You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab kematian ibu pada masa nifas adalah perdarahan. Salah satu
penyebab perdarahan postpartum adalah perlukaan jalan lahir. Perlukaan ringan
berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai perdarahan
hebat. Robekan perineum terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang
baru pertama kali melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka
biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya.
Sebagai akibat persalinan, biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina
yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan
banyak.
Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu
dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara
keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca
persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di
samping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas
kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya
keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang
adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.
Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas
atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin
terjadi, serta pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan infeksi


puerperalis.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian infeksi puerperalis.
2) Untuk mengetahui macam-macam dari infeksi puerperalis.
3) Untuk mengetahui etiologi dari infeksi puerperalis.
4) Untuk mengetahui manifestasi yang terjadi pada infeksi puerperalis.
5) Untuk mengetahui faktor resiko infeksi puerperalis.
6) Untuk mengetahui tindakan preventif dari infeksi puerperalis.
7) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari infeksi puerperalis.
8) Untuk mengetahui patofisiologi dari infeksi puerperalis.
9) Untuk mengetahui konsep keperawatan dari infeksi puerperalis.
10)
Untuk mengetahui WOC dari infeksi puerperalis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
a. Pengertian

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan


kehamilan dan proses kelahiran. Masa nifas yang biasa disebut masa
puerperinium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali keadaan seperti hamil. Masa nifas ini berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan
fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi, perubahan sistem
tubuh (Siahaan:2015).
Pada masa nifas ibu sangat rentan terhadap infeksi (Siahaan:2015).
Infeksi yang terjadi pada masa nifas disebut dengan infeksi puerperalis. Pada
postpartum terdapat luka-luka di area genital, sehingga alat atau kain yang
berhubungan dengan genital harus bersih dari kuman. Perawatan vulva
hygine yang buruk yang dapat menyebabkan risiko tinggi terkena infeksi
puerpuralis. Infeksi puerperalis adalah peradangan yang disebabkan oleh
kuman-kuman atau bakteri ke dalam saluran reproduksi selama masa
persalinan dan nifas (Rosana, 2015)
b. Macam-Macam Infeksi Puerperalis Menurut Walyani dan Purwoastuti
(2015)
1) Infeksi pada Vulva, Vagina, dan Serviks
a) Vulvitis
Luka bekas episotomi atau robekan perineum yang kena
infeksi.

Pada

luka

infeksi

bekas

sayatan

episotomi,

jaringansekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan


bengkak, jahitan sudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus
dan mengeluarkan pus.
b) Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina
atau melalui perinium. Permukaan mukosa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah dan
keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas.
c) Servisitis
Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan

langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi


yang menjalar ke parametrium.
Tanda dan gejala infeksi pada vulva, vagina, dan serviks antara
lain:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi


Kadang-kadang perih bila kencing
Nadi dibawah 100x/menit
Getah radang dapat keluar
Suhu sekitar 380C
Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat

keluar, demam naik sampai 390400C disertai mengigil.


(7) Penanganan pada kasus ini dengan pemberian antibiotik,
roborantia, pemantauan vital sign, serta in take out pasien
(makanan dan cairan).
2) Endometritis
Infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi ini
biasanya yang paling sering terjadi. Kumankuman yang masuk
endometrium biasanya pada luka bekas impalntasi plasenta dan
dalam waktu singkat. Jaringan di desisua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau, yang
terdiri atas keping-keping nekrosis dan cairan. Pada batas-batas
antara daerah yang beradang dan daerah sehat, terdapat lapisan yang
terdiri atas leutosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Tanda dan gejala antara lain:
a) Uterus membesar
b) Nyeri pada saat perabaan uterus
c) Uterus lembek
d) Suhu meningkat
e) Nadi menurun
3) Septikemia dan Pyemia
Infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
sangat patogen, biasanya streptococcus baemolyticus. Infeksi ini
sangat berbahaya dan tergolong 50% penyebab kematian karena
infeksi nifas.
a) Septikimia

Keadaan dimana kuman-kuman dari uterus langsung


masuk

ke

dalam

peredaran

darah

umum

dan

memnyebabkan infeksi umum. Adanya septikimia dapat


dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah. Gejala yang muncul dari pasien, antara lain:
(1) Permulaan penderita sudah sakit dan lemah
(2) Sampai hari ke-3 post partum, suhu meningkat cepat
dan menggigil.
(3) Selanjutnya suhu bekisar anatar 390400. Keadaan
umum memburuk, nadi menjadi cepat (140160 kali
per menit).
b) Pyemia
Terdapat trombophlebitis dahulu pada vena-vena di uterus
dan

sinus-sinus

pada

bekas

implantasi

plasenta.

Trombophlebitis ini menjalar ke vena uterine, vena


hipogastrika, dan/atau vena ovari. Dari tempat-tempat
thrombus

ini,

embolus

kecil

yang

berisi

kuman

dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke


dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran
darah ke tempat-tempat lain, diantaranya paru-paru,
ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, yang dapat
mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut.
Gejala yang muncul, antara lain:
(1) Perut nyeri
(2) Ciri khasnya adalah suhu berulang-ulang meningkat
dengan cepat disertai mengigil, kemudian diikuti
dengan turunnya suhu.
(3) Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat
dilepaskannya embolus dari troboplhebitis pelvika.
(4) Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru,
jantung, pneumoni, dan pleuritis.
4) Peritonitis (Radang Selaput Rongga Perut)
Peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga
perut (peritonium). Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh
limfe di dalam uterus, langsung mencapai peritonium dan

menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan di antara kedua lembar


ligamentum latum yang menyebabkan parametritis. Peritonitis yang
tidak menjadi peritonitis umum hanya terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada jenis yang umum.
Pada pelvio peritonitis terdapat pertumbuhan abses.
Pada peritonitis umum, gejala yang muncul antara lain:
a) Perut kembung
b) Suhu tinggi
c) Nadi cepat dan kecil
d) Perut kembung dan nyeri
e) Ada defense musculair
f) Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat fasies
hypocratica.
5) Parametritis
Peradangan pada parametrium. Parametrium merupakan
lapisan terluar yang melapisi uterus. Parametritis juga memmpunyai
nama lain yaitu sellulitis pelvika.
Tanda dan gejala antara lain;
a) Suhu badan meningkat 380400C (oral) dan mengigil
b) Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
c) Denyut nadi meningkat
d) Terjadi lebih dari hari ke-7 post partum
e) Lochea yang purulen dan berbau
c. Etiologi
Faktor presdiposisi
1) Alat-alat yang digunakan pada saat persalinan maupun sesudahnya
kurang bersih atau kemungkinan terkontaminasi bakteri dari petugas
ruang bersalin.
2) Keadaan yang bisa menurunkan antibody, seperti malnutrisi,
perdarahan, preeklamsia, pneumonia, penyakit jantung, dan infeksi
lainnya.
3) Tindakan bedah vagina, yang menyebabkan terdapatnya luka atau
robekan di jalan lahir.
4) Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
5) Ibu dengan proses persalinan yang lama dan mendadak sehingga
tidak tertangani dengan baik, terutama dengan pecah ketuban dini.

6) Kebersihan area perineum kurang terjaga . Misalnya karena tidak


segera mengganti pembalut bila sudah penuh lokea, atau setelah
dibasuh area perineum tidak dikeringkan (Sukarni & Sudarti, 2014;
Rosana, 2015).
Mikroorganisme Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015):
1) Streptococcus hemoliticus aerobius: masuk secara eksogen dan
menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alatalat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
2) Staphylococcus aurius: masuk secara eksogen, infeksi sedang,
banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di Rumah Sakit.
3) Escheria coli: sering berasal dari kandung kemih dan rectum,
menyebabkan infeksi terbatas.
4) Clostridium welchii: kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun
dari luar Rumah Sakit.
d. Manifestasi Klinis
Suhu pada tubuh meningkat, malaise umum, nyeri dan lochea berbau
tidak sedap, peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi
berat, timbul rasa panas dan perih pada daerah yang terinfeksi, perih saat
buang air kecil, keluar cairan keputihan dan berbau (Sukarni & Sudarti,
2014; Rosana, 2015).
e. Faktor Risiko Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015):
1) Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
2) Tindakan operasi persalinan
3) Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah. Ketuban
pecah dini ata pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam
4) Keadaan yang dapat menurunkan kedaan umum, yaitu perdarahan
antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi,
kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi
5) Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam,
alat yang dipakai kurang suci hama
6) Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
7) Hubungan seks menjelang persalinan
f. Tindakan Preventif
1) Personal hygiene

Pencegahan infeksi masa nifas dapat dilakukan oleh ibu


dengan memperhatikan kebersihan diri (Siahaan:2015). Kebersihan
merupakan salah satu tanda dari personal hygine yang baik.
Kebersihan diri meliputi mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan
memakai pakaian yang bersih. Pada masa nifas yang berlangsung
selama lebih kurang 42 hari, kebersihan vagina perlu ditingkatkan
karena adanya darah dan cairan yang keluar dari vagina selama nifas
yang disebut lochea, letak vagina berdekatan dengan saluran buang
air kecil, buang air besar (anus) dan banyak mengandung
mikroorganisme patogen dan vagina merupakan organ terbuka yang
mudah dimasuki mikroorganisme yang dapat menjalar ke rahim
(Siahaan:2015). Oleh karena itu kebersihan diri sanngat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi.
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi yang teratur minimal 2 x sehari, mengganti pakaian dan las
tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Merawat perineum
dengan baik dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat
bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang(Walyani
dan Purwoastuti:2015).
2) Pengetahuan
Pendidikan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku
atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuai, bujukan,
ajakan, himbauan, memberikan informasi/memberikan kesadaran dan
lain sebaginya (Siahaan:2015). Tingkat pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan praktik seseorang terhadap nilai-nilai
baru yang diperkenalkan dan peirlaku seseorang akan lebih langgeng
apabila didasari pengetahuan. Bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya.
Semakin tua usia seseorang maka perkembangan mentalnya
bertambah baik (Siahaan:2015).
g. Penatalaksanaan
1) Jangan menggaruk-garuk perineum maupun vagina

2) Jangan mengobati sendiri misalnya dengan cairan pembersih


kewanitaan karena melihat adanya keputihan.
3) Segera hubungi dokter kandungan. Selain memberi antibiotic, dokter
akan menganjurkan anda untuk merawat luka dengan cara bath seat,
yakni berjongkok atau duduk kemudian membasuh bekas luka
dengan cairan antiseptic.
4) Jaga kondisi kesehatan selama hamil, dengan mengonsumsi makanan
yang bersih dan memenuhi pola diet sehat berimbang, serta minum
air dalam jumlah cukup.
5) Menjaga kebersihan daerah sekitar vagina dan luka episiotomy
(prosedur bedah untuk melebarkan jalan janin lahir), terutama setelah
buang air besar dan buang air kecil. Cuci tangan dengan bersih
sebelum menyentuh area genital dan anus, basuhlah dengan gerakan
dari arah depan ke belakang.
6) Pastikan kepada dokter dan petugas ruang bersalin agar alat-alat
persalinan dan juga ruang bersalin terjaga kesterilannya (Sukarni &
Sudarti, 2014).
h. Patofisiologi Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015):
1) Memanipulasi penilong yang tidak suci hama atau pemriksaan dalam
yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke
dalam rongga rahim.
2) Alat-alat yang tidak suci hama
3) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi
kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan, dari penolong
dann pembantunya atau orang lain.

B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian

Kegiatan menghimpun informasi tentang status kesehatan klien (Rohmah


dan Walid:2013). Data yang dikumpulkan berupa data subjektif dan data
objektif.
1) Data Subjektif: merupakan data yang berupa ungkapan, dapat
didapat dengan anamnesa klien dan keluarga klien (Walyani dan
Purwoastuti:2015).
a) Identitas Klien
Nama,usia,agama,pekerjaan,alamat,dan identitas wali.
b) Keluhan Utama
Adanya keluhan pada masa nifas.
c) Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
d) Riwayat Perkawinan
Menikah sejak usia berapa, lama perkawinan, berapa kali
menikah, status pernikahan (status pernikahan mempengaruhi
psikologis ibu yang berhubungan dengan masa nifas).
e) Riwayat Obstetrik
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (berapa kali
ibu hamil, penolong persalinan, tempat persalinan, cara
persalinan, jumlah anak, riwayar abortus dan keadaan nifas yang
lalu), riwayat persalinan sekarang (tanggal persalinan, jenis
persalinan, lama persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi).
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), hal ini sangat penting
dikaji untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas.
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah mengikuti KB dengan
jenis kontrasepsi apa, berapa lama ibu menggunakan kontrasepsi
tersebut, apakah ibu mengalami keluhan dan masalah dalam
penggunaan kontrasepsi tersebut dan setelah masa nifas ini akan
memakai kontrasepsi apa (Walyani dan Purwoastuti:2015).
g) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan
h) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari:

a. Nutrisi dan cairan


b. Personal hygiene
c. Eliminasi
d. Istirahat dan tidur
e. Seksual
f. Aktivitas
i) Psikologis
Perubahan emosional adaptif/maladaptif.
2) Data Objektif: merupakan data yang perawat data langsung dari
pemeriksaan fisik dan observasi (Walyani dan Purwoastuti:2015).
a) Keadaan umum ibu
Tingkat energi dan emosi ibu
b) Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal yaitu 140/90 mmHg.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu 38 0C. Pada hari ke-4 setelah
persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai
lebih dari 380C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas yaitu 60100 x/menit, denyut
nadi ibu akan melambat sampai skeitar 60x/menit yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum. Pada ibu yang nervous, nadinya bisa cepat,
kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
d. Pernapasan
Pernapasan normal yaitu 2030 x/menit. Pada umumnya
respirasi melambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi
cepat post partum (lebih 30x/menit) mungkin adanya ikutan
dar tanda-tanda syok.
c) Payudara
Adanya benjolan dan pembesaran kelenjar, keadaan putting susu
menonjol atau tidak, adanya nanah atau tidak pada payudara ibu.
d) Uterus
a. Tinggi fundus uteri sesuai dengan involusi uteri atau tidak

b. Kontrasi uterus baik atau tidak


c. Konsistensi lunak atau keras
Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada
saat palpasi tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran
lochea. Bila sebelumnya kontraksi uterus tdak baik dan
konsistensinya lunak, plapasi akan menyebabkan kontraksi yang
akan mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi, aliran ini
pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi
keras.
e) Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh, maka bantu ibu untuk
mengosongkan kandung keminya dan anjurkan ibu agar tidak
menahan apabila tersa BAK. Jika ibu tidak dapat berkemih
dalam 6 jam post partum, bantu ibu dengan cara menyiramkan
air hangat dan bersih ke vulva dan perinium ibu. Bila berbagai
cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih, maka
mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterasi. Setelah
kandung kemih dikosongkan, maka lakukan masase pada fundus
agar uterus berkontraksi dengan baik.
f) Ekstermitas bawah
Pada pemeriksaan kaki kaji: varises, oedema, refleks patela,
nyeri tekan atau panas pada betis.
g) Genetalia
a. Periksa pengeluaran lochea, warna, bau, dan jumlahnya.
b. Hematom vulva (gumpalan darah)
c. Gejala yang plaing jelas dan dapat diidentifikasi dengan
inspeksi vagina dan serviks dengan cermat
d. Lihat kebersihan pada genetalia ibu
h) Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebainya ibu dalam posisi dengan
kedua tungkai dilebarkan. Saat melakkan pemeriksaan perineum
periksalah jahitan laserasinya. Sebelumnya, bersihkan pada
bagian jahitan laserasi dengan kasa yang diberi antiseptik
supaya jahitan terlihat lebih jelas.j
i) Lochea

Mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea rubra,


serosa, dan alba.
b. Diagnosis menurut NANDA (Herdman dan Kamitsuru:2015):
1) Hipertermi yang berhubungan dengan sepsis ditandai

dengan

peningkatan suhu lebih dari 380, takikardi, kulit kemerahan


2) Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera: abses ditandai
dengan keluhan nyeri, ekspresi wajah nyeri, diaforesis, perubahan
parameter fisiologis
3) Gangguan rasa nyaman: fisik yang berhubungan dengan gejala terkait
penyakit ditandai dengan merasa tidak nyaman, merintih, ansietas
4) Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi
ditandai dengan kurang pengetahuan
5) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
mengindari pemajanan patogen, ketuban pecah dini
c. Perencanaan menurut Nurarif dan Kusuma (2015):
1) Hipertermi yang berhubungan dengan sepsis

ditandai

dengan

peningkatan suhu lebih dari 380, takikardi, kulit kemerahan:


a. Kriteria Hasil:
1. Suhu tubuh normal (36,5037,50)
2. Nadi normal (60100 x/menit)
3. RR normal (2030 x/menit)
4. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
b. Manajemen Hipertermi:
1. Kompres hangat pasien pada lipat paha dan aksila.
Rasional: kompres hangat merupakan teknik evaporasi dalam
menghantarkan panas.
2. Berikan antipiretik.
Rasional: kolaborasi dalam kefektifan penurunan panas.
3. Selimuti pasien.
Rasional: untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
4. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional: adanya perubahan tanda-tanda vital mempengaruhi
tindakan selanjutnya.
5. Tingkatkan intake dan cairan.
Rasional: pencegahan malnutrisi dan ketidakseimbangan
volume cairan yang disebabkan oleh peningkatan suhu.
6. Ajarkan indikasi dari hipertermi dan penanganan yang
diperlukan.

Rasional: Pengetahuan merupakan modal perubahan perilaku


yang lebih permanen.
2) Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera: abses ditandai
dengan keluhan nyeri, ekspresi wajah nyeri, diaforesis, perubahan
parameter fisiologis:
a) Kriteria Hasil
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
b) Manajemen nyeri:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Rasional: Mengkaji

nyeri

secara

komprehensif

akan

mengetahui seberapa parah infeksi puerpuralis, mengetahui


penanganan yang cepat dan tepat, serta meminimalkan
penyebaran infeksi yang lebih luas
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahanyaan dan kebisingan
Rasional: lingkungan yang nyaman akan mempengaruhi
psikologis klien atau mengalihkan nyeri klien pada lingkungan
yang membuat perasaan klien aman dan nyaman.
3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
Rasional: teknik non farmakologi seperti massage dan kompres
hangat akan terjadi vasodilatasi yang dapat mengurangi nyeri
dan membuat klien rileks
4. Berikan analgesik.
Rasional: untuk mengurangi nyeri.
5. Cek riwayat alergi.
Rasional: riwayat alergi pada obat akan mempengaruhi proses
kesembuhan dan keparahan penyakit klien.
3) Gangguan rasa nyaman: fisik yang berhubungan dengan gejala terkait
penyakit ditandai dengan merasa tidak nyaman, merintih, ansietas:
a) Kriteria Hasil:
1. Mampu mengontrol kecemasan

2. Mengontrol nyeri
3. Status kenyamanan meningkat
4. Support sosial
b) Manajemen gangguan rasa nyaman:
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Rasional: meningkatkan status kenyamanan klien.
2. Dengarkan dengar perhatian.
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien.
3. Dorong keluarga untuk mendukung klien.
Rasional: dukungan dari kerabat terdekat mempengaruhi
kondisi klien semangat untuk sembuh.
4. Temani klien.
Rasional: untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
4) Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi
ditandai dengan kurang pengetahuan:
a) Kriteria Hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Pasein dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskna perawat/tim kesehatan lain
b) Manajemen Defisiensi Pengetahuan:
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik.
Rasional: Pengetahuan merupakan modal perubahan perilaku
yang lebih permanen.
2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
Rasional: agar pasien mampu melakukan penangan apabila
tanda dan gejala muncul
3. Diskusikan perubahan gaya hidup.
Rasional: perubahan gaya hidup diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
5) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
mengindari pemajanan patogen, ketuban pecah dini:
a) Kriteria Hasil:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Jumlah leukosit dalam batas normal


4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
b) Manajemen Risiko Infeksi:
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai.
Rasional: menjaga kesterilan dari agen-agen infeksi.
2. Batasi pengunjung bila perlu.
Rasional: mencegah penularan penyakit dan kenyamanan
klien.
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Rasional: menghindari infeksi nosokomial.
4. Monitor tanda dan gejala infeksi.
Rasional: perubahan tanda dan gejala menentukan tindakan
yang selanjutnya.
5. Berikan terapi antibiotik sesuai dengan mikroorganisme.
Rasional: proteksi terhadap infeksi.
6. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah.
Rasional: ada atau tidaknya abses/pus.
d. Penatalaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi,
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah dan
Walid:2013).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan Walid:2013).
Untuk memudahkan perawat mengavaluasi atau

memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER.

C. WOC

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Rosana, H. M. (2015). Ibadah Penuh Berkah Ketika Haid dan Nifas . Jakarta: Lembar
Langit Indonesia.
Sukarni, I., & Sudarti. (2014). PATOLOGI: Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Walyani, Elisabeth S., Purwoastuti, Endang.2015.Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui.Yogyakarta:PUSTAKABARUPRESS
Herdman, T. Heather., Kamitsuru, Shigemi.2015.Diagnosis Keperawatan Defninisi &
Klasifikasi 2015 2017 Edisi 10.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.Jogjakarta:Mediaction Jogja
Rohmah, Nikmatur., Walid, Saiful.2013.Proses Keperawatan:Teori dan
Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Siahaan, Julia M.2015.Analisa Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Selama Masa Nifas
di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisataro Kecematan Taro Tahun 2015. Jurnal
Akademi Kebidanan Mutiara Indonesia Vol.1. No.11 Edisi Juni 2015. Diakses
pada 5 Desember 2016. Ditelusuri dari: http://sari-mutiara.ac.id/new/wpcontent/uploads/2016/09/ANALISIS-PENGETAHUAN-IBU-TENTANGPERAWATAN-SELAMA-MASA-NIFAS-DI-WILAYAH-KERJAPUSKESMAS-HILISATARO-KECAMATAN-TOMA-TAHUN-2015.pdf

You might also like