You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

AN A DENGAN HIDROCEFALUS
DIRUANG DAHLIA RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO

DISUSUN OLEH

Kelompok IV

1.
2.
3.
4.
5.

AGITYA YOHANA
MARLENA
MIA KURNIASARI
RENNY YANUANTATI
YULI SUSANTI

( 1611512008)
( 1611512036)
( 1611512007)
( 1611512003)
( 1611512016)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MITRA LAMPUNG
2016
ASUHALAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HIDROCEFALUS

DISUSUN OLEH

Kelompok IV

1.
2.
3.
4.
5.

AGITYA YOHANA
MARLENA
MIA KURNIASARI
RENNY YANUANTATI
YULI SUSANTI

( 1611512008)
( 1611512036)
( 1611512007)
( 1611512003)
( 1611512016)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MITRA LAMPUNG
2016

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIDROCEFALUS

I.

DEFINISI
-

Hidrocefalus adalah akumulasicairan cerebro spinal ventrikel serebral, ruang


subaracnoid atau ruang subdural
( Suriadi dan yuliani, 2001)

Hidrocefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan serebrospinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi
sehingga tempat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebrospinal
( Ngastiyah, 2007)
Hidrocefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung meningkatkan kecepatan absorbs
oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya
tekanan intracranial menyebabkan terjadinya pelebaran ruang ruang yang
mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)

II.

Jenis Hidrocefalus dapat diklasifikasikan menurut


a. Waktu Pembentukan
1. Hidrocefalus Congenital yaitu Hidrocefalus yang dialami sejak dalam kandungan
dan berlanjut setelah dilahirkan.
2. Hidrocefalus Akiuisita yaitu Hidrocefalus yang terjadi setelah bayi bayi dilahirkan
atau terjadi karena factor lain setelah bayi dilahirkan ( Harsono, 2010)
b. Proses terbentuknya hidrocefalus
1. Hidrocefalus Akut yaitu Hidrocefalus yang terjadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbs CSS (Cairan Serebrospinal)
2. Hidrocefalus Kronik yaitu Hidrocefalus yang terjadi setelah cairan CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu.(Aninim, 2007)
c. Sirkulasi Cairan Serebrospinal
1. Commuricating yaitu kondisi Hidrocefalus dimana CSS masih bisa keluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
2. Non Commuricating yaitu kondisi hidrocefalus dimana sumbatan aliran css yang
terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan ventrikel
ventrikel otak ( Anonim, 2003 )
d. Proses Penyakit
1. Aquiret yaitu Hidricefalus yang disebabkan oleh infeksi yang mengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkus otak ( meninges)
2. Ex Vacuo yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stoke atau cedera traumatis
yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atau atropi(Anonim,
2003)
ETIOLOGI
Penyumbatan aliran scc sering terdapat pada anak dan bayi ialah

1. Kongenital
Disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim atau infeksi intrauterine
meliputi
Stenosis aquaduktus Sylvi
Spina bifida dan cranium bifida
Syndrom Dandy Walker
Kista araknoid dan anomaly pembulu darah
2. Didapat
Disebabkan oleh infeksi , neoplasma atau perdarahan
-Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlengketan meningen secara patologis terlihat
-

penebalan jaringan piameter dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Neoplasma
Hidrocefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap aliran css. Pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvi
bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebellum, penyumbatan

bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma


Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi

III.

akibat organisasi dari darah itu sendiri.


MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik hidrocefalus dibagi menjadi 2 yaitu
Anak dibawah usia 2 tahun dan anak diatas usia 2 tahun
1. Hidrocefalus dibawah usia 2 tahun
Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala
- Ubun-ubun besar melebar, teraba tegang / menojoldan tidak berdenyut.
- Dahi Nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran
-

vena vena kulit kepala.


Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cractied pot sign, yaitu
bunyi seperti pot kembung yang retak pada perkusi
Perubahan bola mata
o Bola mata berotasi kebawah oleh karena ada tekanan dan penipisan tulang
supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan akan seperti

matahari yang akan terbenam.


o Strobismus divergent
o Reflek pupil lambat
o Atropi N II oleh karena kompensasi vertikel pada chiasma optimum.
o Popil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrosefalus pada anak diatas 2 tahun.

Yang lebih menonjol disitu ialah gejala-gejala peninggian tekanan introkranial


oleh karena pada usia ini ubun ubun sudah tertutup.

4. PATOFISIOLOGI
KONGENITAL

INFEKS
I

TRAUM
A

NEOPLASM
A

Gg VASKULER

Dilakukan
tindakan
operasi
shunting

Belum
tau
penyakit
pengalaman
pertama
di
rawat

DEGENERAT
IF

HIDROSEFAL
US
-

Pembesaran kepala
Tekanan intra kranial
meningkat
Perubahan
tandatanda vital inafus
dalam nadi lambat,
hipertermi/hipotermi,
muntah,
nyeri
kepala,
oedema
pupil.

Perfusi
serebral
efektif.

Gangguan kesadaran
Kejang
Gangguan sensorik
Penurunan kehilangan
kemampuan aktivitas
Perubahan
pupil
dilatasi
Gangguan penglihatan
diplobia, kabur, ursus
menurun.

jaringan
tidak

Resiko
infeksi

Kurang
pengetahuan

Resiko cidera

5. Kebutuhan Cairan dan Kalori

Bayi dan anak dimasa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Biasanya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum
matur dibandingkan ginjal orang dewasa.
Perkiraan kebutuhan cairan tubuh berdasarkan usia dan BB
USIA

BB/KG

KEBUTUHAN(ML)/24JAM

3 hr
1 thn
2 thn
6 thn
10 thn

2,0
9,5
11,8
20,0
18,7

250 300
1150 1300
1350 1500
1800 2000
2000 2500

Rumus kebutuhan air pada anak


BB
1-10 kg

kebutuhan air/hr
100 mI / kg B

11-20 kg
1000 ml/50 ml/hgb
diatas 10 kg
> 20
diatas 20 kg

1500 ml/20ml/kgBB

14 thn 45,0
2200 2700
18 thn 54,0
2200 2700
Nutrisi : Menurut konsep dasar keperawatan anak yupi suparti skp,Msc. Setiap anak

mempunyai karakteristik yang khas dalam mengkonsumsi makanan. Zat gizi.


6. Komplikasi
- Peningkatan TIK
- Kerusakan otak
- Infeksi : septikemia, endokraditis, linfesi luka, nefritis, merungitis, ventrikulitis, abses
-

otak.
Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
Hematome subdural, peritonitis, abses abdomen, perparasi organ dalam rongga abdomen,

fistula, hernia dan ileus.


- Kematian
7. Pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan fisik
o Pengukuran lingkaran kepala secara berkala
o Transiluminasi
- Pemeriksaan darah
o Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
- Pemeriksaan cairan serebrospiral
o Analisa cairan serebrospiral pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
-

untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada sisa infeksi.
Pemeriksaan radiologi
o X-foto kepala : tampak kranum yang membesar atau sutura yang melebar.
o Usg kepala : dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
o Ct Scan kepala : untuk mengetahui adanya pelebaran vertikel dan sekaligus

mengevaluasi struktur struktur intraserebral lainnya.


8. Therapy
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS.
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbs.
c. Pengeluaran likuor CSS kedalam organ eksternal.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resobsirnya.
2. Penanganan alternatif/ selain shunting.

Misalnya pengontrolan kasus yang mengalami intosikasi vitramin A, reseksi atau


perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar
ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endostropik.
3. Operasi pemasangan pintas ( shunting )
Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara likuor dengan kavitas drainase.
Pada anak-anak lokasi drainase yang dipilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan
serebrospinalis di drainase dari vertikel. Namun kadang ada hidrosefalus komunikans
ada yang di drain rongga subaraknoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan
pemantauan. Kelancaran dan fungsi alat shunk yang dipasang. Infeksi pada shunt
meningkatkan resiko cairan kerusakan intelektual, lokuiasi ventrikel dan bahkan
kematian.
10. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit/ keluhan utama muntah, gelisah, nyeri kepala, lethargi, lelah, apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perfer.
b. Riwayat perkembangan
- Kelahiran prematur, lahir dengan pertolongan. Pada waktu lahir menangis keras atau
-

tidak.
Kekejangan : mulut dan perubahan tingkah laku
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Anak dapat melihat keatas atau tidak
- Pembesaran kepala
- Dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh darah terlihat jelas.
b. Palfasi
- Ukur lingkaran kepala : kepala semakin membesar
- Fontanela : keterlambatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang,
keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan mata
- Akomodasi
- Gerakan bola mata

Luas lapang pandang


Konvergensi
Didapatkan hasil alis mata dan bulu mata keatas tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystagmus, atropi optic

3. Observasi tanda-tanda vital


Didapatkan data data sebagai berikut :
-

Peningkatan sistole tekanan darah


Penurunan nadi/ bradicardia
Peningkatan frekuensi pernafasan

II. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d. kerusakan transport oksigen ke otak.
Tujuan : setelah dilakukan askep ..... x 24 jam perfusi jaringan serebral adekuat dengan kriteria.
Tekanan intra kranial N, Rr = normal. Suhu 36 37Oc, muntah tidak ada, nyeri kepala
berkurang.
Intervensi
1. Monitor tanda tanda vital
2. Hitung dan monitor tekanan intrakranial
3. Monitor seatus neorologis
4. Monitor intake dan output
5. Berikan posisi tidur 30 45 derajat celcius
6. Ajarkan manajemen nyeri
7. Monitor RBC dan suhu tubuh
2. Periksa infeksi b.d. faktor resiko : prosedur infasiv, penekanan respon inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan askep ..... x 24 jam klien mampu menunjukkan status imun dengan
kriteria hasil :
-

Tidak didapatkan infeksi berulang


BB SSI dengan yang diterapkan
Temperatur N 36-37derajat celcius
Sel darah putih WBC absolut pada batas normal

Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bersihkan lingkungan secara rutin


Anjurkan orang tua untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Pertahankan lingkungan aseptik setiap tindakan invasif.
Berikan intake nutrisi yang adekuat.
Atur pemberian antibiotik
Ajarkan kepada keluarga tnda-tanda infeksi
Monitor TTV
Kolaborasi pemberian antibiotik

3. Resiko cidera b.d. faktor resiko gangguan sistem saraf pusat.


Tujuan :
Setelah dilakukan askep

..... x 24 jam klien mampu menunjukkan kontrol resiko dengan

kriteria:
-

Memonitor faktor resiko dari lingkungan


Mengatur strategi pengontrolan resiko seperti yang dibutuhkan

Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.

Identifikasi defisit fisik atau kognitif


Identifikasi karakteristik lingkungan
Monitor balans dan kelemahan ketika ambulasi
Sediakan alat bantu untuk ambulasi
Bantu aktivitas ambulasi

4. Kurang pengetahuan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan setelah dilakukan askep .... x 24 jam, klien mampu menunjukkan pengetahuan proses
penyakit dengan kriteria mendeskripsikan proses penyakit, faktor penyebab, efek, tanda dan
gejala.
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.

Tentukan tingkat pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan proses penyakit.


Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungan dengan anatomi dan fisiologi.
Gambarkan tanda dan gejala penyakit,
Sediakan informasi tentang kondisi pasien.
Ajarkan prosedur/ penatalaksanaan.

12. Daftar Pustaka


-

Hasan, rupseno,1985, buku kuliah ilmu kesehatan anak II, jakarta, bagian ilmu kesehatan

anak FK UI.
Lismidar, 1990, proses keperawatan, jakarta, UI.
Price,S.A.1988, Patofisiologi konsep klinik proses proses penyakit, bag II, terjemahan
Adji Dharma, buku kedokteran EGC. Jakarta.

You might also like