Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
Firman
PEMBIMBING:
dr. Wahyudi, Sp.An-KAP
BAGIAN ANESTESI, PERAWATAN INTENSIF DAN MANAJEMEN NYERI
FAKULTAS KEDKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSSAR
2015
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Memperpendek durasi preoksigenasi yang efektif,
akan memberikan manfaat dalam situasi darurat seperti gawat janin dll. Penelitian ini
bertujuan
untuk
membandingkan
tingkat
keamanan
setelah
preoksigenasi
Pendahuluan
Preoksigenasi maksimal sebelum induksi anestesi umum sangat penting dalam
situasi sulit intubasi/ventilasi masker.[1,2] Namun dalam situasi klinis tertentu seperti
gawat janin, keadaan darurat mengancam jiwa, dll., waktu preoksigenasi yang lebih
pendek akan lebih tepat, jika seefektif dengan pernapasan volume total (TVB) dengan
O2 100% dalam 3 menit. Kami bertujuan untuk membandingkan tingkat keamanan
setelah preoksigenasi menggunakan 8 pernapasan kapasitas vital (VCB) dalam 1
menit dan TVB selama 3 menit, dengan menilai perubahan tekanan parsial oksigen
arteri dan waktu apnea yang dibutuhkan untuk menginduksi desaturasi.
Bahan dan metode
Agar perbedaan nilai rata-rata dari dua parameter penting, PaO2 (215,13
47,76 vs 327,49 56,3, P <0,00005) dan waktu desaturasi (3,70 0,44 vs 4,70
0,27, P <0,005) dalam studi sebelumnya oleh Singh et al [3] cukup tinggi, sampel
minimum awalnya dihitung dengan tingkat kepercayaan 80% dan kekuatan 90 %,
cukup rendah. Oleh karena itu, sampel akhirnya dihitung dengan tingkat kepercayaan
99% dan kekuatan 99% dan masing-masing kelompok diperlukan 10 pasien untuk
mendapatkan hasil yang signifikan secara statistik.
Maka, 20 pasien American Society of Anesthesiologist kelas I dan II baik lakilaki maupun perempuan, usia 20-60 tahun, yang dijadwalkan pembedahan dibawah
prosedur GA dengan intubasi endotrakeal yang membutuhkan pemantauan tekanan
darah (BP) invasif, dimasukkan dalam uji klinis acak ini, yang dilakukan dari
September 2012 hingga Mei 2013. Pasien dengan penyakit jantung iskemik, penyakit
paru obstruktif kronis dengan obesitas (indeks massa tubuh >30), anemia dan yang
diantisipasi dengan jalan nafas sulit, dieksklusi dalam uji klinis ini. Persetujuan
komite etika rumah sakit dan persetujuan tertulis dari semua pasien telah diperoleh
sebelum uji klinis ini.
Pasien secara acak dimasukkan kesalah satu dari dua kelompok dengan urutan
yang dihasilkan dari nomor acak menggunakan komputer. Kelompok A, dengan TVB
selama 3 menit menggunakan aliran oksigen 5 l/menit, sedangkan Kelompok B
dengan 8 VCB selama 60 detik menggunakan aliran oksigen 10 l/menit.
Setelah dilakukan pemasangan kateter intravena di ruang operasi, terpasang
pula finger probe pulse oxymeter pada jari, pengukur tekanan darah noninvasif dan
elektrokardiogram pada pasien. Pengambilan data yang baik dapat dipastikan dengan
pulseoxymeter. Kanulasi arteri radialis (22G) dibawah anestesi lokal dilakukan untuk
pengambilan sampel darah arteri dan pemantauan tekanan darah invasif. Teknik
preoksigenasi yang digunakan adalah sistem anestesi sirkular dengan reservoir bag
kapasitas 3 L dan masker yang ketat berukuran sesuai dengan wajah.
Setelah preoksigenasi dengan metode tersebut, induksi anestesi dicapai
dengan propofol 2-2,5mg/kgBB, diikuti dengan suksinilkolin 2mg/kgBB viaintravena (IV). Ventilasi tekanan positif tidak diberikan, dan waktu dimana pasien
menjadi apnea dicatat, yaitu waktu dimana berhentinya gerakan reservoir bag
dan/atau EtCO2 menunjukkan garis datar. Laringoskopi dimasukkan segera dengan
hati-hati, setelah 1 menit pemberian succinylcholine kemudian trakea diintubasi
dengan ETT cuff 7-8 mm ID, yang tetap terbuka ke atmosfer ruangan tanpa
pemberian ventilasi tekanan positif.
Vecuronium 0,1 mg/kgBB dan midazolam 0,05 mg/kgBB via-IV diberikan
masing-masing untuk mencegah pasien kembali bernapasan spontan dan tersadar.
Posisi ETT yang tepat dikonfirmasi dengan menggunakan bronkoskop fiberoptik.
SpO2, denyut jantung (HR), tekanan darah sistolik (SBP), tekanan darah diastolik
(DBP) dan mean arterial pressure (MAP), dipantau dengan ketat. Waktu disaat
desaturasi mencapai 90% dicatat, setelah itu segera dilakukan bag ventilation dengan
O2 aliran 100 % pada pasien. Titik desaturasi maksimum juga dicatat, dan ventilasi
terus dilakukan hingga saturasi mencapai 98-100%. Kemudian, diberikan anestesi
inhalasi, dan pasien dihubungkan ke ventilator.
Sampel gas darah arteri diambil sebelum induksi yaitu ketika pasien
menghirup udara ruangan (baseline), segera setelah preoksigenasi dan juga saat
desaturasi 90% untuk dilakukan penilaian pada PaO 2, PaCO2 dan pH. SpO2, HR, SBP,
DBP dan MAP juga dicatat pada tiga waktu tersebut. Selama pengambilan data, jika
ditemukan takikardia (HR> 100 / menit) atau hipertensi (SBP> 160 mmHg), tindakan
anestesi diperdalam dengan propofol 30 mg bolus IV. Dalam kasus dengan takikardia,
hipertensi atau aritmia yang berkelanjutan, walaupun dengan saturasi >90%, pada
pasien segera diberikan ventilasi dan dikeluarkan dari analisis statistik.
Hasil
Untuk menguji signifikansi statistik pada perbedaan nilai rata-rata antara
kedua kelompok digunakan uji t-test. Agar perbedaan nilai rata-rata pada baseline
secara statistik signifikan untuk PaCO2, pada variabel ini, kedua kelompok
dibandingkan untuk signifikansi statistik dengan menilai perbedaan pada besarnya
perubahan persentasi.
Distribusi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan didapatkan
sebanding pada kedua kelompok [Tabel 1]. Perbandingan SpO 2 pada baseline, setelah
preoksigenasi maupun pada desaturasi maksimal tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara kelompok [Tabel 2]. Hasil pengamatan yang sama juga ditunjukkan
saat SBP, DBP, MAP dan HR dibandingkan [Tabel 3 dan 4].
Tabel 1: Perbandingan karakteristik demografi
Variabel
Kelompok
Usia dalam tahun
Kelompok A
Kelompok B
Berat badan dalam Kg
Kelompok A
Kelompok B
Tinggi badan dalan cm
Kelompok A
Kelompok B
Mean SD
47.9012.17
49.708.81
67.709.99
65.409.78
167.5011.78
162.506.80
P
0.709
0.609
0.260
Kelompok
SpO2
Mean SD
99.101.10
48.801.48
100
100
89.101.10
88.401.90
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok A
Kelompok B
Setelah preoksigenasi
Desaturasi maksimum
P
0.613
0.326
Setelah
preoksigenas
i
Desaturasi
maksimum
Kelompok B
3
137.4018.
Kelompok A
16
143.3011.
Kelompok B
89
139.3023.
Kelompok A
67
159.907.0
Kelompok B
6
152.7015.
85
0.63
9
0.20
6
DBP
Mean SD
84.007.5
p
0.964
7
84.2011.
73
87.308.3
100.636.4
p
0.725
2
101.939.5
0.679
0
84.4020.
15
96.102.6
MAP
Mean SD
3
105.978.6
0.625
5
102.7018.
0.663
92
117.373.1
4
93.2020.
3
113.0317.
51
81
0.458
SBP = Systolic blood pressure, DBP = Diastolic blood pressure, MAP = Mean arterial pressure, SD = Standard
deviation
Setelah
preoksigenas
i
Desaturasi
maksimum
Kelompok B
81.409.76
Kelompok A
82.906.42
Kelompok B
89.1011.2
Kelompok A
2
95.002.26
Kelompok B
95.9014.3
PaO2
pH
Mean SD
0.61
85.214.65
0.135
0.14
7
0.84
7
91.1611.1
0
345.1620.
80
439.0562.
20
62.944.80
Mean SD
7.410.05
p
0.947
7.410.05
<0.00
1
0.826
63.394.20
7.390.06
0.013
7.450.04
7.280.05
0.613
7.290.03
9
HR = Heart rate, SD = Standard deviation
Kelompok A
Kelompok B
Mean SD
40.313.40
36.823.80
9.555.08
8.606.19
0.044
52.418.36
61.5113.35
0.105
0.579
Diskusi
6.871.78
REFERENSI
1. Farmery AD, Roe PG. A model to describe the rate of oxyhaemoglobin
desaturation during apnoea. Br J Anaesth 1996;76:284-91.
2. Benumof JL, Dagg R, Benumof R. Critical hemoglobin desaturation will occur
before return to an unparalyzed state following 1 mg/kg intravenous
succinylcholine. Anesthesiology 1997;87:979-82.
3. Singh B, Afzal L, Kaur B, Osahan NK. Comparison of preoxygenation by
maximal breathing and tidal volume breathing techniques. Indian J Anaesth
2006;50:209-13.
4. Rooney MJ. Pre-oxygenation: A comparison of two techniquesusing a Bain
system. Anaesthesia 1994;49:629-32.
5. Nimmagadda U, Salem MR, Joseph NJ, Lopez G, Megally M, Lang DJ, et al.
Efficacy of preoxygenation with tidal volume breathing. Comparison of breathing
systems. Anesthesiology 2000;93:693-8.
6. Campbell IT, Beatty PC. Monitoring preoxygenation. Br J Anaesth 1994;72:3-4.
7. Berry CB, Myles PS. Preoxygenation in healthy volunteers: A graph of oxygen
washin using end-tidal oxygraphy. Br J Anaesth 1994;72:116-8.
8. Nimmagadda U, Chiravuri SD, Salem MR, Joseph NJ, Wafai Y, Crystal GJ, et al.
Preoxygenation with tidal volume and deep breathing techniques: The impact of
duration of breathing and fresh gas flow. Anesth Analg 2001;92:1337-41.
9. Baraka AS, Taha SK, Aouad MT, El-Khatib MF, Kawkabani NI. Preoxygenation: