You are on page 1of 4

FASE-FASE PARTUS

Fase 1 partus : penenangan uterus dan perlunakan serviks


Ketidakaktifan uterus
Fase ini normalnya membentuk 95% kehamilan dan ditandai oleh ketenangan otot polos uterus
dan dipertahankan integritas struktur serviks. Kecenderungan inheren miometrium untuk
berkontraksi ditunda dan otot uterus dibuat tidak peka terhadap rangsangan normal. Secara
bersamaan uterus harus memulai perubahan ekstensif dalam ukuran dan vaskularisasinya untuk
mengakomodasi kehamilan dan mempersiapkan kontraksi uterus pada fase 3. Ketidakpekaan
myometrium pada fase 1 berlanjut sampai menjelang akhir kehamilan ( Cunningham, 2012)
Perlunakan serviks
Selama kehamilan serviks memiliki banyak fungsi yang mencakup : 1. Mempertahankan fungsi
sawar untuk melindungi saluran reproduksi dan infeksi 2. Memelihara kompetensi serviks
meskipun gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh uterus yang membesar semakin kuat 3.
Memadukan perubahan-perubahan matriks ekstrasel yang memungkinkan kelenturan meningkat
secara progresif sebagai persiapan untuk pelahiran.
Pada akhir kehamilan serviks mudah diregangkan dan konsistensinya mirip bibir rongga mulut.
Perlunkan serviks terjadi karena peningkatan vaskularisasi, hipertropi stroma, hipertropi dan
hyperplasia kelenjar dan perubahan komposisi matriks ekstrasel (Cunningham, 2012).
Fase 2 partus : persiapan persalinan
Untuk mempersiapkan persalianan, ketenagan myometrium selama fase 1 harus d berhnetikan
melalui apa yang dinama kebangkitan atau pengaktifan uterus. Terjadi pada minggu 6-8 terakhir
kehamilan.
Perubahan miomterium selama fase 2
Sebagian besar perubahan myometrium ini merupakan persiapan untuk kontraksi persalinan.
Pergeseran ini mungkin disebabkan oleh perubahan dalam ekspresi protein-protein kunci yang
mengontrol kontraktilitas. Berbagai ccontraction associated protein (CAP) ini mencakup reseptor
oksitosin, reseptor prostaglandin F1 dan koneksin 43. Karena itu, reseptor oksitosin myometrium

meningkat cepat seiring dengan peningkatan jumlah dan luas permukaan protein-protein taut
celah (gap junction) misalnya koneksin 43. Bersama-sama dengan hal ini menyebabkan
kepekaan terhadap ureteronin bahan-bahan yang merangsang kontraksi. Perubahan penting pada
fase 2 adalah pembentukan segmen bawah uterus dari isthmus dengan terbentuknya segmen
bawah ini kepala janin sering turun menuju atau bahkan melewati aperture pelvis superior hal ini
disebut dengan lightening ( Cunningham, 2012).
Pematangan serviks selama fase 2
Sebelum kontraksi mulai, serviks harus mengalami remodeling yang sangat ekstensif. Hal ini
akhirnya menyebabkan serviks menyerah dan membuka (berdilatasi) ketika inisasi kontraksi
uterus kuat pada fase tiga partus. Transisi dari perlunakan menjadi pematangan dimulai beberapa
minggu atau hari sebelum kontraksi dimulai. Selama transformasi ini, jumlah total dan komposisi
proteoglikan dan glikosaminoglikan di dalam matriks berubah. Banyak dari proses yang
membantu remodeling serviks ini dikontrol oleh hormone-hormon yang membantu juga
mengatur fungsi uterus ( Cunningham, 2012).
Fase 3 partus : persalinan
fase 3 sinonim dengan persalinan aktif, yaitu, kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi
progresif serviks dan pelahiran. Secara klinis, fase dibagi menjadi tiga stadium (kala) persalinan.
1. Kala satu (pendataran dan pemukaan serviks)
Berawal ketika terjadi kontraksi-kontraksi uterus yang frekuensi, intensitas, dan
durasinya mampu menyebabkan penipisan serviks yang dinamai pendataran/penipisan
(effacement). Stadium ini berakhir ketika serviks berdilatasi sempurna (pembukaan
lengkap) sekitar 10 cm sehingga kepala janin dapat lewat ( wirakusumah, 2010).
Kala satu terbagi menjadi 2 fase
a. Fase laten
Fase ini, pembukaan sangat lambat. Pembukaan dai 0 sampai 3 cm membutuhkan
waktu 8 jam
b. Fase aktif
Fase aktif pembukaan lebih cepat. Fase ini dapat dibagi lagi menjadi
1) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3cm mnjadi 4 cm yang
dicapai samapai 2 jam.
2) Fase kemajuan maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai 2
jam

3) Fase deselerasi (berkurangnya keepatan), dari pembukaan 9 cm sampai


lengkap 10 cm dicapai selama 2 jam
Bagi multipara, fase laten dicapai 5-6 jam, sedangkan persalinan selanjutnya
hanya meembutuhkan 1 jam
2. Kala dua (pengeeluaran janin)
Berawal ketika pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan pelahiran bayi.
3. Kala tiga (pemisahan dan pengeluaran plasenta )
Dimulai dengan setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta (wirakusumah,
2010)
Fase 4 partus : masa nifas
Segera dan selama sekitar 1 jam setelah pelahiran, myometrium tetap berada dalam status
berkontraksi kaku dan peristen serta dengan teretraksi. Hal ini secara langsung menekan
pembuluh-pembuluh besar uterus dan memungkinkan terjadinya thrombosis di dalam uterus.
Karena itu, perdarahan pasca persalinan yang berlebihan dapat dicegah.
Secara bersamaan selama awal nifas, terbentuk pola perilaku tipe-ibu dan dimulailah ikatan batin
bayi-ibu. Permulaan laktogenesis dan milk-let-down di kelenjar mamari, dari segi evolusi, juga
sangat penting dalam melahirkan dan membesarkan bayi. Semua proses ini diperantarai
oksitosin.
Setelah itu terjadi involusi uterus dan perbaikan serviks, dua proses remodeling yang
memulihkan organ-organ ini ke keadaan yang tak-hamil. Proses-proses ini melindungi saluran
reproduksi dari invasi mikroorganisme komensal dan memulihkan responsivitas endometrium
terhadap siklus hormone. Pulinhnya ovulasi megisyaratkan persiapan berikutnya. Hal ini umunya
terjadi pada 4-6 minggu setelah persalinan, tetapi bergantung dari durasi menyusui
(Cunningham, 2012).

Dapus :

Wirakusumah, firman f. 2010. Obstetric fisiologi: ilmu kesehatan reproduksi edisi 2. Jakarta :
EGC
Cunningham. Dkk. 2012. Obstetrik Williams edisi 23. Jakarta EGC

You might also like