Professional Documents
Culture Documents
B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti.
Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan,
infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV),
Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet
dan pewarna kimia).
C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Penyakit
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu
penyakit Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya
memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan
1
perut.
Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar
D. PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan
organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau
diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah
digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat
segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem
2
limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar
limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama
beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi
pertumbuhan sel-sel limfoma.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini
tidak lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Pada limfoma nonHodgkin, dapat tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain misalnya pada
traktus digestivus atau pada organ-organ parenkim.
2. Demam tipe pel Ebstein dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang
diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau
beberapa minggu.
3. Gatal-gatal
4. Keringat malam
5. Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.
6. Nafsu makan menurun.
7. Daya kerja menurun
8. Terkadang disertai sesak nafas
9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)
10. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih
lambat, sedangkan pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan
relatif lebih cepat bermetastasis ke tempat yang jauh.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering meninggi dan
kemungkinan ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat diketahui
dari meningkatnya alkali fosfatase, SGOT, dan SGPT.
2. Radiologi
a.Foto thoraks
b.
Limfangiografi
3
c.USG
d.
CT scan
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan terutama ditentukan oleh stadium penyakitnya, dan bukan oleh jenis
histologinya. Penyakit Hodgkin potensial dapat disembukan dengan radioterapi, selama
masih terbatas pada rangkaian nodus limfe, limfa dan orofaring. Pasien yang penyakitnya
belum menyebar harus mendapat radiasi dengan dosis yang cukup tinggi untuk
menghancurkan tumor tidak hanya pada nodus tumor yang jelas tampak tetapi juga pada
nodus di sekitarnya dan rangkaian nodus limfatikus. Bila ada tanda penyebaran di luar
daerah yang dapat ditangani tentu saja secara otomatis tidak memungkinkan pasien untuk
menjalani program tersebut dimana pada kasus tersebut dapat diberikan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi paliatif.
Terapi yang diberikan pada penderita limfoma maligna yaitu :
1. Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor
keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak membutuhkan
pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi
limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.
2. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat
disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang tinggi pada
pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat
utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi
dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/ obstruksi
anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran
seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding dengan khemoterapi.
3. Khemoterapi
a. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten
yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan limfoma maligna
keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit tingkat
lanjut.
b. Terapi
kombinasi.
(misalnya
COP
(cyclophosphamide,
oncovin,
dan
prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah atau
sedang berdasakan stadiumnya.
H. KOMPLIKASI
d. Badan Lemah
e. Mengeluh nyeri pada benjolan
f. Nafsu makan berkurang
2. Data Obyektif
a. Timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak atau pangkal
paha.
b. Wajah pucat
3. Kebutuhan dasar
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
b. Sirkulasi
Gejala :
Tanda
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus
limfa adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi
duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
c. Integritas Ego
Gejala :
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung
pada keluarga.
Tanda :
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali)
Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau
lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda :
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
f. Neurosensori
Gejala :
7
Tanda :
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang
umum (keterlibatan tulang limfomatus).
Dispnea, takikardia
i. Keamanan
Gejala :
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer
tinggi virus Epstein-Barr).
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala
infeksi.
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
Faktor resiko keluarga (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin
dari pada populasi umum)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
2. Nyeri b.d agen cedera biologi
3. Hipertermi b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ketidakseimbangan
Setelah diberikan
1. Kaji riwayat
1. Mengidentifikasi
asuhan keperawatan
nutrisi,
defisiensi nutrisi
selam 3 x 24 jam
termasuk
mual, muntah
diharapkan
kebutuhan nutrisi
klien dapat terpenuhi
dengan kriteria hasil:
1. Menunjukkan
peningkatan berat
badan/berat
badan stabil
2. Nafsu makan
klien meningkat
3. Klien
menunjukkan
perilaku
perubahan pola
makanan yang
disukai
2. Observasi dan
catat masukan
makanan klien
3. Timbang berat
badan klien tiap
hari
Setelah diberikan
biologi
asuhan keperawatan
masukan kalori
3. Mengawasi
penurunan berat
badan dan
intervensi nutrisi
4. Berikan makan
4. Meningkatkan
sedikit namun
pemasukan kalori
frekuensinya
sering
juga untuk
mencegah
5. Kolaborasi
dalam
pemberian
suplemen
selanjutnya
2. Mengawasi
efektivitas
hidup untuk
mempertahankan
intervensi
nutrisi
1. Kaji skala nyeri
dengan PQRST
distensi gaster
5. Meningkatkan
masukan protein
dan kalori
1. Untuk
mengetahui skala
diharapkan nyeri
klien
untuk
berkurang/hilang
mempermudah
dengan Kriteria
dalam
Hasil :
1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak
meringis
3. Klien tidak
2. Ajarkan klien
teknik relaksasi
dan distraksi
menentukan
intervensi
selanjutnya
2. Teknik relaksasi
dan distraksi
memegang
yang diajarkan
daerah nyeri
kepada klien,
dapat membantu
3. Kolaborasi
dalam
10
dalam
mengurangi
pemberian obat
persepsi klien
analgetik
terhadap nyeri
yang dideritanya
3. Obat analgetik
dapat mengurangi
atau
menghilangkan
nyeri yang
diderita oleh
Setelah diberikan
efektifnya
asuhan keperawatan
termoregulasi sekunder
selama (3 x 24 jam)
dapat mengetahui
terhadap inflamasi.
diharapkan suhu
keadaan
dalam keadaan
mengambil
normal dengan
1.
klien
Observasi suhu 1. Dengan
tubuh klien.
2.
Berikan
kompres hangat
pada dahi,
normal (35,9-37,5
derajat celcius).
3.
lipatan paha.
Anjurkan dan
memantau
tindakan dengan
tepat.
2. Kompres
dapat
menurunkan suhu
tubuh klien.
berikan minum
yang banyak
4.
3. Dengan
banyak
kepada klien
minum
(sesuai dengan
diharapkan dapat
kebutuhan
membantu
cairan tubuh
menjaga
klien).
Kolaborasi
keseimbangan
dalam
pemberian
antipiretik
cairan
dalam
tubuh klien.
4. Antipiretik
dapat
menurunkan suhu
11
tubuh.
4
Kurang pengetahuan
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
komunikasi
dalam melakukan
informasi
sela 1 x 24 jam
terapiutuk kepada
prosedur
diharapkan
klien dan
terpiutuk kepada
1. Berikan
keluarga klien
2. Berikan KIE
1. Memudahkan
klien
2. Klien dan
mengenai proses
keluarga klien
penyakitnya
dapat mengetahui
proses penyakit
keluarga klien
yang diderita
1. Klien dan
oleh klien
keluarga klien
dapat memahami
proses penyakit
klien
2. Klien dan
keluarga klien
mendapatkan
informasi yang
jelas tentang
penyakit yang
diderita oleh
klien
3. Klien dan
keluarga klien
dapat mematuhi
proses terapiutik
yang akan
dilaksanakan
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
12
E. EVALUASI
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai,
sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan, perawat perlu
mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diketahui.
Adapun evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan limfoma maligna yaitu :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil, nafsu makan klien
meningkat, klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan
berat badan yang sesuai
2. Klien mampu menunjukan tidak adanya tanda-tanda hipertermi, suhu tubuh klien
dalam rentang normal
3. Skala nyeri 0-3, wajah klien tidak meringis, klien tidak memegang daerah nyeri
4. Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien, klien dan keluarga
klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita oleh klien,
klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
2013.
Laporan
Pendahuluan
Limfoma
Maligna.(
dalam
13
14