You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1atar belakang
Masalah limbah, terutama limbah ini telah menjadi persoalan tersendiri seiring
dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. peningkatan produksi limbah
baik yang berasal dari sektor pertambangan. Lingkungan pabrik/perusahaan
maupun perkotaan (rumah tangga) harus dikelola ekstra hati-hati sehingga tidak
menimbulkan dampak lingkungan. berkaitan dengan hal tersebut diatas maka
tantangan yang dihadapi dengan meningkatnya kebutuhan sumberdaya yang tinggi
dan kebutuhan untuk memproteksi lingkungan dari konsekuensi eksploitasi
sumberdaya serta kebutuhan untuk konservasi merupakan hal yang harus
dilakukan sehingga dapat tercapai suatu kondisi yang seimbang dan berkelanjutan
didalam pengelolaan suberdaya alam. Limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan
industri limbah pabrik saat ini menjadi masalah yang serius dan harus ditangani
oleh pemerintah kota maupun oleh masyarakat itu sendiri.masalah penanganan
limbah padat (sampah industri) di perkotaan telah membuat dinas kebersihan kota
semakin kewalahan didalam menangani dan mengelola sampah industri.sebagai .
Sampah yang sangat besar ini tentunya akan menimbulkan problem tersendiri bagi
dinas kebersihan dan badan pengusaha pengelola limba (B3) di dalam
pengelolaannya, baik dalam pengambilan dan pengumpulan sampah dari setiap
lokasi pembuangan yang tersebar di seluruh wilayah serta masalah dalam
pembuangan dan pengolahan dilokasi tempat pembuangan akhir (TPA).
1.2 Rumusan maslah
Dari uraian latar belakng diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. apa yang dimaksud dengan limbah pabrik industri ?
2. bagaimana dampak limbah industri terhadap lingkungan sekitar terhadap
kesehatan ?
3. bagaimana upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi limbah pabrik industry?
4. Apa cara yang di lakukan badan pengelolaan limbah industry agar tidak
mencemari lingkungan sekitar?

1.3Tujuan

Umum

Adapun tujuan yang ingin di capai dari pengolahan limbah padat


adalah agar terciptanya lingkungan yang sehat dan limbah yang di
olah dapat berdaya guna kembali dan memiliki nilai yang ekonomis.

Dan juga masyarakat dapat memahami dampak yang timbul dari pencemaran
limbah industry tersebut,
Khusus
Khususnya bagi mahasiswa keperawatan yaitu diantaranya:
1. Mengetahui bagaimana cara pengelolahan limbah industry
2. Mengetahui dampak dari limbah industry
3. Untuk memenuhi tugas mata kulia keperawatan komunitas II

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1

TREND DAN ISSUE KESEHATAN LINGKUNGAN SAAT


INI
Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang seksama dan cermat. Lingkungan saat ini mulai terancam oleh
berbagai dampak yang ditimbulkan berbagai aktifitas manusia. Dari tahun ke
tahun lingkungan saat ini mulai menampakan perubahan yang signifikan.
Isu lingkungan sesungguhnya merupakan isu yang sangat luas karena
kompleksitas permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan beraneka
ragam dari multidisiplin ilmu ekonomi, politik, social dan budaya dan
tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata yang berkaitan langsung dengan
studi physical environment itu sendiri, seperti: biology, chemistry, geology,
forestry dan sebagainya.

Pesatnya

perkembangan

zaman,

membuat

masyarakat

terpacu

memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak


hanya dari satu sector tetapi banyak sector yang saling terkait. Dan
pembangunan yang cukup pesat terjadi dalam sector industry. Namun tidak
banyak orang yang turut memperhatikan aspek lain dalam pembangunan
industry tersebut.
Peningkatan jumlah perindustrian menimbulkan dampak ikutan dari
industrialisasi yaitu terjadinya pencemaran yang dihasilkan dari proses
industry. Pencemaran air, udara , tanah, dan pembuangan limbah bahan
berbahaya dan beracun ( B3 ) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh
komunitas yang tinggal di sector kawasan industry.
Demikian pula di Kota Batam,

Batam terbuka untuk setiap jenis

industri. Hampir tidak ada batasan untuk industri yang akan didirikan di
Batam. Namun, ada beberapa industri yang lebih cocok dibandingkan
industri lain-lain. Industri-industri di Batam adalah elektronik dan komputer,
seperti sparepart komponen-komponen audio dan video, komponen otomotif,
printed circuit board (PCB), dan lain-lain. Ini adalah sebagian dari jenis
industri yang paling cocok karena pasokan tenaga kerja tidak terbatas dan
mudah melatihnya. Selain itu ada fabrikasi lampu, sepatu, pakaian,
mainan, produk rumah tangga, dan produk kesehatan.
Ada beberapa perusahaan yang terlibat dalam industri berat seperti
pembuatan baja, pipa threading, peralatan eksplorasi minyak, rig minyak,
jaket lepas pantai, dan alat berat. Selain itu, juga terdapat kurang lebih 41
galangan kapal untuk industri dan perbaikan kapal di Batam. Dengan kontrol
yang

memadai,

limbah

berbahaya

serta bahan

kimia

industri

juga

diperbolehkan. Diantara industri kimia yang sekarang beroperasi di Batam


yaitu pabrik alkohol, cat produksi, pipe coating, dan perusahaan kimia.
Beberapa perusahaan multinasional terkenal yang sudah beroperasi di
Batam

meliputi: Ciba

Vision,

Epson,

Halliburton,

Hydril,

Hyundai,

Matsushita, McDermott, Nikon, Nippon Steel, Pan United Shipyard, Philips,


Sanyo, Schneider Manufacturing, Seagate Technology, Siemens, Sony,
Sumitomo, Thomson Television, dan lain-lain.
( http://www.bpbatam.go.id/ini/Industry_economy/environment.jsp).

Menurut

Deputi

III

Kementerian

Lingkungan

Hidup

Bidang

Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Ir. Arief Yuwono,


MA, Kota Batam memang menghadapi masalah lingkungan hidup yang serius.
Tingkat pencemaran termasuk oleh limbah bahan berbahaya beracun (B3),
cukup tinggi. Perairan Batam dari tahun ke tahun dipenuhi limbah B3. Selain
itu, limbah B3 juga berasal dari sejumlah galangan kapal (Shipyard) yang
tidak mengolah limbahnya dengan baik dan benar. Bahkan, mantan Kepala
Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Regional Sumatera (saat itu), Ir.
Sabar Ginting memberikan penilaian yang lebih keras. Hasil evaluasi PPLH
setahun silam, Batam menempati urutan pertama sebagai kota terjorok se
Sumatera, disusul Dumai dan Belawan, kata sabar Ginting.
( http://wisata.kompasiana.com )

2.2

MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH


INDUSTRI
A. Pengertian Limbah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi
limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum,
limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan,
dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair
atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun
atau berbahaya dan dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3).

B. Jenis Limbah
Jenis-jenis limbah dari zat pembentuknya adalah:
Limbah organik. Limbah ini dapat terurai secara alami, contoh: sisa

organisme (tumbuhan, hewan).


Limbah anorganik. Limbah ini sukar terurai secara alami, contoh:
plastik, botol, kaleng, dll.
4

Jenis-jenis limbah dari bentuk fisiknya adalah:

Limbah padat, yang lebih dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya


padat.
Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan seharihari dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dll.


Limbah cair. Bentuk fisiknya cair. Contoh: air buangan rumah

tangga, buangan industri, dll.


Limbah gas dan partikel. Bentuk fisiknya gas atau partikel halus
(debu). Contoh: gas buangan kendaraan (dari knalpot), buangan
pembakaran industri.

Disamping pembagian berdasarkan zat pembentuk dan bentuk fisiknya, ada


yang disebut Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3), limbah
ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Limbah B3 ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lainlain yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3,
serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia. Contoh: limbah medis (suntikan, botol obat), limbah
industri, baterai, accu (aki), oli bekas, dll.
Macam Limbah Beracun

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia


dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan.

Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan


dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan
mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus
terbakar hebat dalam waktu lama.

Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran


karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang


berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.

Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang


terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit,
seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh
manusia yang terkena infeksi.

Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan


iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama
atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih
besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

C. Pengelolaan limbah B3
Dampak dari pembuangan limbah sembarangan dan tidak dikelola dengan
baik berupa pencemaran tanah, air dan udara, serta banjir. Dengan demikian
dapat dikatakanpengelolaan limbah ini bertujuan untuk mencegah,
menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, memulihkan
kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan dan fungsi
kualitas lingkungan.
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya
dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke
lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan
karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat
dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik,
bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak
6

bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang


mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian
dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan
kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat
self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam
pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian
(dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun
terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang
memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per
kemasan.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik
harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit
pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan
tiap blok terdiri atas 22 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan
harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel.
Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak
bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan
maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik,
terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi
dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif
memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang
mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan
konstruksi yang tahan api dan korosi.
Mengenai pengangkutan limbah B3, persyaratan yang harus dipenuhi
terkait kemasan diantaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi
pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan
dalam jumlah yang berarti. Selain itu,kemasan harus memiliki kualitas yang
cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan.
Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan headshields
pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk
mencegah kenaikan suhu yang cepat.
Pembuangan limbah B3. Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau
tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada
7

pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan


untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug).
Metode pengolahan limbah B3 ada tiga cara yaitu:
Chemical Conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning
ialah:
o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di
dalam lumpur
o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam
lumpur
o mendestruksi organisme patogen
o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning
yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang
dihasilkan pada proses
o digestion
o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan
dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan.
Solidification/Stabilization. Stabilisasi didefinisikan sebagai proses
pencampuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan
menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi

toksisitas

limbah

tersebut.

Sedangkan

solidifikasi

didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan


penambahan

aditif.

Teknologi

solidikasi/stabilisasi

umumnya

menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode


yang diterapkan di lapangan ialah metode in-drum mixing, in-situ
mixing, dan plant mixing.
Incineration. Pembakaran atau Insinerasi ini mengurangi volume dan
massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses
insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi
memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen
limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Di Cileungsi Jawa Barat terdapat Pusat Pengelolaan Limbah Industri B3
(PPLI-B3) milik PT Persada Pamunah Limbah Industri. Di PPLI Cileungsi,
8

limbah B3 terlebih dulu diolah dengan mengubah sifat kimiawinya serta


selanjutnya dibakar, ditimbun dan dapat dijadikan bahan baku industri, jadi
merupakan gabungan dari tiga metode di atas.
Disamping itu, di Pulau Batam juga sedang dikembangkan pengelolaan
limbah B3 yang berlokasi di Kawasan Pengelolaan Limbah Industri (KPLI)
Kabil untuk mengelola limbah B3 industri di P. Batam.

D. Dampak Limbah Industri Terhadap Kesehatan Lingkungan


dan Kesehatan Masyarakat.
Jika dilihat ukuran dan materinya, dampak limbah industri lebih berbahaya
dibanding limbah domestik. Akan tetapi jika limbah domestik menjadi
massal karena jumlahnya juga bisa berbahaya. Limbah industri lebih
berbahaya dikarenakan secara kuantitas memang besar dan terus menerus
dihasilkan dengan kandungan zat yang sama. Dapat kita ilustrasikan bahwa
sebuah pabrik menghasilkan suatu produk A1 secara terus menerus, bahkan
24 jam, maka selamanya kandungan limbahnya akan sama. Jika tidak
dikelola dengan baik, maka lingkungan akan menanggungnya secara terus
menerus. Oleh karena itulah maka limbah industri lebih berbahaya.
Dampak limbah dari industri pangan
Industri pangan adalah suatu usaha yang sangat dekat dengan
kehidupan kita sehari-hari dan juga termasuk dalam salah satu
penghasil

limbah

industri.

Beberapa

industri

pangan

yang

menghasilkan pencemaran lingkungan antaranya adalah industri tempe


tahu, pengolahan hasil laut dan tepung tapioka. Limbah ini dapat
dihasilkan ketika proses pencucian atau pengolahan. Limbah industri
yang dihasilkan oleh kegiatan industri pangan dapat berupa sejenis
garam, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Jika pengolahan
limbah ini tidak benar, maka dapat menyebabkan pencemaran berat
terhadap air dan udara. Hal yang paling terasa dari pencemaran ini
adalah umumnya bau yang menyengat dan menusuk hidung. Hal yang
ada bisa lebih berbahaya lagi jika industri pangan tersebut
menggunakan bantuan zat kimia yang menghasilkan limbah berupa
alkohol, insektisida dan energi panas. Jika tidak diolah dan langsung
dibuang ke sungai maka dapat mengganggu ekosistem air. Ikan dan
bioat lainnya dapat mati.
9

Dampak limbah dari industri sandang


Limbah dari industri sandang ini tidak kalah serius ancamannya bagi
lingkungan daripada industri pangan. Seperti misalnya dalam kegiatan
penyamakan kulit, batik printing dan bahan sandang lainnya tidak
dapat dihindari proses pencelupan yang menggunakan zat kimia.
Terlebih lagi dalam proses tersebut membutuhkan air dalam jumlah
besar hingga sisa buangannya pun banyak sekali. Dalam limbah bekas
celupan dan pencucian bahan-bahan sandang mengandung zat kimia
berbahaya seperti zat pewarna, minyak, serta zat-zat lain yang
membutuhkan oksigen besar. Hal in sangat berbahaya dan beracun.
Jika tidak dikelola dengan benar, bahkan langsung saja dibuang ke
sungai maka yang terjadi adalah pencemaran lingkungan berat yang
mengancam kesehatan manusia secara keseluruhan.
Dampak limbah dari industri kimia
Industri kimia dan bahan bangunan dapat menjadi ancaman serius bagi
keberlangsungsan makhluk hidup, entah itu dalam skala besar atau
skala kecil. Sebagai contoh, untuk memproduksi alkohol, dibutuhkan
air dalam jumlah yang cukup besar. Sama seperti yang terjadi dalam
industri sandang, limbah dari produksi alkohol jelas berupa limbah cair
dalam jumlah besar. Dalam limbah cair ini pasti terkandung senyawa
organik, anorganik dan mikroorganisme serta bahan berbahaya lainnya.
Ketika proses produksi selesai, pencucian peralatan dapat membuang
hasil CaSO4 yang dilepaskan ke aliran air. Dalam proses produksi,
limbah ini secara tidak langsung atau langsung dapat mengancam
kelangsungan makhluk hidup.
Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan
kimia toksik :
Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu
kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat
dilihat dengan segera, misalnya keracunan H2 S, CO dalan dosis tinggi.

10

Dapat menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan Fenal dapat


menimbulkan sakit perut dan sebagainya.
Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam
tubuh dalam dosis yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi
dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka panjang
misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.
Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan
pekerja apabila menghirup zat dalam udara selama bekerja apabila
tidak sesuai dengan Threshol Limit Valued (TLV) gas atau uap beracun
dari industri juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar.
Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri
yang menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih,
genteng, batu kapur/gamping dan Kerajinan batu bata. Pencemaran
timbul sebagai akibat dari penggalian yang dilakukan terus-menerus
sehingga meninggalkan kubah0kubah yang sudah tidak mengandung
hara sehingga apabila tidak dikreklamasi tidak dapat ditanami untuk
ladang pertanian.

Dampak limbah dari industri logam, elektronika dan


pelumas
Dampak limbah industri ini juga sama bahayanya dengan yang lain.
Misalnya dalam proses produksi baja yang menggunakan berbagai
macam mesin dan cor menghasilkan limbah berupa asap, gas dan debu.
Partikel yang ada dalam asap dan debu tersebut mengandung logam
berat, dimana jika terhirup terus menerus dalam jangka waktu yang
panjang akan menimbulkan ancaman kesehatan bagi makhluk
hidup.Industri logam juga penyumbang polusi suara berupa kebisingan
yang dalam jarak tertentu dapat melebihi batas toleransi yang diterima
pendengaran manusia. Baik industri logam atau industri elektronika
menghasilkan gas buang yang dapat mencemari udara, salah satunya
adalah karbon monoksida atau CO. Seperti yang disebutkan diatas,
dalam kadar tertentu, gas ini berbahaya bagi manusia dan makhluk
11

hidup lainnya. Selain CO, ada juga gas belerang yang dihasilkan dari
industri baja dan elektronika dapat mengganggu ekosistem lingkungan
jika tidak dikelola dengan baik.
Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari
proses-proses dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan
yaitu :
Debu,

dapat

menyebabkan

iritasi,

sesak

nafas

Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh


darah, ketegangan otot, menurunya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran
dan efisiensi kerja.
Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang
diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing
pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila
keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti
dengan kematian.
Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian
sakit kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan
telinganya berdenging.
Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat
menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa
mata (pada konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara.
Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi
dari sistem lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai,
kolam atau sawah dan sebagainya.
Emisi, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan
bila tercampur dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh
yang menbahayakan seperti yang telah diuraikan diatas.

12

Dampak Pencemaran Limbah B3


Limbah berbahaya yang dampak pencemaran-nya mampu mematikan
makhluk hidup harus sangat kita waspadai juga. Suatu contoh limbah
dari industri tinta, industri kertas, industri tekstil, industri kimia hingga
industry farmasi yang menghasilkan mercury, air raksa, hargentum bila
tak cermat dalam menangani limbah B3 ini dapat menimbulkan
terjadinya masalah kesehatan seperti mengakibatkan efek toksisitas
pada susunan saraf pusat dan ginjal, merusak sistem pernafasan,
pencernaan makanan hingga jaringan paru paru. Pada ibu hamil dan
bayi efeknya pun sangat besar, limbah B3 ini dapat mengganggu
pertumbuhan janin dan bayi. Dampak lain dari berbagai limbah B3
yang dihasilkan oleh industri maupun rumah tangga diantaranya :
Limbah tembaga yang dihasilkan dari industri kawat, pelapisan
logam maupun dair tukang pengrajin logam yang menggunakan
tembaga dapat mengganggu peredaran darah, mutah, diare,
kram perut dan mual apabila meminum air yang telah
terkontaminasi dengan unsur tembaga yang terlalu tinggi.
Limbah Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan dari industri plastik,
industri percetakan, industri peleburan timah, industri karet,
industri baterai, kendaraan bermotor, industri cat, tambang
timah dan sebagainya dampak pencemaran-nya menganggu
kesehatan tubuh yang diantaranya menimbulkan gangguan pada
saraf perifer dan sentral, gangguan metabolisme Vitamin D dan
Kalsium sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan ginjal
secara

kronis,

dapat

menembus

placenta

sehingga

mempengaruhi pertumbuhan janin.

2.3

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS DALAM


PRAKTEK KEPERAWATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Perawat Komunitas adalah perawat yang mampu:
13

o Menggabungkan keterlibatan masyarakat


o Memberikan pemahaman klinis terkait sehat-sakit pada individu,
keluarga, populasi
o Bekerja sendiri atau berkelompok
o Berkolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain
Fokus peran perawat komunitas: pencegahan penyakit, injuri / kecacatan,
promosi kesehatan dan pemeliharaaan kesehatan masyarakat

PERAN PERAWAT KOMUNITAS


1.

Clinician Role
Peran perawat yg paling familiar sbg care provider. Memberikan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok & komunitas. Holistic
practice yang komprehensif, total care yang meliputi fisik, emosi, social,
spiritual dan ekonomi. Fokus pada promosi kesehatan yaitu at risk
population / vulnerable. Seorang perawat komunitas harus memiliki Skill
expansion: communication, listening, skill of observation, counseling.

2.

Educator Role
Disebut juga health teacher, memberikan pengajaran atau informasi tentang
kesehatan. Educator role merupakan peran dominan perawat komunitas
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Mayoritas klien (community)
dalam kondisi tidak sakit akut dan mampu menangkap informasi kesehatan.
Perawat harus signifikan dalam menjangkau populasi yang lebih luas.
Pemberian informasi dapat dilakukan pada institusi formal atau pilihan
sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat

3.

Advocate Role
Perawat

komunitas

(komunitas).

Setiap

berperan memberikan
individu,

kelompok,

advocacy kepada klien


dan

masyarakat

berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang sederajat. Sistem pelayanan


kesehatan yang ada bersifat terbagi-bagi dan depersonalisasi. Masyarakat
14

miskin, kurang beruntung, tanpa asuransi kesehatan, penduduk pendatang


tidak merasakan pelayanan kesehatan yang sederajat. Perawat komunitas
memberikan arahan dan penjelasan terhadap kompleksitas sistem pelayanan
kesehatan yang tujuannya agar masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan

4.

Manager Role
Perawat komunitas dapat mengkaji, merencanakan, mengorganisasi
kebutuhan klien, mengatur, mengawasi dan mengevaluasi dari pelayanan
yang diberikan. Peran ini berkaitan dengan 4 hal yaitu Nurse as planner,
Nurse as organizer, Nurse as leader, Nurse as controller and evaluator .
Nurse as planner adalah melakukan kolaborasi, menentukan target dan
evaluasi. Nurse as organizer adalah mendisain struktur dgn siapa bekerja
dan apa tugas yg akan dilakukan. Nurse as leader adalah perawat harus
punya kemampuan mengatur, mempengaruhi, membujuk orang lain agar
memberikan perubahan positif terhadap kesahatan masyarakat. Nurse as
controller and evaluator adalah bagaimana program dan rencana berjalan
dgn baik

5.

Collaborator Role
Perawat komunitas jarang bekerja sendiri. Berkolaborasi dengan tenaga
profesional yang lain, seperti: dokter, bidan, ahli gizi, LSM, ahli
lingkungan, kesmas. Perawat komunitas dalam melakukan kolaborasi harus
memiliki kemampuan komunikasi, kerjasama tim, sikap asertif thdp
anggota tim yang lain.

6.

Leader Role
Kepemimpinan berfokus pada terjadinya perubahan. Disebut juga agent of
change. Perawat komunitas memulai perubahan positif untuk kesehatan
15

masyarakat. Mengajak orang lain untuk melakukan perubahan. Dalam


mewujudkan perubahan tersebut, perawat juga bekerjasama dengan tim
profesional lainnya.
7.

Researcher Role
Perawat juga sebagai peneliti. Perawat terlibat dalam investigasi sistematis,
pengumpulan data, analisa data, mencari pemecahan masalah dan
menerapkan solusi / intervensi. Harapannya hasil penelitian dapat
diterapkan di lapangan / praktik dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. (Allender, Rector and Warner, 2010)

FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS


Fungsi perawat komunitas dalam menjalankan perannya:
Independen adalah Mandiri, tidak tergantung orang lain
Dependen adalah Melaksanakan instruksi dari tenaga kesehatan lain
Interdependen adalah Kerja tim dengan tenaga kesehatan lain

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada dasarnya limbah adalah sejenis kotoran yang berasal dari hasil pembuangan dan
itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak
ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh
limbah, meskipun demikian pada kenyataannya cara atau solusi tersebut tidak ada
16

hasilnya karena masih banyak pula kita jumpai limbah atau sampah di sungai dan di
darat dapat pula menimbulkan banjir serta kerusakan lingkungan lainnya.

Saran
Dari beberapa inti penjelasan uraian materi tersebut bahwasanya masyarakat harus
mampu memilah dan memilih mana limbah yang masih dapat digunakan kembali agar
dapat berdaya guna dan memiliki nilai ekonomis,yang paling utama adalah
lingkungan tetap terjaga kebersihannya dan derajat kesehatan masyarakat dapat
tercapai setinggi mungkin. penulis mengajak kita semua, mari mulai dari sekarang
tanamkan perilaku hidup sehat,kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA
17

Mulia, Ricki M. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta; Graha Ilmu, 2005


http://www.iwf.or.id/ di akses tanggal 25 Maret 2012
http://wisata.kompasiana.com, di akses tanggal 25 Maret 2012
http://www.bpbatam.go.id/ini/Industry_economy/environment.jsp, di akses tanggal 25
Maret 2012

18

You might also like