You are on page 1of 5

Neurogenic Bladder

Gol Penyakit SKDI: 3A


Dede Yusuf Fahma Razi 0907101010019
Definisi
Neurogenic bladder adalah istilah diterapkan pada kandung kemih rusak akibat disfungsi
neurologis yang disebabkan dari trauma internal atau eksternal, penyakit, atau cedera. Fungsi
normal dari kandung kemih adalah untuk menyimpan dan membuang urin secara, terkoordinasi
terkontrol. Kegiatan terkoordinasi diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Adapun tipe dari
neurogenic bladder ini adalah spastic, reflex dan flaccid. Biasanya penyakit ini juga disebut
dengan neuropathic bladder (Al-Shukri, 2012; Health Central, 2013; Rackley, 2012).

Epidemiologi
Neurogenic Bladder dapat mempersulit berbagai kondisi neurologis. Di Amerika Serikat
Neurologic Bladder mempengaruhi 40-90% dari orang dengan multiple sclerosis, 37-72% pada
parkinsonisme dan 15% pada penyakit stroke. Angka prevalensi neurologic bladder di Amerika
Serikat sekitar 100.000 kasus dalam satu tahun (Wein, 2007; Verhoef, 2005).

Etiologi
Etiologi menurut Ropper and Brown (2005) adalah:
A. Kelainan pada sistem saraf pusat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alzheimers disease
Meningomielocele
Tumor otak atau medulla spinalis
Multiple sclerosis
Parkinson disease
Cedera medulla spinalis
Pemulihan stroke

B. Kelainan pada sistem saraf tepi:


1.
2.
3.
4.
5.

Neuropati alkoholik
Diabetes neuropati
Kerusakan saraf akibat operasi pelvis
Kerusakan saraf dari herniasi diskus
Defisiensi vitamin B12

Patofisiologi

Jika terjadi masalah dalam sistem saraf, siklus berkemih akan terpengaruh. Setiap bagian dari
sistem saraf mungkin akan terpengaruh, termasuk otak, pons, sumsum tulang belakang, tulang
sakral, dan saraf perifer. Sebuah kondisi disfungsional berkemih dalam gejala yang berbeda,
mulai dari retensi urin akut kandung kemih terlalu aktif atau kombinasi keduanya. Kemih
inkontinensia adalah hasil dari disfungsi kandung kemih, sphincter, atau keduanya. Kandung
kemih overactivity (kandung kemih spastik) dikaitkan dengan gejala inkontinensia mendesak,
sementara sfingter underactivity (resistensi menurun) menyebabkan gejala inkontinensia stres.
Kombinasi detrusor overactivity dan sfingter underactivity dapat mengakibatkan gejala
campuran (Rackley, 2012).

Gambaran Klinik
Gejala-gejala disfungsi neurogenik bladder terdiri dari urgensi, frekuensi, retensi dan
inkontinens. Hiperrefleksi detrusor merupakan keadaan yang mendasari timbulnya frekuensi,
urgensi dan inkontinens sehingga kurang dapat menilai lokasi kerusakan (localising value)
karena hiperrefleksia detrusor dapat timbul baik akibat kerusakan jaras dari suprapons maupun
suprasakral. Retensi urine dapat timbul sebagai akibat berbagai keadaan patologis. Pada pria
adalah penting untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis seperti hipertrofi prostat
atau striktur. Pada penderita dengan lesi neurologis antara pons dan medulla spinalis bagian
sakral, DDS dapat menimbulkan berbagai derajat retensi meskipun pada umumnya hiperrefleksia
detrusor yang lebih sering timbul. Retensi dapat juga timbul akibat gangguan kontraksi detrusor
seperti pada lesi LMN. Retensi juga dapat timbul akibat kegagalan untuk memulai refleks niksi
seperti pada lesi susunan saraf pusat. Meskipun hanya sedikit kasus dari lesi frontal dapat
menimbulkan retensi, lesi pada pons juga dapat menimbulkan gejala serupa.
Inkontenensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan
suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan
timbul sensasi urgensi. Lesi LMN dihubungkan dengan kelemahan sfingter yang dapat
bermanifestasi sebagai stress inkontinens dan ketidakmampuan dari kontraksi detrusor yang
mengakibatkan retensi kronik dengan overflow (Ropper and Brown, 2005; Rackley, 2009;
Greenfield, 1997)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat diperiksa urinalisis dan kultur urin: infeksi saluran kemih dapat
menyebabkan gejala berkemih iritasi dan mendesak inkontinensia. Melihat sitologi urin apakah
ada karsinoma in-situ. Melihat kadar kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN), uroflow rate,
cystogram dan electromyography (Rackley, 2011).

DD
Diagnosis banding untuk penyakit ini:

Benign Prostat Hipertrophy


Carcinoma Prostat

Penanganan
Penanganan menurut Ropper and Brown (2005), Rackley (2009) Greenfield (1997) dan Waxman
(2010) adalah:
A. Evaluasi
Pendekatan sistematis untuk mengetahui masalah gangguan miksi selama rehabilitasi pasien
dengan cedera medula spinalis merupakan hal yang penting karena penatalaksanaan yang baik
sejak awal akan mencegah komplikasi urologis dan kerusakan ginjal permanen. Pemeriksaan
meliputi penilaian saluran kencing bagian atas, penilaian pengosongan vesica urinaria dan
deteksi hiperrefleksia detrusor.
1. Penilaian saluran kencing bagian atas Meskipun jarang didapatkan masalah pada saluran
kencing bagian atas, gangguan ginjal merupakan hal yang potensial mengancam
penderita. Penilaian ditujukan untuk menilai fungsi ginjal dan deteksi hidronefrosis.
Pemeriksaan radiologis harus meliputi urografi intravena dan voiding cystourethrogram
untuk menilai saluran bagian atas dan menyingkirkan kemungkinan adanya refluks
vesikoureteral.
2. Penilaian pengosongan vesica urinaria Penilaian sisa urine dapat dilakukan dengan
katerisasi pada saat pertama pemeriksaan meupun dengan menggunakan USG. Residu
urine lebih dari 100 ml dikatakan bermakna.
3. Deteksi hiperrefleksia detrusor Pemeriksaan CMG dan EMG dari sfingter uretral eksterna
akan membantu menentukan disfungsi neurogenik dan adanya suatu DDS yang
signifikan. Kontraksi abnormal dari otot detrusor dapat dideteksi dengan baik
denganmenggunakan filling cystometrogram (CMG). Pada orang normal, kandung
kencing dapat mengakomodasi pengisian vesica urinaria bahkan pada kecepatan
pengisian yang tinggi sedangkan pada penderita dengan hiperrefleksia vesica urinaria,
terjadi peningkatan tekanan yang spontan pada pengisian.
4. Pemeriksaan neurologis Pemeriksaan neurologis harus meliputi pemeriksaan sensibilitas
perianal untuk mengetahui ada tidaknya sacral sparing. Adanya tonus anal, reflex anal
dan refleks bulbokavernosus hanya menandakan utuhnya konus danlengkung refleks
lokal. Didapatkannya kontraksi volunter sfingter anal menunjukkan uthunya kontrol
volunter dan pada kasus kuadriplegia, ini menandakan lesi medula spinalis yang
inkomplit. Pada lesi medulla spinalis, dalam hari pertama sampai 3 atau 4 minggu
berikutnya seluruh refleks dalam pada tingkat di bawah lesi akan hilang. Hal ini biasanya
dihubungkan dengan fase syok spinal. Dalam periode ini, vesica urinaria bersifat
arefleksi danmemerlukan drainase periodik atau kontinu yang cermat dan tes provokatif
dengan menggunakan 4 oz air dingin steril suhu 4oC tidak akan menimbulkan aktifitas
refleks vesica urinaria. Tes air es dikatakan positif bila pengisian dengan air dingin segera
diikuti dengan pengeluaran air kateter dari vesica urinaria. Drainase vesica urinaria yang
adekuat selama fase syok spinal akan dapat mencegah timbulnya distensi yang berlebih
dan atoni dari vesica urinaria yang arefleksi.

B. Penatalaksanaan Dasar dari penatalaksanaan dari disfungsi kandung kemih adalah untuk
mempertahankan fungsi gunjal dan mengurangi gejala.

1. Penatalaksanaan gangguan pengosongan kandung kemih dapat dilakukan dengan cara:

Stimulasi kontraksi detrusor, suprapubic tapping atau stimulasi perianal


Kompresi eksternal dan penekanan abdomen, credes manoeuvre
Clean intermittent self-catheterisation
Indwelling urethral catheter

2. Penatalaksanaan hiperrefleksia detrusor

Bladder training (bladder drill)


Pengobatan oral, Propantheline, imipramine, oxybutynin

3. Penatalaksanaan operatif Tindakan operatif berguna pada penderita usia muda dengan kelainan
neurologis kongenital atau cedera medula spinalis.

Komplikasi
Menurut Wexner Medical Center (2012) komplikasi yang timbul adalah:

Kebocoran urin

Kebocoran urin sering terjadi ketika otot-otot menahan kencing dan tidak dapat menahan.

Retensi urin

Retensi urin sering terjadi jika otot-otot menahan kencing di tidak mendapatkan pesan bahwa
sudah waktunya untuk melepaskan.

Kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal

Kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal sering terjadi jika kandung kemih menjadi terlalu
penuh dan urin punggung atas ke ginjal, menyebabkan tekanan ekstra.

Infeksi kandung kemih atau ureter

Infeksi kandung kemih atau ureter sering terjadi karena urin yang diselenggarakan terlalu lama
sebelum dieliminasi.

Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik jika ginjal belum mengalami kerusakan karena akan
berpengaruh terhadap pasien.

Daftar Pustaka

Al-Shukri S. 2012. Neurogenic Bladder Assessment, Investigation and Treatment Review.


European Urological. 7(1): 55-60.
Greenfield, et al.1997. Essentials of Surgery: Scientific Principles and Practice. 2nd Ed. McGrawHill Companies, Inc. New York.
Health Central. 2013. Neurogenic Bladder. http://www.healthcentral.com/encyclopedia/
408/391.html. (Diakses pada 12 April 2013). Raymond R. 2011. Neurogenic Bladder.
http://emedicine.medscape.com/article/453539-overview. (Diakses pada 13 April 2013).
Verhoef M, Lurvink M, Barf HA, Post MW, van Asbeck FW, Gooskens RH, Prevo AJ. 2005.
High prevalence of incontinence among young adults with spina bifida: description, prediction
and problem perception. Spinal Cord. 43(6): 331-40.
Waxman, Stephan G. 2010. A Lange Medical Book Clinical Neuroanatomi Twenty-Sixth
Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
Wein J. 2007. Lower urinary tract dysfunction in neurologic injury and disease. In: CampbellWalsh Urology. pp. 2011 2045. Saunders. New York.
Wexner Medical Center. 2012. Neurogenic Bladder.http://medicalcenter.osu.edu/patientcare/
healthcare_services/urinary_bladder_kidney/urogenital_disorders/overview_urogenital_disorders
/neurogenic_bladder/Pages/index.aspx. (Diakses pada 13 April 2013).

You might also like