaga kerja, wakil perusahaan, wakil
pemerintah, dan unsur lain yang dinilai perlu dan memiliki kemampuan menjalankan
fungsi Wali Amanat. Bentuk Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Universitas Otonom
atau Badan Hukum Pendidikan adalah badan hukum yang mendekati bentuk Dana
Amanat.
2.
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 44 Sedangkan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh daerah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota, melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah Propinsi atau Kabupaten/Kota
yang dipisahkan.
Saat ini jaminan sosial dikelola oleh badan hukum BUMN seperti PT.
(Persero) Askes, Asabri, Jamsostek, dan Taspen. Dalam undang-undang asuransi
memang diatur bahwa asuransi sosial harus dikelola oleh BUMN. Dari segi tanggung
jawab pemerintah, memang bentuk BUMN lebih menjamin solvabilitas jika sewaktu-
44
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, L.N. No. 13, T.L.N. No.
3587.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
waktu terjadi masalah keuangan yang berat. Namun demikian, bentuk BUMN yang
pada hakikatnya lembaga pencari laba (untuk kas negara) tidak sesuai dengan nafas
jaminan sosial yang perlu memaksimalkan manfaat atau jaminan. Bentuk badan usaha
ini pula yang menimbulkan tuntutan agar pengelolaan jaminan sosial atau asuransi
sosial tidak dimonopoli. Padahal, jika bentuk penyelenggara kembali kepada sifat
alamiahnya yang wajib kontribusi, maka bentuk BUMN tidak cocok. Jaminan sosial
bukanlah urusan usaha bisnis karena jaminan sosial justeru terbentuk sebagai jawaban
atas kegagalan usaha bisnis mewujudkan keadilan sosial dan memberikan kepastian
perlindungan yang berkelanjutan. Karena di Indonesia banyak pihak belum
memahami dan belum percaya dengan bentuk khusus Dana Amanat. Jalan keluar
yang mungkin bisa ditempuh adalah banyak BUMN khusus yang nirlaba dan aturan
mainnya di atur sendiri. Dalam SJSN tidak diatur oleh UU BUMN. Namun itupun
masih bisa menimbulkan kebingungan.
3.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Tuntutan pihak swasta untuk ikut serta terjun mengelola jaminan sosial
merupakan alternatif liberal yang dapat dipertimbangkan untuk pengelola jaminan
sosial. Negara-negara Amerika Latin sudah mencoba bentuk ini dalam skala yang
amat terbatas. Namun demikian evaluasi uji coba model Amerika Latin menunjukkan
terjadinya seleksi bias yang tidak lagi mencerminkan asas keadilan sosial yang
didambakan. Negara maju lain di dunia, termasuk juga negara paling liberal, Amerika
Serikat, masih mengelola jaminan sosial oleh suatu badan pemerintah yang
independen. Jaminan sosial yang tidak dikelola oleh badan swasta justru merupakan
jawaban atas kegagalan pihak swasta mewujudkan keadilan sosial. Jadi usulan ini
adalah kontradiktif dengan esensi diselenggarakannya jaminan sosial. Bentuk ini
hendaknya sama sekali tidak diambil pada saat ini.
Badan ini memang ideal, namun membutuhkan waktu yang cukup untuk
menggabungkan seluruh badan penyelenggara yang kini mengelola populasi atau
sektor yang berbeda (pegawai negeri dan pegawai swasta), baik dari segi teknis
maupun dana. Selain itu, kemungkinan akan ada resistensi dari mereka yang kini
mengelola, meskipun hal itu sebenarnya tidak perlu, sebab badan penyelenggara yang
ada sekarang ini merupakan Badan Usaha Milik Negara. Dengan demikian
Pemerintah dapat menentukan apakah badan penyelenggara yang ada akan digabungkan atau tidak. Namun, jika akan digabungkan menjadi satu badan penyelenggara,
proses transisinya harus dilakukan secara bijaksana tanpa ada rasionalisasi tenaga dan
tidak merugikan peserta. Ketentuan undang-undang yang baru bagi peserta baru,
terutama jaminan jangka panjang. Patut juga dipertimbangkan bahwa masing-masing
badan penyelenggara telah memiliki peraturan tersendiri.
2.
yang ada tetap beroperasi tetapi dengan satu UU JSN, artinya badan penyelenggara
yang ada menyesuaikan dengan UU-SJSN tersebut. Paling tidak, alternatif ini bisa
dilaksanakan dalam waktu dekat. Dengan satu UU JSN, lebih dapat dijamin
konsistensi dan uniformitas JSN bagi pegawai negeri, pegawai swasta dan pekerja
sektor informal. Model ini merupakan model virtual tunggal sebagai suatu sistem
nasional.
Selanjutnya untuk menjamin bahwa seluruh badan penyelenggara yang ada
melaksanakan program jaminan sosial secara konsisten, maka perlu dibentuk sebuah
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Dewan Jaminan Sosial Nasional yang akan mengawasi dan membuat kebijakan
umum program jaminan sosial. Alternatif kedua ini merupakan kombinasi
penyelenggaraan jaminan sosial menurut sektor dan menurut program. PT Jamsostek
akan tetap melayani pekerja sektor swasta ditambah sektor informal yang bisa mulai
mengikuti program jaminan sosial secara sukarela. Namun demikian, program JPK
Jamsostek dapat digabungkan dengan program Askes pegawai negeri yang dikelola
oleh PT. Askes. Dengan demikian, PT. Askes akan berkonsentrasi mengelola jaminan
kesehatan secara universal, baik untuk pegawai swasta, pegawai negeri, sektor
informal, dan penduduk miskin. Hal ini telah dilaksanakan di negara lain seperti
Taiwan, Filipina, dan Korea di akhir tahun 90-an yang lalu. Sementara itu, PT.
Taspen dan PT.ASABRI akan tetap mengelola jaminan bersifat jangka panjang untuk
kedua sektor pegawai negeri dan tentara. Akan tetapi, karena badan-badan yang ada
sekarang merupakan BUMN yang bertujuan mencari laba dan tidak konsisten dengan
prinsip-prinsip universal, maka seluruh badan penyelenggara tersebut harus diubah
menjadi suatu badan hukum nirlaba, yang merupakan badan hukum jaminan sosial
atau semacam trust fund.
Mengingat saat ini belum ada undang-undang tentang dana amanat, maka
antara lain dapat dipertimbangkan bentuk persero yang berciri khusus jaminan sosial
yaitu pengelolaannya not-for profit, yang memperoleh fasilitas perpajakan dan
dibebaskan dari kewajiban pembayaran deviden.
Praktek penyelenggaraan jaminan sosial dengan satu undang-undang untuk
masing-masing sektor dan tiap sektor memiliki satu badan penyelenggara sendiri.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Alternatif ini kurang menggambarkan sifat nasionalnya dan kurang optimum di dalam
mewujudkan solidaritas dan keadilan sosial. Potensi bervariasi manfaat dan cara
penyelenggaraan, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial, bisa sangat besar
dalam model ini. Selain ini, kemungkinan kebangkrutan satu model, misalnya sektor
informal, karena sulitnya mengumpulan iuran dari kelompok tersebut sangat besar.
Apabila ini terjadi, maka citra jaminan sosial nasional akan rusak secara keseluruhan.
Dalam model ini, perlu dibuat satu undang-undang dan satu badan
penyelenggara untuk pegawai negeri, pekerja swasta, petani, sektor informal, dan
sebagainya. Tiap badan penyelenggara dapat mengelola berbagai program, misalnya
badan jaminan sosial pegawai negeri akan mengelola dana pensiun, jaminan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian sekaligus. Penanggung
jawab badan-badan tersebut diletakkan kepada menteri-menteri terkait.
3.
nasional yang mengelola jaminan sosial dasar untuk seluruh program, tanpa
mengganggu badan yang ada. Badan-badan yang ada dikonversi menjadi badan
penyelenggara jaminan sosial tambahan. Kelemahan badan baru ini adalah mahalnya
biaya pembentukan badan baru dan tidak optimalnya penyelenggaraan jaminan sosial,
karena tiap sektor atau tiap pegawai akan memiliki dua jaminan sosial sekaligus yang
juga bersifat wajib. Hal ini sangat tidak lazim. Penambahan lembaga baru artinya
akan menambah besaran iuran, baik bagi peserta maupun pember kerja. Selain itu,
manfaat jaminan sosial yang ada saat ini masih belum memadai sebagai manfaat
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
b.
c.
d.
Menjadi perhatian semua orang dan karenanya lebih terjaga karena semua
pihak berkepentingan. Sustainabilitas menjadi tinggi.
e.
f.
g.
Akumulasi dana (very large pool) jangka panjang yang bermanfaat bagi
sumber pembiayaan pembangunan.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
h.
Kontrol pada sebagian kecil orang di pusat yang mudah terjadi manipulasi
oleh kekuasaan.
i.
j.
k.
l.
o.
2.
b.
Secara teknis tidak banyak gejolak dari badan penyelenggara atau pihak lain
yang terkait.
c.
Mempunyai pool yang tetap besar apabila jumlah badan penyelenggara tetap
seperti sekarang.
d.
Dapat tercipta virtual competition apabila tetap berada di bawah satu DJSN.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
b.
c.
Tingkat kompetisi semakin tinggi yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan jumlah perwakilan dari masing-masing sektor dapat lebih banyak.
d.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
e.
f.
g.
Untuk program kesehatan, solidaritas sosial semakin terbatas dan menimbulkan konflik.
h.
Pada penyelenggaraan untuk satu keluarga yang bekerja pada sektor berbeda.
i.
j.
k.
l.
4.
Pembentukan satu badan JS Dasar untuk seluruh penduduk, yang ada menjadi
program tambahan:
a.
b.
c.
d.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
e.
f.
Akan menambah beban iuran yang lebih tinggi pada saat keadaan ekonomi
sulit.
g.
Manfaat yang diberikan oleh BP JSD akan sangat kecil, tidak memadai atau
hanya teoritis belaka.
Kelemahan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Lanjutan tabel.
4. Perusahaan tidak perlu melakukan
perubahan peraturan perundangundangan yang selama ini menjadi
dasar hukum pembentukan, pengelolaan dan operasional perusahaan.
5. Tidak perlu melakukan pembubaran
badan penyelenggara yang ada.
6. Telah ada sistem akuntansi dan
pelaporan pertanggung jawaban
keuangan.
7. Pengawasan dan pemeriksaan dilaksanakan dengan baik oleh BPK/
BPKP/Kantor Akuntan Publik.
8. Dalam hal Perusahaan Perseroan
(Persero) tidak dapat memenuhi
kewajiban-kewajibannya terhadap
Pegawai Negeri Sipil, maka negara
bertanggung jawab penuh untuk itu
(Pasal 14 PP No. 25 Tahun 1981
tentang Asuransi Sosial Pegawai
Negeri).
9. Dengan bentuk BUMN dimungkinkan untuk menerima penugasan
khusus dari negara/pemerintah
sesuai UU No. 19 Tahun 2003
tentang BUMN dan peraturan
pelaksanaan yang terkait.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Kelemahan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
yang menyelenggarakan program jaminan sosial berdasarkan jenis program dari lima
program jaminan sosial yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun
2004. Untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari konsep tersebut, dapat diuraikan
pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4. Pembentukan BPJS dengan Pendekatan Program
Kelebihan
Kelemahan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Kelemahan
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
b.
c.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
(board of trustees), (b) Badan Usaha Milik Negara, dan (c) Badan Usaha
Milik Swasta (free choice).
B. Saran
1.
2.
Untuk terlaksananya jaminan sosial yang merupakan hak dasar bagi setiap
warga negara, tidak akan berjalan baik bila tanpa pengawasan dan
penegakan hukum yang konsisten, oleh sebab itu perlu memastikan
berfungsinya pengawasan dan penegakan hukum.
3.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdurrahman. 1980. Beberapa Pokok Pikiran di Sekitar Pembinaan Hukum Ekonomi
di Indonesia, Jakarta, BPHN.
Bambang Sunggono. 2001. Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), Jakarta,
RajaGrafindo Persada.
Bismar Nasution. 2003. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan
Hukum dan Hasil Penulisan pada Majalah Akreditasi, Medan, FH-USU.
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. 2006.
Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia, Jakarta, German Technical
Cooperation.
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia.
Munir Fuady. 2003. Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Bandung, Citra Aditya
Bakti.
Purwoko Bambang. 1999. Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya, Jakarta,
Meganet Dutatama.
Sunaryati Hartono. 1972. Beberapa Masalah Transnasional dalam Penanaman
Modal Asing di Indonesia, Bandung, Binacipta.
--------------------------. 1982. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung,
Binacipta.
Soerjono Soekanto. 1980. Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, Rajawali Pers.
--------------------------. 1981. Fungsi Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung,
Alumni.
Tim SJSN. 2004. Naskah Akademis UU Nomor 40 Tahun 2004 mengenai Sistem
Jaminan Sosial Nasional, Jakarta, Kantor Menkokesra.
W. Poespoprodjo. 1987. Interspretasi, Bandung, Remadja Karya.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008
Jurnal/Makalah:
Bappenas, Membangun Sistem Jaminan Sosial yang Dapat Terlaksana, Efisien dan
Adil Rumusan Hasil Seminar, dengan tema: Menuju Suatu Sistem Jaminan
Sosial yang Dapat Diimplementasikan, Rumusan Hasil Seminar, Jakarta,
Agustus 2004
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan
Ekonomi, Pidato Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap dalam
Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Medan, Universitas Sumatera Utara,
2004.
Bismar Nasution, Menuju Sistem Pengelolaan BUMN yang Efektif dan Efisien,
disampaikan pada Sosialisasi UU BUMN dan Peraturan Pelaksanaannya
Serta Eksistensinya dalam Sistem Pembinaan dan Pengelolaan BUMN,
Medan, 14 Desember 2005.
Normin S. Pakpahan, Perangkat Hukum dalam Rangka Menghadapi Era
Perdagangan Bebas, Majalah Hukum Nasional, No. 2 Tahun 2002, BPHN
Departemen Kehakiman dan HAM RI.
R. Ibrahim, Landasan Filosofis dan yuridis keberadaan BUMN, Sebuah Tinjauan,
Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26 No.1 Tahun 2007.
Peraturan Perundang-undang:
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995, tentang Perseroan Terbatas.
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Ahmad Ansyori : Analisis Terhadap Tujuan Pendirian BUMN Persero Dalam Undang-Undang BUMN, 2008
USU e-Repository 2008