Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Raden Setiyadi Sp.A
Disusun oleh :
Meiria Sari
030.11.186
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH
PERIODE 08 OKTOBER 2016 16 DESEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi laporan kasus dengan judul
Seorang Bayi Laki-laki Dengan Hindrocephalus dan Distress Respirasi
Penyusun:
Meiria Sari
030.11.186
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSU Kardinah Kota Tegal
periode 08 Oktober 2016 16 Desember 2016
BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
Nama : Meiria Sari
NIM : 030.11.186
I. IDENTITAS PASIEN
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pasien
An. M
10 hari
Laki-laki
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
Tanggal masuk RS
Ayah
Ibu
Tn AN
Ny. M
29 tahun
29 tahun
Laki-laki
Perempuan
Padaharja RT 04/ RW 02, Kramat
Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
SMP
SMA
Pegawai Swasta
Ibu Rumah Tangga
Rp 2.500.000,Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
BPJS
85056
03 November 2016
II. ANAMNESIS
Data anamnesis diperoleh secara alloanamnesis kepada ibu pasien (Ny. M, 29 tahun)
pada tanggal 10 November 2016 di Bangsal Dahlia RSU Kardinah pukul 14.00 WIB.
Keluhan Utama
Kepala semakin membesar sejak lahir
Keluhan Tambahan
Terlihat sesak dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari RSI Harapan Anda ke IGD PONEK RSUD Kardinah dengan
keluhan kepala bayinya semakin membesar dan tampak sesak serta lemas. Pasien sudah
dirawat selama 4 hari menggunakan alat bantu napas sebelumya. Pasien merintih, gerak aktif,
menangis kurang kuat, sudah BAK dan BAB. Refleks hisap baik dan ASI ibu banyak. Tidak
3
ada panas. Warna kulitnya putih kemerahan sedikit pucat, tidak biru, tidak kuning. Tampak
gerakan dada saat bernapas. Saat lahir pasien tidak menangis langsung, bayi sudah diberikan
suntikan vit K dan tetes mata. Bayi lahir dari ibu kehamilan ke 3 masa kandungan 39 minggu
tanggal 24 Oktober 2016 lupa jam berapa. Lahir di RSI Harapan Anda oleh dr. Juwita Sp.OG
secara Sectio Cesaria karena denyut jantung bayi semakin turun dengan air ketuban warna
hijau. BB 3310 gr, PB 51 cm.
Riwayat Penyakit Dahulu
Belum dapat dievaluasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan yang
serupa. Tidak ada riwayat darah tinggi dan kencing manis. Riwayat alergi dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Lingkungan Rumah
Pasien akan tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan 1 saudara kandungnya dirumah
pribadi. Rumah berada di kawasan yang padat penduduk dengan luas 15 meter x 10 meter.
Tempat tinggal pasien memiliki 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Rumah memiliki
5 jendela yang selalu dibuka setiap pagi. Atap dari genteng. Penerangan dengan listrik. Air
berasal dari air PAM. Jarak septic tank kurang lebih 10 meter dari sumber air. Air limbah
rumah tangga disalurkan melalui selokan di depan rumah. Ada hewan peliharaan burung
dirumah. Kucing dan anjing tidak ada.
Kesan : keadaan rumah dan ventilasi cukup baik, keadaan lingkungan rumah baik.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah seorang pegawai swasta dengan penghasilan per bulan Rp 2.500.000 dan ibu
pasien seorang ibu rumah tangga. Orangtuanya menanggung kebutuhan ke 2 orang anaknya.
Kesan: riwayat sosial ekonomi baik.
Riwayat Kehamilan dan Prenatal
Ibu os berusia 28 tahun saat mengandung pasien. Ibu os rutin memeriksakan
kehamilannya secara teratur satu kali setiap bulan di RSI Harapan Anda. Ibu tidak pernah
mendapatkan suntikan TT. Ibu mendapat 1 vitamin dari dokter. Riwayat darah tinggi, kencing
manis, perdarahan selama hamil, kejang, traum, keputihan, pijat saat hamil disangkal. Selama
4
hamil, ibu makan 3 kali sehari, berupa nasi, dengan variasi telur atau ikan serta sayuran dan
susu. Sejak awal kehamilan sampai usia 39 minggu, berat badan ibu meningkat 10 kg (dari 50
kg menjadi 60 kg, tinggi badan 160 cm).
Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Kelahiran
Tempat kelahiran
: Sectio Cesaria
Masa gestasi
Keadaan bayi
: 3310 gram
: 51 cm
Lingkar kepala
: Ibu lupa
Keadaan lahir : Tidak langsung menangis kuat, pucat, dan tidak biru/kuning
Plasenta
: Tidak tahu
Kelainan bawaan
: Tidak ada
Penyulit
: Tidak ada
Air ketuban
: Hijau
Suntik Vit K
: Sudah
Kesan: neonatus aterm, dengan lahir secara SC, bayi tidak bugar.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan setelah kehamilan dilakukan di rumah sakit.
Corak Reproduksi Ibu
Ibu P2A1, pasien merupakan anak kedua berjenis kelamin perempuan.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi baik pil maupun suntik.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
5
Pertumbuhan:
Berat badan lahir 3310 gram. Panjang badan lahir 51 cm. Lingkar kepala lupa.
Perkembangan:
Belum dapat dievaluasi.
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah diberikan diimunisasi HBo dan tetes mata sejak lahir.
Kesan
Silsilah Keluarga
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
Menangis
: Kurang kuat
Gerak
: Aktif
Pucat
: (-)
Retraksi
: (+) Subcosta
Ikterik
: (-)
Kejang :
: (-)
Sianosis
: (-)
B. Tanda Vital
Nadi
Laju nafas
Suhu
Tekanan darah
SPO2
C. Data Antropometri
Berat badan
sekarang
: 3200 gr
: 52 cm
D. Status Generalis
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Kulit
Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, kulit merah muda, tidak
ada efloresensi bermakna, sternum dan iga normal, retraksi
subcostal (+), gerak napas simetris kedua hemitoraks.
: Simetris, tidak ada hemithoraks yang tertinggal, areola
mammae penuh, benjolan 5 mm
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi: Vesikuler (+/+) lemah, ronki basah halus(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Palpasi
Perkusi
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II normal, reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Genitalia : jenis kelamin laki-laki, skrotum (+), rugge (+) jelas dan
banyak, penis (+), ostium uretra (+)
Ekstremitas
Akral Dingin
Akral Sianosis
CRT
Oedem
Tonus Otot
Trofi Otot
Ref. Fisiologis
Ref. Patologis
Superior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
+/+
-/-
Inferior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
+/+
-/-
Kesan
LK : 39 cm
Hasil : diatas + 2 SD
Kesan
makrocephali
4. Downe Score
Frekuensi
Napas
Retraksi
< 60 x/menit
60-80 x/menit
> 80 x/menit
Sianosis
Tidak sianosis
Retraksi ringan
Sianosis hilang
Retraksi berat
Sianosis menetap
Air Entry
Udara masuk
dengan O2
Penurunan ringan
walaupun diberi O2
Tidak ada udara
Merintih
Tidak merintih
udara masuk
Dapat didengar
masuk
Dapat didengar
dengan stethoscope
o
o
o
o
o
sungsang)
o Ketuban tidak normal
o Kelainan bawaan
o Asfiksia
o
Preterm
BBLR
Infus tali pusat
Riwayat penyakit ibu
Riwayat penyakit kehamilan
o
o 7. Faktor Resiko Pemberian Antibiotik Bayi Baru Lahir Untuk Infeksi
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
17,9
g/dL
15
24,6
Leukosit
38.44
/uL
5.000
0()
19.000
Hematokrit
51,3
%
31 59
Trombosit
189.0
/uL
150.00
00
0
350.00
0
Eritrosit
5,07
106/uL
3- 6
MCV
106,9
fL
82
126
MCH
35,3
Pcg
26 38
MCHC
33
g/dl
26 38
Golongan
A
Darah
Rhesus
Positif
Hitung Jenis
CRP
Negat
mg/dL
Negatif
if
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
17,7
g/dL
15
24,6
Leukosit
25,43
/uL
5.000
0()
19.000
Hematokrit
52,4
%
31 59
Trombosit
167.0
/uL
150.00
00
0
350.00
0
6
Eritrosit
5,01
10 /uL
3- 6
RDW
26,5(
%
11,6
)
14,8
MCV
104,6
fL
82
126
MCH
35,3
Pcg
26 38
MCHC
33,8
g/dl
26 38
Hitung Jenis
Eosinofil
0,3
%
1-3
()
Basofil
0,9
%
0-1
Netrofil
62
%
30-50
()
Limfosit
26,1
%
40-60
()
Monosit
10,7
%
4-12
Kimia Klinik
Glukosa
97()
mg/dL
50-80
Sewaktu
Bilirubin Total
18,80 ()
mg/dL
0-11,7
Bilirubin Direk
0,30
mg/dL
0-1,2
Bilirubin
18,5()
mg/dL
0-10,5
Indirect
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
Kimia Klinik
Bilirubin Total
10,9
mg/dL
0-11,7
Bilirubin Direct
0,5
mg/dL
0-10,5
Bilirubin
10,4
mg/dL
0-10,5
Indirect
Hasil
Satuan
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
16,5
g/dL
15
24,6
Leukosit
15.90
/uL
5.000
0
19.000
Hematokrit
51,3
%
31 59
Trombosit
178.0
/uL
150.00
00
0
350.00
0
6
Eritrosit
4,86
10 /uL
3- 6
MCV
105,6
fL
82
126
MCH
34
Pcg
26 38
MCHC
32,2
g/dl
26 38
Hitung Jenis
LYM
33,3
%
20-40
MXD
30,9(
%
0-10
)
NEUT
35,8(
%
50-70
)
Hasil
17,2
12,8
Satuan
Rujukan
g/dL
103/uL
103/u
L
6
10 /uL
21,6
()
99,4
MCH
33,5
Pcg
MCHC
33,7
g/dl
4,30
menit
2,30
menit
1-3
Waktu
Pembekuan
Waktu
Pendarahan
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium
12,7
28,7
5,0
20,0
47
75
217
497
4,3
6,3
11,5
14,5
98
112
33
41
31
35
2-6
Kalium
Klorida
Glukosa
Sewaktu
Total
Protein
Albumin
mmol/
L
mmol/
L
mmol/
L
mg/d
L
g/dL
155,6
()
4,45
Globulin
132
145
3,1
5,1
96 111
70140
4,4
7,6
3,20
4,80
2,30
3,50
Seroimunologi
HBsAg
CRP
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
166
()
5,1
RDW
MCV
51
118,5
()
59 ()
4,54
3,21
g/dL
1,33
()
g/dL
Negat
if
Negat
if
Negat
if
Negat
if
Kimia Klinik
Bilirubin Total
Bilirubin
Hasil
4,52 ()
0,98 ()
Satuan
Rujukan
mg/dL
mg/dL
0-2
Direct
Bilirubin
3,54 ()
mg/dL
Indirect
Pemeri
Hasil
Satuan
Rujukan
ksaan
Hematologi
PT
4,52
APTT
0,98
Seroimunologi
HIV
Non
Reaktif
detik
detik
9,8 15
20 45
Non Reaktif
Hasil
S
Rujukan
atuan
Histopatologi : Cairan Otak
Makroskopis
Warna
Ku
Tidak
nin
Berwarna
g
Kekeruhan
Jer
Jernih
nih
Bekuan
Ne
Tidak ada
gati
bekuan
f
Kimia
Test Nonne
Ne
Negatif
Apekt
gati
f
Pandy
Ne
Negatif
gati
f
Protein
10
15 45
m
Glukosa
31
Mikroskopis
Lekosit
Mononukleus
60 80
30 40 %
60 70
Hasil
14,7
()
7,3
Satuan
Rujukan
g/dL
103/uL
106/uL
Hematokrit
42,3
Eritrosit
4,6
RDW
MCV
18,5
()
91,8
MCH
31,9
Pcg
MCHC
34,8
()
g/dl
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium
141,8
Kalium
Klorida
Total
Protein
Albumin
Globulin
5,44
()
113,1
()
4,67
mmol/
L
mmol/
L
mmol/
L
g/dL
3,28
g/dL
1,39
()
g/dL
9,2
13,6
5,0
20,0
41
65
2,8
4,8
11,5
14,5
98
112
26
38
26
34
132
145
3,1
5,1
96 111
4,4
7,6
3,20
4,80
2,30
3,50
Deskripsi :
Kesan : Hidrocephalus
Deskripsi
Kesan : Bronkitis
VI.
RESUME
mentis, sakit sedang, gerak aktif., menangis kurang kuat, pemeriksaan tanda vital dengan nadi
: 112 x/menit, reguler, kuat, isi cukup, laju nafas: 26 x/menit, regular, suhu : 36,6C, BB 3200
gr dan PB 52 cm. Pemeriksaan toraks didapatkan retraksi subcosta. Untuk pemeriksaan
khusus status neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan menurut Lubchenko. New
ballard score menunjukkan os berusia 40-41 minggu. Lingkar kepala 39 cm, makrosefali.
Berat badan lahir dan panjang badan lahir berdasarkan kurva Fenton sesuai masa kehamilan
sedangkan lingkar kepala lebih besar dari masa kehamilan. Downe score 2, gangguan
pernapasan ringan. Bell squash score 4 = neonatal infeksi. Pada pemeriksaan penunjang
laboratorium darah didapatkan hasil leukositosis dan hiperbilirubin pada awal kelahiran.
VII.
MASALAH
Kepala semakin membesar
1.
2.
3.
4.
Merintih
Menangis tidak kuat
Sesak
Retraksi dada
Leukositosis
VIII.
DIAGNOSA KERJA
Hydrocephalus Congenital
Distress Respirasi
Neonatal infeksi
Neonatus Aterm
IX. DIAGNOSIS BANDING
Kongenital
Infeksi
Tumor
Perdarahan
Faktor Ekstrapulmonal
pernapasan
Faktor Intrapulmonal
Faktor Metabolik
BMK (besar masa kehamilan)
Kepala membesar
Gangguan
Neonatus aterm
X. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
Non-medikamentosa
Konsul Sp.BS
XI. PROGNOSA
Quo ad vitam
Quo ad sanationam
Quo ad fungsionam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam
PERJALANAN PENYAKIT
(IGD)
Status generalis:
Spo2 : 100%
Status generalis:
RDS
Hidrocephalus
RDS
Hidrocephalus
E2 V1 M2 = 5
Status generalis:
E3 V3 M5 = 11
Status generalis:
Kepala: mesosefal
Intoksikasi dextrometrophan
Kesadaran menurun
Gizi kurang
Anemia
E3 V3 M5 = 11
Status generalis:
Kepala: mesosefal
Anemia
E3 V3 M5 = 11
Status generalis:
Kepala: mesosefal
E3 V5 M4 = 13
Status generalis:
Kepala: mesosefal
E4 V5 M5 = 14
Status generalis:
Kepala: mesosefal
Hofman (-/-)
A
Intoksikasi dextrometrophan
Gizi kurang
Anemia
P
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (sampai HR
80x/m)
Awasi TTV bila HR <61x/m
Hofman (-/-)
E4 V5 M5 = 14
Status generalis:
Kepala: mesosefal
E4 V5 M5 = 14
Status generalis:
Kepala: mesosefal
P
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 3x1amp (2)
Status generalis:
Kepala: mesosefal
E4 V5 M6 = 15
Status generalis:
Kepala: mesosefal
E4 V5 M5 = 15
Status generalis:
Kepala: mesosefal
E4 V5 M5 = 14
Status generalis:
Kepala: mesosefal
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien bayi laki-laki usia 10 hari, dengan diagnosis hidrochepalus kongenital, distress
respirasi, neonatal infeksi Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
fisik bahwa kepala tampak semakin besar dan didapatkan ubun-ubun teraba menonjol dan
terasa sutura melebar serta dengan lingkar kepala 39 cm. Dari permeriksaan khusus lingkar
kepala Nellhaus dan kurva Fenton menunjukan hidrocephalus. Dari pemeriksaan penunjang
juga didapatkan kesan hidrocephalus.
Diagnosis distress respirasi berdasarkan keadaan umum nafas yang kurang dari
30x/m, tampak sesak, merintih, dan sedikit pucat, serta pasien menangis lemah. Lalu pada
riwayat persalinan bayi lahir tidak langsung menangis. Ditunjang dengan indikasi SC pada
pasien dikarenakan dentuy jantung janin yang semakin turun.
Diagnosis neonatal infeksi dengan faktor resiko air ketuban berwarna hijau dan Bell
Prognosis ad vitam pada pasien adalah dubia ad bonam disebabkan karena dengan
pengobatan tepat maka penyakit tersebut dapat sembuh dan tidak menimbulkan kematian.
Sedangkan pada ad sanationam dubia ad bonam karena dapat terjadi pengulangan kejang
pada pasien. Dan pada ad fungsionam dubia ad bonam karena dengan penatalaksaan awal
yang cepat kurang dari 3 bulan maka belum didapatkan kerusakan lebih lanjut pada fungsi
otak akan tetapi masih besar kemungkinan didapatkan kelainan seiring dengan perkembangan
anak.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hidrochepalus
3.1.1 Definisi
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala1. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara
aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak 2 dimana terjadi akumulasi
CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid 3
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi
dan absorpsi dari CSS4 Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas
hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan
subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem
ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal.Selain itu beberapa
lesi intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan
hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga
terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh
tiga faktor: a).peninggian tekanan intraventrikuler, b).penambahan volume CSS,
c).dilatasi rongga CSS.3
3.1.2 Epidemiologi
Secara keseluruhan, insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1 : 1000.
sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang
berbeda. Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah
kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak
setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital. Mujahid Anwar dkk
mendapatkan 40 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
mengalami
hidrosefalus.
Pongsakdi
Visudiphan
dkk
pada
penelitiannya
FK UNUD/RSUP Denpasar dari tahun 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21
penderita hidrosefalus dimana 4 diantaranya adalah hidrosefalus congenital.3
3.1.3 Etiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke
dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di
sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam
sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam
sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat
keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus
yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus).3
Kecepatan
pembentukan
CSS
0,2-
volume
0,5%
total
per
adalah
sekitar
500-600cc,
sedangkan
jumblah
total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan
dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50
cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa 6.
Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan
absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS3,7.
Gambaran
pada
adalah
klinis
permulaan
pembesaran
tengkorak
yang
disusul
oleh
gangguan neurologik
akibat tekanan likuor
yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak1,3,6. Hidrosefalus pada bayi
(sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan gambaran :
Kepala membesar
Sutura melebar
Nistagmus horizontal
3.1.5 Diagnosis
a. Gejala klinis
b. X Foto kepala, didapatkan Tulang tipis Disproporsi kraniofasial Sutura melebar
c. Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm,
oksipital 1 cm
d. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela mayor.
Menentukan : - Tekanan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
g. USG, dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan
USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan 16 oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT scan.
3.1.6 Tatalaksana
a. Terapi medikamentosa
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba
pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat- pusat kesehatan dimana sarana bedah
saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:
Asetasolamid Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
Furosemid Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv
0,6 mg/kgBB/hari
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk
operasi. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture) Mekanisme pungsi lumbal
berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti.
Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang
memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
b. Terapi Operasi Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2
g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.19
o Eksternal CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
o Internal CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
Infeksi
Hematoma subdural
Obstruksi
3.2.1 Definisi
Gagal nafas dapat disebabkan oleh penyakit paru yang melibatkan jalan nafas,
alveolus, sirkulasi paru atau kombinasi ketiganya. Gagal nafas juga dapat disebabkan
oleh gangguan fungsi otot pernafasan, gangguan neuromuskular dan gangguan sistem
saraf pusat.8,9,11,12 Gagal nafas tipe hiperkapnik terjadi akibat CO2 tidak dapat
dikeluarkan dengan respirasi spontan sehingga berakibat pada peningkatan PCO2
arterial (PaCO2) dan turunnya pH. Hiperkapnik dapat terjadi akibat obstruksi saluran
napas atas atau bawah, kelemahan otot pernapasan atau biasanya akibat produksi CO2
yang berlebihan. Gagal nafas tipe hipoksemia terjadi akibat kurangnya oksigenasi,
biasanya akibat pirau dari kanan ke kiri atau gangguan keseimbangan ventilasi dan
perfusi (ventilation-perfusion mismatch).12,13
3.2.2 Etiologi
Bayi khususnya neonatus rentan terhadap kejadian gagal nafas akibat: (1) ukuran
jalan nafas yang kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran udara, (2) compliance paru
yang lebih besar, (3) otot pernafasan dan diafragma cenderung yang lebih mudah lelah , serta
(4) predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar.6 Gagal nafas pada neonatus dapat
disebabkan oleh hipoplasia paru (disertai hernia diafragma kongenital), infeksi, aspirasi
mekoneum, dan persistent pulmonary hypertension.14,15 Secara umum, etiologi gagal nafas
pada neonatus ditunjukkan pada tabel 1.
3.2.3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.9
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang
tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi
alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. 9
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).9
Peningkatan respirasi
Peningkatan usaha nafas
Periodic breathing
Apnea
Sianosis yang tidak
dengan pemberian oksigen
Turunnya
tekanan
darah
disertai
pernafasan
Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk
menilai gagal nafas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada memerlukan tindakan
intubasi segera dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan sampel darah arterial
diperlukan untuk menganalisis tekanan gas darah (PaO2, PaCO2, dan pH) sambil
melakukan monitoring dengan pulse oxymetri. Hipoksemia berat ditandai dengan
PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40%
pada bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat dengan PaCO2 > 55-60 mmHg dengan pH
<7,2-7,25.10,12-6
Selain menilai beratnya distress nafas yang terjadi, diperlukan juga penilaian
untuk memperkirakan penyebab dasar gangguan nafas untuk penatalaksanaan
selanjutnya. Pada bayi yang baru lahir dan mengalami distress nafas, penilaian
3.2.6 Tatalaksana
Enteral feeding harus dihindari pada neonatus yang mengalami distress nafas
yang berat, dan cairan intravena dapat segera diberikan, untuk mencegah keadaan
hipoglikemia.19 Keseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa harus diperhatikan. Pemberian
cairan biasanya dimulai dengan jumlah yang minimum, mulai dari 60 ml/kgBB/hari dengan
Dekstrose 10% atau dari kebutuhan cairan harian. Kalsium glukonas dengan dosis 6-8
ml/kgBB/hari dapat ditambahkan pada infus cairan yang diberikan.16 Pemberian nutrisi
parenteral dapat dimulai sejak hari pertama. Pemberian protein dapat dimulai dari 3,5
g/kgBB/hari dan lipid mulai dari 3 g/kgBB/hari.10
Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas
dibersihkan dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama diperlukan,
serta memastikan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Monitoring saturasi oksigen dapat
dilakukan dengan menggunakan pulse oxymetri secara kontinyu untuk memutuskan kapan memulai
intubasi dan ventilasi.16,20 Semua bayi yang mengalami distress nafas dengan atau 7 tanpa
sianosis harus mendapatkan tambahan oksigen. Oksigen yang diberikan sebaiknya oksigen
lembab dan telah dihangatkan.16
D
F
A
A
T
R
PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. EGC, Jakarta 2004. (hal
809-810)
2. Ilmu Bedah Saraf, Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon, Ka.SMF Bedah Saraf RS. Dr. M.
Djamil / FK-UNAND Padang. (www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html)
3. Tinjauan Pustaka Hidrosefalus. Sri M, Sunaka N, Kari K. Seksi Bedah Saraf Lab/SMF
Bedah FK UNUD RSU Sanglah, Denpasar-Bali. DEXA MEDIA No.1, Vol.19, JanuariMaret 2006 (hal 40-48)
4. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia jilid 3, edisi 6, sistem saraf dan alat-alat
sensoris. Kahle, Leonhardt, Platzer. (Hipokrates, hal 262-271)
recommendations.
Israeli
Journal
of
Emergency
Medicine