Professional Documents
Culture Documents
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui
Bapepam berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang
pasar modal dengan berbagai cara, antara lain dengan menertibkan dan membina
pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, dan menuntaskan kejahatan di
bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban Bapepam
sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada
kejaksaan atas dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam
memiliki kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian
sanksi administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya UndangUndang Darurat Nomor 13 Tahun 1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang
Darurat tersebut diganti karena materinya sangat sumir dan sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan
berdasarkan beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat
yang mencakup integritas dan profesionalisme, serta kelemahan peraturan.
Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan penelaahan hukum yang
menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin penting.
Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga
kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang
menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan
demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar modal
diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di dalam
memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana
dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang
dalam. Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan
penjara/kurungan bagi para pelaku dengan jumlah atau waktu yang bervariasi.
Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik yang khas, yaitu barang
yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tidak
mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan
membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar
modal juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenisjenis tindak pidana yang dikenal dibidang pasar modal, antara lain:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud
untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak
lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual
efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam
perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat
pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang
sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain untuk meningkatkan, menurunkan,
atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik perdagangan efek internasional
dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar,
yaitu:
(1) Marking the Close Marking the close adalah, merekayasa harga permintaan
atau penawaran efek pada saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan
tujuan membentuk harga efek atau harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari
berikutnya.
(2) Painting the Tape
Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan
rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau memiliki
keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya
painting the tape mirip dengan marking the close, namun dapat dilakukan setiap
saat.
(3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
menentukan bahwa, pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger,
konsolidasi, atau akuisisi berhak meminta kepada perseroan untuk membeli saham
dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan ini
untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi pasar.
(4) Cornering the Market
Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga
dapat menguasai atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan
short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Hal
ini dapat dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka waktu penyelesaian
transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada hari ke-3 setelah
transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang
bersangkutan harus membeli efek tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih
mahal dari harga di pasar regular. Pelaku dapat mengambil keuntungan dari situasi
tersebut dengan melakukan cornering the market, yaitu membeli dalam jumlah
besar efek tertentu dan menahannya sehingga akan banyak penjual yang
mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli di pasar tunai yang sudah
dikuasai oleh pelaku.
(5) Pools
Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok
investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk
mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.
(6) Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana
tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut
dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar
dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang sesungguhnya.
(7) Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak
pertama yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari
emiten atau perusahaan publik atau disebut juga pihak yang berada dalam
fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima informasi orang dalam dari
pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai,
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan
yang karena kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya dengan emiten
memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang
dalam dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan
transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam.
Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume
perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material kepada publik terkait
dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak wajar.
Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;
c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya
bila pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang
lain, maka pada perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain
tapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya milik umum, sehingga
pelaku memperoleh keuntungan dari tindakannya. Pada pencurian konvensional
yang menderita kerugian adalah pihak pemilik barang, sedangkan pada kasus
perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu banyak dan luas,
mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator dan
kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat
terhadap pasar modal juga akan pudar.
untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi
Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau
mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas nasabah nominee tidak
mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA.
Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek.
Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari
para nasabah.Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi
jual/beli saham dengan menggunakan rekening ketujuhbelas nasabah nominee.
Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet dana 13074 nasabah yang
tersimpan di main account Sarijaya
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya)
ini telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya
modal perusahaan sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah
melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang
merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar Rp235,6 miliar.
Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BapepamLK) mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus
Sarijaya masuk dalam ranah pasar modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU
Pasar Modal.
Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal,
melainkan kategori pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang.
Dari beberapa jenis kejahatan pasar modal sebagaimana diutarakan diatas maka
jika kita hubungkan dengan kasus yang dialami oleh PT Sarijaya Permana Sekuritas
maka akan lebih mengarah ke kejahatan pasar moda yang berupa penipuan
sebagaimana diatur dalam pasal 90 Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 yang
isinya atara lain :
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau
tidak langsung:
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara
apa pun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek. Namun seperti kita ketahui dalam sistem pembuktian pidana maka
suatu kejahatn atau tindak pidana dapat terbukti jika memenuhi unsur-unsur
pidana selain itu mengingat jika dikaji maka pasal ini merupakan delik materiil
maka perlu untuk dijelaskan unsur-unsur pidana ang terkandung dalam pasal 90
tersebut. Menurut hemat kami maka ada beberpa unsur dalam pasal 90 diatas
yakni :
pasar modal yakni sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c yakni membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan
memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
4. Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun
Cara yang dimaksudkan jalan untuk melakukan sesuatu sedangkan sarana yang
dimaksudkan yakni segala sesuatu yg dapat dipakai sbg alat dl mencapai maksud
atau tujuan Dari unsur-unsur pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 90
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 maka akan kita analisa lebih lanjut
dihubungkan dengan fakta hukum yang terdapat dalam kasus PT Sarijaya Permana
Sekuritas yakni :
1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek
Unsur kegiatan perdagangan efek yang terjadi dalam kasus PT Sarijaya Permana
Sekuritas yakni Tindakan Herman Remli sebagai komsaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas yang melakukan transaksi efek baik penjualan maupun pembelian efek
dengan menggunakan dana nasabah yang didebet dalam 17 rekening fiktif.
Dengan demikian unsur kegiatan perdagangan efek telah terbukti
2. Unsur setiap pihak
Unsur setiap pihak yang dimaksudkan dalam kasus ini yakni Herman Ramli sebagai
orang perorangan. dengan demikian unsur setiap pihak telah terbukti
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Unsur menipu atau mengelabui pihak lain yakni membuat pernyataan tidak benar
mengenai fakta material yang berupa 17 rekening fiktif dan melakukan transaksi
saham untuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Pihak-pihak lain yang
ditipu yakni BAPEPAM-LK sebagai pengawas maupun Para SRO dan pihak nasabah
sendiri yang dananya telah didebet pada 17 Rekening Fiktif tersebut. Dengan
demikian nsur menipu atau mengelabui pihak lain telah terbukti.
4. Unsur menggunakan cara atau sarana apapun
Adapun cara yang digunakan Herman Ramli untuk melakukan tindak pidana pasar
modal ini yakni dengan membuka 17 rekening fiktif dan mendebet dana 13074
rekening nasabah PT sarijaya permana sekuritas dan menaikkan batas transaksi
untuk dapat melakukan transaksi sebagaimana mestinya.
Selain itu Herman Ramli juga menggunakan sarana yakni memanfaatkan
jabatannya sebagai komisaris dan pemegang saham terbesar pada PT. Sarijaya
Permana Sekuritas untuk memerintahkan stafnya menaikkan batas transaksi dan
meminta direksi untuk menyetujui penaikkan batas transaksi tersebut. Dengan
demikian unsur menggunakan cara atau sarana apapun telah terbukti.
Sebagai salah satu bentuk konkretisasi dari peran Bapepam sebagai lembaga
pengawas adalah kewenangan Bapepam untuk melakukan pemeriksaan. Yakni
pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap UUPM. Dalam kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas indikasi
kejahatan yang dilakukan oleh komisaris Herman Ramli sehingga peran bapepam
harus diawali dengan melakukan tindakan pemeriksaan berupa meminta
konfirmasi dari pihak pihak terkait yag diduga melakukan pelanggaran terhadap
undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya selanjutnya dari tahap
itu dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni penyidikan, jika berkas penyidikan telah
lengkap maka bisa dilimpahkan kepada kejaksaan untuk melakukan penuntutan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini seperti:
1. Bagaimana tindak pidana pasar modal jika dikaitkan dengan tindak pidana ekonomi?
2. Apa saja faktor pendorong munculnya tindak pidana pasar modal?
3. Hal-hal bagaimanakah yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan tindak
pidana pasar modal?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tindak pidana pasar modal dikaitkan dengan tindak pidana ekonomi.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong munculnya tindak pidana pasar modal.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
tindak pidana pasar modal.
D. Kegunaan Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memiliki nilai kegunaan dan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi pengembangan keilmuan (teoritis), melalui penelitian ini dapat diperoleh informasi yang
terkait dengan cara-cara penanggulangan tindak pidana di bidang pasar modal.
2. Bagi kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi para
penegak hukum dalam hal pencegahan dan penanggulangan tindak pidana di bidang
pasar modal.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara,
yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk :
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan
disertai ancaman atau sangsi berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimanayang telah diancamkan
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada
orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
Pengertian tindak pidana yang di muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut denganstrafbaarfeit. Para pembentuk
undang-undang tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu,
maka dari itu terhadap maksud dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering dipergunakan
oleh pakar hukum pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, serta
delik.[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pasar modal adalah seluruh
kegiatan yang mempertemukan penawaran dan permintaan atau merupakan aktivitas yang
memperjualbelikan surat berharga.[2]
Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of fund) dengan
pengguna dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah (middle-term
instrument). Kedua belah pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik dana
menhyerahkan sejumlah dana dan penerima dana (perusahaan terbuka) menhyerahkan surat
bukti kepemilikan berupa efek.[3]
Objek yang diperdagangkan di pasar modal adalah efek, yakni surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek (Pasal 1 angka 5 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995). Meskipun efek terdiri atas berbagai macam surat berharga, tetapi 2 (dua)
instrument utama di pasar modal adalah saham dan obligasi.[4]
Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka produktivitas
perusahaan akan meningkat.
j.
Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak oleh
pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan meningkatkan
pendapatan negara.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tindak Pidana Pasar Modal dikaitkan dengan Tindak Pidana Ekonomi
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku
pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui Bapepam berupaya
keras untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara,
antara lain dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif,
dan menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang
diemban Bapepam sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas
dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam memiliki kewenangan
melakukan
pemeriksaan,
penyidikan,
sampai
pemberian
sanksi
administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun
1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang Darurat tersebut diganti karena materinya
sangat sumir dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan
beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan
penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin
penting. Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga kepercayaan,
yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang menghubungkan kepentingan pemakai
dana dan para pemilik dana. Dengan demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur
mengenai pasar modal diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di
dalam memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana
dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain
menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan
jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik
yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana
tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan membaca
situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar modal juga sangat
sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak pidana yang
dikenal dibidang pasar modal, antara lain:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah:
membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta
material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli
atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek,
bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa penipuan
adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
(1) Melawan hukum;
(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(3) Tipu muslihat;
(4) Rangkaian kebohongan;
(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi
utang atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam
kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau penjualan
2.
efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar
bursa atas efek emiten atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau
rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai
fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.
Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah,
tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa
melakukan penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon gambaran
tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar, antara lain:
(1) Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi harga efek
perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian harga
efeknya jatuh tajam di bursa;
(2) Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation). Misalnya,
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan yang akan
dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten B termasuk yang diambil alih oleh
pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan informasi
yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan
pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi
tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, bagaimana kegiatan
perdaganyan pasar modal bisa berjalan? Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada
konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan berhenti dan berjalan normal
kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada harga tertentu
dimana pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran
jual/beli efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara
lain untuk meningkatkan, menurunkan, atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik
perdagangan efek internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai
manipulasi pasar, yaitu:
a. Marking the Close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek
dengan rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau
memiliki keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan semu. Pada
dasarnya painting the tape mirip dengan marking the close, namun dapat
dilakukan setiap saat.
c. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa,
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi, atau akuisisi berhak
meminta kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham
dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi
pasar.
d. Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga
investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk
mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.
Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana tidak terjadi
perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud
bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau
pembelian yang sesungguhnya.
f.
Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak pertama yang
mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari emiten atau perusahaan publik
atau disebut juga pihak yang berada dalam fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima
informasi orang dalam dari pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai,
pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan yang karena
kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam
dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek
perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi dari
adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi
material kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang
tidak wajar. Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
2.
Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media
massa (Influencing views of society on crime and punishment mass media).
Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non-penal lebih bersifat
tindakan pencegahan , maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif
penyebab terjadinya kejahatan ini dimana faktor tersebut berpusat pada masalah-masalah atau
kondisi sosial secara langsung atau tidak langsung dapat menumbuh suburkan kejahatan.
Dalam hal ini sebenarnya perlu ketegasan dan kejelasan mengenai praktis operasional.
Praktis operasional yang di maksud adalah tindakan preventif dan represif harus ada di
dalamnya. Selain itu dalam hal pencegahan secara preventif juga dilakukan oleh Bapepam
yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.[7]
b. Penanggulangan Tindak Pidana Pasar Modal
Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana penal
dan non penal, Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam mengatur
masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah
kebijakan (policy).
Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik
beratkan pada sifat Represive (Penindasan/pemberantasan/penumpasan), setelah kejahatan
atau tindak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha
penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan
penegak hukum (Law Enforcement).
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan palang pintunya hukum pasar
modal. Lembaga ini merupakan benteng dalam melakukan law enforcement dari kaidah hukum
pasar modal.
Salah satu kelebihan Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah
pengenaan sanksi dengan ancaman hukuman yang lebih berat. Seperti juga tindak pidana secara
umum yang berdasarkan kepada KUH Pidana maka Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995, Vide Pasal 103 sampai 120, juga mengkategorikan tindak pidana ke dalam dua
bagian, yaitu tindakan pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran. Mengenai ketentuan
sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 UU Nomor 8 Tahun 1995 sedangkan mengenai
ketentuan pidana diatur dalam Bab XV UU Nomor 8 Tahun 1995.[8] Selain itu dalam hal
pencegahan secara represif juga dilakukan oleh Bapepam yakni dalam bentuk pemeriksaan,
penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.[9]
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Tindak pidana di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang
khas, yaitu antaralain adalah barang yang menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi,
selain itu pelakutindak pidana tersebut bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya
pencurian atauperampokan mobil, akan tetapi
lebih mengandalkan pada
kemampuan untuk membaca
situasipasar
serta
memanfaatkannya
untuk kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal
merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup
definisiPasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang-undang Pasar Modal.
Pencegahan Tindak Pidana Pasar Modal dapat berupa pencegahan tanpa
pidana(Prevention without punishment) dan dengan cara mempengaruhi pandangan masyarakat
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime
and punishment mass media). Selain itu dalam hal pencegahan secara preventif juga dilakukan
oleh Bapepam yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan.
Secara umum upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana penal
dan non penal, Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana (penal) dalam mengatur
masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langkah
kebijakan (policy).
Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitik
beratkan pada sifat Represive (Penindasan/pemberantasan/penumpasan), setelah kejahatan
atau tindak pidana terjadi. Mengenai ketentuan sanksi administratif diatur dalam Pasal 102 UU
Nomor 8 Tahun 1995 sedangkan mengenai ketentuan pidana diatur dalam Bab XV UU Nomor
8 Tahun 1995. Selain itu dalam hal pencegahan secara represif juga dilakukan oleh Bapepam
yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi.
B. SARAN
Dalam hal ini pemerintah harus berani mengambil langkah untuk menjadikan Bapepam
sebagai lembaga independent non departemental yang bertanggung jawab langsung terhadap
presiden, sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsi nya Bapepam tidak lagi ragu dan dapat
menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kejahatan di bidang pasar modal sampai tuntas.
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Persoalan terjadinya kejahatan
dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan beberapa alasan, antara
lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu
melakukan penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan
hukum yang semakin penting. Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal
merupakan lembaga kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary)
yang menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan
demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar modal
diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di dalam
memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal[5].
Melawan hukum;
b)
c)
Tipu muslihat;
d)
Rangkaian kebohongan;
2. Manipulasi Pasar
Tindakan manipulasi pasar adalah merupakan serangkaian tindakan yang
maksudnya untuk menciptakan gambaran yang keliru dan menyesatkan tentang
adanya perdagangan yang aktif, keadaan pasar atau harga dari satu efek di bursa
efek, melakukan jual beli yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan Pemilik
Penerima Manfaat, atau transaksi semu.
Seperti namanya (manipulasi pasar) tindakan ini hanya terjadi di pasar sekunder
(di bursa) yaitu sesudah saham-saham yang dijual melalui penawaran umum
didaftarkan (listing) di salah satu bursa efek yang ada. Manipula si ini terutama
akan lebih mudah dilakukan di bursa-bursa di mana jumlah investor relatif sedikit.
Karena dengan demikian antara satu investor dengan investor lainnyadapat saling
berhubungan untuk mengadakan kesepakatan-kesepakatan tertentu yang
maksudnya untuk memanipulasi pasar. Selain itu manipulasi pasar ini dapat juga
dilakukan dengan transaksi tanpa adanya saham atau tanpa adanya pengalihan
hak atas saham[7].
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai jenis kejahatan ini berikut ini
diberikan ilustrasi tentang modus-modus yang digunakan oleh pialang di bursa
untuk melakukan manipulasi pasar ini.
a. Transaksi Semu
Sebagaimana jual beli lainnya dimanapun maka jual beli di bursa merupakan suatu
jual beli dalam arti yang sebenarnya yaitu jual beli yang harus dilakukan dengan
adanya arus barang (dari penjual). Apabila salah satu dari kedua unsur ini tidak
ada (terutama tidak ada barang) maka jual beli (transaksi) tersebut dapat
dikwalifikasikan sebagai suatu transaksi semu (wash sales) yaitu transaksi yang
tidak diikuti oleh adanya perubahan Pemilik Penerima Manfaat (beneficial owner)
[8]. Transaksi semu ini kadang-kadang juga dilakukan untuk menstabilkan harga
suatu saham aatau juga dengan maksud untukn mendapatkan (mengisi) porsi
asing. Tindakan yang terakhir ini (untuk mengisi porsi asing) misalnya dilakukan
atas saham-saham yang memang sangat digemari oleh investor asing. Sahamsaham laris ini biasanya sudah habis terbeli dalam catatan bursa tetapi karena
saham-saham pendiri masih akan diperdagangkan maka sebenarnya masih ada
sejumlah saham baik dari pendiri maupun pemnegang saham lokal yang masih
dapat dibeli[9].
Tujuan dari transaksi ini adalah sederhana saja yaitu memberikan gambaran
bahwa saham tersebut memang likuid atau untuk mendapatkan nota transaksi
yang berstatus asing sehingga ketika saham-saham pendiri telah boleh dijual (8
bulan kemudian) pialang ini dapat menggunakan nota transaksi hasil transaksi
semu dengan status asing tersebut untuk mengklaim saham lokal yang kemudian
dibelinya sebagai saham asing. Cara -cara seperti ini dipergunakan karena sahamsaham asing ini memang mempunyai perbedaan harga (spread) yang cukup
tinggi[10].
b. Pembentukan Harga
Cara ini biasanya dilakukan dengan maksud untuk melakukan suatu transaksi pada
harga tertentu. Transaksi seperti ini dapat dilakukan baik dengan menaikan atau
menurunkan harga sehingga tujuan pembentukan harga ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya seorang nasabah (pemodal) menyuruh dua
broker untuk melakukan transaksi pada suatu harga tertentu. Cara lain adalah
seorang pemodal menyuruh temannya untuk melakukan order jual atau beli pada
satu broker sedangkan dia sendiri melakukan order jual atau beli pada broker
lainnya dengan harga yang telah dibentuk tersebut.
Pembentukan harga ini biasa dilakukan pada transaksi di papan reguler dan
dimaksudkan baik untuk mempertahankan, menurunkn atau menaikan harga.
Pembentukan harga pada transaksi tutup sendiri (di papan crossing) kadangkadang juga dilakukan karena harga yang diminta oleh nasabah dan yang terjadi di
reguler berbeda agak jauh. Padahal sesuai dengan Peraturan yang berlaku di Bursa
Efek Jakarta, misalnya, transaksi yang dilakukan di papan tutup sendiri haruslah
berpedoman pada harga di papan reguler. Ini karena pada waktu itu harga di
papan reguler tidak sesuai dengan permintaan nasabah (misalnya, terlalu tinggi
atau terlalu rendah). Untuk itu pialang yang akan melakukan transaksi ini akan
melakukan pembentukan harga (melalui transaksi di papan reguler) sehingga
transaksi yang akan dilakukan di papan tutup sendiri memenuhi harga yang
dikehendaki oleh nasabah. Dengan berlakunya ketentuan baru tentang
perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta (Keputusan Direksi PT Bursa Eefek Jakarta
Pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 109 adalah perbuatan tidak mematuhi
atau menghambat pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan kewenangan
Bapepam dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak yang diduga
atau terlibat dalam pelanggaran Undang-Undang Penanaman Modal.
Dianutnya pembagian delik atas dua macam yaitu delik kejahatan pasar modal,
dan delik pelanggaran pasar modal, menunjukkan bahwa Undang-Undang
Penanaman Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang
merupakan hukum (ketentuan yang umum, di satu sisi, tetapi dalam ketentuan
mengenai sanksinya jauh berbeda. Di dalam KUHP untuk delik pelanggaran
tidaklah diancam dengan pidana kumulasi seperti dalam Undang-Undang
Penanaman Modal ini, tetapi hanya hukuman kurungan paling lama satu tahun,
sedangkan dalam Undang-Undang Penanaman Modal juga satu tahun kurungan
tetapi dikumulasikan dengan denda yang besar (1 milyar).
Hal ini tentu saja rasional, juga bila dilihat dari asas perundang-undangan yang
baik selalu memperhatikan antara korban dan sanksi yang seimbang. Walaupun
selama ini dikenakan sanksi administrasi kepada pelaku tindak pidana pasar
modal, tetapi seperti pada tindak pidana pasar modal, alasan yang sama telah
dikemukakan di atas menjadi dasar untuk memberikan sanksi administrasi
tersebut.
Melihat penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh
Bapepam, Bapepam lebih cenderung menyelesaikan persoalan tersebut dengan
menggunakan jalur di luar pengadilan (non penal), akan tetapi apabila pihak
pelanggar tidak dapat menyelesaikan sanksi administratif yang telah dijatuhkan,
maka pihak Bapepam akan menyelesaikan kasus tersebut ke pengadilan
(penyelesaian secara penal). Dapat dikatakan disini bahwa, pihak Bapepam
beranggapan bahwa hukum pidana tersebut sebagai senjata pamungkas (Ultimum
Remedium) di dalam penyelesaian kasus pelanggaran perundang-undangan di
pasar modal.
Kejahatan dan pelanggaran di pasar modal berupa penipuan, manipulasi pasar
dan Insider Trading. Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas pasar
modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh orang
kepala biro terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
terkena sanksi akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam.
Permasalahan akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak
dapat diterima atau tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan
oleh Bapepam tidak dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan
pelanggaran, maka akan dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan
menyerahkan kasus tersebut kepada pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang
berwenang melakukan penuntutan.
Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan transaksi
perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi adanya
pelanggaran yang bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan pelanggaran
tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan penyidikan.
Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran peraturan
perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti tercantum di
dalam ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b). yang menyebutkan: Penyidik adalah
aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang.
Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila:
a.
Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal;
b.
Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh
perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari pihak lain
yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam, dan;
c.
Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di
bidang pasar modal
misalnya, bila ada kebijakan perundang-undangan yang baru dari Bapepam. Selain
itu pula, kebijakan untuk selalu membuat laporan kepada masyarakat melalui
press release ini adalah merupakan perwujudan dari prinsip kejujuran dan
keterbukaan (tranparansi) yang dianut oleh lembaga pengawas pasar modal
ini[16].
BAB III
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Irsan Nasarudin, M. dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Prenada Media, Jakarta.
Munir Fuady, 2004, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Munir Fuady, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Pandji, Anuraga, dan Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Latar belakang
Hukum bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum yang mengatur tata cara
pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang di
hubungkan dengan produksi atau pertukaran barang / jasa dengan menempatkan
uang dari para entrepenius dalam resiko tertentu, dengan usaha tertentu dengan
motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu.
Surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum bisnis ini, secara
fisik, surat berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi dia begitu kuatnya
mengikat secara hukum.
Oleh kerana itu dalam makalah ini kami akan menguraikan apa arti dari surat
berharga beserta macam-macamnya.
Dalam dunia perdagangan kemungkinan pembayaran dengan uang tunai akan
memiliki banyak resiko. Selain menjadi incaran orang jahat terhadap barang
bawaannya, juga akan menyulitkan saat membawa uang tersebut karena terlalu
berat untuk mata uang tunai. Disamping itu dalam penghitungan mata uang tunai
baik logam atau tunai, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena
itu, dalam dunia perdagangan, diperlukan bentuk pembayaran yang lebih mudah,
lebih lancar, lebih mudah, daln lebih aman.
Untuk memudahkan pembayaran dalam setiap bertransaksi maka diperlukan
surat-surat berharga yang bernilai uang dimana surat-surat tersebut telah diakui
dan dilindungi berharga.hukum baik dalam transaksi perdagangan, pembayaran,
penagihan, dan lain sejenisnya. Surat-surat itu mudah diperdagangkan karena
menunjukkan suatu nilai tertentu yang dapat dialihkan dari tangan satu ke tangan
lain.
Kasus PT SARIJAYA ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh komisari utama PT Sarijaya
Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalah gunaan dana tersebut dilakukan
dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada
mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang
terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang tidak
ada kaitannya degan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris,
Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana
tersebut. Tetapi ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.
Mengapa Herman Ramli melakukan penyalah gunaan dana nasabah tersebut. Hal ini di
awali dari terlibatnya PT SARIJAYA pada repo saham Bumi resource. Repo tersebut
menggunakan dana nasabahnya. Tetapi pembayaran yang di terimanya dari Perusahaan Bakri
ternyata nyangkut. Keseluruhan nilai repo adalah 35 Milyar, sedangkan yang telah terbayar
hanya sebesar 15 Milyar saja. 20 Milyar lagi tidak jelas kapan akan di bayarkan pihak Bakrie.
Herman secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda, untuk mencari nasabah
nomine dan terkumpul 17 nasabah, yang sebagian besar adalah pegawai grup Sarujaya, untuk
kemudian dibuatkan rekening.
Rekening tersebut digunakan untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek.
Karena dana dalam 17 rekening tidak mencukupi, Herman meminta stafnya Lanny Setiono
untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA).
Kenaikan TA tersebut disetujui oleh para Direksi Sarijaya meskipun mengetahui bahwa dana
yang ada pada 17 rekening tidak mencukupi. Dengan demikian, transaksi jual/beli saham
dapat dilakukan tanpa sepengetahuan nasabah.
Untuk pembayaran transaksi, Herman mendebet dana 13.074 nasabah yang tersimpan di main
account Sarijaya dengan akumulasi Rp 235,6 milyar.
12 Desember 2008
Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menyatakan
perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening nasabah senilai Rp 235 miliar.
Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang lain (NOMINEE).
15 Desember 2008
Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK melakukan pemeriksaan ke Sarijaya.
Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas bursa itu diminta untuk
menyampaikan ke Bapepam-LK.
Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan NOMINEE untuk
transaksi yang dilakukan sejak 2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas
nama Sarijaya.
Terdapat indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam pelaporan modal kerja
bersih disesuaikan (MKBD).
19 Desember 2008
Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan Bapepam-LK melakukan upaya
pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan.
Hasil pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli
diduga melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang saham
dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman
Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan.
Bapepam-LK mengontak Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar Kepolisian
RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung
menghubungi Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji.
Sementara itu, BEI melakukan pemeriksaan MKBD Sarijaya. Otoritas bursa belum dapat
melakukan suspensi karena dampaknya akan cukup besar
24 Desember 2008
Herman Rami diamankan Bareskrim Mabes Polri.
28 Desember 2008
Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan karena nasabah mulai
menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen mengaku memerlukan
dana segar.
Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia menjamin saham-saham yang
dimilikinya.
5 Januari 2008
Ketua Bapepam-LK mengundang anggota bursa (AB) untuk membahas masalah Sarijaya,
terutama guna mencari jalan keluar.
Dalam rapat dibahas beberapa opsi antara lain, apakah anggota bursa bersedia membantu
kebutuhan dana Sarijaya, atau apakah ada dana talangan.
Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret tentang sumber
dana untuk kebutuhan Sarijaya. Bapepam-LK juga meminta agar anggota bursa bersiap
menghadapi penarikan dana.
6 Januari 2009
BEI menghentikan sementara (SUSPEND) aktivitas perdagangan Sarijaya.
9 Januari 2009
Bapepam-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang menimpa Sarijaya.
13 Januari 2009
Rapat Bapepam-LK dan SELF REGULATORY ORGANIZATIONS (SRO) membahas
verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua direksi diamankan Bareskrim Mabes
Polri.
14 Januari 2009
Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi Bapepam-LK meminta arahan mengingat