Professional Documents
Culture Documents
OS Pterygium
Pembimbing :
dr. Teguh Anamani, Sp.M
Disusun oleh:
Sudjati Adhinugroho
G4A014078
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Sudjati Adhinugroho G4A014078
Pada tanggal : Maret 2015
Mengetahui,
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
: 79 Tahun
Perkerjaan
: Petani
KELUHAN UTAMA
Penglihatan kabur
ANAMNESIS
Pasien berusia 79 tahun datang ke poliklinik mata RSMS diantar oleh
anaknya pada tanggal 31 Maret 2015 dengan keluhan penglihatan kabur pada
mata kiri. Penglihatan kabur pada mata kiri sudah dirasakan sejak 1 tahun
sebelum datang ke poliklinik. Keluhan semakin hari semakin memburuk dan
cukup mengganggu. Pasien menyangkal timbulnya rasa gatal dan nrocos.
Sebelumnya pasien mengakui pernah mengalami keluhan serupa pada
mata kanannya. Pada keluhan sebelumnya pasien mengakui menjalani tindakan
bedah di poliklinik mata RSMS. Pasien menyangkal adanya alergi, riwayat
penyakit kencing manis, maupun hipertensi. Tidak ada keluarga yang memiliki
keluhan serupa.
STATUS PRESEN
Keadaan umum/ kesadaran: baik/ compos mentis
TD
: 130/80mmHg
RR
: 20X/menit
:80x/menit
: 36,5 C
STATUS OFTALMOLOGIK
OCULUS DEXTER
0.2 F
PH 0,4 F
Eksoftalmus (-), gerak bebas
ke segala arah
Madarosis (-), trikiasis (-)
Edema (-), hiperemis (-)
VISUS
VISUS dg KACAMATA
SENDIRI
VISU KOREKSI
OCULUS SINISTER
3/60
-
RINGKASAN
Identitas : Tn. S, 79 tahun
Anamnesis
RPK: keluarga dan orang terdekat tidak ada memiliki keluhan yang serupa
RP Sos-Ek: petani
Pemeriksaan
N 80x/menit RR 20x/menit
S 36,5 C
Status lokalis:
OS
o Konjungtiva: Terlihat infiltrat fibrovaskular berbentuk segitiga
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Pseudopterygium
Pannus
Kista dermoid
Pinguekula
DIAGNOSIS KERJA
OS Pterygium
TERAPI
PROGNOSIS
OD
OS
Quo ad visam
ad bonam
ad bonam
Quo ad sanam
ad bonam
ad bonam
Quo ad vitam
ad bonam
ad bonam
Quo ad cosmeticam
ad bonam
ad bonam
USULAN/RENCANA
Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi terjadinya, pterygium terbagi menjadi 2 jenis (Lang,
2006):
2.4. Patogenesis
Penyakit ini lebih sering pada orang yang tinggal di daerah iklim panas.
Oleh karena itu gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah
respon terhadap faktor-faktor lingkungan seperti paparan terhadap matahari
(ultraviolet), daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau
faktor iritan lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang
disebabkan kelainan tear film menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru
merupakan salah satu teori.
Pterigium terjadi sebagai respon terhadap faktor lingkungan seperti
paparan terhadap matahari ( sinar UV ), daerah kering, daerah berdebu, atau
faktor iritan lainnya.
Mekanisme patologis dari terjadinya pterygium belum diketahui secara
sempurna; hanya terdapat banyak teori yang mencoba mengemukakan tahap
patogenesis dari penyakit ini, dan teori-teori tersebut mencakup:
1.
2.
3.
2.6. Diagnosis
Diagnosis pterygium ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang berupa timbulnya gambaran pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
sehingga terlihat gambaran segitiga. Pasien dapat memiliki riwayat penyakit
dengan keluhan serupa.
2.7
Diagnosis banding
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang
cacat. Sering pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak
kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterigium ini
pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.
Perbedaannya
dengan
pterygium
adalah
selain
letaknya,
pseudopterygium tidak harus pada celah kelopak atau fisura palpebra juga
pada pseudopterigium ini dapat diselipkan sonde dibawahnya. Pada
anamnesis pseudopterygium, selalu ditemukan adanya riwayat kelainan
kornea sebelumnya misalnya seperti tukak kornea.
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan
pada orang tua, terutama matanya sering mendapat rangsangan dari sinar
matahari, debu dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata
terutama di bagian nassal.
Pinguekula sendiri merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa
konjungtiva. Pembuluh darah tidak bisa masuk ke dalam pinguekula akan
tetapi jika terjadi radang atau iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan
terlihat pembukuh darah yang melebar (Ilyas, 2010).
.
2.8. Penatalaksanaan
Beberapa obat topikal seperti lubrikans, vasokonstriktor dan kortikosteroid
digunakan untuk menghilangkan gejala. Untuk mencegah progresifitas,
beberapa
peneliti
menganjurkan
penggunaan
kacamata
pelindung
ultraviolet.
Indikasi eksisi pterygium sangat bervariasi. Eksisi dilakukan pada kondisi
adanya ketidaknyamanan yang menetap, gangguan penglihatan bila ukuran
3-4 mm dan pertumbuhan yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual,
adanya gangguan pergerakan bola mata.
Beberapa tehnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu :
1. Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable
digunakan untuk melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi
tendon rektus. Meninggalkan suatu daerah sklera yang terbuka.
2. Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif
jika hanya defek konjungtiva sangat kecil).
3. Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap
konjungtiva digeser untuk menutupi defek.
4. Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk
lidah konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.
5. Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior,
dieksisi sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan
dijahit.
6. Amnion membrane transplantation : mengurangi frekuensi rekuren
pterygium, mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata
dan penelitian baru mengungkapkan menekan TGF- pada konjungtiva
dan fibroblast pterygium. Pemberian mytomicin C dan beta irradiation
dapat diberikan untuk mengurangi rekuren tetapi jarang digunakan.
7. Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan
terapi baru dengan menggunakan gabungan angiostatik dan steroid
(American Academy of Ophthalmology, 2008).
2.9.
Komplikasi
1. Perforasi korneosklera
2. Graft oedem
3. Graft hemorrhage
4. Graft retraksi
5. Korneoskleral dellen
6. Granuloma konjungtiva
7. Epithelial inclusion cysts
8. Astigmatisma
2.10. Prognosis
Prognosis pada pasien setelah dieksisi adalah baik. Rekurensi pterygium
setelah operasi masih merupakan suatu masalah sehingga untuk
mengatasinya berbagai metode dilakukan termasuk pengobatan dengan
antimetabolit atau antineoplasia ataupun transplantasi dengan konjungtiva.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus yang berjudul
OS Pterygium ini dengan baik.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1
2
Penulis