You are on page 1of 11

POTENSI ANTIOKSIDAN SEBAGAI

PENCEGAH PENYAKIT DEGENERATIF


POTENSI ANTIOKSIDAN SEBAGAI PENCEGAH PENYAKIT
DEGENERATIF

Disusun Oleh :
LISNA YULI ASTUTI
J 310080012

PROGDI SI GIZI
FKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua dengan kondisi tubuh prima, keadaan sehat dan tampil tetap menarik
adalah dambaan setiap orang. Kondisi itu tak akan tercapai begitu saja, tanpa tindakan dan
usaha sejak dini. Sayangnya, proses penuaan baru disadari setelah tubuh mengalami
perubahan fisik. Menjadi tua memang tak bisa dihindari, tetapi memperlambat timbulnya
penuaan dapat diusahakan mulai dari sekarang. Radikal bebas merupakan salah satu
penyebab utama penuaan. Sayangnya, radikal bebas tersebar di lingkungan tempat kita
hidup, misalnya udara yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor, asap rokok, air yang
terpolusi, radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari dan makanan yang mengandung lemak
tak jenuh.
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil dan
sangat reaktif, serta merusak jaringan. Senyawa radikal bebas ini dapat terbentuk akibat dari
proses kimia yang terjadi dalam tubuh, seperti proses oksidasi, metabolisme sel, olahraga
berlebihan dan peradangan (Silalahi, 2006).
Radikal bebas inilah yang menjadi sumber berbagai penyakit, seperti pengerasan
pembuluh darah, jantung koroner, stroke, kanker, tak terkecuali penuaan dini. Radikal bebas
(oksidan) sebenarnya adalah sejenis partikel terkecil dari suatu molekul yang mengandung
gugusan elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Sifat radikal bebas
(oksidan) adalah sangat mudah bereaksi dengan molekul lain. Bumi kita makin dipenuhi
radikal bebas, bahan potensial yang mengancam kehidupan sel-sel yang normal. Bahkan
sejak hipotesis radikal bebas mulai berkembang pesat, telah muncul dugaan bahwa radikal
bebas ternyata mempunyai hubungan dengan terjadinya sejumlah penyakit seperti
arterosklerosis, diabetes mellitus, stroke, juga termasuk proses penuaan dini. Karena
makhluk hidup sepanjang hari terpapar oleh radikal bebas (oksidan), dan dalam
kesehariannya banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung radikal bebas,
maka untuk bertahan hidup diperlukan adanya antioksidan.
Antioksidan adalah segala bentuk substansi yang pada kadar rendah secara
bermakna dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi, yaitu suatu proses di
mana terjadi pengurangan atau pemindahan jumlah elektron dalam reaksi kimia, yaitu
dengan jalan elektronnya mudah dicuri oleh radikal bebas, dalam upaya agar sel-sel yang
lainnya selamat

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi. Bagi


manusia, senyawa antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang
berlebihan sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif. Salah satu senyawa antioksidan
yang dapat diperoleh secara alami adalah golongan fenolik.
Keseimbangan oksidan dan antioksidan sangat menentukan status kesehatan
seseorang, terutama fungsi system imun. Untuk mempertahankan respon imun pada semua
kelompok umur diperlukan antioksidan secara optimal karena seiring dengan meningkatnya
umur berkaitan erat dengan menurunnya regulasi respon imun ( Winarsi, 2005)
Dengan meningkatnya usia, memacu terjadinya peningkatan pembentukan radikal
bebas dan peroksidasi lipid. Lebih lanjut ditemukan bahwa mengkonsumsi antioksidan
dalam jumlah tertentu akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler, meningkatkan status
imun dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan ( Winarsi, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui potensi antioksidan sebagai pencegah penyakit degeneratif
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian antioksidan
b. Untuk mengetahui macam-macam penyakit degeneratif
c. Untuk mengetahui macam-macam penyakit degeneratif yang dapat dicegah dengan
antioksidan
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah pengalaman penulis dalam penulisan makalah dan menerapkan ilmu yang telah
diperoleh
2. Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang umur yang baik dalam
pemberian susu formula pada bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah segala bentuk substansi yang pada kadar rendah secara
bermakna dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi, yaitu suatu proses di
mana terjadi pengurangan atau pemindahan jumlah elektron dalam reaksi kimia, yaitu

dengan jalan elektronnya mudah dicuri oleh radikal bebas, dalam upaya agar sel-sel yang
lainnya selamat (Silalahi, 2006).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi. Bagi
manusia, senyawa antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang
berlebihan sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif. Salah satu senyawa antioksidan
yang dapat diperoleh secara alami adalah golongan fenolik (Anggraeni, 2003).
Antioksidan adalah senyawa yang dapat melindungi suatu zat tertentu (khususnya
yang berlemak) dari serangan oksidasi termasuk serangan oleh radikal bebas yaitu untuk
melindungi makanan agar terhindar dari terbentuknya rasa dan bau yang tidak dikehendaki
(Astawan, 2004)
Untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dan juga meredam dampak
negatif dari senyawa ini, tubuh memerlukan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawasenyawa kimia yang bersifat reduktor, terdiri dari beta-karoten, vitamin E, vitamin C, zinc dan
selenium. Secara alamiah beta-karoten banyak terdapat pada wortel, apricot, peach, bayam,
brokoli, serta asparagus. Vitamin E banyak terdapat pada biji-bijian (tepatnya biji yang
sedang berkecambah), ikan, daging serta sayur dan buah buahan (Silalahi, 2006)
Senyawa antioksidan adalah senyawa yang berperanan untuk menghambat proses
autooksidasi dalam minyak atau lemak Salah satu senyawa antioksidan yang dapat
diperoleh secara alami adalah golongan fenolik. Bagi tumbuhan, senyawa fenolik dapat
berfungsi sebagai salah satu system antibodi untuk melindungi diri dari serangan mikroha.
Senyawa semacam ini disebut fitoaleksin. Senyawa fenolik diproduksi tumbuhan sebagai
fitoaleksin karena tumbuhan mendeteksi adanya serangan mikroba yang ditandai dengan
adanya polisakarida yang dihasilkan oleh mikroba atau hasil perombakan dinding sel
mikroba tersebut (Widowati, 2008)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu :

1. Antioksidan primer (antioksidan endogen atau antioksidan enzimatis). Contohnya


enzim superokside dismutase, katalase dan glutation peroksidase. Enzim-enzim ini
mampu menekan atau menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara
memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk lebih stabil.

2. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogen atau antioksidan non enzimatis). Contoh


antioksidan sekunder ialah vitamin E, vitamin C, -karoten, isoflavon, asam urat,
bilirubin, dan albumin. Senyawa-senyawa ini dikenal sebagai penangkap radikal
bebas kemudian mencegahamplifikasi radikal.

3. Antioksidan tersier, misalnya enzim DNA-repair, metionin sulfoksida reduktase, yang


berperan dalam perbaikan biomolekul yang disebabkan oleh radikal bebas ( Winarsi,
2005).

B. Penyakit degeneratif
Macam-macam penyakit degeneratif yang umum diderita oleh masyarakat maju
adalah hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan kanker (Khomsan, 2003)
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah. Hipertensi erat kaitannya dengan umur,
kegemukan dan kebiasaan merokok. Asupan natrium yang berlebihan terutama dalam
bentuk natrium klorida dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan hipertensi (Almatsier, 2005)
Survey di Negara maju menunjukkan bahwa hipertensi erat kaitannya dengan factor
genetik (misalnya orang kulit hitam mempunyai kecenderungan menderita hipertensi
dibandingkan orang kulit putih) dan umur, semakin tua umur seseorang semakin besar risiko
terserang hipertensi (Khomsan, 2003)
Diabetes adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormone insulin (Almatsier, 2005)
Factor genetik diperkirakan ikut berperan pada timbulnya penyakit diabetes, bila
orangtua menderita diabetes maka peluang anak menderita diabetes juga semakin besar.
Kegemukan juga menjadi factor risiko pada penyakit diabetes, orang gemuk mempunyai
peluang 3 kali lebih besar untuk terserang diabetes dibandingkan orang dengan berat badan
normal. Rendahnya konsumsi serat dan konsumsi lemak berlebihan juga bias menjadi
pemicu munculnya diabetes (Khomsan, 2003)

Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan, dimana jantung secara


berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal. Sirkulasi
darah yang tidak normal menyebabkan sesak nafas, rasa lelah dan rasa sakit didaerah
jantung (Almatsier, 2005)
Penderita hipertensi pria berisiko menderita penyakit jantung 2.6 kali lebih besar,
sementara wanita hipertensi berisiko 6 kali lipat. Penderita diabetes mempunyai risiko 2 kali
untuk terserang penyakit jantung. Ini menunjukkan bahwa ada dampak yang tidak
menguntungkan bila kita sudah terserang salah satu penyakit degeneratif, karena memicu
timbulnya penyakit degeneratif lain (Khomsan, 2003).
Kebiasaan merokok juga dapat menimbulkan penyakit jantung. Sementara itu kadar
kolesterol darah ikut menentukan munculnya penyakit jantung. Pengaturan kadar kolesterol

darah dapat dilakukan dengan mengatur menu makanan yang kita konsumsi (Khomsan,
2003)
Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena (Astawan, 2004)
Kanker merupakan penyakit yang masih sulit ditemukan obatnya. Oleh karena itu
pencegahan kanker dengan pengaturan diet merupakan upaya yang baik. Kanker mulut dan
kerongkongan berkaitan erat dengan konsumsi alcohol dan kebiasaan merokok (Khomsan,
2003).
Makanan yang diasap diduga menyebabkan kanker gastric. Sedangkan makanan
yang terkontaminasi aflatoxin menyebabkan kanker hati. Aflatoxin adalah racun yang
dihasilkan oleh jamur yang tumbuh pada kacang-kacangan (Khomsan, 2003).
Berbagai penyakit degeneratif tersebut erat kaitannya dengan pola makan. Oleh
karena itu, untuk mencegah munculnya penyakit degeneratif kita perlu selalu berpedoman
pada Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Khomsan, 2003).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Peranan antioksidan
Proses

penuaan

dan

penyakit

degeneratif

seperti

kanker

kardiovaskuler,

penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, arteriosklerosis, stroke, DM dan


tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stress
oksidatif.
Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan
dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau reactive oxygen species
(ROS) dapat menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya
senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi akan memperparah
keadaan tersebut.

Dalam keadaan sehat sel-sel tubuh kita memproduksi radikal bebas, yaitu dalam
kegiatan metabolisme sehari-hari untuk memperoleh energi dari protein, lemak, dan
karbohidrat. Dengan kata lain semua makhluk hidup mensintesis radikal bebas. Radikal
bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan
pada pada orbital luarnya sehingga molekul tersebut sangat reaktif. Reaktivitas tersebut
ditunjukkan oleh kemampuannya merebut elektron dari molekul lain yang akan
mengakibatkan rusaknya molekul tersebut. Jika molekul tersebut merupakan komponen sel
atau organ sel, akibat kerusakan sel menjurus pada timbulnya berbagai penyakit termasuk
penyakit degeneratif.
Vitamin E adalah antioksidan ampuh yang larut dalam lemak. Vitamin E bekerja
secara baik dibagian tubuh yang banyak mengandung lemak seperti pada sistem kekebalan
tubuh, otak dan pembuluh-pembuluh arteri. Bila radikal bebas sampai menyerang bagianbagian tubuh tersebut, terjadilah kerusakan-kerusakan sel. Fungsi vitamin E adalah seperti
pemadam kebakaran yang akan mematikan serbuan radikal bebas yang secara tidak
langsung akan mencegah penyakit degeneratif.
Selain vitamin E, beta karoten juga mampu mencegah penyakit degeneratif
(misalnya penyakit jantung koroner dan kanker). Saat ini penyakit akibat gangguan
pembuluh darah menempati peringkat atas sebagai penyakit pembunuh. Apabila pembuluh
darah ke arah jantung tersumbat, terjadilah serangan jantung. Beta karoten dalam hal ini
berfungsi untuk memperlambat berlangsungnya penumpukan plak pada arteri sehingga
aliran darah baik yang ke jantung maupun otak bias berlangsung lancar tanpa sumbatan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi. Bagi
manusia, senyawa antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang
berlebihan sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif.
B. Pengaruh Antioksidan terhadap kardiovaskular dan kanker
Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker dan kardiovaskuler (terutama
yang diakibatkan oleh aterosklerosis/penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah) juga
banyak diteliti. Antioksidan berperan dalam melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL)
dan sangat rendah (VLDL) dari reaksi oksidasi. Pencegahan arterosklerosis ini dapat
dilakukan dengan menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan.
Adapun untuk kanker dan tumor banyak ilmuwan spesialis setuju bahwa penyakit ini
berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi gen dapat terjadi melalui
mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika yang berkisar antara 10-15%, atau
faktor dari luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa
ksenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80-85%. Radikal bebas dan reaksi oksidasi

berantai yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini. Dan resiko ini sebenarnya
dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.
Kerusakan oksidatif pada DNA akibat radiasi, radikal bebas dan senyawa oksigen
reaktif yang bersifat oksidatif merupakan penyebab penting kanker. Radikal bebas yang
dibentuk di dalam tubuh akan menginduksi proses apoptosis yang menyebabkan kematian
sel termasuk sel tumor dan berarti menghambat karsinogenesis. Antioksidan adalah
peredam radikal bebas, dan secara epidemiologis antioksidan dalam makanan terutama
sayur dan buah bersifat protektif terhadap kanker.
Vitamin E mampu mengatasi pembentukan karsinogen (pencetus kanker) atau
menghambat karsinogen mencapai target (sel) sasaran sehingga kerusakan sel akibat
kanker dapat dihindari. Vitamin E dapat menghalangi pembentukan nitrosamine, yakni suatu
komponen kimiawi yang biasanya bersifat karsinogenik.

C. Pengaruh antioksidan terhadap Diabetes Mellitus


Glukosa dapat teroksidasi sebelum berikatan dengan protein demikian juga glukosa
setelah berikatan dengan protein (glycated protein) dapat teroksidasi menghasilkan Reactive
Oxygen Species (ROS).
Stres oksidatif dan kerusakan oksidatif pada jaringan biasanya berakhir dengan
timbulnya penyakit kronis diantaranya aterosklerosis, diabetes, rematik dan artritis.
Meningkatnya hasil glikosidasi dan liposidasi di dalam plasma dan jaringan protein adalah
karena meningkatnya stres oksidatif pada diabetes mellitus.
Bahan diabetonik diantaranya adalah aloksan dapat menyebabkan stres oksidatif
pada sel , demikian pula pasien menderita diabetes sering mengalami stres oksidatif.
Komplikasi diabetes berkaitan dengan stres oksidatif khususnya pembentukan radikal bebas
superoksida.
Pemberian antioksidan berupa vitamin dapat mengurangi stres oksidatif bagi
penderita DM-1 baik kronis maupun akut. Sebagian besar antioksidan dalam plasma dapat
berkurang pada pasien DM-2 dikarenakan komplikasi diabetes yang menyebabkan berbagai
komplikasi antara lain aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada
penderita diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga puluh penderita DM-2
ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita
diabetes dibanding kontrol.

Vitamin C membantu mencegah komplikasi DM-2 dengan penghambatan produksi


sorbitol. Sorbitol adalah hasil sampingan dari metabolisme gula yang akan diakumulasikan
di dalam sel dan berperan terhadap perkembangan neuropati dan katarak. Pemberian
vitamin C 1000 - 3000 mg/hari pada penderita diabetes dapat mengurangi produksi sorbitol.
Dianjurkan bagi penderita diabetes untuk banyak mengkonsumsi makanan mengandung
kandungan vitamin C cukup tinggi diantaranya adalah jeruk, jambu biji, cabe hijau,
kecambah dan brokoli, karena konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat mencegah berbagai
komplikasi diabetes.
Vitamin C, vitamin E, -karoten, -lipoic acid dan N-acetyl cysteine adalah sumber
antioksidan yang banyak ditemukan pada buah dan sayuran segar, untuk itu penderita
diabetes disarankan mengkonsumsi sumber antioksidan sebagai tindakan terapeutik.
Pemberian antioksidan dan komponen senyawa polifenol menunjukkan dapat
menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan ekspresi TNF-.
Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai mekanisme sehingga
dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui pengurangan stres oksidatif, ROS dan TNF.
Pemberian

antioksidan

vitamin

dapat

memperbaiki

komplikasi

diabetes,

memperbaiki fungsi ginjal (ren), menormalkan hipertensi pada hewan uji yang menderita
DM-2 hal ini menunjukkan bahwa stres oksidatif berperan dalam perkembangan diabetes
nefropati dan antioksidan sebagai terapeutik DM-2. Pemberian -tocopherol ternyata dapat
mencegah diabetes dan melindungi gangguan ginjal pada tikus. Pemberian diet yang kaya
tocotrienol dapat menurunkan kadar glukosa darah dibanding pada hewan uji control.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. potensi antioksidan sebagai pencegah penyakit degeneratif yaitu Vitamin E. Vitamin


E adalah antioksidan ampuh yang larut dalam lemak. Vitamin E bekerja secara baik
dibagian tubuh yang banyak mengandung lemak seperti pada sistem kekebalan
tubuh, otak dan pembuluh-pembuluh arteri. Fungsi vitamin E adalah seperti
pemadam kebakaran yang akan mematikan serbuan radikal bebas yang secara tidak
langsung akan mencegah penyakit degeneratif. Selain vitamin E, beta karoten juga
mampu mencegah penyakit degeneratif.

2. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi. Bagi


manusia, senyawa antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang
berlebihan sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif.

3. Macam-macam penyakit degeneratif yang umum diderita oleh masyarakat maju


adalah hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan kanker.

4. Penyakit yang dapat dicegah dengan antioksidan diantaranya yaitu penyakit kanker
dan diabetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Anggraeni, 2003. Pengaruh Penggunaan Polisakarida Sebagai Elisitor Untuk Produksi
Antioksidan Selama Germinasi Biji Kacang Hijau. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Astawan, Made. 2004. Kiat Menjaga Tubuh Tetap Sehat. Solo: Tiga Serangkai.
Khomsan, Ali. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Khomsan, Ali. 2006. Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Silalahi, Jansen. 2006. Antioksidan Dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia
Kedokteran. (153) : 39-41
Widowati, Wahyu. 2008. Potensi Antioksidan Sebagai Diabetes. JKM. 7(2) : 7-9
Winarsi, Hery. 2005. Isoflavon. Jogjakarta: UGM Press

Diposkan 16th July 2011 oleh Indonesia dalam Sastra


Lokasi: Surakarta, Indonesia

You might also like