You are on page 1of 29

Topik: Hernia Nukleus Pulposus

Tanggal (kasus): 8-11 Juni 2016

Presentan: dr. I Made Setiadji

Tanggal presentasi: 22 Juni 2016

Pendamping: dr. Yolanda Desire

Tempat Presentasi: Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya


Obyek Presentasi:

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

TinjaunPustaka
Istimewa

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi: Ny. S datang ke Poliklinik Saraf RS Tk. IV Cijantung dengan keluhan nyeri punggung
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan nyeri punggung dirasakan terus-menerus dan nyeri dirasakan
semakin memberat sejak 1 hari yang lalu. Pasien merasa nyeri punggung seperti ditusuk-tusuk. Pasien
mengatakan nyeri tidak berkurang ketika pasien duduk atau berbaring , sehingga pasien hanya bias
tidur untuk mengurangi rasa nyerinya. Keluhan nyeri Punggung ini dirasakan semakin nyeri jika
pasien membungkuk. Keluhan ini juga menyebabkan pasien susah berjalan krena nyeri dirasakan
menjalar hingga ke kaki kanan dan kiri. Keluhan ini sebelumnya sudah pernah dirasakan sejak 8 tahun
yang lalu. Pasien juga sudah pernah berobat ke dokter umum dan spesialis bedah saraf untuk
mengobati nyeri punggungnya.Pasien juga mengatakan nyeri pada bagian leher seperti ditusuk, nyeri
tidak menjalar. Pergerakan tangan tidak ada gangguan atau nyeri.
Tujuan: Menegakkan diagnosis secara tepat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang, melakukan penatalaksanaan secara menyeluruh dan menstabilkan keadaan umum pasien.

Bahan-bahasan:

Tinjauan

Riset

Kasus

Audit

Pustaka
Cara Membahas:

Diskusi

Presentasi dan diskusi

Email

Pos

Data Pasien:

Nama: Ny. SA

Nama Rumah Sakit: Rumah Sakit TK IV

Anamnesis:

Cijantung Kesdam Jaya

Auto Anamnesis

Nomor Registrasi: 058985

Terdaftar Sejak: 8 Juni 2016

Data utama untuk bahan diskusi:

Diagnostik/ Gambaran Klinis:


Nyeri pada punggung belakang menjalar sampai kedua tungkai
Nyeri dirasakan sejak 1 bulan, dirasa semakin memberat dan dipengaruhi aktifitas. Puncak
nyeri dirasakan 1 hari SMRS dan istirahat hanya sedikit membantu meredakan. Nyeri hebat 1

hari SMRS tidak berkurang dengan istirahat.


Nyeri pada awalnya dirasa hanya pada bagian punggung bawah, namun lama kelamaan

menjalar kearah paha belakang, dan sampai betis.


Kebas pada daerah pinggang bawah sampai ujung jari kaki dirasakan semakin memberat

seiring dengan nyeri yang bertambah.


Tekanan Darah: 130/90 mmHg, Nadi: 90x/menit, Napas: 22x/menit, Suhu: 36.8oC
Status Neurologis: Kesadaran Compos Mentis, tanda rangsang meningeal kaku kuduk (-),
Kernig, Brudzinski I, Brudzinski II tidak dapat dilakukan karena nyeri, Lasegue ekstremitas
kiri maksimal 5o kanan 10o. Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal, pemeriksaan
mototorik pada ekstremitas atas normal sedangkan pada ekstremitas bawah tidak dapat dinilai
karena pasien merasa sangat nyeri untuk menggerakkan ekstremitas bawah, pemeriksaan
sensorik juga berkurang pada pinggang bawah sampai ke ujung jari kaki dengan daerah
dermatom L4, L5, S1 S2. Refleks motorik ekstremitas atas dan bawah normal, pemeriksaan

refleks patologis (-).


Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 13,5 gr%), Leukosit: 8.500/mm3), Trombosit: 220.000/mm3,
Ht: 41%

1. Riwayat Pengobatan:
Pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan serupa yaitu nyeri punggung pada tahun 2012,
dokter menyarankan untuk dilakukan operasi, tetapi pasien menolak.
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Pasien memiliki riwayat penyakit HNP cervical pada tahun 2008.
Pasien memiliki riwayat gastritis
2

3. Riwayat Keluarga:
Tidak ada riwayat penyakit seperti DM, hipertensi, hepatitis, penyakit jantung di keluarga.
4. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang kepala rumah tangga memiliki 2 orang anak, pasien merupakan PNS Kemhan,
suami pasien berpangkat Kapten CKU.
Daftar Pustaka:
1. Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition, McgrawHill.
2. Ropper, AH., Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of Neurology, Eight
Edition, McGraw-Hill.
3. Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. 2004. neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat:Jakarta.
4. Sidharta Priguna. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat:Jakarta
5. Benjamin, MA. 2009. Herniated Disk. UCSF Department of Orthopaedic Surgery. URL :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000442.htm
6. Foster,

Mark

R.

2010.

Herniated

Nucleus

Pulposus.

URL

http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview
7. Weinstein JN, Lurie JD, Tosteson TD, et al. Surgical vs nonoperative treatment for lumbar disk
herniation: the Spine Patient Outcomes Research Trial (SPORT) observational cohort. JAMA.
Nov 22 2006;296(20):2451-9. URL : https://profreg.medscape.com/px/
8. Bose K, Lee EH. 1986. Symtomatic Treatment of Lower Back Pain. Med. Progress; 13 (10):2530.
9. Effendi Z & Santosa CH. 1980. Low Back Pain di Poliklinik Rematologi RS Dr Sutomo.
Surabaya: Naskah lengkap Simposium Low Back Pain.
10. Jong, Syamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
11. Judana A & Diwirjo S. 1983. Peranan Neurologi dalam masalah Low Back Pain. Jakarta:
Simposium Nyeri Pinggang Bawah. Fakultas Kedokteran UI.
12. Kapandji, I. A. 1990. The Physiologi of Joints; Volume three. Churchill
Livingstone, USA.
13. Sidharta Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dasar. Edisi IV. Jakarta: PT Dian Rakyat. 87-95.
14. Snell, S.Richard. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; Bagian

Ketiga. Alih Bhasa Jan Tambayong. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan.


3

15. Sufitni. 1996. Diagnosis topik neurologi. Edisi 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
16. Suharso & Harsono. 1985. Epidemiologi Nyeri Pinggang Bawah di Poliklinik Saraf RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Simposium Nyeri Pinggang Bawah Pertemuan regional II.
17. Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-islam-cempaka-putihIndex2.php.htm. 2011.
Hasil Pembelajaran:

Penegakkan diagnosis Hernia Nukleus Pulposus

Tatalaksana Hernia Nukleus Pulposus

Tinjauan pustaka Hernia Nukleus Pulposus

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

1. Subyektif:
Pasien wanita usia 51 tahun, datang ke polis saraf dengan keluhan nyeri pada pinggang sejak 1
bulan yang lalu, nyeri pada punggung belakang menjalar sampai kedua tungkai, nyeri
dirasakan sejak 1 bulan, dirasa semakin memberat dan dipengaruhi aktifitas. Puncak nyeri
dirasakan 1 hari SMRS dan istirahat hanya sedikit membantu meredakan. Nyeri hebat 1 hari
SMRS tidak berkurang dengan istirahat. Nyeri pada awalnya dirasa hanya pada bagian
punggung bawah, namun lama kelamaan menjalar kearah paha belakang, dan sampai betis.
Kebas pada daerah pinggang bawah sampai ujung jari kaki dirasakan semakin memberat
seiring dengan nyeri yang bertambah. Pasien pernah berobat pada tahun 2008 dengan keluhan
punggung dan leher terasa nyeri, tidak ada rasa baal atau kesemutan pada tangan dan kaki,
punggung bawah tidak ada keluhan, dilakukan pemeriksaan MRI dan didapatkan hasil HNP
Cervical C6-7. Pada tahun 2010, pasien mengalami nyeri pada punggung bawah, berobat ke
dokter dan hanya diberi obat penghilang rasa sakit. Pada tahun 2012, pasien kembali
mengalami nyeri pada punggung bawah yang lebih hebat. Pasien melakukan MRI dan
didapatkan hasil HNP cervical C6-7 serta HNP lumbal L4-5. Pasien memiliki riwayat sakit
maag.
2. Objektif: Pemeriksaan fisik tanda vital didapat: Tekanan Darah: 130/90 mmHg, Nadi:
90x/menit, Napas: 22x/menit, Suhu: 36.8oC
Status Neurologis: Kesadaran Compos Mentis, tanda rangsang meningeal kaku kuduk (-),
Kernig, Brudzinski I, Brudzinski II tidak dapat dilakukan karena nyeri, Lasegue ekstremitas
kiri maksimal 5o kanan 10o. Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal, pemeriksaan
mototorik pada ekstremitas atas normal sedangkan pada ekstremitas bawah tidak dapat dinilai
karena pasien merasa sangat nyeri untuk menggerakkan ekstremitas bawah, pemeriksaan
sensorik juga berkurang pada pinggang bawah sampai ke ujung jari kaki dengan daerah
dermatom L4, L5, S1 S2. Refleks motorik ekstremitas atas dan bawah normal, pemeriksaan
refleks patologis (-).
Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 13,5 gr%), Leukosit: 8.500/mm3), Trombosit: 220.000/mm3,
Ht: 41%
Rontgen lumbosacral AP Lateral

Alignment lurus
Trabekulasi porotik
Korpus dan pedikel normal
Celah sendi normal
Lipping (+)
Kesan:
Spondilosis lumbalis
Paralumbal muscle spasme

Alignment lurus
Trabekulasi porotik
Corpus dan pedikel normal
Celah sendi normal
Lipping (+)
Kesan:
Spondilosis lumbalis
Para lumbal muscle spasme

Pemeriksaan Radiologi: MRI didapatkan hasil hernia

Terdapat penyempitan pada spinal kanal

Terdapat penyempitan pada spinal kanal

setinggi C6-C7
Kesan: Hernia Nukleus Pulposus C6-7

setinggi L4-C5
Kesan: Hernia Nukleus Pulposus L4-5

3. Asessment (penalaran klinis): Pasien seorang wanita berusia 52 tahun dating dengan keluhan
nyeri punggung bawah menjalar sampai ke kaki sejak 1 bulan yang lalu. Dari hal ini
didapatkan hipotesis awal berupa HNP, osteomyelitis, ISK, infeksi renal, spondylitis, tumor,
trauma, penyakit degeneratif termasuk osteoporosis.Selain itu secara umum pasien memiliki
berat badan lebih, tampak obesitas, dan dari pemeriksaan didapatkan berat badan pasien 90kg,
hal ini mendukung hipotesis awal yang mengarah ke HNP. Pada tahun 2008 pasien memiliki
riwayat nyeri pada punggung atas bagian leher dan dari hasil MRI didapatkan HNP cervical
C6-7, MRI sendiri merupakan gold standar untuk mendiagnosis HNP. Pada tahun 2010
keluhan pasien mengarah ke nyeri punggung bawah (pinggang), tetapi dokter tidak melakukan
pemeriksaan dan menganggap sebagai kaku otot saja, diberikan obat penghilang rasa sakit.
Pada tahun 2012 nyeri semakin bertambah, pasien melakukan MRI atas instruksi dokter dan
diapatkan kesan HNP L4-5. Dari anamnesis dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan
7

pasien dapat mengarahkan diagnosis kerja saat ini menjadi back pain et cause HNP. Pasien
merupakan pekerja PNS yang memiliki kegiatan sehari-hari duduk, kemungkinan dengan
riwayat HNP cervical yang lalu, pasien memiliki cara postur duduk yang salah yang terjadi
bertahun-tahun sehingga mencetuskan terjadinya HNP.Beban tubuh yang berat membuat
lumbal terdekompresi untung menopang berat badan, ditambah dengan postur tubuh yang
tidak benar akan menyebabkan penekanan lebih pada salah satu sisi annulus fibrous sehingga
menyebabkan diskus intervertebral protrusi. Selain faktor diatas, HNP dapat terjadi pada
wanita usia diatas 30 tahun, pada pasien ini 52 tahun. Secara patofisiologi matrix penyusun
annulus fibrosus disintesis oleh kondrosit, matrix inilah yang membuat annulus fibrosus
menjadi lentur, sehingga pada usia lanjut dimana jumlah kondrosit menurun, maka jumlah
sintesis matrix juga akan menurun dan akan menyebabkan kekakuan, ini yang menyebabkan
terjadinya kerentanan pada annulus fibrosus untuk rupture karena hilangnya elastisitas,
ditambah dengan faktor resiko diatas. Pada kasus ini pada pasien hanya dilakukan pemeriksaan
darah rutin dan rontgen, dari pemeriksaan darah rutin: Hb: 13,5 gr%), Leukosit: 8.500/mm3),
Trombosit: 220.000/mm3, Ht: 41% dapat membantu menyingkirkan diagnosis lain seperti
infeksi (spondylitis, ISK, infeksi renal) dari hasil rontgen lumbosacral didapatkan hasil
spondylosis (lipping +) dan osteoporosis, tidak dapat melihat apakah ada HNP atau tidak.
4. Plan:
Diagnosis:
Diagnosa fungsional : Back Pain
Diagnosa anatomis : hernia nucleus pulposus C6-C7, hernia nucleus pulposus C4-5
Diagnosa etiologi : Back pain e.c HNP
Pengobatan:
Terapi Medikamentosa:
IVFD RL 0,9% 500ml/12 jam I.V.
Inj. Methylprednisolone 2 x 250mg I.V.
Inj. Ketorolac 3 x 30mg I.V.
Inj. Ranitidine 2 x 25mg I.V.

Inj. Omeprazole 1 x 20mg I.V.


Tab. Perisone 2 x 50mg P.O.
Tab. Gabapentin 2 x 30mg P.O.
Mecobalamin 2 x 50mg
Rujuk RS setempat untuk dapat dikonsulkan dengan bedah saraf dan dilakukan
tindakan pembedahan

Pendidikan:
8

Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk bekerja sama dengan dokter dalam proses
penyembuhan dan pemulihan, serta memberikan informasi mengenai penyakit yang diderita
pasien.

Konsultasi:
Konsultasi dengan dokter spesialis saraf.
Konsultasi dengan dokter spesialis bedah saraf
Konsultasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu
keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis
(protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang diakibatakan oleh menonjolnya nukleus
pulposus yang menekan anulus fibrosus yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama
banyak terjadi di daerah lumbal dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi
(nyeri punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.
B. ANATOMI

Diskus

intervertebralis

menghubungkan

korpus vertebra satu sama lain dari servikal


sampai

lumbal/sacral.

Diskus

ini

berfungsi

sebagai penyangga beban dan peredam kejut


(shock absorber). Diskus intervertebralis terdiri
dari dua bagian utama yaitu:
1. Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
a. Lapisan terluar terdiri dari lamella

Gambar 2. HNP

fibro kolagen yang berjalan menyilang


konsentris

mengelilingi

nucleus

pulposus

sehingga

bentuknya

seakan-akan

menyerupai gulungan per (coiled


spring)
b. Lapisan dalam terdiri dari jaringan
fibro kartilagenus
c. Daerah transisi.
Mulai daerah lumbal 1 ligamentum
longitudinal
mengecil

posterior
sehingga

pada

makin
ruang

Gambar 1. Anatomi

intervertebra L5-S1 tinggal separuh


dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.

2. Nucleus Pulposus
Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat
sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan
tekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi
10

yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya


kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena daerah lumbal,
khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat badan.
Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1. Mobilitas daerah lumbal
terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57%
aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1. Daerah lumbal terutama
L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh
menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero
lateral.
C. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam
waktu lama.
3. Sering membungkuk.
4. Posisi tubuh saat berjalan.
5. Proses degeneratif.
6. Struktur tulang belakang.
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.
D. EPIDEMIOLOGI
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi
kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Dengan insidens Hernia lumbosakral
lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%.
11

E. PATOFISIOLOGI
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif
yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress
minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun.
Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan
pada radiks yang bersamasama

dengan

radikularis

arteria

berada

dalam

bungkusan dura. Hal ini


terjadi kalau tempat herniasi
di sisi lateral. Bilamana
tempat

herniasinya

ditengah-tengah tidak ada


radiks

yang

terkena.

Lagipula pada tingkat L2


dan terus kebawah sudah
tidak

terdapat

medula

spinalis lagi, maka herniasi


di garis tengah tidak akan
menimbulkan

kompresi

pada kolumna anterior.


12

Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis
sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan
bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan
penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus
sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastis.
Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering terkena, terutama
L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur diskus lumbal yang lebih
tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif. Karena hubungan anatomis pada
vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya menekan radiks saraf yang muncul satu vertebra di
bawahnya. Jika terdapat fragmen diskus bebas, biasanya mengenai radiks yang muncul di
atas diskus yang mengalami herniasi.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

Daerah lumbal, khususnya daerah

L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu

menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5

S1.
Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi

L5-S1.
Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah
herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu

perubahan yang mengakibatkan herniasi

nucleus pulpolus melalui anulus dengan

menekan akarakar saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar kemungkinan
terjadi di bagian koluma yang lebih banyak bergerak

(Perbatasan Lumbo Sakralis dan

Servikotoralis).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5
sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf

13

pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar
protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil (Partono
Muki, 2009; Sylvia,1991).
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau
tidak langsung pada diskus intervertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan
herniasi nucleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan
keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal maka
terjadilah herniasi.
Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nucleus. Setelah trauma
(jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cidera.

F. FAKTOR RISIKO (Yulvitrawasih, 2011)


Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.
c. Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.
Faktor risiko yang dapat dirubah
a. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barangbarang serta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
b. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
c. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
d. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
e. Batuk lama dan berulang.
14

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


a.
b.
c.
d.

Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.


Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.
Keterampilan pekerja.
Peralatan kerja beserta keamanannya.

G. KLASIFIKASI
Macnabs Classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI menjadi :
Bulging Disc, suatu penonjolan atau konveksitas dari diskus melewati batas diskus

tetapi anulus tetap intak.


Proalapsed Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang

mengalami robekan yang tidak komplit.


Extruded Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang
mengalami robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak ligamentum

longitudinalis posterior.
Sequesteres Disc, sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus
yang telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos pulposus yang berada
didalam diskus dan telah berada dalam kanal.
Menurut lokasi penonjolan Nucleous Pulposus, terdapat 3 tipe :

Central, tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan gangguan pada
banyak akar saraf bila mengenai cauda equina atau nielopati apabila mengenai

medula spinalis.
Posterolateral, pada umunya terjadi pada vertebra lumbalis sehubungan dengan
menipisnya ligamentum longitudalis posterior pada daerah tersebut, misal HNP

vertebra L4-L5 akan menimbulkan iritasi pada akar saraf L5.


Far-laterall foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung bawah.
Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebra L4-L5 akan mengenai akar
saraf L4 (Reni H. Masduchi, 2011).
Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :

Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka pada posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Proses penyusutan nucleus pulposus pada ligamentum longitudinal
15

posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan atau
dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin,
gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya atau jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen
dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya terjadi pada satu
sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai sebuah serabut
atau beberapa serabut saraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.

Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang.
Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang.
Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan
C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan
pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali
dengan beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya
terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan
melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese, kadangkadang serangannya mendadak dengan paraparese.

H. MANIFESTAI KLINIK
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala klinis
yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
16

iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat


tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawah lutut. Bila
saraf sensorik yang besar terkena akan
timbul gejala kesemutan atau rasa
tebal sesuai dengan dermatomnya.
Pada

kasus

berat

dapat

terjadi

kelemahan otot dan hilangnya refleks


tendon patella (KPR) dan Achilles
(APR). Bila mengenai konus atau
kauda ekuina dapat terjadi gangguan
miksi, defekasi dan fungsi seksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan
nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan
kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk,
membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan
penggunaan analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.
Keluhan awal biasanya nyeri punggung bawah (low back pain) yang onsetnya
perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak, sering intermitten, walaupun
kadang-kadang nyeri tersebut onsetnya mendadak dan berat. Nyeri ini terjadi akibat
regangan ligamentum longitudinalis posterior, karena diskus itu sendiri tidak memiliki
serabut nyeri. Nyeri tersebut khas yaitu diperhebat oleh aktivitas dan pengerahan tenaga
serta mengedan, batuk, atau bersin. Nyeri ini biasanya menghilang bila berbaring pada
sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme
refleks otot-otot paravertebra yang menyebabkan nyeri dan membuat pasien tidak dapat
berdiri tegak secara penuh.
Ada jenis yang akut dan ada jenis yang berlangsung perlahan. Jenis yang
berlangsung perlahan kadang-kadang lebih lama sembuhnya. Nyeri bersifat tumpul dan
semakin bertambah bila pinggang bergerak, ketika berjalan pasien akan memiringkan
tubuh ke arah badan yang sehat semata-mata bertujuan untuk membuka ruang lebih luas
bagi bagian ruas tulang belakang yang bermasalah.

17

Setelah periode

waktu tertentu, timbul nyeri pinggul dan sisi posterior atau

posterolateral paha serta tungkai sisi yang terkena, yang biasanya disebut skiatika atau
iskialgia. Ada kalanya pasien mengeluh nyeri pada tepi luar telapak kaki (S1) dan tepi
luar betis dan paha dalam (L3-L4-L5). Ini semua bergantung pada radian saraf pinggang
yang terkena dorongan dari nucleus pulposus yang merosot tersebut. Pasien tidak tahan
duduk lama apalagi bila duduk bersila. Sebentar-sebentar pasien akan menjulurkan kaki,
gejala ini sering disertai rasa baal dan kesemutan yang menjalar ke bagian kaki yang
dipersarafi oleh serabut sensorik radiks yang terkena. Kekuatan otot tungkai pada
umumnya tidak terlalu terganggu, namun sensasi raba mungkin dapat berkurang.
Pada keadaan yang tidak lazim dimana protrusi diskus sentral terjadi dengan
adanya kanalis spinalis yang sempit pada regio lumbal, kompresi kauda ekuina dapat
timbul, dengan paraparesis dan hilangnya tonis sfingter. Sindrom klaudikasio palsu telah
dilaporkan dengan nyeri tungkai bila beraktivitas, akibat sekunder dari

kompresi

intermitten kauda ekuina (Achdiat Agus, 2009; Mansjoer Arif et all).


Tanda dan gejala yang spesifik pada berbagai jenis HNP adalah (Ratih
astarida, 2009) :
a. Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik
kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu,
ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang
terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan
yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong
dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias
sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk
mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Sindrom sendi
intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri dari:

Kekakuan atau ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.

Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki.

Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks.

18

b. Hernia Servicalis

Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis).

Atrofi di daerah biceps dan triceps.

Refleks biceps yang menurun atau menghilang.

Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.

c. Hernia thorakalis

Nyeri radikal.

Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis.

Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.

I. PEMERIKSAAN FISIK
Secara klinis dapat dilakukan beberapa gerakan seperti:
a. Tes Lasegue

19

Tes Lasegue disebut juga tes Straight Leg Raising


(SLR) test. Caranya adalah dengan membaringkan
pasien dan kemudian satu tungkai lurus diatas
pembaringan meja periksa dan satu tungkai diangkat
keatas. Pasien akan menjerit kesakitan pada saat
tungkai diangkat tinggi sebelum mencapai sudut 70
derajat. Pada keadaan seperti ini dikatakan tes
Laseque positif. Bila tes Lasegue positif maka hampir dapat dikatakan HNP positif.
Bila tungkai kanan diangkat terasa sakit maka disebut tes Lasegue kanan positif
berarti lesi HNP di kanan. Sebaliknya bila tes Lasegue kiri yang positif maka lesi
HNP ada di sisi kiri pula.
b. Tes Braggard
Tes Braggard dilakukan dengan posisi sama
seperti pada tes Laseque namun ketika tungkai
diangkat maka telapak kaki pasien di dorong
kuat keatas (dorsofleksi maksimal), maka
akan terasa nyeri sepanjang tungkai.
c. Tes Siccard
Tes Siccard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Braggard namun dengan
ibu jari di dorong maksimal ke arah atas (dorsofleksi maksimal) dan akan terasa
nyeri sepanjang tungkai.
Ada tes lain yaitu tes Patrick dan contra Patrick tetapi justru tes ini untuk
menunjukkan bahwa penyebab nyeri pinggang bukan HNP tetapi suatu proses arthritis.
Tes yang lain adalah Valsalva, dimana pasien diminta untuk menahan nafas. Bila terasa
nyeri di pinggang dan menjalar ke tungkai disebut tes Valsalva positip dan HNP positip.
Tes Naffziger adalah dengan menekan vena jugularis jika setelah ditekan terasa nyeri
bertambah berarti terdapat HNP (Achdiat Agoes, 2009; Mansjoer Arif et all).

20

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Achdiat Agoes, 2009; Mansjoer Arif et all)


Diagnosis herniasi discus antar vertebra sering dibuat hanya berdasarkan
anamnesis dan dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik. Perasat-perasat untuk
evaluasi seperti mengangkat tungkai dan berjalan jinjit di atas tumit juga bermanfaat
untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pasti dari hernia nukleus pulposus yaitu :
a. Foto pinggang polos
Foto pinggang polos kadang-kadang sudah menunjukkan indikasi HNP bila sudut
ruas tulang belakang miring kesalah satu sisi. Pada umumnya bila pasien cenderung
memiringkan tubuh ke kiri maka berarti HNP di kanan. Foto polos vertebra tidak lagi
dilakukan sesering

masa sebelum CT-scan. Kadang-kadang pemeriksaan ini

bermanfaat untuk menyingkirkan anomali atau deformitas kongenital, penyakit


reumatik tulang belakang, tumor metastatik atau primer. Pada penyakit diskus, foto
ini normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
intervertebra dan pembentukan osteofit.
b. Foto caudografi
Foto caudografi adalah foto dengan memberikan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid yang dimasukkan dengan jarum pungsi lumbal antara L3-L4, L4-L5
atau L5-S1. Setelah kontras dimasukkan maka dilakukan foto dan akan terlihat
pada foto ada bagian yang tidak terisi kontras yaitu daerah yang terkena HNP (filling
defects). Foto ini sangat populer pada tahun 1980 an namun dengan masuknya tehnik
CT Scan dan MRI (magnetic resonance imaging) mulai berkurang permintaan untuk
foto caudografi ini.

c. Foto MRI
MRI mampu memperlihatkan daerah yang terkena HNP dengan jelas tanpa pasien
merasa kesakitan, hanya proses foto cukup lama dan biaya besar. MRI terutama
21

bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini
sedikit kurang teliti bila dibandingkan dengan CT scan dalam hal mengevaluasi
gangguan radiks saraf.
d. Kadar serum kalsium, fosfat, alkali, dan asam fosfatase, serta kadar gula harus
diperiksa pada setiap pasien sebab penyakit tulang metabolik, tumor metastatik, dan
mononeurotis diabetik dapat menyerupai penyakit diskus intervertebra.
e. Punksi lumbal
Walaupun cairan serebrospinal dapat memperlihatkan peningkatan kadar protein
ringan dengan adanya

penyakit diskus, punksi lumbal biasanya hanya kecil

manfaatnya untuk diagnostik. Jika terdapat blok spinal total, kadar protein dapat
meningkat sedikit dengan manuver Queckendstedt yang abnormal.
f. Pemeriksaan neurofisiologis
EMG dapat normal pada penyakit diskus, atau potensial fibrilasi dan gelombang
tajam positif dapat dijumpai pada otot-otot yang dipersarafi radiks yang terkena
setelah beberapa minggu.
g. Mielografi
Bila diagnosis sindrom diskus sudah pasti, dan tidak ada kemungkinan tumor kauda
ekuina atau beberapa kelainan lain, mielografi tidak perlu dilakukan kecuali operasi
dipertimbangkan. Mielografi untuk menentukan tingkat protrusi diskus.
K. DIAGNOSIS (Partono Muki, 2009; Mansjoer Arif et all)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada adanya riwayat mengangkat
beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya
berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
a. Anamnesis

22

Dalam anamnesis perlu ditanyakan

kapan

mulai timbulnya, bagaimana mulai

timbulnya, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali
kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga
ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler,
riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi.
b. Pemeriksaan klinik umum
Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke ruang pemeriksaan. Cara
berjalan (tungkai sedikit di fleksikan dan kaki pada sisi sakit di jinjit), duduk (pada
sisi yang sehat). Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis,
gibus dan deformitas yang lain.
c. Pemeriksaan neurologik,
Pemeriksaan sensorik.
Pemeriksaan motorik adalah dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi
otot.
Pemeriksaan tendon.
Pemeriksaan yang sering dilakukan.
Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes Sicard).
Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:
Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan

sejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi.
Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati

Pemeriksaan Radiologi
Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus intervetebralis
sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit
Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI
Untuk membuktikan HNP dan menetukan

lokasinya. MRI merupakan

standar baku emas untuk HNP.


L. PENATALAKSANAAN
23

a. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara
keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat
dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik.
Dengan cara ini, lebih dari 95% penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas
normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan
lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan. Terapi konservatif
meliputi ;
Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot
melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi
tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung,lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra
lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi
jaringan yang meradang.
b. Medikamentosa
a. Analgetik dan NSAID.
b. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot.
c. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan.
d. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
e. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis

24

c. Terapi Fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan
traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam
kecepatan penyembuhan.
Diatermi atau kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema.Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai
penyangga korsetdapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan
penguatan. Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan
otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi
pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Proper Body Mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk
mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga
posisipunggung adalah sebagai berikut:
25

o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung


tegak danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
o Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke
pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul
danberubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada
pahauntuk membantu posisi berdiri.
o Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser
posisipanggul.
o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki.
Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kakiharus berubah posisi secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan
wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung
saat bangkit.
d. Pembedahan
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga
nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif

HNP harus

berdasarkanalasan yang kuat yaitu berupa:


Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah
d.1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
d.2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada
kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi
kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan
menghilangkan kompresi medula dan radiks.

26

M. PROGNOSA (Mansjoer, Arif et all, 2007)


Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%.

N. PENCEGAHAN (Yulvitrawasih, 2011)


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya herniasi
nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat barang
yang berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut usia.
Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang pada akhirnya
memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi nukleus pulposus.
Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :

Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.

Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.


Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :

Pegangan harus tepat.

Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus.

Punggung harus diluruskan.

Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan gerakan. Dengan
mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tubuh belakang diluar.

Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.

Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan
perimbangan.

27

Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan mengangkat dan
mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:

Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi momentum yang terjadi
dalam posisi mengangkat.

Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk gerakan dan
perimbangan.

Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh.
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja, yaitu hindari
manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan mengangkut.

O. DIAGNOSIS BANDING
a. Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang berprotein
tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.
b. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke depan (masuk;
tergelincir) satu bodi vertebra terhadap vertebra di bawahnya. Tersering L4-L5.
c. Spondylosis
Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya suktur dan
fungsi normal spinal. Walaupun peran proses penuaan adalah penyebab utama, lokasi
dan percepatan degenerasi bersifat individual. Proses degeneratif pada regio cervical,
thorak, atau lumbal dapat mempengaruhi discus intervertebral dan sendi facet.
d. Arthiritis.
e. Anomali colum spinal. (Kalim et al, 1996)

28

29

You might also like