You are on page 1of 8

JUDUL : Cintaku Sampai Akhir Hayat Untukmu

Cintaku untuk ragamu disana


Jarum itu sudah menunjukkan tepat pukul setengah lima pagi dan terdengar suara ayam
berkokok sangat kencang di luar sana pertanda bahwa fajar telah tiba. Pagi hari yang indah,
membuatku selalu bersemangat. Aku pun bangun dari tidur ku yang lelap dan bergegas untuk
pergi mandi. Sesampainya di kamar mandi ternyata sudah banyak anak yang telah berbaris
membentuk antrian yang tidak kalah dengan antrian kereta saat lebaran tiba. Ya begitulah nasib
mandi di rumah kos putra.
Yaa.,.selesai mandi aku segera memakai baju paling rapi karena aku akan bertemu dengan
seorang yang paling melekat kuat dipikiranku selama ini. Bidadari cantik yang selalu menghiasi
malam-malam kelamku.Walaupun kadang terlihat diam namun menawan bagiku. *hhee.. Segera
aku berangkat dengan kecepatan yang luar biasa. Karena tak sabar ingin segera bertemu dengan
sosok yang kupuja itu.
Sesampainya di sebuah rumah sederhana yang terlihat sejuk, aku pun mengeluarkan
handphone dari tas dan mencoba menghubungi bidadari cantikku. Saat aku mencoba
menghubunginya, dia begitu lama tidak menjawab teleponku. Feewh., membuatku sedikit kesal.
Tapi hanya sedikit, kerena tak lama setelah itu dia keluar dari rumah dan menghampiriku dengan
mengembangkan senyum cerianya yang selalu membuatku berbunga-bunga setiap harinya.
Hhaahhayy..
Dia pun duduk di boncengan sepeda motor ku dengan anggun. Kita berangkat menuju ke
kampus seperti hari-hari biasanya. Berangkat pukul setengah delapan pagi dan merasakan udara
dingin yang menusuk tulang memang sangat berat. Namun karena aku melakukannya dengan
orang yang selalu mendukungku, aku jadi selalu bersemangat juga. Semangaat kuliah karena kau
sayang ku.
Ternyata di kelas masih sangat sepi. Keadaan yang tidak akan mengagetkanku, karena ini
sudah menjadi kegiatan yang rutin. Mahasiswa sekarang tidak suka berlama-lama duduk di
dalam kelas. Maka dari itu mereka datang ke kampus dengan tepat waktu. Ya tidak kurang dan
juga tidak lebih. Tapi kadang-kadang ada yang lebih telat dikit sih. *kalau malas..,
Aku pun membuka buku tulisku yang berisikan meteri kimia dasar pada minggu kemarin.
Saat aku membuka buku tulisku, bidadari cantik yang duduk disebelahku menanyakan suatu hal
padaku.Sayang, kita akan terus bersama kan? Ajari aku mata kuliah yang aku kurang begitu
paham yaa..?!, ucapnya sangat manis kepadaku. Iyaa.. aku akan mencoba untuk mengajarimu
semampuku ya, nii, jawabku memenuhi keinginannya.dia begitu polos hingga aku tak kuasa
menolak keinginan yang menggebu darinya.
Seorang lelaki paruh baya yang badannya agak berisi memasuki ruang kelas dengan
membawa beberapa buku tebal yang aku tak ingin menerka apa judulnya. Bapak agak berisi
tersebut langsung menempati tempat duduk yang biasanya diduduki oleh para pengajar kami para
mahasiswa. Beliau terlihat sibuk mencari buku mana yang akan dijadikan panduan untuk
mengajar kelas kami hari ini. Para mahasiswa pun masih sibuk dengan urusan mereka masingmasing. Bercengkramah dengan teman sebelah, ada yang sedang menelepon, ada yang sedang
bermain-main handphone dan beberapa terlihat rajin dengan mempersiapkan buku-buku mereka.
Inilah suasana kelas mahasiswa kimia yang terlihat saat ini. Begitu antusias dengan tingkah
mereka yang semakin riuh.
Tak lama kemudian bapak tersebut menyapa para mahasiswa dengan suara ringan namun
agak sedikit menusuk. Ini ruang kelas orang ato pasar kumuh? Ribut sekali kalian. Silahkan
yang masih ingin bicara segera menutup pintu ruang kelas ini dari luar. Saya tidak ingin

penjelasan saya nanti sia-sia di sini., ujarnya ringan namun tegas. Sesaat setelah itu para
mahasiswa tersebut langsung diam dan memperhatikan dosen kimia tersebut mengajar. Fewh.,
mengerikan juga orang ini. Ucapku dalam hati sedikit membatin. Namun dengan adanya dosen
yang seperti itu, aku jadi lebih semangat untuk melanjutkan mata kuliah kimia dasar ini.
Aku pun sedikit memandang bidadari cantik yang sedang duduk sebelah kiriku ini. Dia
begitu terlihat manis, menyenangkan dan tidak sok cantik. Sangat beruntungnya aku telah
mendapatkan orang seperti dia. Bidadari cantik yang membuat hatiku luluh lantak seperti es beku
yang leleh di sekeliling letusan api.
Dua jam telah berlalu, mata kuliah yang telah diberikan oleh dosen tambun itu pun telah
berakhir. Saatnya untuk pulang ke kosku yang tak begitu jauh dari daerah kampus. Seperti biasa
aku selalu pulang bersama bidadari paling cantik di dunia ini. Bersama dia ku lewati hari-hari
indahku. Selalu bersemangat bila semua aku lakukan dengan melihat senyuman di wajahnya.
Aku berjalan bersamanya menuju tempat parkir dan mencari sepeda motorku. Saat aku
memberikan helm padanya dia menerima sambil tersenyum manja padaku. Sungguh ajaib hanya
dengan melihat senyuman sederhana darinya aku langsung terpanah hingga tak menghiraukan
panggilan seorang teman di seberang sana.
Yaa.., aryaa..wooii.., teriakan kencang temanku saat memanggilku.
Haahh., iiyaaa., apa woii?, balasku sambil menoleh kepadanya.
Ntar datang ya buat bantuin kita jual bunga mawar?, pinta temanku.
Aku berpikir agak lama, karena sebelumnya aku telah membuat janji dengan bidadari cantik
di sampingku ini.
Iyaa., gak apa-apa. Nanti aku bantuin deh., jawab seorang gadis dengan kencang dan
mantab. Ternyata yang menjawab tadi si tini.Cewek luar biasa yang suka sekali membantu
temannya yang sedang kesusahan. Benar-benar membuatku kagum untuk yang ke sekian kalinya.
Ucap batinku sambil menggelengkan kepala.
Makasi ya nii,, nanti yaa. Kita tunggu di depan himpunan buat ambil dus bunga mawarnya.
Okeey..., temanku sedikit menjelaskan. Kemudian dia mengganggukkan kepala dengan yakin.
Hatiku jadi tergerak untuk bisa membantunya dan menjual mawar itu berdua dengannya. Lalu
aku ajak dia pergi ke himpunan naik sepeda motor ku.
Saat kami sedang duduk di bawah pohon rindang dekat himpunan, ada seorang teman yang
datang menghampiri kami dengan membawa sekotak bungkusan bunga mawar yang berwarnawarni. Bidadari cantik disebelahku terlihat sumringah ketika sekotak bunga mawarnya datang.
Dia langsung saja mengambil satu dan tiba-tiba saja berdiri didepanku kemudian berkata,
Sayang, ini untukmu, ucapnya sambil memberikan bunga mawar putihnya padaku. Aku
sangat malu dan tak bisa berucap apa-apa lagi. Teman-teman kami yang saat itu ada di sana
tertawa melihat kejadian itu.
Tak kusangka dia begitu berani, bahkan lebih berani daripada diriku. Sungguh perempuan
yang luar biasa, memiliki semangat tinggi dan tidak memiliki gengsi. Aku sadar bahwa dengan
mengenalnya seperti ini, aku makin cinta padanya. Ya Allah berilah umur panjang pada
hubungan kami, semoga kami langgeng untuk selamanya. Amiiin.
Saat menjual bunga mawar itu, aku dan teman-teman masih agak malu-malu untuk
menawarkan pada calon-calon pembeli. Namun berbeda dengan dia yang selalu tersenyum saat
menjajakan bunga pada orang-orang yang lalu lalang di jalan itu. Dia begitu bersemangat,
sehingga aku tak merasa lelah bekerja ketika melihat senyum manisnya itu.Tak sampai sejam
jualan bunga mawar itu telah habis. Sungguh luar biasa.
Alhamdulillah., jualan bunganya uda abis. Seneng yaa..?!, ujar salah satu teman yang tadi
mengajakku tuk berjualan.

Iyaa., seneng yaa kalo jualan trus laris manis kayak gini. Jadi pengen jualan lagi., ucap
bidadari paling indah menurutku. Aku hanya bisa membalas senyuman komentar-komentar itu.
Karna aku juga merasa sangat senang hari ini.
Eh., minggu depan ada pembukaan acara tempo doeloe low di jalan kanan kampus. Ikut
yuk tin? Bagus low acaranya. Ajak arya juga deh, ajak temanku dengan semangat yang
menggunung. Tak heran bila dia begitu bersemangat mengajak tini, karena acara ini hanya
berlangsung satu tahun satu kali. Acara yang selalu dinanti-nanti penikmat suasana tempo dulu
atau sejenis jaman-jaman ke-jadul-an gitulah.
Waah., boleh tuh. Ayoog yaa ikut kesana. Aku pengen ikut., minta bidadari cantik bernama
tini padaku dengan wajah yang aku kurang suka darinya. Yaa sedikit memelas.
Hmm.,
Ayolah yaa., kan acara ini cuma ada satu kali setahun. Ikut aja deh. Tini pengen ikut tuh.,
ujar saah satu temanku.
Hmm., masa cuma aku dan tini aja. Gag enak, gag seru., protesku sedikit malu.
Oke.,oke.. berangkat kesana bareng-bareng aja. Ntar kalo aku ajak yang lain pasti mereka
juga pada mau ikut.
Oke., ide kamu boleh juga. Ya aku ikut, tini sayang., ujarku sambil menenangkan
kecemberutan yang terbentuk diwajah cantiknya itu.
Matahari yang telihat jingga saat itu menandakan bahwa sore telah tiba.Tepat pukul 3 sore,
aku terbangun dari tidur siangku. Ya hari ini adalah hari dimana aku berjanji dengan tini untuk
melihat acara tempo doeloe yang ada di jalan kanan kampus. Semoga blum telat, karena kata
teman-teman bila kita datang semakin malam maka suasananya akan semakin bagus.
Saat aku bergegas mandi, hape ku berbunyi.
Dddrrrrtt.,ddrrrttt.,. saat kulirik nama yang terlihat adalah My tini. Ups..
Ya halo., ada apa sayang?
Sayang kamu gak lupa kan hari ini kita pergi ke acara itu. Uda mandi? Nanti jangan lupa
jemput di kosku ya.
Iyaa., sayang. Aku gak lupa koq. Ini mau mandi. Tunggu ya sayang.
Heem., ati-ati berangkatnya. Owya jangan lupa helm ya.
Iyaa., sayaangkuu.
Hmm., sayang ku ini memang orang yang tepat waktu. Aku langsung bersemangat untuk
segera berangkat menuju kosnya. Dalam perjalanan aku berpikir untuk tidak akan pernah
membuatnya kecewa. Karna hanya dia yang terindah dihatiku.
Selesai ku mandi dan beribadah, ku langsung saja bergegas menuju kos tini untuk
menjemputnya. Ketika sampai di depan kosnya, ternyata dia sudah duduk di depan pintu kosan
dengan pakaian tempo dulu yang anggun yang ia kenakan saat itu. Setelah itu kami pun
berangkat menuju kampus. Karena kami telah membuat janji juga dengan teman-teman yang lain
untuk berangkat bersama-sama.
Sesampainya di kampus, himpunan sudah terlihat ramai dengan banyak orang disana.
Ternyata teman-teman sudah banyak yang menunggu kami dari tadi. Kami jadi merasa tidak
enak. Lalu kami menghampiri mereka yang sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu.
Heii.,broo brangkat jam berapa ni??, tanyaku pada seorang teman sambil menepuk
pundaknya.
Eeh tin., cantik banged kamu hari ini., pas deh sama arya. Ayoog berangkat. Ntar klo
kesorean malah ga enak lagi.,
Iya uda., ayoog berangkat aja. Paijo ayoo brangkat., ujar tini memanggil arya sambil
tersenyum menggoda.

Apa??? Kamu panggil aku apa? Paijo? Kalo gtu ayoo surti ku kita berangkat. Balasku
sambil memberinya helm dan sedikit tertawa kecil. Dia membalas dengan senyuman manis yang
tersungging di wajahnya.
Sesampainya di tempat yang dibicarakan tadi, kami semua berencana untuk kumpul terlebih
dahulu. Kemudian berfoto-foto disana dengan riang gembira. Bahkan gelak tawa terngiang
begitu indah dikeheningan malam saat itu.
Joo., dingiin.. pulang yuuk uda malam., rintih tini seraya menarik jaket arya dan meringik
minta pulang.
Dingin ya suur., yauda ayoo kita pulang. Pamit dulu ya sama anak-anak., Arya langsung
melepas jaket yang dikenakannya kemudian memberikannya pada tini. Tini pun menggangguk
dan berjalan dibelakang badan arya. Arya tahu bahwa kondisi badan tini tidak sebaik badan yang
lain. Tini begitu lemah butuh perlindungan yang lebih dari arya.
Heeh reeg tak muleh sek yow.,wes bengi iki. Sakno tini kademen.
Iyoo yaa., ati-ati yoo., balas teman-teman mengerti keadaan tini yang memang tak tahan
udara dingin di kota ini.
Sesampainya ku mengantar surtiku tersayang, aku memandanginya ketika ia akan masuk ke
dalam kosnya. Dia begitu cantik dan mempesona, tak pernah menyesal ku ditakdirkan mencintai
tini. Saat akan membuka pintu, badan tini berbalik ke arahku dan melambaikan tangannya
dengan senyum memukau di wajah cantiknya itu. Ini sungguh luar biasa Tuhan, tak pernah
terbayangkan aku telah mendapat makhluk terindah milik-Mu ini.
Hari senin saat di kampus, aku masuk lebih awal karena saat ini aku tak berangkat bersama
tini. Hari sabtu dan minggu adalah waktunya bersama keluarga, aku dan tini pun sama-sama
pulang kampung dan baru hari senin inilah kita bisa bertemu. Ceria ku masuk kelas dan
memandangi wajah teman-temanku satu persatu dan juga mencari sosok cantik si tini. Tidak ku
temukan dan ku duduk diantara teman-teman tanpa kehadiran tini.
Kuliah berakhir aku menghubungi pacarku yang tak kunjung memberi kabar. Hapenya mati,
tak tersambung. Akupun bertanya pada teman-temannya, Anti salah satu teman yang paling
dekat. Antipun tidak tahu, yang Anti tahu bahwa Tini sedang ada di rumah.
Sampai di hari rabu, tini tak pernah masuk kuliah atau bahkan handphonenya tak dapat
dihubungi. Sungguh buatku cemas gak karuan. Aku dan teman-temannya anti, lina dan nury
berdiskusi mengenai tini. Apakah sebaiknya kita ke rumahnya? Atau ada yang tau dimana
rumahnya? Nomor telepon rumahnya? Semua ku pertanyakan. Lina mengatakan bahwa
sebaiknya kita coba hubungi orang rumah tini, lalu menanyakan keadaan tini.
Saat mencoba mencari tau keberadaan rumah tini dari teman-temannya yang satu kota, kami
mendapatkan alamat dan nomer telpon dari keluarga tini di rumahnya. Ketika salah satu dari
kamu, yaitu nury menghubungi keluarga tini, ibu tini lah yang pertama kali mengangkat telpon.
Assalamualaikum., bisa bicara dengan tini? Saya temannya, bu.
Waalaikumsalam, tini sedang sakit dan sekarang sedang ada di rumah sakit,nak. Ada
keperluan apa dengan tini?, Jawab ibu tini.
Ketika mendengar kabar ini nury langsung tercengang dan membuat arya penasaran dengan
keadaan tini saat ini. Arya spontan menggoyang tubuh nury dan segera mendesak nury untuk
membiarkan arya yang berbicara dengan ibu tini dan mencari kejelasan dari keberadaan tini saat
ini. Namun nury tidak enak pula dengan ibu tini dan menapis tangan arya. Setelah nury menutup
telponnya, nury barulah menceritakan tentang keadaan tini yang sedang sakit dan berada di
rumah sakit, namun nury belum tahu tentang detail rumah sakit mana yang sedang diinap oleh
tini.

Arya mulai berpikir berat mengenai hal tentang kekasihnya ini. Pikiran yang begitu
memberatkan arya adalah mengapa tini tak memberitahunya ketika pertama kali masuk rumah
sakit. Mengapa tini tak mengabarinya sekali pun setelah hari minggu berlalu. Pikiran arya
goncang, tak menentu tentang kesehatan tini yang sedang jauh darinya saat ini. Pembicaraan
bersama anti, lina dan nury berkahir, arya pulang menuju kosnya dengan muka lesu.
Sesampainya di kos, arya memutuskan menghubungi hape tini kembali. Namun tak ada
jawaban dari tini bahkan laporan terkirim dari hape ku ini. Sungguh memilukan sekali nasib arya
ini. Arya bingung tentang apa yang harus ia lakukan saat ini. Menghubungi tini tidak bisa, ingin
bertemu namun tidak tahu dimana sekarang tini berada.
Keesokkan harinya aku masuk ruang kuliah dengan muka sedikit lesu dan menunduk. Ini
semua membuatku bingung. Setelah kuliah selesai, ketiga temanku menghampiriku. Mereka
adalah teman-teman yang selalu bersamaku saat perutku butuh makan. Oji salah satunya
menepuk pundakku seraya bilang Sudahlah yaa, jangan terlalu dipikirkan, mungkin tini
melakukan ini semua agar tidak membuatmu sedih begini. Diikuti dengan tepukan berikutnya
dari kedua temanku lainnya Tino dan Alvin. Besok kalo kita tahu tini di rumah sakit mana, kita
bakal woro-woro satu kelas buat jengukin dia sama kamu. Uda tenang aja, yaa, ujar alvin
meyakinkanku.
Siang hari badha dhuhur, salah satu temanku Esya yang biasa dipanggil bunda maju ke
depan dan mengumumkan sesuatu. Teman-teman tolong dengarkan yaa., besok kita mau
menjenguk teman kita yang sedang sakit di rumahnya. Yaitu tini. Besok berkumpul setelah kuliah
jam kedua usai. Sekarang kita urunan dulu untuk membeli buah tangan yang akan dibawa besok
ya teman-teman.. Semua anak di kelas langsung mengiyakan pengumuman dari Esya tersebut.
Tepat seusai kuliah jam kedua hari rabu tanggal 29 juni 2011, kami semua anak kimia
berencana berangkat menuju ke rumah sakit yang sedang diinap oleh tini, seorang gadis cantik
yang sangat cantik menurutku. Sebagai pacar aku langsung memadu teman-teman untuk segera
mempersiapkan segalanya untuk persiapan berangkat ke daerah desa waung.
Persiapan kesana kemari mulai dipersiapkan oleh teman-teman semua. Sebelum berangkat
menuju tempat tini berada, salah satu temn kami, nury menelepon keluarga tini yang ada jauh
disana. Akupun ikut andil dengan merelakan telpon genggamku untuk digunakan menelpon
rumah tini.
Tuut., tut., tut.,
Haloo. Assalamuaalaikum., suara yang keluar dari telpon seberang sana.
Waalaikumsalam, ibu tini?
Iyaa benar. Siapa ya?
Begini bu, ini saya teman kuliah tini. Saya dan teman-teman hari ini berencana ingin
menjenguk tini pukul 1.00 siang ini bu. Namun kami kurang mengetahui dimana tini dirawat.
Kita kalo kesana langsung menuju kemana bu?
Ooh., iyaa ndak apa-apa, nak. Langsung saja menuju rumah sakit umum kota yaa. Kamar
mawar nomor 28.
Baik bu, terimakasih.
Setelah telpon ditutup oleh nury, langsung saja dia berkata pada esya yang biasa dipanggil
bunda itu untuk mengumumkan tentang hal ini. Teman-teman sangat senang dengan
keberangkatan menuju tempat rawat tini di kota nya. Karena selain menjenguk mereka juga bisa
sedikit menenangkan pikiran sejenak dari pikiran-pikiran penat tentang kuliah di sini.
Disisi lain, sebuah kamar bernama mawar bernomorkan angka 28, terduduk seorang gadis
cantik yang sedang bersandar pada dinding di atas tempat tidur di ruangan itu. Gadis itu
melamun, melamunkan seorang laki-laki yang selalu bersamanya ketika di kampus, selalu setia

menjemput dan mengantarnya dikala dia butuh dan tak kenal lelah mencintainya hingga detik ini,
hingga ia masih terbaring lemas di ruangan sebuah rumash sakit umum kota. Dia melamunkan
semuai ini sambil menikmati sepiring buah dari budhenya.
Uuhuuk., uhuuk., uhuuk..., tini batuk karena tersedak buah yang dimakannya. Dia
meminta segelas air putih dan segera diminumnya. Namun batuk itu tak kunjung reda. Semakin
sesak membuat dada tini makin tercekat dan sakit. Budhenya yang sedang menemaninya ikut
kawatir. Lalu budhenya memanggil salah satu perawat rumah sakit untuk membantunya dalam
menolong tini.
Langsung saja dokter datang, dan memboyong tini bersama para teman dokter lain dan
perawat-perawat itu ke ruang UGD, karena sepertinya tini mengalami suatu kecelakaan yang
serius. Dokter sedikit bingung saat menangani penyakit tini tersebut. Budhenya yang sedari tadi
mengikuti tini yang diboyong sampai ke UGD langsung menelepon ibunda tini. Dan segera saja
ibunda tini yang sedang ada dirumah dan baru saja menerima telpon dari teman-teman tini,
berangkat ke rumah sakit.
Di kampus pukul 1 tepat, teman-teman masih bingung akan keberangkatan bagi yang tidak
memiliki kendaraan bermotor. Masih mengkoordinir siapa yang berangkat terlebih dahulu dan
siapa yang harus tinggal untuk berangkat menyusul. Arya bingung dengan keadaan temantemannya tapi disisi lain dia juga kesal dengan mereka. Dalam hati arya, aku harus segera
berangkat dan aku benar-benar ingin segera bertemu. Kutak tahu sepertinya akan ada hal buruk
yang akan terjadi. Arya hanya bisa menunduk.
Keadaan ruang UGD di rumah sakit umum telihat sanagt gaduh. Para dokter ribut
mengambil pelatan-peralatan medis untuk membantu menyembuhkan tini dari sakit yang di
deritanya. Lama ibunda tini dan budhenya menunggu di luar ruangan dengan gelisah. Bahkan
terkadang ibunda tini berdiri an mondar-mandir kesana kemari cemas.
Tepat pukul 2.15, arya dan sebagian teman yang sudah siap berangkat langsung bersiap
untuk segera berangkat, sedangkan yang lain masih menunggu angkot sewaan seadanya yang
akan datang mengantar semua teman-teman. Arya pun berangkat menuju rumah sakit tini di
rawat di kota tempat tinggal tini.
Salah satu teman yang sedang berada did kampus mendapat berita dari slah satu keluarga
tini, bahwa tini sedang dalam kondisi kritis. Kami semua kawatir. Kami mengkawatirkan
keadaan tini yang sedang sakit menjadi parah dan juga keadaan arya yang bila tahu akan hal ini.
Selang beberapa menit saja berita tadi datang pada kami, datang lagi sebuah berita
mengejutkan kali ini. Langsung ke jurusan kami, kimia. Diberitakan bahwa Wahyu Prihatini
meninggal dunia tepat pukul 14.45 WIB. Salah seorang yang mengetahui hal ini langsung
menitihkan air mata sederas-derasnya dan memeluk teman yang lain. Ada beberapa yang masih
merinding tak percaya akan hal yang terjadi pada tini. Lalu bagaimana dengan arya yang saat ini
sedang ada di jalan menuju kesana.
Hujan. Kota dingin yang sejuk ini, tiba-tiba diguyur hujan lalu deras. Derasnya sederas
kesedihan kami semua akan kepergian seorang tini, teman yang baik dan cantik. Guyuran deras
ini seperti tangisan membahana arya di tengah jalan menuju rumah sakit tini dirawat. Arya belum
sempat bertemu tini untuk yang terakhir kalinya disaat dia begitu merindukan tini. Arya jatuh
pingsang saat tahu akan kabar buruk ini. Dua teman lelaki dari kami segera menyusul ke tempat
arya berhenti dengan teman-teman lainnya.
Semua teman yang sedang bersama arya sedang berusaha menguatkan arya. Arya sedikit
terbangun dari pingsannya dan menangis. Hatinya sangat terluka tak kuat menerima semua hal
ini. Kepergian tini begitu memukulnya, hingga ia tak kuasa menahan tetesan air matanya untuk

jatuh sederas hujan sore itu. Akhirnya arya memutuskan untuk segera berangkat ke rumah tini
sebelum dimakamkan. Dia ingin melihat wujud cantik tini sebelum berada di liang lahat.
Sesampainya di rumah tini, arya dan teman-temannya tidak terlambat. Karena mobil
ambulans yang membawa raga tini belum sampai di kediamannya. Masih di perjalanan. Satu jam
berlalu dan ambulans yang membawa tini pun tiba. Sebelum raga tini di turunkan untuk
dimandikan sebelum dimakamkan, budhe tini turun dari ambulans dan mencari yang bernama
arya.
Arya maju menghampiri budhe tini. Budhe tini mengatakan bahwa ada titipan untukmu
dari tini yang baru saja dibuatnya tadi. Arya terluka lagi dan menangis, disaat raga tini yang
kurang sehat ternyata tini masih sangat mengingat arya bahkan sangat mncintai arya. Arya pun
meminta sesuatu pada budhe tini, tentang keinginannya untuk melihat tini yang terakhir kalinya.
Saat raga tini yang dingin itu keluar dari ambulans, tangan arya gemetar memegang selimut yang
menutupinya. Segera dibukanya secara perlahan dengan tangisan yang tak henti-hentinya
mengalir dari mata arya. Arya benar-benar terkejut bahwa tini pergi meninggalkannya dalam
keadaan tersenyum.
Saat raga tini dibalut dengan kain putih dan akan dimakamkan, teman-teman lain yang tadi
berangkat bersama-sama pun tiba. Kami semua para teman tini benar-benar sangat berduka atas
kepergian tini yang mendadak ini. Kami pun berdoa sangat khusyuk untuk jiwa tini yang sudah
tak lagi menyatu dengan raganya itu. Raga tini pun segera dimakamkan saat itu juga di tempat
pemakaman umum dekat kediamannya di desa waung.
Keesokkan paginya, arya datang ke kampus dengan muka yang sangat pucat. Arya benarbenar terpukul akan kejadian ini. Kematian tini bukanlah hal sederhana baginya. Karena bagi
arya, tini adalah cita-cita hidupnya. Keinginannya tentang wanita sudah ada dalam raga tini yang
indah. Namun semua itu pupus seketika, saat tini dipanggil oleh yang Maha Kuasa untuk berada
disisi-Nya.
Hari demi hari arya melakukan aktivitasnya seperti biasa di kampus bersama dengan
teman-teman kimia yang lain. Namun jiwanya seperti hampa dan kosong. Dia mencoba
tersenyum saat melihat suatu surat dari tini. Surat tersebut sering ia baca berulang-ulang saat
kuliah telah berakhir. Hanya ini sesuatu terlihat yang disisakan tini untuknya. Namun baginya
banyak kenangan indah yang diberikan tini padanya, hingga ia sangat sulit untuk perlahan
menerima kepergian tini.
Terkadang cinta yang benar-benar sejati itu tidak ada. Namun cinta yang hidup di dalam
hati selamanya, itulah cinta sejati. Cinta yang tak kenal waktu di dunia ini akan berkahir sekali
pun. Terima kasih.
Hema Aprilia S.W
082139391562
Mahasiswa Kimia, Universitas Brawijaya

Seorang cewek berumur 20, yang sedang menyandang status mahasiswa


kimia, Universitas Brawijaya, Malang ini suka sekali membaca komik dan novel-novel teenlit.
Nama lengkapnya Hema Aprilia Setyo Windari, lahir di Surabaya pada tanggal 29 April 1992. Ini
merupakan karya pertama yang diluncurkan olehnya. Semoga pembaca menyukainya. ^.^

You might also like