You are on page 1of 13

MODUL PERKULIAHAN

Perilaku
Organisasi
Persepsi dan Pembelajaran
Sebagai Proses Dasar
Perilaku Manusia
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis

Program
Studi

S-1 Manajemen

Pertemua
n

05

Kode MK

Disusun Oleh

31038

Bambang Mulyana, Dr., MSi

Abstrak

Kompetensi

Manusia
sebagai
penggerak
organisasi
memiliki
persepsi
terhadap
organisasinya,
pekerjaannya, dan pimpinannya.
Manusia sebagai karyawan tidak
lepas dari proses pembelajaran
dan manajer berusaha memhami
terhadap individu karyawannya.

Mahasiswa paham dan mampu menjelaskan mengenai


pengertian, determinan persepsi, proses dan teori
pembentukan persepsi, pembelajaran dan pengetahuan,
serta pemahaman individu dan adaptasi .

Topik bahasan:
1. Pengantar
Persepsi
2. Pengertian Persepsi
3. Determinan Persepsi

4. Proses dan Teori Pembentukan


5. Pembelajaran dan Pengetahuan
6. Pemahaman Individu dan Adaptasi

1. Pengantar

Dalam konteks mencari pekerjaan, ketika seorang pelamar diwawancarai oleh


seseorang dari tempat kerja yang dituju, persepsi dapat menentukan apakah
ia pantas mendapatkan pekerjaan yang dilamar atau ditawarkan. Persepsi
dan perasaan kita dipengaruhi oleh informasi yang kita terima dari media
massa, keluarga, dan teman. Manusia menggunakan informasi yang disimpan
dalam

ingatannya

untuk

menerjemahkan

menginterpretasikan, dan akhirnya

dunia

sekitar,

memengaruhi bentuk

kemudian

respons dan

interaksi dengan lingkungan tersebut. Demikian juga prosesnya dalam


konteks organisasi yang akhirnya akan membentuk perilaku individu dalam
aspek organisasional.
Setiap manusia secara terus-menerus berusaha memahami lingkungan
sekitarnya, oleh karena itu manusia tidak akan pernah berhenti dalam proses
pembelajaran. Pengetahuan yang dihasilkan memengaruhi perilaku mereka
dan

membantu

dalam

mengarahkan

jalan

hidup

mereka.

Persepsi,

interpretasi, respons seseorang terhadap perilaku juga diaplikasikan dalam


pekerjaan. Semua perilaku kompleks dipelajari. Jika ingin menjelaskan dan
memprediksi perilaku, kita perlu memahami cara individu belajar.
Pada sisi lain, manajer perlu memahami akan individu yang dibawahkannya,
karena pada suatu saat tertentu manajer harus bertindak memberikan
bimbngan dan konseling kepada bawahannya. Manajer juga dituntut untuk
membangun proses adaptasi bagi para karyawan yang membantunya.

2. Pengertian dan Pengelompokan


Persepsi
a. Pengertian persepsi
Persepsi bukan merupakan konsep yang dapat langsung

diakses atau

diperbaiki oleh manajer. Manajer perlu memahami bagaimana factorfaktor tersebut berdampak pada pandangan orang mengenai lingkungan
kerjanya. Dalam usahanya untuk mengenali karyawan, manajer dituntut
untuk terus-menerus mempertimbangkan pandangan orang lain. Persepsi
merupakan merupakan hal yang empiris sifatnya bagi individu, dalam arti
bahwa hal tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu.
Persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif di mana seorang individu
memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus
lingkungan
didapat
0
5

(Ivancevich,

dari

proses

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Konopaske,

penginderaan

dan

Matteson,

terhadap

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

objek,

2005).

Stimulus

peristiwa,

atau

hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.


Robbins dan Judge (2007) mengartikan pesepsi sebagai sebuah proses di
mana individu mengatur dan menginterpretasikan kensan-kesan sensoris
mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Sementara itu
Kreitner dan Kinicki (2014) mengartikan persepsi sebagai proses kognitif
yang memungkinkan kita menginterpretasikan dan memahami lingkungan
sekitar kita. Pengenalan atas hal-hal adalah salah satu dari fungsi utama
proses tersebut. Orang-orang

harus mengenali

benda-benda untuk

berinteraksi dengan penuh arti dengan lingkungannya. Tidak ada seorang


pun pegawai yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sama
dengan karyawan lainnya, maka dari situasi atau rangsangan yang sama
bisa menghasilkan reaksi dan perilaku yang berbeda.
Persepsi merujuk pada akuisisi akan pengetahuan tertentu mengenai
stimulus pada suatu waktu tertentu. Hal tersebut muncul kapan pun
stimulus mengaktifkan indera. Persepsi melibatkan kognisi (pengetahuan,
oleh karena itu persepsi merupakan interpretasi dari objek, simbol, dan
orang yang didasarkan pada pengalaman kita. Dengan kata lain, persepsi
menangkap

stimulus,

mengorganisasikan,

dan

menginterpretasikan

stimulus yang terorganisir untuk memengaruhi perilaku dan membentuk


sikap.

b. Persepsi vs sensasi
Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa
kesan

sesaat,

diorganisasikan

saat

stimulus baru

dengan

diterima oleh

otak

dan

belum

stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang

berhubungan dengan stimulus tersebut. Misalnya, kita merasa meja ini


terasa kasar, yang berarti sensasi dari rabaan terhadap meja. Sebaliknya
persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak
mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang
banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang
mirip, lalu tulisan menjadi jelek.

c. Pengelompokan
Ketika stimulus yang relevan terpilih, individu mengkategorikan dan
mengelompokkannya agar stimulus-stimulus itu memiliki arti. Otak
menerima stimulus dan berusaha mengenali pola yang umum. Ini
merupakan inti dari cara mengorganisasikan sensasi dan menerapkannya

0
5

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

pada orang, objek, atau peristiwa. Kaidah pengelompokan persepsi


adalah:
a. Kaidah kedekatan dengan semua hal lain yang dianggap sama,
stimulus yang berdekatan satu sama lain cenderung dikelompokkan
bersama.
keserupaan stimulus yang serupa dalam hal ukuran, warna,

b. Kaidah
c.

atau bentuk cenderung dikelompokkan bersama


Kaidah ketertutupan kecenderungan untuk

melengkapi

suatu

gambar, sehingga terdapat bentuk keseluruhan yang konsisten


d. Kaidah figure dan latar kecenderungan untuk mengelompokkan
sensasi menjadi gambar utama dan latar belakang.
Penjelasan grafis dari pengelompokkan persepsi ini dapat Saudara lihat
pada Gambar 4.3 dalam buku Ivancevich, Konopaske, dan Matteson yang
berjudul Perilaku dan Manajemen Organisasi.
Seseorang yang salah dalam melakukan
dihadapkan

pengelompokkan

akan

dengan berbagai tipe ketidaktepatan persepsi atau disebut

distorsi persepsi. Individu melakukan pengelompokan juga menggunakan


apa yang disebut sebagai skema. Skema adalah kerangka kerja yang
menggunakan deskripsi dari objek, situasi, atau orang lain.
Manajer menggunakan skema untuk memahami informasi dengan lebih
baik. Sejumlah skema yang bermanfaat bagi manajer adalah:
1. Person-based, yaitu manajer menggunakan profil atau skema untuk
mengklasifikasikan karyawan sebagai sangat baik, lebih baik, baik,
hampir baik, dan tidak baik. Skema tersebut kemudian digunakan
untuk membandingkan karyawan satu dengan lainnya atau karyawan
saat ini dengan kandidat karyawan.
2. Role-based, merupakan pertimbangan mengenai peran yang sedang
dimainkan atau dapat dimainkan seseorang. Sebagai contoh, beberapa
manajer mungkin mempersepsikan karyawan yang berusia di atas 50
tahun sudah tidak enegik untuk melakukan on the spot ke berbagai
proyek yang tersebar di beberapa daerah. Persepsi ini sangat mungkin
keliru dan bias, karena tidak semua orang yang berusia di atas 50
tahun tidak berenergi.
3. Self-based, manajer meminta

para

karyawan

menggeneralisasi

kemampuan, kompetensi, dan preferensi mereka sendiri berdasarkan


pengalaman masa lalu dan saat ini.
4. Event-based, manajer mengembangkan
peristiwa

0
5

yang

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

mereka

hadapi.

suatu

Contoh,

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

cerita

membuat

mengenai
panduan

pelaksanaan sesi umpan balik kinerja yang sulit akan membantu


manajer mempersiapkan pertemuan.

3. Determinan Persepsi

Individu bisa melihat hal yang sama, namun mengartikannya secara berbeda,
karena sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang merubah
persepsi. Faktor-faktor tersebut bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi,
dalam diri objek atau arget yang diartikan, atau dalam konteks situasi di
mana persepsi tersebut dibuat, seperti digambarkan di bawah ini:
Faktor dalam diri pembentuk
- Sikap
- Motif
- Minat
- Pengalaman
- Harapan

Factor dalam situasi


- Waktu
- Keadaan kerja
- Keadaan sosial

Persepsi

Factor dalam diri target


Sesuatu yang baru
Gerakan
Suara
Ukuran
Latar belakang
Kedekatan
Kemiripan
Ketika

seorang

individu

melihat

sebuah

target

dan

berusaha

menginterpretasikannya, interpretasi tersebut sangat dipengaruhi oleh


berbagai karakteristik pribadi dari individu yang bersangkutan seperti
sikap,

kepribadian,

motif,

minat,

pengalaman,

dan

harapannya.

Karakteristik target yang diobservasi bisa memengaruhi apa yang


diartikan, misalnya individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan
dalam kelompok tersebut dibandingkan individu yang diam. Begitu juga
individu yang aktif dan pasif. Oleh karena target tidak dilihat secara
khusus,

maka

memengaruhi

hubungan
persepsi,

target

seperti

dengan

halnya

latar

elakangnya

kecenderungan

mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip.

0
5

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

kita

juga
untuk

Konteks di mana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting,
karena

waktu sebuah objek atau peristiwa dilihat dapat memengaruhi

perhatian, seperti halnya lokasi, cahaya, panas atau sejumlah factor


situasional lainnya.

4. Proses dan Teori Pembentukan


Persepsi
a. Proses persepsi
Secara skematis proses persepsi dapat digambarkan sebagai berikut:
Stimulus lingkungan

Seleksivitas

Penafsiran stimulus

Organisasi

persepsi

perseptual
Persepsi
1. Stimulus misalnya dalam bentuk gaya manajer, teknologi, suara,
rekan kerja, reward system, rencana kompenasasi, kesempatan karir.
2. Seleksivitas persepsi misalnya melalui pengamatan, pembelajaran,
pengecapan, dan penciuman.
3. Organisasi perseptual misalnya mengenai intensitas, ukuran, dan
ketidaksabaran
4. Penafsiran stimulus misalnya stereotip, konsep diri, dan emosi
5. Persepsi -- misalnya dalam hal sikap, perasaan, motivasi, dan perilaku.

b.

Teori pembentukan persepsi

Teori hubungan

(attribution theory) dikemukakan oleh HH Kelley tahun

1972 untuk mengembangkan penjelasan tentang cara-cara kita menilai


individu secara berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan
dengan perilaku tertentu (Robbins dan Judge, 2007). Pada dasarnya teori
hubungan mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku seorang
individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut
disebabkan secara eksternal atau internal. Namun, sebagian besar
penentuan tersebut bergantung pada tiga factor, yaitu:
1. Kekhususan
Merujuk pada apakah seorang individumemperlihatkan
perilaku berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda.
2. Konsensus

0
5

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

perilaku-

Merujuk pada apabila semua individu yang menghadapi situasi serupa


merespon

dalam

cara

yang

menunjukkan consensus.
3. Konsistensi
Merujuk
pada
semakin

sama,

konsisten

maka

perilaku,

perilaku

semakin

tersebut

besar

kecenderungan untuk menghubungkan dengan sebab-sebab internal.


Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini
dipengaruhi oleh kendali pribadi secara individu. Perilaku yang disebabkan
secara eksternal dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar, yaitu
individu tersebut dianggap telah dipaksa berperilaku demikian oleh
situasi.
Contoh:
Apabila seorang karyawan Saudara terlambat datang kerja, Saudara
mungkin menghubungkan dengan tidurnya yang larut malam sehingga
terlambt bangun tidur. Ini adalah disebabkan secara internal. Tapi bila
saudara menghubungkan dengan kemacetan di perjalanan atau gangguan
perjalanan kereta api, ini adalah disebabkan secara eksternal.

5. Pembelajaran dan Pengetahuan


a. Pengertian
Banyak definisi mengenai pembelajaran diajukan, namun definisi yang
diajukan oleh psikolog atau psikologi lebih luas dibandingkan pandangan
lainnya. Faktanya, setiap manusia tidak pernah berhenti dari proses
pembelajaran,

oleh

karena

itu

pembelajaran

terjadi

setiap

waktu.

Pembelajaran didefinisikan sebagai setiap perubahan perilaku yang


relative permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman (Robbins dan
Judge, 2007).
Definisi tersebut mengandung beberapa komponen yang memerlukan
penjelasan lebih lanjut, yaitu:
1. Pembelajaran melibatkan perubahan
Dari sudut pandang organisasi, perubahan dapat berarti baik atau
buruk. Sedangkan dari sudut pandangan individu, mereka dapat
mempelajari perilaku yang menguntungkan dan juga yang tidak
menguntungkan.
2. Perubahan tersebut harus menjadi bagian integral
Perubahan sementara mungkin hanya bersifat refleksi atau hasil dari
kepenatan, dan dengan demikian tidak dapat mewakili pembelajaran.
3. Diperlukan beberapa bentuk pengalaman

0
5

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pengalaman bisa didapat secara langsung melalui pengamatan atau


latihan, atau bisa diperoleh secara tidak langsung, seperti dengan
membaca.
Menurut Robbins dan Judge (2007), yang masih harus dan penting diuji
adalah apakah pengalaman menghasilkan sebuah perubahan yang relatif
permanen

dalam

mengatakan

perilaku?

bahwa

Jika

jawabannya

pembelajaran

telah

ya,

terjadi.

maka

kita

dapat

Sebaliknya

jika

jawabannya tidak, maka pembelajaran belum terjadi.

b. Belajar secara unconventional


Dalam

perkembangannya

menjalankan

pembelajaran

dan

praktik

linear

di

di

organisasi,

perusahaan

sudah

dewasa
tidak

ini
bisa

mengejar perkembangan lagi. Kita tida bisa menunggu para teknisi


mempelajari keterampilan baru dari nol. Di samping waktu yang
diperlukan terlalu lama, sering kali teknologi yang digunakan (dan juga
materi) sudah tidak sama dengan pelajaran yang diperoleh saat duduk di
bank kuliah.
Kita perlu memikirkan terobosan untuk menanamkan pengetahuan baru
dengan cara-cara yang tidak lazim. E-learning yang dibuat interaktif dan
bermain, akan mendatangkan fun of learning. Proses coaching yang
tadinya bagaikan hubungan ayah anak dengan ayah membimbing
dengan sabar, harus dibuat fleksibel. Bukankah Gen Y lebih cepat
mempelajarihal-hal baru, dan lebih tahu perkembangan beberapa bidang?
Coaching dan sharing sebaiknya diterapkan secara bolak-balik atau
resiprokal. Bisa saja manajer atau instruktur yang sudah banyak makan
asam garam, masuk ke kelas anak muda untuk belajar tentang
pemanfaatan media social.
Pembelajaran di perusahaan, seperti coaching, mentoring, dan bahkan
sistem pembentukan kelompok perlu menghasilkan hal-hal

beyond

learning. Perlu ada aha excitement di setiap karya, sekecil apa pun.
Setiap individu perlu menjadi pembelajar, tidak peduli usia dan posisi.
Rasa ingin tahu dan mencari jawaban perlu tumbuh di setiap sudut divisi
dalam perusahaan. Kemampuan mendapatkan, mengumpulkan, dan
memaknai informasi harus merupakan kegiatan ilmiah sehari-hari. Tidak
perlu ada laboratorium untuk menemukan hal baru karena hal yang
terpenting adalah keberanian untuk mencoba yang belum pernah
dilakukan dan menciptakan sesuatu yang belum ada. Support dan

0
5

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

engagement dari sahabat, rekan kerja, bawahan, dan atasan akan menjadi
kekuatan

untuk

menerjang

hal-hal

yang

konvensional.

Artinya,

engagement yang baru bukanlah engagement biasa; sekarang waktunya


untuk knowledge engagement.

c. Teori Pembelajaran
Tiga teori dikemukakan untuk menjelaskan mengenai proses di mana
manklasik, usia memperoleh pola perilaku. Teori-teori tersebut adalah
pengondisian klasik, pengondisian operant, dan pembelajaran sosial.
1. Teori pengondisian klasik
Merupakan pengondisian di mana individu merespons beberapa
stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru. Pada
dasarnya,

mempelajari

pembangunan
rangsangan

sebuah

hubungan

tidak

respons

antara

berkondisi.

berkondisi

rangsangan

Teori

ini

dapat

mencakup

berkondisi
digunakan

dan
untuk

menjelaskan mengapa lagu-lagu Natal sering kali membawa pemeluk


Nasrani (yang dewasa) ke ingatan yang menyenangkan di masa kecil
karena lagu-lagu tersebut diasosiasikan dengan suasana libur, pesta,
kasih saying, dan perasaan bahagia.
Pengondisian klasik juga dapat dijelaskan dalam konteks organisasi.
Misalnya, pada sebuah pabrik, setiap pemimpin puncak dari kantor
pusat dijadwalkan berkunjung, manajer pabrik dengan beberapa
karyawan melakukan pembersihan gedung dan perapihan pekerjaan.
Hal ini telah berlangsung beberapa waktu. Akhirnya para karyawan
akan memperlihatkan perilaku terbaik mereka serta berpenampilan
formal dan rapi setiap kali melihat manajer melakukan pekerjaan
tersebut,

bahkan

management

pada

sekali

saat

pun.

tidak

Maka,

mengasosiasikan pembersihan

ada

jadwal

karyawan

telah

kunjungan
belajar

top

untuk

gedung dan perapihan pekerjaan

dengan kunjungan top management dari kantor pusat.


2. Teori pengondisian operant
Pengondisian operant adalah jenis pengondisian di mana perilaku
sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah
sebuah hukuman. Teori ini menyatakan bahwa perilaku merupakan
fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya. Individu belajar berperilaku
untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau menghindari
sesuatu yang mereka tidak inginkan. Perilaku operant berarti perilaku

0
5

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

secara sukarela atau yang dipelajari (kebalikan dari perilaku refleksi,


yang tidak dipelajari).
Kecenderungan untuk mengulag perilaku seperti ini dipengaruhi oleh
ada atau tidak adanya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang
dihasilkan

oleh

perilaku.

Dengan

demikian,

penegasan

akan

memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku


tersebu

diulangi.

Coba

saudara

berikan

contoh

penegasan,

konsekuensi, dan perilaku yang dihasilkan oleh mahasiswa terkait


dengan proses belajar-mengajar.
3. Teori pembelajaran social
Teori ini mengatakan bahwa orang-orang dapat belajar melalui
pengamatan dari pengalaman langsung. Seseorang dapat juga belajar
dengan mengamati apa yang terjadi pada individu lain dan hanya
dengan diberi tahu mengenai sesuatu, seperti belajar dari pengalaman
langsung. Misalnya:
a. Anak-anak atau kaum remaja meniru perilaku atau penampilan para
artis.
b. Murid sekolah yang meniru perilaku gurunya.
Meskipun teori pembelajaran social merupakan perluasan dari teori
pengondisian operant, namun teori ini juga mengakui keberadaan
pembelajaran melalui pengamatan (oservasi) dan pentingnya persepsi
dalam pembelajaran.
Pengaruh model-model

adalah

sentral

pada

sudut

pandang

pembelajaran sosial. Empat proses telah ditemukan untuk menentukan


pengaruh sebuah model pada seorng individu, yaitu:
a. Proses perhatian
Individu belajar dari sebuah model hanya ketika mereka mengenali
dan

mencurahkan

perhatian

terhadap

fitur-fitur

pentingnya.

Manusia cenderung sangat terpengaruh oleh model-model menarik,


tersedia

secara

berulang-ulang,

penting

baginya,

atau

mirip

dengannya menurut pandangannya.


b. Proses penyimpanan
Pengaruh sebuah model akan bergantung pada seberapa baik
individu mengingat tindakan model setelah model itu tidak lagi
tersedia.
c. Proses reproduksi motor
Setelah seseorang melihat sebuah perilaku baru dengan mengamati
model, pengamatan tersebut harus diubah menjadi tindakan. Proses
ini kemudian menunjukkan bahwa individu itu dapat melakukan
aktivitas yang dicontohkan oleh model tersebut.
0
5

10

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

d. Proses penegasan
Individu akan termotivasi

untuk

menampilkan

perilaku

yang

dicontohkan jika tersedia insentif positif atau penghargaan. Perilaku


yang ditegaskan secara positif akan mendapat lebih banyak
perhatian, dipelajari dengan lebih baik, dan dilakukan lebih sering.

6. Proses Pemahaman Individu dan


Adaptasi
a.
Pemahaman individu

Istilah atau topik ini lebih banyak merupakan bidang psikologi terkait
dengan bimbingan dan konseling. Pemahaman individu adalah suatu cara
untuk memahami, menilai, menaksir karakteristik, potensi, dan masalahmasalah (gangguan) yang ada pada individu dan juga kelompok individu.
Dalam

konteks

perilaku

organisasi,

tentunya

memahami,

menilai,

menaksir karakteristik, potensi dan gangguan individu atau kelompok


terkait dengan perilaku yang bersangkutan dalam organisasi guna
pencapaian tujuan.
Cara-cara yang digunakan

mencakup

observasi,

wawancara,

skala

psikologis, check list, inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes
lainnya. Manfaat pengetahuan dan keterampilan assesmen terhadap
pemhaman individu adalah untuk:
1. Pengklasifikasian dan penempatan seseorang dalam pekerjaan dan
pendidikan atau pelatihan yang diperlukan,
2. Menyaring pelamar pekerjaan, pendidikan, atau pelatihan,
3. Memberikan bantuan dan pengarahan individu dalam pemilihan
pekerjaan dan pendidikan,
4. Memilih karyawan mana yang layak diberhentikan, dipertahankan, atau
dipromosikan melalui program pendidikan dan latihan atau tugas
khusus,
5. Meramalkan dan menentukan perlakuan psikologis, fisik, dan klinis,
6. Mengevaluasi perkembangan kognitif, intrapersonal, dan interpersonal
sebagai hasil dari pendidikan dan pelatihan, atau program intervensi
perilaku lainnya,
7. Mendukung penelitian tentang perubahan perilaku dan mengevaluasi
efektivitas suatu program atau teknik (cara-cara) baru.
Setiap individu mengalami permasalahan yang berbeda dan memerlukan
bantuan atau penanganan dengan teknik atau metode yang berbeda pula.
Pemahaman individu merupakan langkah pelayanan dan bimbingan
konseling yang terdiri dari teknik-teknik dasar dalam memahami individu

0
5

11

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

yang dapat membantu manajer menyelesaikan masalah konseling secara


tepat dan sesuai dengan masalah yang dihadapi.

b.

Adaptasi

Adaptasi

sangat

diperlukan

oleh

seluruh

mahluk

hidup

untuk

mempertahankan hidupnya dan kemudian memelihara kehidupannya. Dari


pengertian

tersebut,

maka

tidak

mengherankan

bila

ada

yang

berpendapat bahwa dinosaurus punah karena tidak mampu melakukan


adaptasi dengan lingkungan.

Adaptasi merupakan cara mahluk hidup

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup di mana mereka


tinggal. Adaptasi diperlukan karena setiap lingkungan di bumi memiliki
karakteristik sendiri. Misalnya, di kutub suhu sangat dingin, terdapat
banyak air sedangkan di gurun suhu sangat panas, gersang, dan sedikit
sekali sumber air. Pada kedua kondisi atau karakteristik tersebut,
membawa perilaku yang berbeda mahluk hidup di kedua kawasan
tersebut.
Terdapat tiga macam adaptasi, yaitu:
1. Adaptasi morfologi
Merupakan penyesuaian bentuk
lingkungan

tempat

tinggal.

tubuh

mahluk

hidup

Adaptasi

bentuk

ini

terhadap

merupakan

penyesuaian fisik mahluk hidup dengan lingkungan di mana ia akan


berdomisili.
2. Adaptasi fisiologi
Merupakan penyesuaian fungsi alat tubuh suatu mahluk hidup
terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi jenis ini tidak dapat dilihat
secara kasat mata karena menyangkut tentang fungsi organ tubuh
mahluk hidup.
3. Adaptasi perilaku
Merupakan cara mahluk hidup beradaptasi dengan lingkungan dalam
bentuk perilaku. Adaptasi ini berhubungan dengan tindakan mahluk
hidup untuk beradaptasi atau melindungi diri dari pemangsa. Adaptasi
ini

juga

berhubungan

dengan

kebiasaan

mahluk

hidup

untuk

menyesuaikan diri dan mempertahankan hidupnya di suatu lingkungan


di mana ia berada.

7. Daftar Pustaka

Eileen Rachman. Kompas tanggal 1 Agustus 2015


John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2005.
Organizational Behavior and Management. McGraw-Hill. New
York
Robert Kreitner and Angelo Kinicki. 2014. Organizational Behavior.
McGraw-Hill Education. New York

0
5

12

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Stephen P. Robbins and Timothy A. Judge. 2007. Organizational


Behavior. Pearson Education. New Jersey

0
5

13

Perilaku Organisasi
Bambang Mulyana, Dr., MSi

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

You might also like