Professional Documents
Culture Documents
KEUANGAN NEGARA
MILA MUMPUNI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mengalirkan berkat
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan bahan ajar Pengantar
Pengelolaan Keaungan Negara. Bahan ajar ini ditujukan bagi mahasiswa Program Diploma
III Keuangan agar dapat memahami secara umum bagaimana pengelolaan keuangan
negara, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban.
Bahan Ajar ini dapat disusun dan disajikan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2. Para Reviewer bahan Ajar Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara
3. Rekan-rekan Widyaiswara di lingkungan STAN khususnya Bapak Agung Widi Hatmoko
4. Pihak-pihak yang telah mendukung tetapi tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini masih memiliki beberapa keterbatasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga bahan ajar ini dapat lebih bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
A.
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 I-Account APBN 2004 ............................................................................................ 34
Tabel 2 Perbandingan Format Lama dan Baru APBN ......................................................... 36
Tabel 3 Format APBN 2008-2012 ....................................................................................... 37
Tabel 4 Asumsi Ekonomi Makro 2008-2014 ........................................................................ 38
Tabel 5 Pendapatan dan Hibah ........................................................................................... 49
Tabel 6 Pendapatan Negara Tahun 2008-2013 .................................................................. 59
Tabel 7 Belanja Menurut Fungsi ......................................................................................... 71
Tabel 8 Belanja Menurut Jenis ............................................................................................ 73
Tabel 9 Bantuan Sosial Tahun 2008-2013 .......................................................................... 78
Tabel 10 Perkembangan Pembiayaan Nonutang ................................................................ 83
Tabel 11 Pembiayaan Utang ............................................................................................... 86
Tabel 12 Perkembangan Transfer Daerah .......................................................................... 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pendelegasian Wewenang ................................................................................. 17
Gambar 2 Contoh Belanja Pemerintah Menurut Fungsi ...................................................... 71
Gambar 3 Kerangka Hubungan Fungsi Pelaksanaan Hibah ke Daerah .............................. 97
Gambar 4 Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran .................................................... 112
Gambar 5 Contoh Format Laporan Perubahan SAL ......................................................... 113
Gambar 6 Contoh Format Neraca ..................................................................................... 116
Gambar 7 Contoh Format Laporan Operasional ............................................................... 118
Gambar 8 Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas..................................................... 119
Gambar 9 Contoh Format LAK Pemerintah Pusat ............................................................. 121
vi
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bahan ajar Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara ini khusus disusun untuk mahasiswa
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Bahan ajar ini bertujuan sebagai bahan pemahaman awal
bagi mahasiswa mengenai Keuangan Negara.
DESKRIPSI SINGKAT
Dengan bergulirnya reformasi dalam Ketatanegaraan Indonesia, semakin jauh telah
menyentuh berbagai sendi kehidupan pemerintah. Sikap positif yang ditunjukkan pemerintah
dengan mengolah suatu tatanan kaidah hukum yang mengatur penyelenggaraan
pemerintah. Selain tatanan kaidah hukum, sebelumnya perlu menelaah kembali filosofi yang
mendasari tatanan tersebut. Adapun yang dimaksud adalah tatanan tentang Keuangan
Negara.
Keuangan Negara menjadi hal mendasar pada tatanan pemerintah dalam mengelola
Keuangan. Kita perlu mengetahui hal-hal yang menjadi alasan pemerintah dalam mengambil
berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang diambil mencakup penerimaan negara,
pengeluaran pemerintah, anggaran yang disusun berupa APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara), kebijakan fiskal, pengelolaan pendapatan, pengelolaan belanja pemerintah
serta pembiayaan, sampai dengan pengawasan sekaligus pertanggungjawaban APBN.
KOMPETENSI DASAR
Setelah mempelajari bahan ajar ini, mahasiswa diharapkan dapat:
a) Memahami konsep keuangan negara sebagai ilmu
b) Memahami konsep keuangan negara dari sisi peraturan perundang-undangan
c) Memahami konsep keuangan negara dari sisi pengelolaan
d) Memahami konsep pengelolaan APBN
e) Memahami penerimaan negara
f)
vii
1
BAB 1 KEUANGAN NEGARA
ilmu
pengetahuan.
Atmodingrat
(1981)
menyatakan
bahwa
ilmu
yang dapat
digunakan untuk
dengan hutang atau kredit serta sebab-akibatnya cara memperoleh uang yang
demikian. Problematik yang timbul ketika Keuangan ditarik sebagai ilmu maka timbul
pertanyaan sebagai berikut: Ilmu keuangan apakah ilmu yang berdiri sendiri?
apabila dilihat dari sisi normatif maka keuangan negara adalah bagian dari hukum
dan tata usaha negara yang mengatur keuangan (Atmodinigrat, 1981: 30). Dari sisi
bagian-bagian
ilmu
keuangan
baik
keuangan
perusahaan
atau
keuangan
yang tidak hanya berkenaan dengan keuangan saja tetapi juga berkenaan
dengan tingkat penggunaan dan alokasi sumber daya negara, distribusi
pendapatan, dan tingkat aktivitas ekonomi.
Walaupun demikian, pada umumnya studi keuangan negara membatasi hanya
pada penerimaan dan pengeluaran yang ada pada anggaran pemerintah (pusat
dan daerah) dan pengaruh-pengaruhnya. Aspek-aspek lain yang juga merupakan
bidang studi keuangan negara adalah regulasi ekonomi oleh cabang
pemerintahan yudikatif, pengelolaan perusahaan negara, dan pengaturan
kebijakan moneter.
7. John F. Due, budget keuangan negara adalah suatu rencana keuangan untuk
suatu periode waktu tertentu. Government budget (anggaran belanja pemerintah)
adalah suatu pernyataan mengenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan
dan penerimaan untuk masa mendatang bersama dengan data pengeluaran dan
penerimaan yang sebenarnya untuk periode mendatang dan periode yang telah
lampau. John F. Due menyamakan pengertian keuangan negara dengan
anggaran (budget negara).
pendapatan
dan
belanja
negara
sebagai
wujud
dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. ***)
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. ***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. ***)
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. ***)
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ***)
d) Pengeluaran negara
e) Penerimaan daerah
f)
Pengeluaran daerah
di
lingkungan
kementerian
negara/lembaga,
atau
perusahaan
rangkaian
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
obyek
sampai
dengan
pertanggunggjawaban.
Pada
akhirnya,
tujuan
Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam
merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segasesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain
yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara
mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan
Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di atas
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek,
terlihat bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas
cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter
dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan demikian, bidang
pengelolaan
keuangan
negara
dapat
dikelompokkan
dalam:
subbidang
keuangan
negara
subbidang
kekayaan
negara
yang
Milik
Negara/Daerah
(BUMN/BUMD)
yang
orientasinya
mencari
a) Performance Hasil
Tidak
bukti
penerimaan atau
pengeluaran saja, melainkan juga dampak atau akibat adanya transaksi tersebut.
Setiap penerimaan dan pengeluaran harus dapat diukur hasilnya agar dapat
dievaluasi untuk kegiatan di masa yang akan datang.
b) Anggaran adalah rencana.
Pada paradigma lama anggaran dapat diartikan tidak hanya sekedar rencana
tetapi sekaligus sebagai pelaksaan. Berbeda dengan paradigma baru, anggaran
baru disebut rencana, dalam tahun anggaran berjalan rencana dilaksanakan
sesuai dengan orientasi hasil (jadi belum tentu menggunakan anggaran
seluruhnya, anggaran tidak untuk dihabiskan tapi digunakan seoptimal mungkin).
c) Penekanan pada kebijakan, misal rencana bergulir (Medium Term Expenditure
Framework/MTEF)
Dengan menekankan kebijakan pada penyusunan program-program maka akan
terjadi satu kesinambungan antar waktu antar generasi dan antar instutusi yang
bertanggung jawab atas penugasan yang diberikan pihak eksekutif. Misal:
masalah pendidikan untuk anak usia dini juga diikuti dengan pendidikan dasar,
menengah dan tinggi; di mana para calon peserta didik diimbangi dengan
pemberian
perhatian
masalah
kesehatan
yang
berada
tanggungjawab
Kementerian Kesehatan.
d) Klasifikasi internasional (Government Financial Statistics/GFS)
Agar Indonesia mampu dipandang sejajar dengan dunia internasional, maka
dalam membuat konsep pengelolaan keuangan negara mengacu yang
diterapkan seluruh dunia. Dengan demikian maka akan memudahkan dalam
pengukuran kinerja kita karena alat ukurnya sudah dipersamakan dengan yang
berlaku secara internasional. Misalnya : klasifikasi fungsi yang bersifat statis dan
belum menempatkan biaya program.
e) Fleksibilitas: Let the managers manage
Apabila paradigma lama yang menguji atas pembebanan pengeluaran negara
adalah diserahkan kepada bendahara umum maka saat ini dengan pola Kuasa
Pengguna Anggaran lah yang menjadi penanggung jawab atas pembebanan
pengeluaran negara. Ketika menyusun perencanaan kerja pun diserahkan
kepada para manager/pemimpin dalam mengeksplorasi organisasinya untuk
1. Asas Tahunan
memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan yang
harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
2. Asas Universalitas (kelengkapan)
memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran antara
penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
3. Asas Kesatuan
mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua
pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran
merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah
jumlah brutonya.
10
4. Asas Spesialitas
mensyaratkan
bahwa
jenis
pengeluaran dimuat
dalam
mata
anggaran
adanya
keterbukaan
dalam
pembahasan,
penetapan,
dan
perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang
independen.
9. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif
dan independen.
11
D. Tujuan Pengelolaan
Menurut Musgrave, keuangan negara tidak hanya berhubungan dengan uang
masuk sebagai penerimaan negara dan uang keluar sebagai belanja negara.
Keuangan negara juga berhubungan dengan fungsi alokasi sumber-sumber
ekonomi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi, termasuk pertumbuhan ekonomi
dan dampaknya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat
1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Pendapat Adam Smith menyatakan bahwa negara tidak boleh campur tangan
dalam perekonomian masyarakat, karena perekonomian sudah diatur oleh
invisible hands yaitu mekanisme naik atau turunnya harga sebagai akibat
dari hukum penawaran dan permintaan barang dan jasa (inilah yang disebut
mekanisme pasar). Hal ini berarti bahwa jika permintaan lebuh besar dari
penawaran maka tingkat harga cenderung akan naik, begitu pula sebaliknya.
Selanjutnya, apabila terjadi kenaikan harga akan mendorong kenaikan
penawaran dan menekan permintaan sehingga terjadi keseimbangan baru.
Artinya, naik atau turunnya harga serta mekanisme pasar bekerja secara
otomatis dan ini menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan
atas barang dan jasa.
Apabila dikaitkan dengan keuangan negara, maka kegiatan penerimaan dan
pengeluaran negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga.
Contoh: pungutan pajak akan meningkatkan penerimaan negara, namun
berdampak kemungkinan mengurangi daya beli masyarakat yang akan
berakibat
berikutnya,
berikutnya
menurunnya
permintaan
masyarakat.
Contoh
12
dan
keamanan
penyelenggaraan
peradilan,
maupun
bahwa
kondisi resesi tahun 1930-an akibat penawaran agregat lebih besar dari
permintaan agregat. Pemerintah mengambil sikap dengan memperbesar
permintaan agregat supaya sama dengan penawaran agregat. Hal ini
menunjukkan bahwa anggaran tidak harus seimbang, anggaran maah dapat
digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi maupun deflasi yang terjadi.
Sejak adanya teori Keyness, tugas dan fungsi negara menjadi lebih penting
karena tidak sekedar menyelenggarakan pertahanan dan keamanan,
13
14
peranan
pemerintah
dalam
memelihara
perdamaian
dan
melindungi para individu atas serangan dari luar maupun dari dalam tetap
dibutuhkan
b. Individu adalah subjek yang paling tertarik atas masalah mereka sendiri
c. Pemerintah
adalah
inferior
dalam
mengusahakan
industri
maupun
15
sebagai berikut:
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
b. Dikuasakan
kepada
Anggaran/Pengguna
menteri/pimpinan
Barang
lembaga
kementerian
selaku
Pengguna
negara/lembaga
yang
dipimpinnya
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
Namun kekuasaan tersebut tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang
meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur undangundang. Pengelolaan moneter dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang
moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di
16
bidang keuangan yang berkenaan dengan jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Pemerintah selalu mengusahakan agar ada keseimbangan dinamis
antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa yang tersedia di
masyarakat. Kebijakan moneter ini berkaitan dengan kurs, aktivitas perbankan,
investasi modal domestik dan modal asing, dan sebagainya. Tujuan kebijakan
moneter secara umum adalah:
(1) untuk menyesuaikan jumlah uang yang beredar di masyarakat;
(2) untuk mengarahkan penggunaan uang dan kredit sedemikian rupa sehingga nilai
rupiah dapat dipertahankan kestabilannya;
(3) mendorong produsen untuk meningkatkan kegiatan produksi melalui penyediaan
kredit dengan suku bunga rendah;
(4) menyediakan tingkat lapangan kerja tertentu;
(5) mengusahakan agar kebijakan moneter dapat dilaksanakan tanpa memberatkan
beban keuangan negara dan masyarakat.
Presiden
(Sebagai CEO)
Menteri Teknis
(Sebagai COO)
Pengguna Anggaran
Kepala Kantor
(Selaku Kuasa COO)
Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA)
Menteri Keuangan
(Sebagai CFO)
Bendahara Umum Negara
(BUN)
Kepala KPPN
(Selaku Kuasa CFO)
Kuasa BUN
17
g) Menyusun
laporan
keuangan
yang
merupakan
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN
h) Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Artinya, Menteri Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan memiliki
fungsi-fungsi antara lain:
18
Pengawasan keuangan
rancangan
anggaran
kementerian
negara/lembaga
yang
dipimpinannya
b) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
c) Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
d) Melaksanakan
pemungutan
penerimaan
negara
bukan
pajak
dan
g) Melaksanakan
tugas-tugas
lain
yang
menjadi
tanggung
jawabnya
19
RANGKUMAN
1) Ilmu Keuangan Negara merupakan bagian ilmu ekonomi yang mempelajari tentang
kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi yang terkait dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah beserta dengan pengaruh-pengaruhnya di
dalam perekonomian tersebut.
2) Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
3) Asas-asas pengelolaan keuangan negara antara lain: asas tahunan, asas
universalitas, asas kesatuan, asas spesialitas, asas akuntabilitas, asas
profesionalitas, proporsional, asas keterbukaan, dan asas pemeriksaan keuangan.
4) Tujuan pengelolaan keuangan negara karena mempenngaruhi pertumbuhan
ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi, merealokasi sumber-sumber ekonomi, dan
mendorong retribusi pendapatan.
5) Kekuasaan kewenangan pengelolaan keuangan negara didelegasikan kepada
Menteri Keuangan (sebagai CFO), dan Menteri Teknis (sebagai COO)
LATIHAN
1) Apa yang dimaksud dengan keuangan negara sebagai ilmu?
2) Apa perbedaan pengertian keuangan negara menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 dengan pendapat Musgrave ?
3) Apa yang dimaksud check and balances dalam pendelagasian wewenang pengelola
keuangan negara?
20
2
BAB 2 PENGELUARAN PEMERINTAH
21
Y = C + I + G + X-M.
Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan
penawaran agregat. Sedangkan variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan
agregat.
Variable
menyatakan
pengeluaran
pemerintah
(Government
22
23
belanja modal seperti belanja aset tetap, belanja aset lain-lain, dan belanja tak
terduga.
c. Pemerintah Kabupaten/Kota
APBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk pengeluaran untuk
belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan, Bagi hasil pendapatan ke
desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan, bagi hasil
retribusi ke Desa/Kelurahan, bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan,
pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman,
penyertaan
modal
pemerintah,
pemberian
pinjaman
kepada
24
secara
langsung
kepada
masyarakat,
namun
diperlukan
oleh
b. Sektor Distribusi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh
masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati
barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll.
Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD s.d. SMA membuat
masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling
tidak sampai tingkat SMA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan
masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan
datang. Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut,
maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat
mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara
25
26
dan mesin mengartikan bahwa tidak ada barang yang bisa digunakan untuk
menghasilkan output di sektor swasta.
Untuk sebagian besar, belanja semua barang dan jasa pemerintah melibatkan
pengorbanan untuk output swasta. Dari sudut pandang ekonomi, program
pemerintah seperti yang diinginkan tercipta hanya jika manfaat terhadap masyarakat
melebihi nilai kerugian barang dan jasa sektor swasta. Idealnya, dalam kata lain, nilai
dari penggunaan sumber daya baru dalam program pemerintah harus seimbang
terhadap program pemerintah yang lebih unggul lainnya. Jika satu program
pemerintah lebih baik dari yang lainnya, maka yang terakhir harus ditolak, dan
bahkan yang pertama harus dilepaskan jika sektor swasta menggunakan sumber
daya yang sama yang akan menghasilkan manfaat yang lebih besar.
Pembayaran
transfer.
Pengeluaran
pemerintah,
seperti
hibah
bantuan
akan
diselamatkan
oleh
penerima,
peningkatan
langsung
dalam
27
28
pemerintah
ini
akan
mengubah
ekuilibrium
jangka
pendek
29
RANGKUMAN
1)
2)
3)
4)
Pengeluaran pemerintah dalam arti rill dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah, karena kegiatan pemerintah dibiayai dengan pengeluaran
pemerintah.
Macam-macam pengeluaran negara dibedakan menjadi 2 yaitu menurut
organisasi dan menurut sifat. Menurut organisasi dibedakan menjadi 3 yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
Pengaruh pengeluaran negara antara lain terhadap: sektor produksi, sektor
distribusi, sektor konsumsi masyarakat, dan sektor keseimbangan
perekonomian.
Efek ekonomi dari pengeluaran pemerintah antara lain terhadap pembelian
barang dan jasa, pembayaran transfer, pembelian tanah dan aset yang berjalan,
pinjaman langsung pada masyarakat dan pinjaman swasta.
LATIHAN
1) Bagaimanakah pengeluaran investasi yang berlaku pada pemerintah Indonesia?
2) Apakah yang terjadi ketika pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh pada sektor
konsumsi masyarakat ?
3) Jelaskan bagaimana perubahan fiskal akan mempengaruhi pengeluaran yang
direncanakan dan akan menggeser kurva IS.
30
3
BAB III ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
31
selayaknya
dapat
membantu
aktivitas
berkelanjutan
untuk
32
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa
kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak TA 2000, Indonesia
telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account sesuai dengan
standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance Statistics (GFS).
33
34
Pada Tabel 1, ditunjukkan struktur APBN sejak Tahun 2004, perubahan yang
tadinya T-Account menjadi I-Account.
Pendapatan Negara dan Hibah. Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai
sumber. Secara umum yaitu penerimaan pajak yang meliputi pajak penghasilan
(PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak lainnya, serta
Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan sumber
penerimaan utama dari APBN. Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
meliputi penerimaan dari sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan
bukan pajak lainnya, walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total
penerimaan anggaran, jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap
tahunnya. Berbeda dengan sistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000,
pada sistem penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak
lagi dianggap sebagai bagian dari penerimaan. Dalam pengadministrasian
penerimaan negara, Kementerian/lembaga tidak boleh menggunakan penerimaan
yang diperolehnya secara langsung untuk membiayai kebutuhannya. Beberapa
pengeculian dapat diberikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait.
Belanja Negara. Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat,
dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum
diundangkannya UU No. 17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan
atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003
mengintrodusing uniffied budget sehingga tidak lagi ada pembedaan antara
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana perimbangan terdiri atas
dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK).
Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa
Aceh dan provinsi Papua.
Defisit dan Surplus. Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya,
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak TA 2000, Indonesia
menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis yang
35
telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam tampilan APBN, dikenal
dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan primer (primary balance) dan
keseimbangan umum (overall balance). Keseimbangan primer adalah total
penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan
umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran bunga.
Khusus
FORMAT BARU
A. Pendapatan Negara dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1.Penerimaan Perpajakan
2.PNBP
II Penerimaan Hibah
B. Belanja Negara
I Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Modal
4. Pembayaran Bunga Hutang
5. Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-lain
Khusus
36
&
E.Pembiayaan
E.Pembiayaan
B. Siklus APBN
Pengelolaan APBN secara keseluruhan dilakukan melalui 5 (lima) tahap, yaitu;
37
38
39
surat
yang
ditandatangani
oleh
Menteri
Keuangan
dan
Menteri
penyusunan
Kementerian/Lembaga,
Perencanaan.
Renja-K/L
melibatkan
Kementerian
Kemudian,
Renja-K/L
Keuangan,
tersebut
3
dan
pihak
yaitu
Kementerian
diserahkan
kepada
(2) Tahap 2
Pada tahap ini, Menteri Keuangan dalam rangka menyusun RKA-K/L
menetapkan Pagu Anggaran K/L dengan berpedoman kapasitas fiskal,
besaran Pagu Indikatif, Renja-K/L dan memperhatikan hasil evaluasi
kinerja kementerian/lembaga.
Pagu Anggaran K/L menggambarkan Arah Kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Presiden dirinci paling sedikit menurut unit organisasi dan
program. Pagu ini, harus disampaikan kepada kementerian/lembaga
paling lambat akhir bulan Juni. Jadi, menteri/pimpinan lembaga dalam
menyusun RKA-K/L berdasarkan:
a) pagu anggaran K/L,
b) Renja-K/L,
c) RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan
pendahuluan Rancangan APBN, dan
d) standar biaya.
40
(3) Tahap 3
RKA-K/L yang selesai disusun menjadi bahan penyusunan Rancangan
UU APBN setelah selesai ditelaah dalam forum penelaahan antara
kementerian/lembaga dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Perencanaan. Apabila kementerian/lembaga melakukan pembahasan
RKA-K/L
dengan
DPR
dalam
rangka
pembicaraan
pendahuluan
(4) Tahap 4
Pada
tahap
ini,
Menteri
Keuangan
menghimpun
RKA-K/L
hasil
penelaahan sebagai:
a) bahan
penyusunan
Nota
Keuangan,
Rancangan
APBN,
dan
41
Pemerintah
diwakili
oleh
Menteri
Keuangan
untuk
42
di
dalam UU APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor
daerah kementerian/lembaga negara, pembayaran gaji dalam belanja
pegawai,
dan
pembayaran
untuk
tunggakan
yang
menjadi
beban
43
negara,
Presiden
menyampaikan
RUU
tentang
44
keuangan
tersebut,
sesuai
dengan
Standar
Akuntansi
tersebut
sesungguhnya
merupakan
upaya
konkret
dalam
RANGKUMAN
1) APBN dalam satu tahun anggaran meliputi: hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih, kewajiban pemerintah pusat yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, dan penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.
2) Sejak Tahun 2004, format APBN tidak lagi T-Account melainkan I-Account, di
mana menerapkan anggaran defisit.
3) Siklus APBN: tahap perencanaan APBN, tahap penetapan UU APBN, tahap
pelaksanaan UU APBN, tahap pengawasan atas pelaksanaan UU APBN, dan
tahap pertanggungjawaban pelaksanaan UU APBN.
LATIHAN
1) Jelaskan perbedaan format APBN yang lama dengan yang baru.
2) Jelaskan siklus APBN yang diterapkan di pemerintah Indonesia
45
4
BAB IV PENDAPATAN NEGARA
46
a. UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 28
Tahun 2007.
b. UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008.
c. UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun
2009.
d. UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000
e. UU Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun
2000
f.
Tahun 1995 tentang Cukai, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 39 Tahun
2007. Pendapatan pajak lainnya adalah pendapatan bea meterai, yang ketentuan
pemungutannya menggunakan UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai.
Pendapatan pajak perdagangan internasional terdiri atas pendapatan bea masuk
dan pendapatan bea keluar, diatur dengan UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006.
Terkait dengan pemungutan PBB dan BPHTB, sesuai dengan semangat otonomi
daerah yang ditandai dengan berlakunya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2008,
serta pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah melakukan revisi
UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi UU
Nomor 28 Tahun 2009, di mana Pemerintah mengalihkan pendapatan BPHTB dan
PBB sektor perdesaan dan perkotaan yang sebelumnya adalah pendapatan pajak
pusat menjadi pendapatan pajak daerah. BPHTB telah dialihkan pendapatannya
47
sejak tahun 2011 sedangkan pendapatan PBB sektor perdesaan dan perkotaan akan
dialihkan seluruhnya pada tahun 2014 dengan masa peralihan yang dimulai sejak
tahun 2012.
Tahun
2004
tentang
Perbendaharaan
Negara,dimana ketentuan
2004
tentang
Perbendaharaan
Negara,
serta
diatur
ketentuan
48
(3) hibah.
Penerimaan perpajakan adalah pendapatan/penerimaan yang diterima oleh
pemerintah yang bersumber dari pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya
dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran.
Kemudian yang disebut dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang bersumber dari
penerimaan lainnya (PNBP) yang tidak dapat dikategorikan kedalam penerimaan
pajak yang sepenuhnya dipergunakan untuk menutupi seluruh pengeluaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan hibah adalah penerimaan yang diterima
pemerintah baik berupa uang maupun barang modal yang sumbernya berasal
dari dalam dan luar negeri atau dari hibah lainnya.
Tabel 5 Pendapatan dan Hibah
49
1.
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Perpajakan bersumber dari penerimaan Pajak Dalam Negeri dan
Pajak Perdagangan Internasional. Penerimaan Pajak Dalam Negeri terdiri dari
Pajak Penghasilan Migas dan Non Migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak Lainnya.
Pajak Perdagangan Internasional terdiri dari Bea Masuk dan Pajak Ekspor.
1) Pajak Penghasilan Non Migas
Pemerintah menyadari bahwa penerimaan dari Pajak Penghasilan Migas
tidak bisa diandalkan dalam waktu panjang, maka perlu ada usaha untuk
meningkatkan peranan penerimaan dari Pajak Penghasilan Non Migas
(selanjutnya akan ditulis sebagai Pajak Penghasilan). Untuk itu maka pada
tahun 1984 pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang sangat
mendasar, yaitu dengan dikeluarkannya tiga UndangUndang di bidang
perpajakan, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
diperbaharui terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983, sebagaimana telah diperbaharui terakhir kali dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1983, sebagaimana telah diperbaharui terakhir kali
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Impor atas Barang Mewah.
Ketiga Undang-undang Perpajakan yang baru tersebut selain mengubah
sistem dan mekanisme pemungutan pajak juga mengubah cara pandang
pengenaan pajak terhadap masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a) pemungutan pajak merupakan perwujudan peran serta dan pengabdian
masyarakat secara langsung terhadap pembangunan nasional;
b) Masyarakat diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang (self
assessment).
50
lain-lain
seperti
pembebasan
hutang,
hadiah,
dan
sebagainya.
Selain hal-hal yang ditentukan sebagai obyek pajak ada juga yang ditentukan
tidak termasuk obyek pajak, yaitu:
a) bantuan atau sumbangan;
b) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, pemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan;
c) warisan;
d) harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh suatu badan sebagai
pengganti saham atau pengganti penyertaan modal;
e) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima dalam bentuk natural;
f)
51
g) deviden atau bagian laba yang diterima perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis,
badan usaha milik negara/daerah dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia;
h) iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai, dan penghasilan dana pensiun tersebut dari modal
yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;
i)
j)
Bagi orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri,
penghasilan kena pajaknya dihitung dari penghasilannya sesudah dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar untuk diri wajib pajak tidak
kawin/kawin, isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
dan untuk setiap anggota keluarganya yang sedarah dan semenda.
Bagi badan hukum yang berupa bentuk usaha tetap, penghasilan kena
pajaknya dihitung dari penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan
usaha dan dari harta yang dimiliki, penghasilan kantor pusat dan badan lain
yang mempunyai hubungan erat dengan induk perusahaan tersebut
(penghasilan bruto) dikurangi dengan biaya, penyusutan, iuran dana pensiun,
kerugian karena penjualan, kerugian karena selisih kurs mata uang asing,
biaya penelitian, bea siswa magang dan pelatihan.
Subyek Pajak Penghasilan adalah orang pribadi atau perorangan dan badan
hukum di luar perusahaan minyak bumi tetapi tidak termasuk pejabat-pejabat
Perwakilan Diplomatik, Konsulat, dan pejabat negara asing serta orang yang
52
53
c) memiliki obyek;
d) menguasai obyek baik atas bumi, atau atas bangunan atau salah satu di
antaranya.
5) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB yang tercantum dalam APBN yaitu penerimaan Negara yang berasal
dari pemungutan karena diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan.
BPHTB diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Sebagai subyek BPHTB adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau
bangunan. Yang dimaksud dengan hak atas tanah dan bangunan adalah :
hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, hak milik atas
satuan rumah susun, dan hak pengelolaan.
Obyek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena:
(1) pemindahan hak.
misalnya karena jual beli, tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, pemasukan
dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang
mengakibatkan
peralihan,
penunjukan
pembeli
dalam
lelang,
6) Cukai
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang ditentukan yang disebut
Barang Kena Cukai (BKC). Cukai diatur dalam Undang-undang No. 11 tahun
1995 tentang Cukai sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-undang No.
39 tahun 2008 tentang cukai. Yang dimaksud dengan BKC yaitu barangbarang yang dalam pemakaiannya perlu dibatasi dan diawasi.
7) Pajak Lainnya
54
Namun demikian ada dokumen yang tidak terutang Bea Meterai dan ada
dokumen lainnya yang tidak dikenai Bea Meterai. Pihak yang terutang Bea
Meterai adalah pihak yang menerima atau mendapat manfaat dari dokumen
tersebut, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.
Saat
terutangnya
Bea
Meterai
tergantung
pada
pihak-pihak
yang
55
56
b) Pertambangan Umum
Penerimaan negara dari sumber daya alam pertambangan umum meliputi iuran
tetap (land rent), serta iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty). Land rent
merupakan iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai imbalan atas
kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah
pertambangan. Iuran eksplorasi merupakan iuran yang dibayarkan kepada
negara atas kesempatan eksplorasi yang diberikan kepada perusahaan yang
bersangkutan. Iuran eksploitasi merupakan iuran produksi yang dibayarkan
kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usaha pertambangan satu atau
lebih bahan galian.
c) Perikanan
Penerimaan negara dari SDA sektor perikanan berupa :
(1) Pungutan perusahaan perikanan;
(2) Pungutan hasil perikanan;
(3) Pungutan perikanan zone ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI)
57
dalam
BUMN.
Untuk
meningkatkan
penerimaan
ini
banyak
58
B. Hibah
Hibah adalah penerimaan Pemerintah yang berasal dari pemberian pihak lain,
berupa uang atau barang, dari perorangan, badan hukum, atau negara di mana
Pemerintah tidak perlu mengembalikan atau membayar kembali uang/barang
yang diterimanya. Hibah dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Dalam APBN tidak direncanakan ada penerimaan ini karena penerimaan
ini sangat tergantung dari pihak lain yang akan memberinya.
Tabel 6 Pendapatan Negara Tahun 2008-2013
59
RANGKUMAN
1) Pendapatan Negara dibagi menjadi 3 kelompok yaitu penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak, dan hibah.
2) Penerimaan perpajakan terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan
peneriaan pajak perdagangan internasional.
3) Penerimaan negara bukan pajak terdiri dari penerimaan sumber daya alam baik
miga dan non migas, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP lainnya, dan BLU
4) Hibah adalah penerimaan Pemerintah yang berasal dari pemberian pihak lain,
berupa uang atau barang, dari perorangan, badan hukum, atau negara di mana
Pemerintah tidak perlu mengembalikan atau membayar kembali uang/barang
yang diterimanya
LATIHAN
1) Apa saja yang termasuk penerimaan perpajakan ?
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan bagian dari pendapatan, terdiri apa
saja?
3) Hibah apakah direncanakan pada saat penyusunan APBN, mengingat sebagai
pendapatan negara.
60
5
BAB V KEBIJAKAN FISKAL
Dasar pemikiran dalam kebijakan fiskal adalah bahwa pemerintah tidak dapat
disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap
masyarakat
sebagai
keseluruhan.
Umumnya
masyarakat
akan
mengurangi
menurunnya pengeluaran
61
62
2. Pengelolaan anggaran
Penggunaan anggaran belanja seimbang untuk jangka panjang diperlukan,
pada saat depresi ditempuh anggaran belanja defisit sedangkan dalam masa
inflasi
ditempuh
anggaran
belanja
surplus.
Artinya,
pendekatan
ini
rencana
pendapatan
negara,
hibah,
belanja
negara
dan
63
dan daerah,
barang
milik/kekayaan
negara
(BM/KN),
penyelenggaraan
64
Sebagai contoh, untuk kebijakan fiskal tahun 2014 masih bersifat ekspansif dalam
rangka menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap mengendalikan defisit dalam
batas aman. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui:
(1) kebijakan pendapatan negara;
(2) kebijakan belanja negara; dan
(3) kebijakan defisit dan pembiayaan anggaran.
lanjut
kebijakan
pendapatan
negara
tahun
2014
diarahkan
untuk
Sementara itu, kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai antara lain terdiri dari:
(1) ekstensifikasi barang kena cukai; dan
(2) penyesuaian tarif cukai hasil tembakau.
65
(3) terus melakukan upaya inventarisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi PNBP K/L.
Optimalisasi PNBP tersebut juga akan disertai dengan optimalisasi pendapatan
badan layanan umum (BLU).
Kebijakan belanja negara dalam tahun 2014 diharapkan mampu menstimulasi
perekonomian
dengan
tetap
mengendalikan keseimbangan
mengendalikan
primer
(primary
defisit
dalam
balance)
batas
sekaligus
aman,
menjaga
dapat
memantapkan
perekonomian
nasional
bagi
peningkatan
Belanja negara terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Arah
dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat pada RAPBN tahun 2014 difokuskan antara
lain pada upaya untuk:
(1) mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan yang efektif dan
efisien;
(2) mendukung pelaksanaan program pembangunan untuk mencapai sasaran
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan;
(3) mendukung peningkatan pertahanan dan keamanan;
(4) menyusun kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran serta pengembangan
energi baru dan terbarukan;
(5) melaksanakan pendidikan yang berkualitas serta meningkatkan kemudahan
akses pendidikan dan terjangkau bagi masyarakat;
(6) mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional; dan
(7) mendukung pelaksanaan Pemilu 2014 yang lancar, demokratis, dan aman untuk
menjaga stabilitas nasional.
66
Sementara itu, arah kebijakan transfer ke daerah tahun 2014 antara lain meliputi:
(1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal
antara pusat dan daerah serta antardaerah;
(2) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antardaerah; dan
(3) meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan
terdepan.
Selanjutnya, untuk mendukung arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam
APBN 2014, Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas belanja
(qualityof spending). Langkah utama yang ditempuh adalah melalui peningkatan
efisiensi dan efektivitas belanja negara, yang dilakukan melalui perbaikan struktur
belanja negara agar menjadi lebih produktif serta efisien dalam mendukung
pencapaian target secara optimal.
67
berasal dari utang dan nonutang. Kebijakan pembiayaan dalam APBN 2014 di
antaranya adalah :
(1) mengupayakan rasio utang terhadap PDB berkisar 2223 persen pada akhir
tahun 2014;
(2) memanfaatkan SAL sebagai fiscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya krisis khususnya pada pasar SBN;
(3) memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif dan mempertahankan
kebijakan negative net flow;
(4) mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui
penerbitan sukuk yang berbasis proyek; dan
(5) mengalokasikan dana investasi Pemerintah dalam rangka pemberian PMN
kepada
BUMN/
lembaga
untuk
percepatan
pembangunan
infrastruktur,
LATIHAN
1) Jelaskan tujuan pemerintah menerapkan kebijakan fiskal
2) Jelaskan macam-macam kebijakan fiskal
68
6
BAB VI BELANJA PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN
Sebagai salah satu instrumen utama kebijakan fiskal, kebijakan dan alokasi
anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat,
menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung akselerasi pembangunan
yang inklusif, berkelanjutan dan berdimensi kewilayahan untuk mencapai dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja
negara, pemerintah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai
tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk
dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antarkegiatan, antarprogram,
antarsektor dan antarfungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta
menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata.
Anggaran belanja pemerintah pusat setidaknya memiliki dua peran yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan nasional, terutama tujuan yang terkait
dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertama, besaran dan komposisi belanja
pemerintah pusat dalam operasi fiskal Pemerintah, memiliki dampak yang signifikan
pada permintaan agregat yang merupakan penentu output nasional, serta dapat
mempengaruhi alokasi dan efisiensi sumber daya ekonomi dalam perekonomian.
Kedua, berkaitan dengan ketersediaan dana untuk melaksanakan ketiga fungsi
ekonomi pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi.
Oleh karena itu, kualitas kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah
pusat, menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung pencapaian
69
70
71
72
Sesuai dengan Pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, rincian belanja pemerintah pusat menurut jenis terbagi atas:
(1) belanja pegawai;
(2) belanja barang;
(3) belanja modal;
(4) pembayaran bunga utang;
(5) subsidi;
(6) belanja hibah;
(7) bantuan sosial; dan
(8) belanja lain-lain.
Tabel 8 Belanja Menurut Jenis
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai
Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Data pada
Nota Keuangan APBN 2014 tercatat bahwa meningkatnya alokasi dan
realisasi belanja pegawai dalam periode tersebut antara lain berkaitan
dengan langkah-langkah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dalam
73
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini
terdiri dari
belanja
perjalanan dinas. Data pada Nota Keuangan APBN 2014 disebutkan bahwa
secara umum, alokasi anggaran belanja barang tersebut, terutama diarahkan
untuk mendukung pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk
melayani kepentingan masyarakat luas, yaitu:
(1) menjaga kelancaran penyelenggaraan operasional pemerintahan dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat;
(2) meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja barang K/L melalui
pengendalian belanja barang operasional, dan melakukan efisiensi
belanja perjalanan dinas serta kegiatan seminar dan konsinyering sesuai
kebutuhan dan tugas fungsi masing-masing K/L; dan
74
(3) menjaga terpeliharanya nilai dan kualitas aset negara melalui dukungan
alokasi dana yang memadai untuk pemeliharaan; serta
(4) meningkatkan
capacity
building
SDM
dalam
rangka
mendukung
satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja
bukan untuk dijual.
Belanja
modal
adalah
pengeluaran
yang
dilakukan
dalam
rangka
pengeluaran
untuk
biaya
pemeliharaan
yang
sifatnya
75
76
diberikan
kepada
kemasyarakatan termasuk
anggota
masyarakat
dan/atau
lembaga
77
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran di atas. Pengeluaran ini
bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
78
itu,
realisasi
anggaran
untuk
program-program
prioritas
harga
tanah
(land
capping),
jasa
perbendaharaan,
serta
79
harga pangan, cadangan risiko kenaikan harga tanah (land capping), dan
beberapa alokasi anggaran untuk kegiatan prioritas
D. Belanja Daerah (Transfer Ke Daerah)
1. Dana Perimbangan
Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana bagi
hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang ditujukan untuk
keperluan pemerintah daerah.
(1) Dana Bagi Hasil (DBH)
merupakan bagian daerah yang bersumber dari penerimaan yang
dihasilkan oleh daerah, baik penerimaan perpajakan ataupun penerimaan
sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, penyaluran dana bagi hasil
didasarkan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan dan
ditujukan untuk mengoreksi ketimpangan vertikal. Dana Bagi Hasil
berasal dari penerimaan PPh Pasal 21, PPh Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri, dan penerimaan yang berasal dari sumber
daya alam. (Sebelum ada UU Nomor 28 Tahun 2009, PPB dan BPHTB
menjadi bagian Dana Bagi Hasil).
(2) Dana Alokasi Umum (DAU)
merupakan dana yang disediakan oleh Pusat untuk dialokasikan kepada
Daerah dengan tujuan untuk mengatasi ketimpangan horizontal antar
daerah, dan dialokasikan dalam bentuk block grant. Berdasarkan UU No
33 Tahun 2004 jumlah DAU sebanyak-banyaknya disediakan 26% dari
penerimaan dalam negeri bersih setelah dikurangi dengan dana bagi hasil
dan dana alokasi khusus. Penggunaan DAU sepenuhnya diserahkan
kepada Daerah dengan memperhatikan priorutas dan kebutuhan masingmasing daerah.
(3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
merupakan dana yang disediakan oleh Pusat untuk dialokasikan kepada
Daerah yang penggunaan telah ditentukan. Kriteria kebutuhan khusus
tersebut meliputi:
80
diutamakan
Penyesuaian
untuk
ditujukan
pembiayan
untuk
pendidikan
mendukung
dan
kesehatan.
program/kebijakan
Dana
tertentu
sebagaimana
ditentukan
dalam
undang-undang
tentang
pemerintahan daerah.
Kewenangan Keistimewaan DIY dituangkan dalam Peraturan Daerah
Istimewa (Perdais) dan dilaksanakan berdasarkan asas pengakuan atas hak
asal-usul,
kerakyatan,
demokrasi,
kebhinnekatunggalikaan,
efektivitas
81
E. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam hal anggaran
diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Pembiayaan terdiri dari :
1. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi.
Pembiayaan
Dalam
Negeri
adalah
semua
penerimaan
2. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali
pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan
modal oleh Pemerintah.
82
Pembiayaan Anggaran terdiri dari pembiayaan non utang dan perbankan dalam
negeri:
1.
nonperbankan
dalam
negeri
terdiri
atas:
pengeluarannya
terdiri
atas
dana
investasi
83
(1) Privatisasi
Privatisasi dilakukan dengan tujuan antara lain:
pemberdayaan
BUMN
yang
mampu
bersaing
dan
berorientasi global;
dan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
280/KMK.06/2009
Procedures
pengelolaan
sebagai
aset
eks
Standard
Badan
Operating
Penyehatan
84
Pemerintah
pendirian
sebuah
terhadap
BUMN
pembangunan
untuk
infrastruktur,
menjalankan
kebijakan
85
kepada
PT
PLN
tersebut
dilakukan
oleh
PIP
2.
Pembiyaan Utang
Instrumen pembiayaan utang terdiri atas SBN, pinjaman luar negeri, dan
pinjaman dalam negeri.
Tabel 11 Pembiayaan Utang
86
87
Pinjaman
Dalam
Negeri
diutamakan
untuk
pengadaan
dalam
negeri
digunakan
untuk
mendukung
pemenuhan
RANGKUMAN
1) Belanja dibagi menurut fungsi, organisasi dan jenis/ekonomi. Adapun menurut
jenis dibagi menjadi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Subsidi,
Hbah, Bantuan Sosial, dan Belanja Lain-lain.
2) Belanja Pemerintah Pusat ke Daerah atau Transfer ke Daerah terdiri dari Dana
Perimbangan, Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, serta Dana
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dana Perimbangan terdiri dari Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
3) Pembiayaan Anggaran terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiyaan. Penerimaan Anggaran terdiri dari Pembayaraan non utang dan
utang. Pembayaran non utang melalui perbankan Dalam Negeri dan non
perbankan. Sedangkan pembayaran utang terdiri dari Surat Berharga Negara
(SBN), Pinjaman Luar Negeri, dan Pinjaman Dalam Negeri.
LATIHAN
1) Jelaskan klasifikasi belanja menurut jenis/ekonomi.
2) Hal baru apa berlaku sejak APBN 2014 terkait dengan Transfer ke Daerah, jelaskan.
3) Mengapa dilakukan pembiayaan anggaran? Jelaskan.
88
89
pemerintahan
tersebut
terutama
dituangkan
dalam
bentuk
belanja
barang/jasa, belanja belanja modal, dan belanja pegawai. Alokasi belanja modal
terkait dengan kebutuhan penyediaan pelayanan publik, alokasi belanja pegawai
terkait dengan kebutuhan untuk pelaksanaan roda pemerintahan, sedangkan alokasi
belanja barang dan jasa terkait dengan kebutuhan penyediaan pelayanan publik dan
roda pemerintahan.
A. Transfer Keuangan Pusat ke Daerah
Suparmoko (2012) mencatat terdapat dua sistem, yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Sentralisasi diterapkan era sebelum UU No 32 Tahun 2004. Artinya,
sebelumnya Pemerintah Pusat mengalokasikan dana ke daerah didasarkan pada UU
5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pembagian keuangan
antara pusat dan daerah didasarkan pada kategori yaitu:
1) pendapatan yang ditunjuk atau diserahkan,
2) subsidi,
3) pembiayaan sektoralm dan
4) pinjaman.
Kita tidak akan bahas sistem sentralisasi. Sistem yang berlaku saat ini adalah
sistem
desentralisasi.
Sistem
desentralisasi
dikenal
melalui
bentuk
dana
perimbangan dari pusat ke daerah. Lebih lanjut disebutkan bahwa anggaran transfer
ke daerah merupakan salah satu instrumen kebijakan desentralisasi fiskal guna
mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah. Implementasi kebijakan anggaran Transfer ke Daerah
selain memperhatikan kebutuhan pendanaan urusan pemerintahan di daerah, juga
mempertimbangkan kemampuan keuangan negara dan tujuan yang hendak dicapai
dalam setiap tahun anggaran.
Sejalan dengan arah tujuan kebijakan alokasi Transfer ke Daerah untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan kesinambungan fiskal nasional,
selama kurun waktu 2008-2013, alokasi dana transfer ke daerah terus mengalami
peningkatan. Dana Transfer ke Daerah terdiri atas (berdasarkan Nota Keuangan
90
APBN 2014) yaitu Dana Perimbangan yang berupa yakni DBH, DAU, dan DAK, serta
(2) Dana Otonomi khusus dan Penyesuaian.
DAU dialokasikan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antardaerah
dalam mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. DAU
dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten/kota dalam APBN, yakni sekurangkurangnya 26 persen dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto. Proporsi DAU
untuk provinsi dan kabupaten/kota dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
Sesuai UU Nomor 33 Tahun 2004, proporsi DAU untuk provinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan dengan imbangan 10 persen untuk provinsi dan 90 persen untuk
kabupaten/kota.
Sedangkan DAK dialokasikan untuk membantu daerah dalam mendanai
program/ kegiatan yang menjadi kewenangan daerah dan menjadi prioritas nasional.
Tujuannya agar daerah dapat menyediakan infrastruktur sarana dan prasarana
pelayanan publik secara memadai dalam rangka mendorong pencapaian Standar
Pelayanan Minimum masing-masing bidang. Alokasi DAK ke daerah penerima
dilakukan berdasarkan tiga kriteria, yakni:
1) Kriteria Umum
yang dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan
dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil
Daerah;
2) Kriteria Khusus
yang dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan karakteristik
daerah; dan
3) Kriteria Teknis
yang disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai
dari DAK, yang dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait.
Kriteria-kriteria tersebut tidak membatasi adanya cakupan bidang yang akan didanai
dari DAK, sehingga dalam perkembangannya bidang-bidang yang didanai DAK
cenderung bertambah/berubah dari tahun ke tahun, yakni dari 11 bidang dalam
tahun 2008 menjadi 19 bidang dalam tahun 2013.
Selain ketiga jenis dana tersebut, dalam rangka mendukung pelaksanaan
otonomi khusus di Provinsi Aceh, Papua, dan Papua Barat, dalam APBN juga
91
dialokasikan anggaran Dana Otsus. Alokasi Dana Otsus bagi Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat besarnya adalah setara dengan 2 persen dari pagu DAU
Nasional, dengan pembagian 70 persen untuk Provinsi Papua dan 30 persen untuk
Provinsi Papua Barat. Selain Dana Otsus, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
juga mendapatkan alokasi Dana Tambahan Otsus Infrastruktur yang besarnya
disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara dan tambahan porsi DBH SDA
Minyak Bumi dan DBH SDA Gas Bumi masing-masing sebesar 55 persen dan 40
persen dari PNBP SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi yang berasal dari wilayah
provinsi yang bersangkutan. Dana Otsus Provinsi Aceh berlaku untuk jangka waktu
20 tahun sejak 2008, dan alokasinya dibedakan menjadi dua, yakni:
a. untuk tahun pertama sampai dengan tahun ke lima belas, besarnya setara
dengan 2 persen pagu DAU Nasional, dan
b. untuk tahun keenam belas sampai dengan tahun kedua puluh, besarnya setara
dengan 1 persen pagu DAU Nasional.
Disamping itu, juga diberikan tambahan porsi DBH SDA Migas dalam rangka Otsus
yang besarnya sama dengan untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yakni
masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen dari PNBP SDA Minyak Bumi dan
Gas Bumi yang berasal dari wilayah provinsi yang bersangkutan. Sementara itu,
cakupan Dana Penyesuaian telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Dalam
tahun 2013, Dana Penyesuaian terdiri dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
Tunjangan Profesi Guru PNSD, Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, Dana
Insentif Daerah (DID), dan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
(P2D2).
Dengan adanya Dana Penyesuaian dalam APBN maka cakupan dana yang
dialokasikan kepada daerah makin bertambah banyak, sehingga melampaui
ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Guna menghadapi
dinamika tersebut maka perlu dilakukan revisi Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004, antara lain dengan menambahkan ketentuan yang terkait dengan reformulasi
cakupan Dana Perimbangan, penyempurnaan DBH berdasarkan prinsip by origin,
dan penguatan peran gubernur dalam pembagian DBH kepada kabupaten/kota di
wilayahnya.
92
93
Nomor 28 Tahun 2009 juga diatur kebijakan penambahan jenis pajak daerah baru
yaitu Pajak Rokok. Secara efektif, pemungutan Pajak Rokok mulai dilaksanakan
pada tanggal 1 Januari 2014. Mengingat tax base Pajak Rokok adalah cukai yang
ditetapkan oleh Pemerintah terhadap rokok, maka pelaksanaan pemungutan Pajak
Rokok dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bukan oleh Pemerintah
Daerah sebagaimana pajak daerah lainnya. Hasil penerimaan Pajak Rokok yang
dipungut tersebut selanjutnya disetorkan ke Rekening Kas Umum Provinsi secara
proporsional berdasarkan jumlah penduduk. Untuk bisa mendapatkan pajak rokok,
pemerintah provinsi, harus menyusun dan menetapkan peraturan daerah mengenai
pajak rokok.
Penerimaan
Pajak
Rokok,
baik
bagian
provinsi
maupun
bagian
94
umum
yang
memadai
bagi
perokok
(smoking
area),
kegiatan
dengan
pihak/instansi
lain,
antara
lain:
pemberantasan
nasional,
sebagian
besar
daerah
masih
menghadapi
kondisi
95
Nomor
111/PMK.07/2012
tentang
Tata
Cara
Penerbitan
dan
pendanaan
pembangunan
infrastruktur
bagi
pemerintah
daerah.
Perkembangan kebijakan hibah ke daerah ini sejalan dengan amanat UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, selain
berkewajiban mengalokasikan dana perimbangan, Pemerintah dapat memberikan
pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah sebagai salah satu sumber
pendanaan pembangunan di daerah.
Hibah ke Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari
Pemerintah atau pihak lain kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan dilakukan melalui perjanjian. Pemberian
hibah kepada pemerintah daerah baik yang bersumber dari penerimaan dalam
negeri, penerusan pinjaman luar negeri, dan hibah luar negeri dilakukan untuk untuk
mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah
serta diprioritaskan untuk penyelenggaraan pelayanan publik.
96
97
APBD (below the line). Penyertaan modal Pemda dimaksud dapat dilaksanakan
apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan telah
ditetapkan dalam Perda tentang penyertaan modal tersebut. Penyertaan modal dan
pemberian pinjaman dapat dilakukan Pemda dengan BUMN, BUMD, dan/atau badan
usaha swasta dalam bentuk Kerja sama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau nonKPS. Khusus untuk KPS, dananya dapat digunakan untuk pengelolaan aset daerah
dan penyediaan infrastruktur di daerah.
RANGKUMAN
1) Hubungan keuangan pusat dan daerah terakhir diatur melalui UU 32 Tahun 2004
mencakup transfer ke Daerah.
2) Selain itu juga diatur pelaksanaan pajak dan retribusi daerah, diatur terakhir
dengan UU 28 Tahun 2009 terkait pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan terkait
Pedesaan dan Perkotaan (P2)
3) Kebijakan-kebijakan yang diatur antara lain tentang kebijakan pajak rokok,
kebijakan hibah ke daerah, kebijjakan pinjaman daerah, maupun kebijakan
investasi daerah.
LATIHAN
1) Bagaimanakah potensi PBB terkait P2 sejak digulirkan UU 28 Tahun 2009?
Jelaskan.
2) Mengapa perlu diatur kebijakan pajak rokok?
3) Apakah Daerah diperbolehkan melakukan pinjaman Daerah? Apabila Ya, apakah
dasar hukum dan kebijakan yang mengatur, jelaskan.
98
8
BAB VIII PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN
TujuanInstruksionalKhusus :
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan sistem
pengawasan eksternal dan internal pemerintah, sistem pertanggungjawaban dan
pelaporan baik dari sisi prosedur maupun bentuk isi laporan keuangan yang berlaku.
99
siapa
yang
diberi
wewenang
untuk
menerima,
menyimpan,
dan
membayarkan atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara
bertanggung jawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam
pengurusannya. Kewajban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para
pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang
handal.
A. Sistem Pengawasan Eksternal Pemerintah
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pemerintah wajib
memberikan pertanggungjawabakan atas pelaksanaan APBN yang telah disetujui
oleh DPR. Pada pasal 23E ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadaan Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri. BPK merupakan satu lembaga negara yang
bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara (pasal 2 UU 15 Tahun 2006). BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara.
1. Pengawasan oleh DPR
DPR sebagai pengawas ekstern sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 20A
disebutkan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan. Secara operasional, tugas tersebut dilakukan oleh alat-alat
kelengkapan DPR sesuai dengan lingkup tugasnya antara lain lewat komisikomisi yang ada di DPR dan melalui proses yang telah ditetapkan dalam
keputusan DPR. Selain itu, DPR juga memperoleh bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti
dari
DPD
(Dewan
Perwakilan
Daerah)
yang
melakukan
100
pengawasan
intern
pemerintah.
Pemeriksaan
kinerja
ini
101
atas
efektivitas
pencapaian
tujuan
(pemeriksaan
program)
BPK dalam melakukan pemeriksaan
Oleh
karena
itu,
APIP
wajib
menyampaikan
laporan
hasil
pemeriksaannya kepada BPK sepanjang tidak bertentangan dengan UndangUndang. BPK juga diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan
keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik
setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi yang diperiksa,
termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang,barang, dan/atau
dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas pelaksanaan APBN pada unit
organisasi baik kementerian maupun Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
(LPNK) diserahkan kepada menteri/pimpinan lembaga bersangkutan segera
setelah kegiatan pemeriksan selesai. LHP Pemeriksaan Keuangan akan
menghasilkan opini. Jenis Opini yang dihasilkan adalah:
(a) Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
(b) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
(c) Tidak wajar (adverse opinion)
(d) Menolak memberikan opini (disclaimer of opinion)
102
kementerian/LPNK
selanjutnya
diserahkan
kepada
DPR
RI
dan
103
dimaksud
pemerintah
dalam
hal
ini
tentunya
Inspektorat
Jenderal
dikhususkan
dibahas
yang
dilakukan
atas
BPKP
dan
Itjen
104
pengawasan
preventif
(pencegahan)
dijadikan
model
sistem
pengawalan
atas
kerugian
keuangan
negara
untuk
dapat
105
Pemeriksaan yang dilakukan baik oleh BPKP maupun Itjen Kementerian bertujuan
untuk menilai apakah pelaksanaan APBN telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, apakah pencapaian tujuan telah sesuai dengan
rencana dan dengan memperhatikan prinsi efisiensi dalam pencapaian tujuannya.
Hasil pemeriksaan yang menyangkut penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku perlu ditindaklanjuti dan bentuk tindak lanjut itu
dapat berupa tindakan administratif kepegawaian berupa pengenaaan hukuman
disiplin pegawai, tindakan tuntutan perdata, tindakan pengaduan tindakan pidana
serta tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan,
kepegawaian dan ketatalaksanaan. Hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya
prestasi kerja yang baik dan memuaskan perlu pula ditindaklanjuti dengan
memberikan penghargaan agar hal ini mendorong atau memotivasi pegawai yang
bersangkutan untuk mempertahankan/meningkatkan prestasi kerja di kemudian hari.
C. Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN
Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah adanya laporan pertanggungjawaban
pemerintah dalam bentuk laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu dan
disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan
disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan
seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk : Membandingkan realisasi
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan; Menilai kondisi keuangan; Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan.
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
(1) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
(2) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
(3) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
(4) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
106
pertanggungjawaban
pelaksanaan
APBN
pada
kementerian
107
internal
yang
memadai
dan
akuntansi
keuangan
telah
108
CaLK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pospos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan
laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun
laporan finansial.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali:
(1) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum;
(2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh
Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasiannya.
Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan
sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahara
umum negara/daerah.
sebelumnya,
diperkenankan.
penilaian
terhadap
kemampuan
entitas
pelaporan
dalam
109
kebijakan
dan
kesalahan
mendasar.
Untuk
menghindari
sumber
daya
keuangan
yang
dikelola
oleh
pemerintah
110
adalah
penerimaan
oleh
Bendahara
Umum
adalah
semua
pengeluaran
oleh
Bendahara
Umum
dari/kepada
entitas
pelaporan
lain,
termasuk
dana
111
112
c. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca menggambarkan
posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari
aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
113
(2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
(3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah
114
115
116
d. Laporan Operasional
Laporan finansial mencakup laporan operasional yang menyajikan pos-pos
sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b) Beban dari kegiatan operasional ;
c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d) Pos luar biasa, bila ada;
e) Surplus/defisit-LO.
117
118
f.
119
120
121
dapat
digunakan
oleh
pengguna
dalam
memahami
dan
yang
diharuskan
oleh
Pernyataan
Standar
Akuntansi
RANGKUMAN
1) Sistem pengawasan eksternal pemerintah dilakukan oleh pihak DPR, BPK, dan
masyarakat. Sedangkan sistem pengawasan internal pemerintah dilakukan oleh
BPKP dan Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga.
2) Sistem pertanggungjawaban pelaksanaan APBN mencakup prosedur penyusunan
yang dimulai dari entitas akuntansi menyampaikan secara konsolidasian kepada
entitas pelaporan. Bentuk dan isi laporan keuangan: Laporan Realisasi Anggaran
Neraca, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
LATIHAN
1) Apa perbedaan antara sistem pengawasan eksternal dan pengawasan internal
pemerintah?
2) Apa perbedaan komponen bentuk dan isi laporan keuangan antara PP 24 Tahun
2005 dengan PP 71 Tahun 2010 ?
122
DAFTAR PUSTAKA
______. 1981. Ilmu Keuangan dan Permasalahannya. Kumpulan karangan
dirangkum oleh Nurdjaman. Institut Ilmu Keuangan. Jakarta.
Bambang Widjajarso. 2013. Pengelolaan Keuangan Negara. Modul DUD Tk I.
Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia. Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan.
Boediono. 1980. Ekonomi Makro. BPFE Yogyakarta.
Due, John. F. 1973. Keuangan Negara. Perekonomian dari Sektor Pemerintah.
(Pengalih Bahasa Iskandarsyah dan Arief Janin). Cetakan kedua. Yayasan
Penerbut Universitas Indonesia.
Suparmoko. 2012. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik. Edisi Keenam. BPFE.
Jogjakarta
W. Riawan Tjandra. 2006. Hukum Keuangan Negara, Jakarta, PT Grasindo
--------. Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UU Nomor 28 Tahun 2007.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 42
Tahun 2009.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000.
123
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20
Tahun 2000
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994.
Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2007 tentang Bagan Akun Standar
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara
http://kamusbahasaindonesia.org/
124