You are on page 1of 30

KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL

Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui
Bapepam berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang
pasar modal dengan berbagai cara, antara lain dengan menertibkan dan membina
pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, dan menuntaskan kejahatan di
bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban Bapepam
sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada
kejaksaan atas dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam
memiliki kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian
sanksi administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya UndangUndang Darurat Nomor 13 Tahun 1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang
Darurat tersebut diganti karena materinya sangat sumir dan sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan
berdasarkan beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat
yang mencakup integritas dan profesionalisme, serta kelemahan peraturan.
Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan penelaahan hukum yang
menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin penting.
Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga
kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang
menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan
demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar modal
diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di dalam
memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana
dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang
dalam. Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan
penjara/kurungan bagi para pelaku dengan jumlah atau waktu yang bervariasi.
Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik yang khas, yaitu barang
yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tidak
mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan
membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar
modal juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenisjenis tindak pidana yang dikenal dibidang pasar modal, antara lain:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud
untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak
lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual
efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam
perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat
pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang

penipuan, disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri


sendiri atau orang lain dengan cara:
(1) Melawan hukum;
(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(3) Tipu muslihat;
(4) Rangkaian kebohongan;
(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau
supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan,
yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan
penawaran, pembelian, dan/atau penjualan efek yang terjadi dalam rangka
penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar bursa atas efek emiten
atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian
kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang
tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang
material.
2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan
maksud untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal
mengantisipasi setiap pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam hal
modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa melakukan
penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon
gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar,
antara lain:
(1) Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi
harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya,
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar
merespon kemudian harga efeknya jatuh tajam di bursa;
(2) Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation).
Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk
perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten B termasuk
yang diambil alih oleh pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif
terhadap suatu peristiwa dan informasi yang berkaitan, baik secara langsung
maupun tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan pedoman pokok para
pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut
tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, bagaimana kegiatan
perdaganyan pasar modal bisa berjalan? Informasi yang dihembuskan oleh pihak
tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik
atau turun. Begitu telah ada konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak
pasar akan berhenti dan berjalan normal kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang
tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada
harga tertentu dimana pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang
melakukan penawaran jual/beli efek yang sama pada harga yang kurang lebih

sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain untuk meningkatkan, menurunkan,
atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik perdagangan efek internasional
dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar,
yaitu:
(1) Marking the Close Marking the close adalah, merekayasa harga permintaan
atau penawaran efek pada saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan
tujuan membentuk harga efek atau harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari
berikutnya.
(2) Painting the Tape
Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan
rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau memiliki
keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya
painting the tape mirip dengan marking the close, namun dapat dilakukan setiap
saat.
(3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
menentukan bahwa, pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger,
konsolidasi, atau akuisisi berhak meminta kepada perseroan untuk membeli saham
dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan ini
untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi pasar.
(4) Cornering the Market
Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga
dapat menguasai atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan
short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Hal
ini dapat dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka waktu penyelesaian
transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ke-3 setelah
transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang
bersangkutan harus membeli efek tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih
mahal dari harga di pasar regular. Pelaku dapat mengambil keuntungan dari situasi
tersebut dengan melakukan cornering the market, yaitu membeli dalam jumlah
besar efek tertentu dan menahannya sehingga akan banyak penjual yang
mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli di pasar tunai yang sudah
dikuasai oleh pelaku.
(5) Pools
Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok
investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk
mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.
(6) Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana
tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut
dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar
dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya.
(7) Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak
pertama yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari
emiten atau perusahaan publik atau disebut juga pihak yang berada dalam
fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima informasi orang dalam dari
pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai,
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan
yang karena kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya dengan emiten
memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang
dalam dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan
transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam.
Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume
perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material kepada publik terkait
dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak wajar.
Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;
c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya
bila pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang
lain, maka pada perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain
tapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya milik umum, sehingga
pelaku memperoleh keuntungan dari tindakannya. Pada pencurian konvensional
yang menderita kerugian adalah pihak pemilik barang, sedangkan pada kasus
perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu banyak dan luas,
mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator dan
kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat
terhadap pasar modal juga akan pudar.

B. KASUS REKSA DANA PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS


Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas
dianggap penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan,
dan pencucian uang. Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita
kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar.
Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya,
Setya Ananda, untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun
2008, sudah terhimpun 17 nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai
grup perusahaan Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah ketujuhbelas nasabah nominee
ini rekening. Rekening itu digunakan Herman untuk melakukan transaksi jual/beli
saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening 17 nasabah nominee ini
tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta Lanny
Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA).
Lalu, Lanny menindak-lanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan
teknologi (IT) untuk memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi,

untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi
Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau
mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas nasabah nominee tidak
mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA.
Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek.
Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari
para nasabah.Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi
jual/beli saham dengan menggunakan rekening ketujuhbelas nasabah nominee.
Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet dana 13074 nasabah yang
tersimpan di main account Sarijaya
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya)
ini telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya
modal perusahaan sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah
melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang
merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar Rp235,6 miliar.
Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BapepamLK) mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus
Sarijaya masuk dalam ranah pasar modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU
Pasar Modal.
Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal,
melainkan kategori pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang.

C. ANALISA HUKUM ATAS KASUS PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS


Dari Kasus diatas maka adapun fakta hukum yang bisa disimpulkan yakni :
1. Adanya 17 Rekenening Fiktif yang terdapat di PT. Sarijaya Permana Sekuritas
2. 17 Rekenaing Fiktif itu dibuka oleh Herman Ramli sebagai Komisaris PT Sarijaya
Permana Sekuritas dan sebagai pemegang saham terbesar
3. Dana yang dimasukan dalam 17 rekening fiktif itu berasal dari dana nasabah PT
Sarijaya Permana Sekuritas dengan cara mendebet 13074 rekening nasabah
4. Adanya perintah dari Herman Ramli kepada stafnya untuk menaikkan batas
transaksi agar bisa melakukan transaksi
5. Adanya persetujuan dari direksi untuk menaikkan batas tarnsaksi tersebut
Permasalahan yang muncul dalam kasus PT Sarjaya Permana Sekuritas ini yakni
bahwa oleh BAPEPAM-LK dianggap sebagai kejahatan Pidana Umum dan bukan
kajahatan pasar modal sehingga kasus ini diserahkan kepada pihak kepolisian
untuk melakukan penyidikan. Dari kenyataan diatas maka alangkah baiknya jika
permasalahan PT Sarijaya Permana Sekuritas ini coba kami tinjau dari sudut
pandang Undang-Undang Pasar Modal khususnya yang menyangkut Kejahatan
Pasar Modal.
Seperti diutarakan sebelumnya bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah
menggariskan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, seperti penipuan,
manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain menetapkan jenis-jenis
tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 juga
menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan
jumlah atau waktu yang bervariasi.

Dari beberapa jenis kejahatan pasar modal sebagaimana diutarakan diatas maka
jika kita hubungkan dengan kasus yang dialami oleh PT Sarijaya Permana Sekuritas
maka akan lebih mengarah ke kejahatan pasar moda yang berupa penipuan
sebagaimana diatur dalam pasal 90 Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 yang
isinya atara lain :
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau
tidak langsung:
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara
apa pun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek. Namun seperti kita ketahui dalam sistem pembuktian pidana maka
suatu kejahatn atau tindak pidana dapat terbukti jika memenuhi unsur-unsur
pidana selain itu mengingat jika dikaji maka pasal ini merupakan delik materiil
maka perlu untuk dijelaskan unsur-unsur pidana ang terkandung dalam pasal 90
tersebut. Menurut hemat kami maka ada beberpa unsur dalam pasal 90 diatas
yakni :

1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek


Dalam penjelasan pasal 90 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan
perdagangan Efek dalam Pasal ini adalah kegiatan yangmeliputi kegiatan
penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi dalam
rangkaPenawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun kegiatan penawaran,
pembelian dan ataupenjualan Efek di luar Bursa Efek atas Efek Emiten atau
Perusahaan Publik
2. Unsur Setiap Pihak
Yang dimaksud dengan pihak dalam undang-undang pasar modal khususnya pasal
1 angka 23 yakni orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi atau
keompok terorganisasi.
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan,
disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain dengan cara:
(6) Melawan hukum;
(7) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(8) Tipu muslihat;
(9) Rangkaian kebohongan;
(10) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau
supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Selain pengertian penipuan dalam pasal 378 KUHP, adapun oleh beberapa ahli
yang memberikan pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan penipuan di bidang

pasar modal yakni sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c yakni membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan
memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
4. Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun
Cara yang dimaksudkan jalan untuk melakukan sesuatu sedangkan sarana yang
dimaksudkan yakni segala sesuatu yg dapat dipakai sbg alat dl mencapai maksud
atau tujuan Dari unsur-unsur pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 90
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 maka akan kita analisa lebih lanjut
dihubungkan dengan fakta hukum yang terdapat dalam kasus PT Sarijaya Permana
Sekuritas yakni :
1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek
Unsur kegiatan perdagangan efek yang terjadi dalam kasus PT Sarijaya Permana
Sekuritas yakni Tindakan Herman Remli sebagai komsaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas yang melakukan transaksi efek baik penjualan maupun pembelian efek
dengan menggunakan dana nasabah yang didebet dalam 17 rekening fiktif.
Dengan demikian unsur kegiatan perdagangan efek telah terbukti
2. Unsur setiap pihak
Unsur setiap pihak yang dimaksudkan dalam kasus ini yakni Herman Ramli sebagai
orang perorangan. dengan demikian unsur setiap pihak telah terbukti
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Unsur menipu atau mengelabui pihak lain yakni membuat pernyataan tidak benar
mengenai fakta material yang berupa 17 rekening fiktif dan melakukan transaksi
saham untuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Pihak-pihak lain yang
ditipu yakni BAPEPAM-LK sebagai pengawas maupun Para SRO dan pihak nasabah
sendiri yang dananya telah didebet pada 17 Rekening Fiktif tersebut. Dengan
demikian nsur menipu atau mengelabui pihak lain telah terbukti.
4. Unsur menggunakan cara atau sarana apapun
Adapun cara yang digunakan Herman Ramli untuk melakukan tindak pidana pasar
modal ini yakni dengan membuka 17 rekening fiktif dan mendebet dana 13074
rekening nasabah PT sarijaya permana sekuritas dan menaikkan batas transaksi
untuk dapat melakukan transaksi sebagaimana mestinya.
Selain itu Herman Ramli juga menggunakan sarana yakni memanfaatkan
jabatannya sebagai komisaris dan pemegang saham terbesar pada PT. Sarijaya
Permana Sekuritas untuk memerintahkan stafnya menaikkan batas transaksi dan
meminta direksi untuk menyetujui penaikkan batas transaksi tersebut. Dengan
demikian unsur menggunakan cara atau sarana apapun telah terbukti.
Sebagai salah satu bentuk konkretisasi dari peran Bapepam sebagai lembaga
pengawas adalah kewenangan Bapepam untuk melakukan pemeriksaan. Yakni
pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap UUPM. Dalam kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas indikasi
kejahatan yang dilakukan oleh komisaris Herman Ramli sehingga peran bapepam
harus diawali dengan melakukan tindakan pemeriksaan berupa meminta
konfirmasi dari pihak pihak terkait yag diduga melakukan pelanggaran terhadap
undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya selanjutnya dari tahap

itu dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni penyidikan, jika berkas penyidikan telah
lengkap maka bisa dilimpahkan kepada kejaksaan untuk melakukan penuntutan.

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan


baik dari pemerintah dan masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan
nasional diperoleh dari pajak dan penerimaan lainnya. Adapun masyarakat dapat memperoleh
dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga pembiayaan, dan pasar modal. Pasar
modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan (finansial market), di samping pasar
uang (money market) yang sangat penting peranannya bagi pembangunan dunia usaha sebagai
salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak dari sisi
pemodal (investor), pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat bermanfaat untuk
menyalurkan dananya ke berbagai sektor produktif dalam rangka meningkatkan nilai tambah
terhadap dana yang dimilikinya.
Berdasarkan pengalaman di masa lalu, pasar modal ibarat lazimnya suatu pasar selalu akan
mengalami pasang surut, yang ditunjukkan dengan tanda-tanda bullish atau bearish, sehingga
karenanya dalam hal berinvestasi tiada satu investasi tanpa resiko, seperti adanya informasi
yang menyesatkan, kejahatan yang bersifat penipuan atau kekurangan dalam transaksi
perdagangan bursa efek dan sebagainya.
Di negara manapun, perkembangan pasar modal tidak terlepas dari tindak kejahatan.
Secara internasional, kasus-kasus kejahatan di bidang pasar modal bermodus tidak jauh
berbeda. Oleh karena itu dalam hal ini pemerintah Indonesia dengan di undangkannyaUndangundang Nomor 8 Tahun 1995 bertujuan agar adanya penegakan hukum dalam rangka
menciptakan pasar modal yang tangguh, modern, efisien, dan teratur.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini seperti:
1. Bagaimana tindak pidana pasar modal jika dikaitkan dengan tindak pidana ekonomi?
2. Apa saja faktor pendorong munculnya tindak pidana pasar modal?
3. Hal-hal bagaimanakah yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan tindak
pidana pasar modal?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tindak pidana pasar modal dikaitkan dengan tindak pidana ekonomi.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya tindak pidana pasar modal.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
tindak pidana pasar modal.
D. Kegunaan Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memiliki nilai kegunaan dan manfaat
sebagai berikut :

1. Bagi pengembangan keilmuan (teoritis), melalui penelitian ini dapat diperoleh informasi yang
terkait dengan cara-cara penanggulangan tindak pidana di bidang pasar modal.
2. Bagi kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi para

penegak hukum dalam hal pencegahan dan penanggulangan tindak pidana di bidang
pasar modal.

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Tindak Pidana

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara,
yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk :
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan
disertai ancaman atau sangsi berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimanayang telah diancamkan
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada
orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Pengertian tindak pidana yang di muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut denganstrafbaarfeit. Para pembentuk
undang-undang tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu,
maka dari itu terhadap maksud dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering dipergunakan
oleh pakar hukum pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, serta
delik.[1]

B. Pengertian Pasar Modal

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 angka 13 menyatakan bahwa Pasar


modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum perdagangan bursa efek,
perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pasar modal adalah seluruh
kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan aktivitas yang
memperjualbelikan surat berharga.[2]
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan
pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-term
instrument). Kedua belah pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik dana
menhyerahkan sejumlah dana dan penerima dana (perusahaan terbuka) menhyerahkan surat
bukti kepemilikan berupa efek.[3]
Objek yang diperdagangkan di pasar modal adalah efek, yakni surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek (Pasal 1 angka 5 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995). Meskipun efek terdiri atas berbagai macam surat berharga, tetapi 2 (dua)
instrument utama di pasar modal adalah saham dan obligasi.[4]

C. Fungsi Pasar Modal

Secara umum, fungsi pasar modal adalah sebagai berikut:


a. Sebagai sarana penambah modal bagi usaha
b. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar modal.

Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaan-perusahaan lain,


lembaga, atau oleh pemerintah.
c. Sebagai sarana pemerataan pendapatan
d. Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang telah dibeli akan memberikan deviden

(bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para pembelinya (pemiliknya). Oleh


karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap sebagai sarana
pemerataan pendapatan.
e. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi
f.

Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka produktivitas
perusahaan akan meningkat.

g. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja


h. Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya industri lain

yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.


i.

Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara

j.

Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak oleh
pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan meningkatkan
pendapatan negara.

k. Sebagai indikator perekonomian negara


l.

Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang semakin meningkat


(padat) memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan
baik. Begitu pula sebaliknya.[5]

D. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Pasar Modal

Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang


khas, yaitu antaralain adalah barang yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi,
selain itu pelakutindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya
pencurian atauperampokan mobil, akan tetapi
lebih mengandalkan pada
kemampuan untuk membaca
situasipasar
serta
memanfaatkannya
untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal
merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup
definisiPasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang-undang Pasar Modal.[6]

BAB III
PEMBAHASAN
A. Tindak Pidana Pasar Modal dikaitkan dengan Tindak Pidana Ekonomi
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku
pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui Bapepam berupaya
keras untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara,
antara lain dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif,
dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang

diemban Bapepam sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas
dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam memiliki kewenangan
melakukan
pemeriksaan,
penyidikan,
sampai
pemberian
sanksi
administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun
1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang Darurat tersebut diganti karena materinya
sangat sumir dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan
beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan
penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin
penting. Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga kepercayaan,
yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang menghubungkan kepentingan pemakai
dana dan para pemilik dana. Dengan demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur
mengenai pasar modal diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di
dalam memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana
dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain
menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan
jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik
yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana
tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan membaca
situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar modal juga sangat
sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak pidana yang
dikenal dibidang pasar modal, antara lain:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli
atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek,
bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa penipuan
adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
(1) Melawan hukum;
(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(3) Tipu muslihat;
(4) Rangkaian kebohongan;
(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi
utang atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam
kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau penjualan

2.

efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar
bursa atas efek emiten atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau
rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai
fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.
Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa
melakukan penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon gambaran
tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar, antara lain:
(1) Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi harga efek
perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian harga
efeknya jatuh tajam di bursa;
(2) Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation). Misalnya,
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan yang akan
dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten B termasuk yang diambil alih oleh
pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan informasi
yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan
pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi
tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, bagaimana kegiatan
perdaganyan pasar modal bisa berjalan? Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada
konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan berhenti dan berjalan normal
kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada harga tertentu
dimana pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran
jual/beli efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara
lain untuk meningkatkan, menurunkan, atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik
perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai
manipulasi pasar, yaitu:
a. Marking the Close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek

pada saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk


harga efek atau harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari berikutnya.
b. Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu

dengan rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau
memiliki keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada
dasarnya painting the tape mirip dengan marking the close, namun dapat
dilakukan setiap saat.
c. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi

Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa,
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi, atau akuisisi berhak
meminta kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham
dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi
pasar.
d. Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga

dapat menguasai atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan


short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya.
Hal ini dapat dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka waktu
penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ke-3
setelah transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang
bersangkutan harus membeli efek tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih
mahal dari harga di pasar regular. Pelaku dapat mengambil keuntungan dari
situasi tersebut dengan melakukan cornering the market, yaitu membeli dalam
jumlah besar efek tertentu dan menahannya sehingga akan banyak penjual yang
mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli di pasar tunai yang sudah
dikuasai oleh pelaku.
e. Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok

investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk
mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.
Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana tidak terjadi
perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud
bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau
pembelian yang sesungguhnya.
f.

g. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)

Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak pertama yang
mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari emiten atau perusahaan publik
atau disebut juga pihak yang berada dalam fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima
informasi orang dalam dari pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai,
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan yang karena
kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam
dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi dari
adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi
material kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang
tidak wajar. Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;

b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;


c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya bila
pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka pada
perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan menggunakan
informasi yang seharusnya milik umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari
tindakannya. Pada pencurian konvensional yang menderita kerugian adalah pihak pemilik
barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu
banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator dan
kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat terhadap pasar
modal juga akan pudar.
B. Faktor Pendorong Munculnya Tindak Pidana Pasar Modal
Pada saat ini, banyak tindak pidana dan kejahatan yang sudah dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi, sehingga semakin sukar pengungkapannya. Perkembangan teknologi
yang semakin canggih dan harganya yang terjangkau seringkali dipergunakan sebagai alat bantu
melakukan kejahatan. Modus operandi kejahatan seperti ini, hanya dapat dilakukan oleh orangorang yang mempunyai status sosial menengah ke atas dalam masyarakat, bersikap tenang,
simpatik serta terpelajar. Dengan mempergunakan kemampuan, kecerdasan, kedudukan serta
kekuasaannya, seorang pelaku tindak pidana dapat meraup dana yang sangat besar untuk
keperluan pribadi atau kelompoknya saja.
Adapun faktor-faktornya adalah sebagai berikut:
a. Faktor pertama adalah globalisasi. Dalam hal ini terjadinya globalisasi memang mengakibatkan
para pelaku di bidang pasar modal ini dapat memanfaatkan sistem financial dan perbankan
internasional untuk melakukan kegiatannya.
b. Faktor kedua adalah cepatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi ini mungkin
dapat dikatakan sebagai faktor yang paling mendorong berkembangnya tindak pidana di bidang
pasar modal. Perkembangan teknologi informasi seperti internet misalnya, dapat mengakibatkan
hilangnya batas-batas antar negara.
c. Faktor ketiga adalah mengenai Bapepam, dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
memberikan kedudukan kepada Bapepam sebagai lembaga yang banci dan ambivalensi.
Disatu pihak pundak Bapepam dibebankan tugas yang luar biasa besar, tetapi dipihak lain
kedudukannya secara lembaga birokrasi justru sangat kecil, yakni hanya salah satu bagian
dalam jajaran Departemen Keuangan. Bapepam berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri. Demikian kata UU Pasar Modal Pasal 3 ayat (2) inilah salah satu penyebab
Bapepam dalam menjalankan tugasnya sering ragu-ragu dan tidak tuntas.

C. Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Pidana Pasar Modal


a.

Pencegahan Tindak Pidana Pasar Modal


Upaya pencegahan tindak pidana pasar modal dapat berupa :
1.
Pencegahan tanpa pidana (Prevention without punishment)

2.
Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media
massa (Influencing views of society on crime and punishment mass media).
Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non-penal lebih bersifat
tindakan pencegahan , maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif
penyebab terjadinya kejahatan ini dimana faktor tersebut berpusat pada masalah-masalah atau
kondisi sosial secara langsung atau tidak langsung dapat menumbuh suburkan kejahatan.
Dalam hal ini sebenarnya perlu ketegasan dan kejelasan mengenai praktis operasional.
Praktis operasional yang di maksud adalah tindakan preventif dan represif harus ada di
dalamnya. Selain itu dalam hal pencegahan secara preventif juga dilakukan oleh Bapepam
yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.[7]
b. Penanggulangan Tindak Pidana Pasar Modal
Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana penal
dan non penal, Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam mengatur
masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah
kebijakan (policy).
Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik
beratkan pada sifat Represive (Penindasan/pemberantasan/penumpasan), setelah kejahatan
atau tindak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha
penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan
penegak hukum (Law Enforcement).
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan palang pintunya hukum pasar
modal. Lembaga ini merupakan benteng dalam melakukan law enforcement dari kaidah hukum
pasar modal.
Salah satu kelebihan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah
pengenaan sanksi dengan ancaman hukuman yang lebih berat. Seperti juga tindak pidana secara
umum yang berdasarkan kepada KUH Pidana maka Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995, Vide Pasal 103 sampai 120, juga mengkategorikan tindak pidana ke dalam dua
bagian, yaitu tindakan pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran. Mengenai ketentuan
sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 UU Nomor 8 Tahun 1995 sedangkan mengenai
ketentuan pidana diatur dalam Bab XV UU Nomor 8 Tahun 1995.[8] Selain itu dalam hal
pencegahan secara represif juga dilakukan oleh Bapepam yakni dalam bentuk pemeriksaan,
penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.[9]

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang
khas, yaitu antaralain adalah barang yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi,

selain itu pelakutindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya
pencurian atauperampokan mobil, akan tetapi
lebih mengandalkan pada
kemampuan untuk membaca
situasipasar
serta
memanfaatkannya
untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal
merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup
definisiPasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang-undang Pasar Modal.
Pencegahan Tindak Pidana Pasar Modal dapat berupa pencegahan tanpa
pidana(Prevention without punishment) dan dengan cara mempengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime
and punishment mass media). Selain itu dalam hal pencegahan secara preventif juga dilakukan
oleh Bapepam yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.
Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana penal
dan non penal, Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam mengatur
masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah
kebijakan (policy).
Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik
beratkan pada sifat Represive (Penindasan/pemberantasan/penumpasan), setelah kejahatan
atau tindak pidana terjadi. Mengenai ketentuan sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 UU
Nomor 8 Tahun 1995 sedangkan mengenai ketentuan pidana diatur dalam Bab XV UU Nomor
8 Tahun 1995. Selain itu dalam hal pencegahan secara represif juga dilakukan oleh Bapepam
yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.

B. SARAN
Dalam hal ini pemerintah harus berani mengambil langkah untuk menjadikan Bapepam
sebagai lembaga independent non departemental yang bertanggung jawab langsung terhadap
presiden, sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsi nya Bapepam tidak lagi ragu dan dapat
menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kejahatan di bidang pasar modal sampai tuntas.

Bentuk-Bentuk Kejahatan Yang Dapat Dilakukan Dan Terjadi Dalam


Kegiatan Pasar Modal

Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Persoalan terjadinya kejahatan
dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan beberapa alasan, antara
lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu
melakukan penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan
hukum yang semakin penting. Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal
merupakan lembaga kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary)
yang menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan
demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar modal
diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di dalam
memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal[5].

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengatur


berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta sanksi
bagi pelakunya. Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi:
1. Pemalsuan Dan Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud
untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak
lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual
efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam
perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat
pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang
penipuan, disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan cara:
a)

Melawan hukum;

b)

Memakai nama palsu atau martabat palsu;

c)

Tipu muslihat;

d)

Rangkaian kebohongan;

e) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau


supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan,
yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan
penawaran, pembelian, dan/atau penjualan efek yang terjadi dalam rangka
penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar bursa atas efek emiten
atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian
kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang
tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang
material[6].

2. Manipulasi Pasar
Tindakan manipulasi pasar adalah merupakan serangkaian tindakan yang
maksudnya untuk menciptakan gambaran yang keliru dan menyesatkan tentang
adanya perdagangan yang aktif, keadaan pasar atau harga dari satu efek di bursa
efek, melakukan jual beli yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan Pemilik
Penerima Manfaat, atau transaksi semu.
Seperti namanya (manipulasi pasar) tindakan ini hanya terjadi di pasar sekunder
(di bursa) yaitu sesudah saham-saham yang dijual melalui penawaran umum
didaftarkan (listing) di salah satu bursa efek yang ada. Manipula si ini terutama
akan lebih mudah dilakukan di bursa-bursa di mana jumlah investor relatif sedikit.
Karena dengan demikian antara satu investor dengan investor lainnyadapat saling
berhubungan untuk mengadakan kesepakatan-kesepakatan tertentu yang
maksudnya untuk memanipulasi pasar. Selain itu manipulasi pasar ini dapat juga

dilakukan dengan transaksi tanpa adanya saham atau tanpa adanya pengalihan
hak atas saham[7].
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai jenis kejahatan ini berikut ini
diberikan ilustrasi tentang modus-modus yang digunakan oleh pialang di bursa
untuk melakukan manipulasi pasar ini.
a. Transaksi Semu
Sebagaimana jual beli lainnya dimanapun maka jual beli di bursa merupakan suatu
jual beli dalam arti yang sebenarnya yaitu jual beli yang harus dilakukan dengan
adanya arus barang (dari penjual). Apabila salah satu dari kedua unsur ini tidak
ada (terutama tidak ada barang) maka jual beli (transaksi) tersebut dapat
dikwalifikasikan sebagai suatu transaksi semu (wash sales) yaitu transaksi yang
tidak diikuti oleh adanya perubahan Pemilik Penerima Manfaat (beneficial owner)
[8]. Transaksi semu ini kadang-kadang juga dilakukan untuk menstabilkan harga
suatu saham aatau juga dengan maksud untukn mendapatkan (mengisi) porsi
asing. Tindakan yang terakhir ini (untuk mengisi porsi asing) misalnya dilakukan
atas saham-saham yang memang sangat digemari oleh investor asing. Sahamsaham laris ini biasanya sudah habis terbeli dalam catatan bursa tetapi karena
saham-saham pendiri masih akan diperdagangkan maka sebenarnya masih ada
sejumlah saham baik dari pendiri maupun pemnegang saham lokal yang masih
dapat dibeli[9].
Tujuan dari transaksi ini adalah sederhana saja yaitu memberikan gambaran
bahwa saham tersebut memang likuid atau untuk mendapatkan nota transaksi
yang berstatus asing sehingga ketika saham-saham pendiri telah boleh dijual (8
bulan kemudian) pialang ini dapat menggunakan nota transaksi hasil transaksi
semu dengan status asing tersebut untuk mengklaim saham lokal yang kemudian
dibelinya sebagai saham asing. Cara -cara seperti ini dipergunakan karena sahamsaham asing ini memang mempunyai perbedaan harga (spread) yang cukup
tinggi[10].
b. Pembentukan Harga
Cara ini biasanya dilakukan dengan maksud untuk melakukan suatu transaksi pada
harga tertentu. Transaksi seperti ini dapat dilakukan baik dengan menaikan atau
menurunkan harga sehingga tujuan pembentukan harga ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya seorang nasabah (pemodal) menyuruh dua
broker untuk melakukan transaksi pada suatu harga tertentu. Cara lain adalah
seorang pemodal menyuruh temannya untuk melakukan order jual atau beli pada
satu broker sedangkan dia sendiri melakukan order jual atau beli pada broker
lainnya dengan harga yang telah dibentuk tersebut.
Pembentukan harga ini biasa dilakukan pada transaksi di papan reguler dan
dimaksudkan baik untuk mempertahankan, menurunkn atau menaikan harga.
Pembentukan harga pada transaksi tutup sendiri (di papan crossing) kadangkadang juga dilakukan karena harga yang diminta oleh nasabah dan yang terjadi di
reguler berbeda agak jauh. Padahal sesuai dengan Peraturan yang berlaku di Bursa
Efek Jakarta, misalnya, transaksi yang dilakukan di papan tutup sendiri haruslah
berpedoman pada harga di papan reguler. Ini karena pada waktu itu harga di
papan reguler tidak sesuai dengan permintaan nasabah (misalnya, terlalu tinggi
atau terlalu rendah). Untuk itu pialang yang akan melakukan transaksi ini akan
melakukan pembentukan harga (melalui transaksi di papan reguler) sehingga
transaksi yang akan dilakukan di papan tutup sendiri memenuhi harga yang
dikehendaki oleh nasabah. Dengan berlakunya ketentuan baru tentang
perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta (Keputusan Direksi PT Bursa Eefek Jakarta

No. 05/BEJ/XII/1993) ketentuan bahwa harga pada transaksi crossing harus


berpedoman pada harga reguler[11].
3. Insider Trading
Informasi adalah komoditi yang sangat penting dalam suatu bursa efek. Oleh
karena itu informasi mengenai suatu berita yang terjadi atas suatu emiten yang
sahamnya diperdagangkan di bursa tidak boleh diketahui oleh satu pihak secara
eksklusif. Begitu pentingnya informasi ini, umpamanya, dapat dilihat dari
berfluktuasinya harga saham di bursa ketika terjadi suatu peristiwa atas
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa[12].
Insider trading adalah Perdagangan efek dengan mempergunakan Informasi Orang
Dalam (IOD). IOD adalah informasi material yang dimiliki orang dalam yang belum
tersedia untuk umum Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, tidak memberikan
batasan insider trading secara tegas. Transaksi yang dilarang antara lain yaitu
orang dalam dari emiten yang mempunyai informasi orang dalam melakukan
transaksi penjualan atau pembelian atas efek emiten atau perusahaan lain yang
melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.
Dengan demikian pokok permasalahan insider trading adalah informasi. Orang
dalam atau dikenal dengan insider adalah manajer, pegawai atau pemegang
saham utama emiten atau perusahaan publik, pihak yang karena kedudukan atau
profesinya atau karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan
publik memungkinkannya mempunyai IOD, termasuk pihak yang dalam 6 bulan
terakhir tidak lagi menjadi orang-orang tersebut. Sementara pihak lain yang
dilarang melakukan insider trading adalah mereka yang memperoleh IOD secara
melawan hukum, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 97 Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bahwa pihak yang berusaha untuk
memperoleh IOD dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku
bagi orang yang sebagaimana dimaksud Pasal 95 dan Pasal 96. Demikian juga
perusahaan efek yang memiliki IOD, pegawai Bapepam yang diberi tugas atau
pihak lain yang ditunjuk oleh Bapepam untuk melakukan pemeriksaan juga
dilarang memanfaatkan untuk diri sendiri atau pihak lain kecuali diperintahkan
oleh UU lainnya (Pasal 98 ayat (4))[13].
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang
dalam dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan
transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam.
Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume
perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material kepada publik terkait
dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak wajar.
Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;
c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya
bila pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang
lain, maka pada perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain

tapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya milik umum, sehingga


pelaku memperoleh keuntungan dari tindakannya. Pada pencurian konvensional
yang menderita kerugian adalah pihak pemilik barang, sedangkan pada kasus
perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu banyak dan luas,
mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator dan
kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat
terhadap pasar modal juga akan pudar[14].
Dilarangnya perdagangan oleh orang dalam ini sangat berkaitan dengan adanya
ketentuan yang mengatur tentang keterbukaan informasi yang harus diumumkan
kepada publik, sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No.Kep22/PM/1991. Keputusan Ketua Bapepam ini mewajibkan setiap perusahaan publik
untuk menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat
secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah Keputusan atau
terjadinya suatu peristiwa, keterangan penting dan relevan yang mungkin dapat
mempergunakan nilai efek perusahaan atau keputusan investasi nilai efek
perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Dalam pada itu perlu juga
ditekankan di sini bahwa perdagangan oleh orang dalam ini tidak saja
mengakibatkan terjadinya suatu tindak pidana tetapi juga merupakan suatu
perbuatan melawan hukum menurut ketentuan Pasal1365 KUH Perdata. Hal ini
karena perdagangan oleh orang dalam itu dapat merugikan investor lain dan
karenanya investor yang dirugikan berhak mendapatkan penggantian apabila
dapat membuktikannya. Oleh karena itu menurut ketentuan Pasal 1365 KUH
Perdata maka tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut[15].

2.2 Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pasar Modal Di Indonesia


Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995, separti halnya KUHP, juga membagi tindak
pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu kejahatan dan
pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran perundangundangan di atas, sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas tentang
kejahatan pasar modal, bahwa selama ini belum ada satu kasuspun yang
penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi
administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di Bapepam. Baru pada
tahun 2004 terdapat satu kasus tindak pidana pasar modal yang sudah sampai ke
pihak kejaksaan, dengan kata lain proses penyelesaiannya akan melalui sistem
peradilan pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, meletakkan kebijakan kriminal melalui
hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam Pasal 103
ayat (2), yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109. Pelanggaran pasar
modal yang dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2) adalah pelanggaran terhadap Pasal
32 yaitu: seseorang yang melakukan kegiatan sebagai wakil penjamin efek. Wakil
perantara pedagang efek atau wakil menager inveatsi tanpa mendapatkan izin
Bapepam. Ancaman bagi pelaku adalah maksimum pidana selama 1 (satu) tahun
kurungan dan denda Rp. 1000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).
Pelanggaran pasar modal yang dimaksud dalam Pasal 105 adalah pelanggaran
Pasal 42 yang dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak terafiliasinya, yaitu :
menerima imbalan (dalam bentuk apapun), baik langsung maupun tidak langsung
yang dapat mempengaruhi manejer investasi itu untuk membeli atau menjual efek
untuk reksa dana. Ancaman pidana berupa pidana kurungan maksimum 1 (satu)
tahun kurungan dan denda Rp. 1.000.000.000.00.-(satu milyar rupiah).

Pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 109 adalah perbuatan tidak mematuhi
atau menghambat pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan kewenangan
Bapepam dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak yang diduga
atau terlibat dalam pelanggaran Undang-Undang Penanaman Modal.
Dianutnya pembagian delik atas dua macam yaitu delik kejahatan pasar modal,
dan delik pelanggaran pasar modal, menunjukkan bahwa Undang-Undang
Penanaman Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang
merupakan hukum (ketentuan yang umum, di satu sisi, tetapi dalam ketentuan
mengenai sanksinya jauh berbeda. Di dalam KUHP untuk delik pelanggaran
tidaklah diancam dengan pidana kumulasi seperti dalam Undang-Undang
Penanaman Modal ini, tetapi hanya hukuman kurungan paling lama satu tahun,
sedangkan dalam Undang-Undang Penanaman Modal juga satu tahun kurungan
tetapi dikumulasikan dengan denda yang besar (1 milyar).
Hal ini tentu saja rasional, juga bila dilihat dari asas perundang-undangan yang
baik selalu memperhatikan antara korban dan sanksi yang seimbang. Walaupun
selama ini dikenakan sanksi administrasi kepada pelaku tindak pidana pasar
modal, tetapi seperti pada tindak pidana pasar modal, alasan yang sama telah
dikemukakan di atas menjadi dasar untuk memberikan sanksi administrasi
tersebut.
Melihat penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh
Bapepam, Bapepam lebih cenderung menyelesaikan persoalan tersebut dengan
menggunakan jalur di luar pengadilan (non penal), akan tetapi apabila pihak
pelanggar tidak dapat menyelesaikan sanksi administratif yang telah dijatuhkan,
maka pihak Bapepam akan menyelesaikan kasus tersebut ke pengadilan
(penyelesaian secara penal). Dapat dikatakan disini bahwa, pihak Bapepam
beranggapan bahwa hukum pidana tersebut sebagai senjata pamungkas (Ultimum
Remedium) di dalam penyelesaian kasus pelanggaran perundang-undangan di
pasar modal.
Kejahatan dan pelanggaran di pasar modal berupa penipuan, manipulasi pasar
dan Insider Trading. Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar
modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang
kepala biro terdiri atas:
a.

Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum

b.

Biro Pemeriksaan dan Penyidikan

c.

Biro Pengelolaan dan Riset

d.

Biro Transaksi dan Lembaga Efek

e.

Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa

f.

Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil.

g.

Biro Standar dan Keterbukaan.

Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di


bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan
pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila
memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut.
Penetapan sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah
mendapat masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila
mereka yang dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang

terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam.
Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak
dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan
oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan
pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan
menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang
berwenang melakukan penuntutan.
Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi
perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi adanya
pelanggaran yang bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran
tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan.
Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran peraturan
perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di
dalam ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b). yang menyebutkan: Penyidik adalah
aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang.
Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila:
a.
Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal;
b.
Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh
perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain
yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan;
c.
Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di
bidang pasar modal

Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut Undang-Undang Penanaman


Modal bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan-kegiatan
pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai tugasnya ini,
Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan menegakkan
peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari Bapepam
dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan keberatan
yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, lembaga kliring
dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lainnya.
Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan
penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi penegakan
hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan
perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau
penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku
pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan
konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa.
Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala kepada
masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. Presss
Release yang dikeluarkan oleh Bapepam, merupakan bentuk publikasi dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat mengenai kondisi, dan keberadaan suatu
perusahaan, dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi pasar modal lainnya

misalnya, bila ada kebijakan perundang-undangan yang baru dari Bapepam. Selain
itu pula, kebijakan untuk selalu membuat laporan kepada masyarakat melalui
press release ini adalah merupakan perwujudan dari prinsip kejujuran dan
keterbukaan (tranparansi) yang dianut oleh lembaga pengawas pasar modal
ini[16].

2.3 Peran Bapepam Dalam Memberantas Kejahatan Pasar Modal Di


Indonesia
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar Modal
adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang
Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya. Wewenang Bapepam untuk
melakukan pemeriksaan dan penyidikan dijabarkan lebih lanjut di dalam pasal 100
dan pasal 101 UU Pasar Modal. Bahkan, berdasarkan pasal 102 UU Pasar Modal,
Bapepam diberikan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi administratif kepada
pihak yang melanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Dari
kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam, dapatlah kita katakan bahwa Bapepam
adalah polisi khusus bagi pasar modal.
Kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam, cukup untuk menjadikannya sebagai
lembaga yang efektif untuk memberantas kejahatan-kejahatan yang terjadi di
pasar modal. Terhadap beberapa kasus, Bapepam berhasil membuktikan
pelanggaran pihak-pihak tertentu terhadap UU Pasar Modal dan peraturanperaturan pelaksanaannya serta menjatuhkan sanksi administratif bagi pihak-pihak
tersebut.
Adapun pengenaan sanksi administratif berupa denda telah dikenakan kepada
186 (seratus delapan puluh enam) Emiten, 31 (tiga puluh satu) Perusahaan Efek, 2
(dua) Biro Administrasi Efek, 1 (satu) Bank Kustodian, 1 (satu) Wali Amanat, 8
(delapan) Wakil Perusahaan Efek, 1 (satu) Akuntan Publik, 1 (satu) Penilai dan 15
(lima belas) Pihak lain termasuk direksi dan komisaris Emiten dengan total denda
sebesar Rp. 20.576.400.000,- (dua puluh miliar lima ratus tujuh puluh enam juta
empat ratus ribu rupiah).
Disamping pengenaan sanksi administratif berupa denda, Bapepam juga telah
mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis kepada 4
(empat) Emiten, 22 (dua puluh dua) Perusahaan Efek, 8 (delapan) Wakil
Perusahaan Efek, dan 1 (satu) Akuntan Publik serta 1 (satu) Konsultan Hukum.
Serta pembekuan kegiatan usaha kepada 29 (dua puluh sembilan) Perusahaan
Efek, 4 (empat) Wakil Perusahaan Efek dan 4 (empat) Akuntan Publik. Bapepam
juga telah mengenakan sanksi berupapencabutan izin usaha kepada 8 (delapan)
Perusahaan Efek dan 2 (dua) Wakil Perusahaan Efek. Bersama ini diumumkan
bahwa Bapepam telah melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang sifatnya kasuistis[17].

BAB III
SIMPULAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah mengatur


berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta sanksi
bagi pelakunya. Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi pemalsuan dan
penipuan, manipulasi pasar dan insider traiding.
Penegakan hukum menurut Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995, seperti halnya
KUHP, juga membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam,
yaitu kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Bila terjadi pelanggaran
perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar modal lainnya
maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan terhadap pihak
yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah terbukti akan
menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan diberikan atau
diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari bagian
pemeriksaan dan penyidikan Bapepam.
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar Modal
adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang
Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya serta pemberian sanksi berupa
sanksi administratif.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Irsan Nasarudin, M. dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Prenada Media, Jakarta.
Munir Fuady, 2004, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Munir Fuady, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Pandji, Anuraga, dan Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Latar belakang
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang di
hubungkan dengan produksi atau pertukaran barang / jasa dengan menempatkan
uang dari para entrepenius dalam resiko tertentu, dengan usaha tertentu dengan
motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
Surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis ini, secara
fisik, surat berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi dia begitu kuatnya
mengikat secara hukum.
Oleh kerana itu dalam makalah ini kami akan menguraikan apa arti dari surat
berharga beserta macam-macamnya.
Dalam dunia perdagangan kemungkinan pembayaran dengan uang tunai akan
memiliki banyak resiko. Selain menjadi incaran orang jahat terhadap barang
bawaannya, juga akan menyulitkan saat membawa uang tersebut karena terlalu
berat untuk mata uang tunai. Disamping itu dalam penghitungan mata uang tunai
baik logam atau tunai, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena
itu, dalam dunia perdagangan, diperlukan bentuk pembayaran yang lebih mudah,
lebih lancar, lebih mudah, daln lebih aman.
Untuk memudahkan pembayaran dalam setiap bertransaksi maka diperlukan
surat-surat berharga yang bernilai uang dimana surat-surat tersebut telah diakui
dan dilindungi berharga.hukum baik dalam transaksi perdagangan, pembayaran,
penagihan, dan lain sejenisnya. Surat-surat itu mudah diperdagangkan karena
menunjukkan suatu nilai tertentu yang dapat dialihkan dari tangan satu ke tangan
lain.

Kasus PT SARIJAYA ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh komisari utama PT Sarijaya
Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalah gunaan dana tersebut dilakukan
dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada
mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang
terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang tidak
ada kaitannya degan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris,
Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana
tersebut. Tetapi ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.
Mengapa Herman Ramli melakukan penyalah gunaan dana nasabah tersebut. Hal ini di
awali dari terlibatnya PT SARIJAYA pada repo saham Bumi resource. Repo tersebut
menggunakan dana nasabahnya. Tetapi pembayaran yang di terimanya dari Perusahaan Bakri
ternyata nyangkut. Keseluruhan nilai repo adalah 35 Milyar, sedangkan yang telah terbayar
hanya sebesar 15 Milyar saja. 20 Milyar lagi tidak jelas kapan akan di bayarkan pihak Bakrie.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, Herman menggunakan cara menggoreng saham di


lantai bursa. Hal yang dilakukannya adalah membeli saham saham yang kurang aktif
menggorengnya , dengan harapan harga saham akan naik tajam, dan kemudian dia akan
menjualnya, serta mendapat keuntungan dari selisih penjualan saham tersebut. Namun
scenario tersebut tidak berhasil karena terjadinya krisis global di tahun 2008, yang
menyebabkan semua saham jatuh secara significant. Sehingga bukan keuntungan yang di
dapat malah dana nasabah yang digunakan tidak kembali.
Penyelewengan penggunaan dana nasabah tersebut akhirnya menyebabkan pula
dilakukannya miss prosedur terhadap pembuatan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKBD). Kedua tindakan yang dilakukan oleh PT SARIJAYA ini akhirnya membuat
Bapepam melakukan review dan melaporkan baik Komisaris utamanya maupun direksinya
ke BARESKRIM POLRI untuk di periksa dan ditahan.
Selain menyangkut menurunkan tingkat kepercayaan investor terhadap Pasar Modal di
Indonesia, maka kasus ini menggiring demonstrasi yang dilakukan oleh nasabah PT
SARIJAYA yang dilakukan di kantor Bapepam LK, juga mendatangi Bursa Efek Jakarta.
Para nasabah menilai selain dari Bapepam LK, maka BEI, Kliring Penjamin Efek Indonesia
(KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dianggap juga bertanggung jawab atas
terjadinya praktek kecurangan dan kejahatan di industri Pasar Modal.
3. Kronologis Kasus
Kronologi kasus versi Bapepam LK dapat di jabarkan sebagai berikut :
2002 2008 :

Herman secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda, untuk mencari nasabah
nomine dan terkumpul 17 nasabah, yang sebagian besar adalah pegawai grup Sarujaya, untuk
kemudian dibuatkan rekening.
Rekening tersebut digunakan untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek.
Karena dana dalam 17 rekening tidak mencukupi, Herman meminta stafnya Lanny Setiono
untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA).
Kenaikan TA tersebut disetujui oleh para Direksi Sarijaya meskipun mengetahui bahwa dana
yang ada pada 17 rekening tidak mencukupi. Dengan demikian, transaksi jual/beli saham
dapat dilakukan tanpa sepengetahuan nasabah.
Untuk pembayaran transaksi, Herman mendebet dana 13.074 nasabah yang tersimpan di main
account Sarijaya dengan akumulasi Rp 235,6 milyar.
12 Desember 2008
Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menyatakan
perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening nasabah senilai Rp 235 miliar.
Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang lain (NOMINEE).
15 Desember 2008
Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK melakukan pemeriksaan ke Sarijaya.
Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas bursa itu diminta untuk
menyampaikan ke Bapepam-LK.
Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan NOMINEE untuk
transaksi yang dilakukan sejak 2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas
nama Sarijaya.
Terdapat indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam pelaporan modal kerja
bersih disesuaikan (MKBD).
19 Desember 2008
Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan Bapepam-LK melakukan upaya
pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan.
Hasil pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli
diduga melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang saham
dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman
Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan.

Bapepam-LK mengontak Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar Kepolisian
RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung
menghubungi Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji.
Sementara itu, BEI melakukan pemeriksaan MKBD Sarijaya. Otoritas bursa belum dapat
melakukan suspensi karena dampaknya akan cukup besar
24 Desember 2008
Herman Rami diamankan Bareskrim Mabes Polri.
28 Desember 2008
Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan karena nasabah mulai
menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen mengaku memerlukan
dana segar.
Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia menjamin saham-saham yang
dimilikinya.
5 Januari 2008
Ketua Bapepam-LK mengundang anggota bursa (AB) untuk membahas masalah Sarijaya,
terutama guna mencari jalan keluar.
Dalam rapat dibahas beberapa opsi antara lain, apakah anggota bursa bersedia membantu
kebutuhan dana Sarijaya, atau apakah ada dana talangan.
Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret tentang sumber
dana untuk kebutuhan Sarijaya. Bapepam-LK juga meminta agar anggota bursa bersiap
menghadapi penarikan dana.
6 Januari 2009
BEI menghentikan sementara (SUSPEND) aktivitas perdagangan Sarijaya.
9 Januari 2009
Bapepam-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang menimpa Sarijaya.
13 Januari 2009
Rapat Bapepam-LK dan SELF REGULATORY ORGANIZATIONS (SRO) membahas
verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua direksi diamankan Bareskrim Mabes
Polri.
14 Januari 2009
Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi Bapepam-LK meminta arahan mengingat

direksi Sarijaya sudah diamankan.


Kasus Sarijaya ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan pasar modal yakni
penipuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 90 UU No 8 tahun 1995, karena
sudah ada unsur unsur :
1. Unsur kegiatan perdagangan efek
2. Unsur setiap pihak
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
4. Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun

You might also like