You are on page 1of 48

LAPORAN KASUS ANAK

SEORANG BAYI LAKI-LAKI DENGAN HIDROCEPALUS DAN


DISTRESS RESPIRASI

Pembimbing :
dr. Raden Setiyadi Sp.A
Disusun oleh :
Meiria Sari
030.11.186
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH
PERIODE 08 OKTOBER 2016 16 DESEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi laporan kasus dengan judul
Seorang Bayi Laki-laki Dengan Hindrocephalus dan Distress Respirasi

Penyusun:
Meiria Sari
030.11.186
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSU Kardinah Kota Tegal
periode 08 Oktober 2016 16 Desember 2016

Tegal, Desember 2016

dr. Raden Setiyadi, Sp.A

BAB I
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
Nama : Meiria Sari
NIM : 030.11.186

Pembimbing : dr. Raden Setiyadi, Sp.A.


Tanda tangan :

I. IDENTITAS PASIEN
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat

Pasien
An. M
10 hari
Laki-laki

Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
Tanggal masuk RS

Ayah
Ibu
Tn AN
Ny. M
29 tahun
29 tahun
Laki-laki
Perempuan
Padaharja RT 04/ RW 02, Kramat

Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
SMP
SMA
Pegawai Swasta
Ibu Rumah Tangga
Rp 2.500.000,Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
BPJS
85056
03 November 2016

II. ANAMNESIS
Data anamnesis diperoleh secara alloanamnesis kepada ibu pasien (Ny. M, 29 tahun)
pada tanggal 10 November 2016 di Bangsal Dahlia RSU Kardinah pukul 14.00 WIB.
Keluhan Utama
Kepala semakin membesar sejak lahir
Keluhan Tambahan
Terlihat sesak dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari RSI Harapan Anda ke IGD PONEK RSUD Kardinah dengan
keluhan kepala bayinya semakin membesar dan tampak sesak serta lemas. Pasien sudah
dirawat selama 4 hari menggunakan alat bantu napas sebelumya. Pasien merintih, gerak aktif,
menangis kurang kuat, sudah BAK dan BAB. Refleks hisap baik dan ASI ibu banyak. Tidak
3

ada panas. Warna kulitnya putih kemerahan sedikit pucat, tidak biru, tidak kuning. Tampak
gerakan dada saat bernapas. Saat lahir pasien tidak menangis langsung, bayi sudah diberikan
suntikan vit K dan tetes mata. Bayi lahir dari ibu kehamilan ke 3 masa kandungan 39 minggu
tanggal 24 Oktober 2016 lupa jam berapa. Lahir di RSI Harapan Anda oleh dr. Juwita Sp.OG
secara Sectio Cesaria karena denyut jantung bayi semakin turun dengan air ketuban warna
hijau. BB 3310 gr, PB 51 cm.
Riwayat Penyakit Dahulu
Belum dapat dievaluasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan yang
serupa. Tidak ada riwayat darah tinggi dan kencing manis. Riwayat alergi dalam keluarga
disangkal.
Riwayat Lingkungan Rumah
Pasien akan tinggal bersama dengan ayah, ibu, dan 1 saudara kandungnya dirumah
pribadi. Rumah berada di kawasan yang padat penduduk dengan luas 15 meter x 10 meter.
Tempat tinggal pasien memiliki 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Rumah memiliki
5 jendela yang selalu dibuka setiap pagi. Atap dari genteng. Penerangan dengan listrik. Air
berasal dari air PAM. Jarak septic tank kurang lebih 10 meter dari sumber air. Air limbah
rumah tangga disalurkan melalui selokan di depan rumah. Ada hewan peliharaan burung
dirumah. Kucing dan anjing tidak ada.
Kesan : keadaan rumah dan ventilasi cukup baik, keadaan lingkungan rumah baik.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah seorang pegawai swasta dengan penghasilan per bulan Rp 2.500.000 dan ibu
pasien seorang ibu rumah tangga. Orangtuanya menanggung kebutuhan ke 2 orang anaknya.
Kesan: riwayat sosial ekonomi baik.
Riwayat Kehamilan dan Prenatal
Ibu os berusia 28 tahun saat mengandung pasien. Ibu os rutin memeriksakan
kehamilannya secara teratur satu kali setiap bulan di RSI Harapan Anda. Ibu tidak pernah
mendapatkan suntikan TT. Ibu mendapat 1 vitamin dari dokter. Riwayat darah tinggi, kencing
manis, perdarahan selama hamil, kejang, traum, keputihan, pijat saat hamil disangkal. Selama
4

hamil, ibu makan 3 kali sehari, berupa nasi, dengan variasi telur atau ikan serta sayuran dan
susu. Sejak awal kehamilan sampai usia 39 minggu, berat badan ibu meningkat 10 kg (dari 50
kg menjadi 60 kg, tinggi badan 160 cm).
Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Kelahiran
Tempat kelahiran

: RSI Harapan Anda

Penolong persalinan : dr. Juwita Sp.OG


Cara persalinan

: Sectio Cesaria

Masa gestasi

: 39 minggu pada G3P1A1

Keadaan bayi

Berat badan lahir

: 3310 gram

Panjang badan lahir

: 51 cm

Lingkar kepala

: Ibu lupa

Keadaan lahir : Tidak langsung menangis kuat, pucat, dan tidak biru/kuning

Nilai APGAR : 6-7-8

Plasenta

: Tidak tahu

Kelainan bawaan

: Tidak ada

Penyulit

: Tidak ada

Air ketuban

: Hijau

Suntik Vit K

: Sudah

Kesan: neonatus aterm, dengan lahir secara SC, bayi tidak bugar.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan setelah kehamilan dilakukan di rumah sakit.
Corak Reproduksi Ibu
Ibu P2A1, pasien merupakan anak kedua berjenis kelamin perempuan.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi baik pil maupun suntik.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
5

Pertumbuhan:
Berat badan lahir 3310 gram. Panjang badan lahir 51 cm. Lingkar kepala lupa.
Perkembangan:
Belum dapat dievaluasi.
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah diberikan diimunisasi HBo dan tetes mata sejak lahir.
Kesan

: Imunisasi dasar pasien lengkap sesuai umur, tetapi belum diulang

Silsilah Keluarga

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukan di bangsal Dahlia, Ruang Perinatologi RSU Kardinah Tegal
pada tanggal 10 November 2016 pukul 11.30 WIB.
A. Kesan Umum :

Menangis

: Kurang kuat

Gerak

: Aktif

Pucat

: (-)

Retraksi

: (+) Subcosta

Ikterik

: (-)

Kejang :

: (-)

Sianosis

: (-)

B. Tanda Vital

Nadi
Laju nafas
Suhu
Tekanan darah
SPO2

: 112 x/menit, reguler, kuat, isi cukup.


: 38 x/menit, reguler.
: 36,6C
:: 100%

C. Data Antropometri

Berat badan

Panjang badan sekarang

sekarang

: 3200 gr
: 52 cm

D. Status Generalis

Kepala

: makrocephali, LK : 38 cm, ubun ubun besar teraba


menonjol, tegang terasa melebar, molase (-)

Rambut

: rambut warna hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut.

Mata

: sun setting (-/-), edema palpebra (-/-), CA (-/-), SI (-/-),


strabismus (-/-), nistagmus (-/-)

Hidung

: bentuk normal, simetris, septum deviasi (-),

sekret (-/-), nafas


cuping hidung (+)

Telinga: normotia, discharge (-/-), recoil (segera/segera)

Mulut

: bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-), normoglosia,


trismus (-), labioskisis (-), palatoskisis (-)

Leher

: simetris, pembesaran KGB (-), tumor (-)

Kulit

: merah muda, lanugo (+)seluruh tubuh, kutis marmorata (-),


mongolian spot (-), turgor baik

Thorax

Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, kulit merah muda, tidak
ada efloresensi bermakna, sternum dan iga normal, retraksi
subcostal (+), gerak napas simetris kedua hemitoraks.
: Simetris, tidak ada hemithoraks yang tertinggal, areola
mammae penuh, benjolan 5 mm
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi: Vesikuler (+/+) lemah, ronki basah halus(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Palpasi

Perkusi

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II normal, reguler, murmur (-), gallop (-).

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen

Inspeksi : datar, tali pusat terawat, terpasang infus

Auskultasi: Bising usus (+)

Palpasi

: Supel, datar, distensi (-), turgor kulit baik

Perkusi

: tidak dilakukan

Vertebrae : Spina bifida (-), meningocele (-)

Genitalia : jenis kelamin laki-laki, skrotum (+), rugge (+) jelas dan
banyak, penis (+), ostium uretra (+)

Anorektal : anus (+), diaper rash (-)

Ekstremitas

: keempat ektremitas lengkap, simetris

Akral Dingin
Akral Sianosis
CRT
Oedem
Tonus Otot
Trofi Otot
Ref. Fisiologis
Ref. Patologis

Superior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
+/+
-/-

Inferior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
+/+
-/-

IV. PEMERIKSAAN KHUSUS


1. Maturitas Bayi (Lubchenko)
Berat badan lahir : 3310gr, Usia kehamilan : 39 minggu

Kesan

: Neonatus cukup bulan, sesuai untuk masa kehamilan

2. New Ballard Score

New Ballard score = maturitas fisik + maturitas neuromuskular


= 21 + 20 = 40 poin = 40 - 41 minggu
3. Lingkar Kepala (Kurva Nellhaus)

LK : 39 cm
Hasil : diatas + 2 SD
Kesan

makrocephali

4. Downe Score
Frekuensi

Napas
Retraksi

< 60 x/menit

60-80 x/menit

> 80 x/menit

Tidak ada retraksi

Sianosis

Tidak sianosis

Retraksi ringan
Sianosis hilang

Retraksi berat
Sianosis menetap

Air Entry

Udara masuk

dengan O2
Penurunan ringan

walaupun diberi O2
Tidak ada udara

Merintih

Tidak merintih

udara masuk
Dapat didengar

masuk
Dapat didengar

dengan stethoscope

tanpa alat bantu

Downe score 2 distress pernapasan tidak ada/ ringan


5. Kurv Fenton
Kesan :Berat badan lahir dan panjang badan lahir sesuai masa kehamilan
sedangkan dan lingkar kepala lebih besar dari masa kehamilan.
6. Bell Squash Score

o Partus tindakan (SC, vakum,

o
o
o
o
o

sungsang)
o Ketuban tidak normal
o Kelainan bawaan
o Asfiksia
o

Preterm
BBLR
Infus tali pusat
Riwayat penyakit ibu
Riwayat penyakit kehamilan

Bell Squash score : 4 neonatal infeksi

o
o 7. Faktor Resiko Pemberian Antibiotik Bayi Baru Lahir Untuk Infeksi

Demam pada ibu > 38o C

Ketuban pecah > 18 jam


Nyeri tekan uterus
Air ketuban hijau kental
Berbau

dan ibu mendapat antibiotik < 4 jam maka

Bila ada salah satu faktor risiko

beri ampicillin dan gentamicin sesuai


protokol.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(RSI. Harapan Anda ) Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 24/10/2016 Pukul 23.48 WIB


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
17,9
g/dL
15
24,6
Leukosit
38.44
/uL
5.000
0()
19.000
Hematokrit
51,3
%
31 59
Trombosit
189.0
/uL
150.00
00
0
350.00
0
Eritrosit
5,07
106/uL
3- 6
MCV
106,9
fL
82
126
MCH
35,3
Pcg
26 38
MCHC
33
g/dl
26 38
Golongan
A
Darah
Rhesus
Positif
Hitung Jenis
CRP
Negat
mg/dL
Negatif
if

(RSI. Harapan Anda ) Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 27/10/2016 Pukul 08.09 WIB

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
17,7
g/dL
15
24,6
Leukosit
25,43
/uL
5.000
0()
19.000
Hematokrit
52,4
%
31 59
Trombosit
167.0
/uL
150.00
00
0
350.00
0
6
Eritrosit
5,01
10 /uL
3- 6
RDW
26,5(
%
11,6
)
14,8
MCV
104,6
fL
82
126
MCH
35,3
Pcg
26 38
MCHC
33,8
g/dl
26 38
Hitung Jenis
Eosinofil
0,3
%
1-3
()
Basofil
0,9
%
0-1
Netrofil
62
%
30-50
()
Limfosit
26,1
%
40-60
()
Monosit
10,7
%
4-12
Kimia Klinik

Glukosa

97()

mg/dL

50-80
Sewaktu

Bilirubin Total
18,80 ()

mg/dL

0-11,7

Bilirubin Direk

0,30

mg/dL

0-1,2

Bilirubin

18,5()

mg/dL

0-10,5
Indirect

(RSI. Harapan Anda )Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 31/10/2016 Pukul 07.12 WIB

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan
Kimia Klinik

Bilirubin Total

10,9

mg/dL

0-11,7

Bilirubin Direct

0,5

mg/dL

0-10,5

Bilirubin

10,4

mg/dL

0-10,5
Indirect

(RSI. Harapan Anda ) Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 01/11/2016 Pukul 06.38 WIB


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan
Hematologi
Hemoglobin
16,5
g/dL
15
24,6
Leukosit
15.90
/uL
5.000
0
19.000
Hematokrit
51,3
%
31 59
Trombosit
178.0
/uL
150.00
00
0
350.00
0
6
Eritrosit
4,86
10 /uL
3- 6
MCV
105,6
fL
82
126
MCH
34
Pcg
26 38
MCHC
32,2
g/dl
26 38
Hitung Jenis
LYM
33,3
%
20-40
MXD
30,9(
%
0-10
)
NEUT
35,8(
%
50-70
)

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 04/11/2016 Pukul 14.20 WIB


Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin

Hasil

17,2

12,8

Satuan

Rujukan

g/dL

103/uL

103/u
L
6
10 /uL

21,6
()
99,4

MCH

33,5

Pcg

MCHC

33,7

g/dl

4,30

menit

2,30

menit

1-3

Waktu
Pembekuan
Waktu
Pendarahan
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium

12,7
28,7
5,0
20,0
47
75
217
497
4,3
6,3
11,5
14,5
98
112
33
41
31
35
2-6

Kalium

Klorida

Glukosa
Sewaktu
Total
Protein
Albumin

mmol/
L
mmol/
L
mmol/
L
mg/d
L
g/dL

155,6
()
4,45

Globulin

132
145
3,1
5,1
96 111
70140
4,4
7,6
3,20
4,80
2,30
3,50

Seroimunologi
HBsAg

CRP

Leukosit

Hematokrit

Trombosit

Eritrosit

166
()
5,1

RDW

MCV

51

118,5
()
59 ()

4,54

3,21

g/dL

1,33
()

g/dL

Negat
if
Negat
if

Negat
if
Negat
if

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 08/11/2016 Pukul 06.00 WIB


Pemeriksaan

Kimia Klinik
Bilirubin Total

Bilirubin

Hasil
4,52 ()
0,98 ()

Satuan

Rujukan

mg/dL
mg/dL

0-2

Direct

Bilirubin

3,54 ()

mg/dL

Indirect

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 08/11/2016 Pukul 18.07 WIB

Pemeri

Hasil

Satuan

Rujukan

ksaan

Hematologi
PT

4,52
APTT

0,98
Seroimunologi
HIV

Non
Reaktif

detik
detik

9,8 15
20 45
Non Reaktif

(RS. CITO) Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 15/11/2016 Pukul


13.59 WIB
Pemeriksaan

Hasil

S
Rujukan
atuan
Histopatologi : Cairan Otak
Makroskopis

Warna
Ku

Tidak
nin
Berwarna
g

Kekeruhan
Jer

Jernih
nih

Bekuan
Ne

Tidak ada
gati
bekuan
f
Kimia

Test Nonne
Ne

Negatif
Apekt
gati
f

Pandy
Ne

Negatif
gati
f

Protein
10

15 45
m

Glukosa

31

Mikroskopis
Lekosit

Mononukleus

60 80

30 40 %

60 70

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 15/11/2016 Pukul 13.50 WIB


Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobi
n
Leukosit

Hasil

14,7
()
7,3

Satuan

Rujukan

g/dL

103/uL

106/uL

Hematokrit

42,3

Eritrosit

4,6

RDW

MCV

18,5
()
91,8

MCH

31,9

Pcg

MCHC

34,8
()

g/dl

Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium

141,8

Kalium

Klorida

Total
Protein
Albumin

Globulin

5,44
()
113,1
()
4,67

mmol/
L
mmol/
L
mmol/
L
g/dL

3,28

g/dL

1,39
()

g/dL

9,2
13,6
5,0
20,0
41
65
2,8
4,8
11,5
14,5
98
112
26
38
26
34

132
145
3,1
5,1
96 111
4,4
7,6
3,20
4,80
2,30
3,50

Pemeriksaan Baby Gram (25/10/2016)

Infiltrat peribroncial (+)


Silhoute sign (-)

Cor CTR , 0,56

Pemeriksaan CT-scan Kepala (2/11/2016)

Deskripsi :

- giry samar dan sulcy samar

- sisterna ventrikel melebar

- struktur mediana tak tampak deviasi

Kesan : Hidrocephalus

Deskripsi

Kesan : Bronkitis

VI.

RESUME

Seorang anak laki-laki berusia 10

hari rujukan dari RSI ke IGD RSUD Kardinah


dengan dengan keluhan kepala bayinya semakin
membesar dan tampak sesak serta lemas. Pasien
sudah dirawat selama 4 hari menggunakan alat
bantu napas dan 9 hari di rumah sakit. Pasien
merintih, gerak aktif, menangis kurang kuat,
sudah BAK dan BAB. Refleks hisap baik dan
ASI ibu banyak. Tampak gerakan dada jelas saat
bernapas. Saat lahir pasien tidak menangis langsung. Bayi lahir dari ibu kehamilan ke 3 masa
kandungan 39 minggu tanggal 24 Oktober 2016. Lahir di RSI Harapan Anda oleh dr. Juwita
Sp.OG secara SC karena denyut jantung bayi semakin turun dengan air ketuban warna hijau.
BB 3310 gr, PB 51 cm.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak compos

mentis, sakit sedang, gerak aktif., menangis kurang kuat, pemeriksaan tanda vital dengan nadi
: 112 x/menit, reguler, kuat, isi cukup, laju nafas: 26 x/menit, regular, suhu : 36,6C, BB 3200
gr dan PB 52 cm. Pemeriksaan toraks didapatkan retraksi subcosta. Untuk pemeriksaan
khusus status neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan menurut Lubchenko. New
ballard score menunjukkan os berusia 40-41 minggu. Lingkar kepala 39 cm, makrosefali.
Berat badan lahir dan panjang badan lahir berdasarkan kurva Fenton sesuai masa kehamilan
sedangkan lingkar kepala lebih besar dari masa kehamilan. Downe score 2, gangguan
pernapasan ringan. Bell squash score 4 = neonatal infeksi. Pada pemeriksaan penunjang
laboratorium darah didapatkan hasil leukositosis dan hiperbilirubin pada awal kelahiran.

VII.
MASALAH
Kepala semakin membesar

1.
2.
3.
4.

Merintih
Menangis tidak kuat
Sesak
Retraksi dada
Leukositosis

VIII.
DIAGNOSA KERJA
Hydrocephalus Congenital
Distress Respirasi
Neonatal infeksi
Neonatus Aterm
IX. DIAGNOSIS BANDING

Kongenital

Infeksi

Tumor

Perdarahan
Faktor Ekstrapulmonal

pernapasan

Faktor Intrapulmonal

Faktor Metabolik
BMK (besar masa kehamilan)

KMK (kecil masa kehamilan )

SMK (Sesuai Masa Kehamilan)

Kepala membesar

Gangguan

Neonatus aterm

X. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa:

IVFD KAEN 1B 15cc/jam+ Ca Glukonas 200 cc/500cc + KCL 3,5cc/500cc

Inj Meropenem 3x125mg

Inj Sulfas Atrofin 0,01mg (HR < 80x/m)

O2 CPAP PEEP 6.0 dan FIO2 30%

Non-medikamentosa

Rawat inap untuk monitor gejala

Awasi keadaan umum, dan tanda vital

Edukasi : menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, pengobatan,


dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi.

Konsul Sp.BS

XI. PROGNOSA

Quo ad vitam
Quo ad sanationam
Quo ad fungsionam

: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam
: Dubia Ad bonam

PERJALANAN PENYAKIT

3 November 2016 pkl. 22.30


WIB

(IGD)

Hari Perawatan ke-0

Pasien 10 hari kiriman dari


RSIA dengan kepala semakin
membesar dan pucat, menangis lemah,
panas (-), muntah (-), batuk (-) pilek (-),
sesak (-), kejang (-),BAB (+), BAK (+),
ASI (+), Reflek hisap (+).

KU: TSS, CM, lemas, pucat,


gerak aktif, merintih, sesak, menangis
lemah

TTV: HR 113x/m,RR 26x/m, T


0
36,3 C

Spo2 : 100% BB 3200 gr

Status generalis:

Kepala: Mesosephali, UUB datar,


molase (-), LK : 38cm

Mata: Congjungtiva anemis (-/-),


Sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-)

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Toraks: Retraksi (+/+) subcosta,


SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2
reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)N, datar

Ekstremitas atas: Akral hangat


(-/-), Oedem (-/-) CRT >2 detik
Ekstremitas bawah: Akral
hangat (-/-), Oedem (-/-) CRT
>2 detik
Kebutuhan Cairan : 252
cc/hariGDS : 76 mg/dL

4 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)
Hari Perawatan ke-1

Kepala semakin membesar dan


pucat, menangis lemah, panas (-),
muntah (-), batuk (-) pilek (-), sesak (-),
kejang (-),BAB (+), BAK (+), ASI (+),
Reflek hisap (+).

KU: TSS, CM, lemas, pucat,


gerak aktif, merintih, sesak, menangis
lemah

TTV: HR 113x/m,RR 26x/m, T


0
36,3 C

Spo2 : 100%

Status generalis:

Kepala: Mesosephali, UUB datar,


molase (-), LK : 38cm

Mata: Congjungtiva anemis (-/-),


Sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-)

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Toraks: Retraksi (+/+) subcosta,


SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2
reguler, m (-), g (-)

Abdomen: Supel, BU (+)N, datar

Ekstremitas atas: Akral hangat


(-/-), Oedem (-/-) CRT >2 detik
Ekstremitas bawah: Akral
hangat (-/-), Oedem (-/-) CRT
>2 detik
Kebutuhan Cairan : 252
cc/hariGDS : 76 mg/dL

RDS
Hidrocephalus

RDS
Hidrocephalus

IVFD Kaen 1B 15 tpm


Inj. Ca Glukonas 20 cc
Inj Cefotaxime 2 x 500 mg
CPAP

IVFD Kaen 1B 15 tpm


Inj. Ca Glukonas 20 cc
Inj Cefotaxime 2 x 500 mg
CPAP

5 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-2

Demam (+) H+4, mengantuk


terus, sulit dibangunkan, muntah (-),
mual (+), batuk kering (+), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (+), BAB (-),
BAK (+) banyak, makan (-), minum (+).

KU: TSS, somnolen, lemas

E2 V1 M2 = 5

TTV: HR 53x/m,RR 30x/m, S


0
36,8 C

Status generalis:

Kepala: mesosefal, kaku kuduk


(-)

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 4mm/4mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal.

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
GDS = 80mg/dL
Intoksikasi dextrometrophan
Kesadaran menurun
Gizi kurang

6 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-3

Demam (-) H+5, mengantuk


terus, gelisah, muntah (-), mual (+),
batuk kering (+), pilek (-), sesak (-),
kejang (-), pusing (-), BAB (-), BAK (+)
banyak, makan (-), minum (+).

KU: TSS, somnolen, lemas

E3 V3 M5 = 11

TTV: HR 66x/m,RR 18x/m, S


0
36,4 C

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 4mm/4mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal.

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)

Intoksikasi dextrometrophan
Kesadaran menurun
Gizi kurang

Anemia

IVFD Kaen 3A 12 tpm


Pantoprazole tab 1x5mg
Paracetamol syr 3x2cth
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj Ondansentron 2x2mg
Inj. Piracetam 1x1gr
Inj. SA 1x1/3amp
D40% 1flash pk 19.20 WIB
Awasi TTV

7 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-4

Demam (-) H+6, sadar tidak bisa


bicara, sakit tenggorokan, gelisah,
muntah (-), mual (-), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (+), nyeri
perut (-), BAB (-) 4 hari, kentut (+),
BAK (+) banyak, makan bubur habis,
minum (+).

KU: TSS, somnolen, lemas

E3 V3 M5 = 11

TTV: HR 64x/m,RR 16x/m, S


36,90C SpO2 98%

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 2mm/2mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal.

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks

Anemia

IVFD Kaen 3A 12 tpm


Flunarizin 1x5mg
Paracetamol syr 3x2cth
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj Ondansentron 2x2mg
Inj. Piracetam 1x1gr
Inj. SA 3x1/3amp (sampai HR
80x/m)
Awasi TTV

8 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-5

Demam (-) H+7, sadar tidak bisa


bicara, sakit tenggorokan, gelisah,
muntah (-), mual (-), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (+), nyeri
perut (-), BAB (-) 4 hari, kentut (+),
BAK (+) banyak, makan bubur habis,
minum (+).

KU: TSS, somnolen, lemas

E3 V3 M5 = 11

TTV: HR 67x/m,RR 18x/m, S


36,40C SpO2 100%

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 2mm/2mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal.

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks

(-/-), Gordon (-/-), Schaefer


(-/-)
Intoksikasi dextrometrophan
Kesadaran menurun
Gizi kurang
Anemia
IVFD Kaen 3B 15 tpm
Flunarizin 1x5mg
Paracetamol syr 3x2cth
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj Ondansentron 2x8mg
Inj. Piracetam 1x1gr
Inj. SA 3x1/3amp (sampai HR
80x/m)
Inj. Naloxon 0,2mg/jam IM
(sampai kesadaran membaik)
Awasi TTV

9 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-4

Demam (-) H+8, lemas (+),bisa


bicara, sakit tenggorokan (-), gelisah,
muntah (-), mual (-), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (+), nyeri
perut (-), BAB (-) 6 hari, kentut (+),
BAK (+) banyak, makan bubur habis,
minum (+).

KU: TSS, somnolen, lemas

E3 V5 M4 = 13

TTV: HR 69x/m,RR 18x/m, S


36,00C SpO2 100%

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 2mm/2mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (+) hipokondrium bilateral

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),

(-/-), Gordon (-/-), Schaefer


(-/-)
Intoksikasi dextrometrophan
Kesadaran menurun
Gizi kurang
Anemia
IVFD Kaen 3B 15 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Flunarizin 1x5mg
Paracetamol syr 3x2cth
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj Ondansentron 2x8mg
Inj. Piracetam 1x1gr
Inj. SA 3x1/3amp (sampai HR
80x/m)
Inj. Naloxon 0,2mg/jam IM
(sampai kesadaran membaik)

10 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-5

Demam (-) H+9, lemas (+),


kontak membaik, pandangan kabur (-),
muntah (-), mual (-), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (+), nyeri
perut (-), BAB (-) 6 hari, kentut (+),
BAK (+) banyak, makan bubur habis,
minum (+).

KU: TSS, somnolen, lemas

E4 V5 M5 = 14

TTV: HR 76x/m,RR 20x/m, S


37,00C SpO2 100%

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 2mm/2mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (+) hipokondrium bilateral

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),

Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
Penurunan kesadaran

A
Intoksikasi dextrometrophan
Gizi kurang
Anemia

IVFD Kaen 3B 20 tpm

P
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (sampai HR
80x/m)
Awasi TTV bila HR <61x/m

Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
Penurunan kesadaran
(perbaikan)
Intoksikasi dextrometrophan
Gizi kurang
Anemia
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (sampai HR
80x/m)
Inj. Ceftriaxone 3x1amp (1)
Loading 300cc jam 17.00 &
22.57 WIB

11 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-4

Demam (-) H+10, lemas (+),


kontak membaik dapat diajak bicara,
pandangan kabur (-), muntah (+) 1x sisa
makanan 1 gelas, mual (-), batuk (-),
pilek (-), sesak (-), kejang (-), pusing (+),
sakit kepla (+), nyeri ulu hati(+), BAB
(-) 7 hari, kentut (+), BAK (+) banyak,
makan, minum (+) sedikit.

KU: TSS, somnolen, lemas,


kurus

E4 V5 M5 = 14

TTV: HR 84x/m,RR 29x/m, S


36,40C SpO2 100% TD 100/70mmHg

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+), cekung
(-/-), isokor 2mm/2mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/

12 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-5

Demam (-) H+11, lemas (+),


sering mengantuk, bicara pelo,
pandangan kabur (-), muntah (-), mual
(+), batuk (-), pilek (-), sesak (-), kejang
(-), pusing (+), sakit kepla (+), nyeri
seluruh perut (+), BAB (-) 7 hari, kentut
(+), BAK (+) banyak, makan, minum
melalui selang, gerak tangan, kaki mulai
aktif

KU: TSB, somnolen, lemas,


kurus

E4 V5 M5 = 14

TTV: HR 68x/m,RR 20x/m, S


36,70C SpO2 98% TD 90/60mmHg

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+) lambat,
cekung (-/-), isokor 4mm/4mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/

+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),


g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (+) epigastrium

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)

Obs. penurunan kesadaran


(perbaikan)
Intoksikasi dextrometrophan
Gizi kurang
Anemia

IVFD Kaen 3B 20 tpm

P
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 3x1amp (2)

13 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-4

Demam (-) H+12, lemas (+),


kontak membaik, bicara pelo,
pandangan kabur (-), muntah (-), mual
(+), batuk (-), pilek (-), sesak (-), kejang
(-), pusing (+), kepala terasa berat,
nyeri perut (+), BAB (+) sedikit, kentut
(+), BAK (+) banyak, makan, minum
tidak tersedak, gerak tangan, kaki mulai
aktif

TTV: HR 64x/m,RR 22x/m, S

+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),


g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (+) epigastrium,
hipokondrium kiri kanan

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
CT Scan : kesan encephalitis
Obs. penurunan kesadaran
(perbaikan)
Intoksikasi dextrometrophan
Encephalitis
Gizi kurang
Anemia
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 2x1gr (drops)
(3)
Inj.
Dexamethasone
2x1/2amp (1)

14 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-5

Demam (-) H+13, kontak baik,


bicara pelo, pandangan kabur (-),
muntah (-), mual (+), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (+), sakit
kepla (-), nyeri seluruh perut (+), BAB
(+), kentut (+), BAK (+) banyak, makan,
minum sudah baik, sudah bisa berjalan

KU: TSS, CM, kurus

37,30C SpO2 97% TD 100/70mmHg


O

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+) lambat,
cekung (-/-), isokor 4mm/4mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (+) epigastrium dan
hipokondrium kanan

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
N. Kranialis normal, parese
(-)

Obs. penurunan kesadaran


(perbaikan)
Intoksikasi dextrometrophan
Encephalitis
Gizi kurang
Anemia
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 2x1gr (4)
Inj.
Dexamethasone
2x1/2amp (2)

15 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-4


Demam (-) H+14, kontak baik,

E4 V5 M6 = 15

TTV: HR 76x/m,RR 20x/m, S


36,80C SpO2 9% TD 110/70mmHg

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+) lambat,
cekung (-/-), isokor 5mm/5mm, diplopia
(+)

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (+) epigastrium

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
Nonne Pandy (-)
Obs. penurunan kesadaran
(perbaikan)
Intoksikasi dextrometrophan
Encephalitis
Gizi kurang
Anemia
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 2x1gr (5)
Inj.
Dexamethasone
2x1/2amp (3)

16 November 2016 2016 pkl.


06.00 WIB (Dahlia)

Hari Perawatan ke-5


Demam (-) H+15, kontak baik,

bicara pelo, pandangan kabur (-),


muntah (-), mual (-), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (-), sakit
kepla (-), nyeri perut (-), BAB (+), kentut
(+), BAK (+) banyak, makan, minum
sudah baik, sudah bisa berjalan

KU: TSB, CM, kurus

E4 V5 M5 = 15

TTV: HR 100x/m,RR 30x/m, S


36,40C SpO2 9% TD 110/70mmHg

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+) lambat,
cekung (-/-), isokor 4mm/4mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (-)

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
Intoksikasi dextrometrophan
Obs. penurunan kesadaran
(perbaikan)
Encephalitis
Gizi kurang
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 2x1gr (6)
Inj.
Dexamethasone
2x1/2amp (4)

bicara pelo, pandangan kabur (-),


muntah (-), mual (-), batuk (-), pilek (-),
sesak (-), kejang (-), pusing (-), sakit
kepla (-), nyeri perut (-), BAB (+), kentut
(+), BAK (+) banyak, makan, minum
banyak 1 bungkus, sudah bisa berjalan,
tangan kaki pegal

KU: TSB, CM, kurus

E4 V5 M5 = 14

TTV: HR 68x/m,RR 20x/m, S


36,70C SpO2 9% TD 90/60mmHg

Status generalis:

Kepala: mesosefal

Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem


palpebra (-/-), RCL/RCTL (+/+) lambat,
cekung (-/-), isokor 4mm/4mm

Toraks: Retraksi (-/-), SNVes (+/


+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-),
g (-)

Abdomen: Supel, BU (+) ,


distensi (-), turgor baik, Hepar, lien
normal, NT (-)

Ekstremitas atas: AH (+/+), OE


(-/-) CRT <2 detik, Ref. Fis (+/+),
Hofman (-/-)

Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE


(-/-)
CRT < 2 detik, , Ref.
Fisiologis (+/+)
Ref. Babinski (-/-), Chadoks
(-/-), Gordon (-/-), Schaefer
(-/-)
Intoksikasi dextrometrophan
Obs. penurunan kesadaran
(perbaikan)
Encephalitis
Gizi kurang
IVFD Kaen 3B 20 tpm
Vit C 3x1tab
Bc 3x1
Inj Ranitidin 2x1/2amp
Inj. SA 4x1/3amp (bila HR
<61x/m)
Inj. Ceftriaxone 2x1gr (7)
Inj.
Dexamethasone
2x1/2amp (5)
Sorenya boleh pulang

BAB II
ANALISA KASUS

Pasien bayi laki-laki usia 10 hari, dengan diagnosis hidrochepalus kongenital, distress

respirasi, neonatal infeksi Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Pada pasien ini didiagnosis hidrocephalus berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik bahwa kepala tampak semakin besar dan didapatkan ubun-ubun teraba menonjol dan
terasa sutura melebar serta dengan lingkar kepala 39 cm. Dari permeriksaan khusus lingkar
kepala Nellhaus dan kurva Fenton menunjukan hidrocephalus. Dari pemeriksaan penunjang
juga didapatkan kesan hidrocephalus.

Diagnosis distress respirasi berdasarkan keadaan umum nafas yang kurang dari

30x/m, tampak sesak, merintih, dan sedikit pucat, serta pasien menangis lemah. Lalu pada
riwayat persalinan bayi lahir tidak langsung menangis. Ditunjang dengan indikasi SC pada
pasien dikarenakan dentuy jantung janin yang semakin turun.

Diagnosis neonatal infeksi dengan faktor resiko air ketuban berwarna hijau dan Bell

squash score 4 yang merupakan klasifikasi neonatal infeksi.

Prognosis ad vitam pada pasien adalah dubia ad bonam disebabkan karena dengan

pengobatan tepat maka penyakit tersebut dapat sembuh dan tidak menimbulkan kematian.
Sedangkan pada ad sanationam dubia ad bonam karena dapat terjadi pengulangan kejang
pada pasien. Dan pada ad fungsionam dubia ad bonam karena dengan penatalaksaan awal
yang cepat kurang dari 3 bulan maka belum didapatkan kerusakan lebih lanjut pada fungsi
otak akan tetapi masih besar kemungkinan didapatkan kelainan seiring dengan perkembangan
anak.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Hidrochepalus
3.1.1 Definisi
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala1. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara
aktif yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak 2 dimana terjadi akumulasi
CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid 3
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi
dan absorpsi dari CSS4 Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas
hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan
subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem
ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal.Selain itu beberapa
lesi intrakranial menyebabkan peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan
hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga
terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh
tiga faktor: a).peninggian tekanan intraventrikuler, b).penambahan volume CSS,
c).dilatasi rongga CSS.3

3.1.2 Epidemiologi
Secara keseluruhan, insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1 : 1000.
sedangkan insiden hidrosefalus kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang
berbeda. Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah
kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus tampak
setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena kongenital. Mujahid Anwar dkk
mendapatkan 40 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular derajat 3 dan 4
mengalami

hidrosefalus.

Pongsakdi

Visudiphan

dkk

pada

penelitiannya

mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis TB mengalami


hidrosefalus, dengan 3 catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak
dengan hidrosefalus komunikans. Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi
meningitis bakteri dapat dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi
daripada anak-anak. Berdasarkan catatan medik di bagian Ilmu Kesehatan Anak

FK UNUD/RSUP Denpasar dari tahun 1991 s/d Desember 1993 telah dirawat 21
penderita hidrosefalus dimana 4 diantaranya adalah hidrosefalus congenital.3

3.1.3 Etiologi
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke
dalam ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di
sana cairan ini memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam
sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi arachnoidea, yang menonjol ke dalam
sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan sebagian lagi pada tempat
keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam plexus venosus
yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus).3
Kecepatan
pembentukan

CSS

0,3-0,4 cc/menit atau


antara

0,2-

volume

0,5%

total

per

menit dan ada yang


menyebut antara 1438 cc/jam. Sekresi
total CSS dalam 24
jam

adalah

sekitar

500-600cc,
sedangkan

jumblah

total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari terjadi pertukaran atau pembaharuan
dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumblah total CSS berkisar 20-50
cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada orang dewasa 6.
Hidrosefalus timbul akibat terjadi ketidak seimbangan antara produksi dengan
absorpsi dan gangguan sirkulasi CSS3,7.

3.1.4 Gejala Klinis

Gambaran
pada
adalah

klinis

permulaan
pembesaran

tengkorak

yang

disusul

oleh

gangguan neurologik
akibat tekanan likuor
yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak1,3,6. Hidrosefalus pada bayi
(sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan gambaran :

Kepala membesar

Sutura melebar

Fontanella kepala promine

Mata kearah bawah (sunset


phenomena

Nistagmus horizontal

Perkusi kepala : cracked


pot sign.

3.1.5 Diagnosis

a. Gejala klinis
b. X Foto kepala, didapatkan Tulang tipis Disproporsi kraniofasial Sutura melebar
c. Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm,
oksipital 1 cm
d. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela mayor.
Menentukan : - Tekanan

- Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi

- Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan

- Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan


kepekaan antibiotik.
e. Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus 15 melalui fontanella anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah
menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi.
Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
f. CT scan kepala, pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan

adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada
hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem
ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
g. USG, dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan
USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan 16 oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT scan.
3.1.6 Tatalaksana
a. Terapi medikamentosa

Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi

sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba
pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat- pusat kesehatan dimana sarana bedah
saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:

Asetasolamid Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat

ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari

Furosemid Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv

0,6 mg/kgBB/hari

Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk

operasi. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture) Mekanisme pungsi lumbal
berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti.
Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang
memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
b. Terapi Operasi Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2
g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.19

Third Ventrikulostomi/Ventrikel III Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui


daerah khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang
sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.

Operasi pintas/Shunting Ada 2 macam :

o Eksternal CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
o Internal CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.

Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)

Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.

Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus

Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

3.1.7 Komplikasi Shunting

Infeksi
Hematoma subdural
Obstruksi

Keadaan CSS yang rendah


Asites
Kraniosinostosis

3.2 Gangguan Napas

3.2.1 Definisi

Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress)


merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana sistem pernafasan tidak
mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan. Terminologi
respiratory distress digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien masih dapat
menggunakan mekanisme kompensasi untuk mengembalikan pertukaran gas yang
adekuat, sedangkan respiratory failure merupakan keadaan klinis yang lanjut akibat
kegagalan mekanisme kompensasi dalam mempertahankan pertukaran gas atau
tercukupinya aliran oksigen.6-10 Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi
dalam memenuhi kebutuhan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara
dan darah, sehingga terjadi gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi
karbondioksida, keadaan ini ditandai dengan abnormalitas nilai PO2 dan PCO2.

Gagal nafas dapat disebabkan oleh penyakit paru yang melibatkan jalan nafas,
alveolus, sirkulasi paru atau kombinasi ketiganya. Gagal nafas juga dapat disebabkan
oleh gangguan fungsi otot pernafasan, gangguan neuromuskular dan gangguan sistem

saraf pusat.8,9,11,12 Gagal nafas tipe hiperkapnik terjadi akibat CO2 tidak dapat
dikeluarkan dengan respirasi spontan sehingga berakibat pada peningkatan PCO2
arterial (PaCO2) dan turunnya pH. Hiperkapnik dapat terjadi akibat obstruksi saluran
napas atas atau bawah, kelemahan otot pernapasan atau biasanya akibat produksi CO2
yang berlebihan. Gagal nafas tipe hipoksemia terjadi akibat kurangnya oksigenasi,
biasanya akibat pirau dari kanan ke kiri atau gangguan keseimbangan ventilasi dan
perfusi (ventilation-perfusion mismatch).12,13

3.2.2 Etiologi
Bayi khususnya neonatus rentan terhadap kejadian gagal nafas akibat: (1) ukuran

jalan nafas yang kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran udara, (2) compliance paru
yang lebih besar, (3) otot pernafasan dan diafragma cenderung yang lebih mudah lelah , serta
(4) predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar.6 Gagal nafas pada neonatus dapat
disebabkan oleh hipoplasia paru (disertai hernia diafragma kongenital), infeksi, aspirasi
mekoneum, dan persistent pulmonary hypertension.14,15 Secara umum, etiologi gagal nafas
pada neonatus ditunjukkan pada tabel 1.

3.2.3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh

alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.9

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,

lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang
tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga

menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi
alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. 9

Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan

keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).9

3.2.4 Gejala Klinis dan Diagnosis


Diagnosis gagal nafas dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan analisis gas darah. Gambaran klinis yang
dapat terjadi pada neonatus yang harus meningkatkan kewaspadaan klinisi akan
terjadinya gagal nafas antara lain:13

Peningkatan respirasi
Peningkatan usaha nafas
Periodic breathing
Apnea
Sianosis yang tidak
dengan pemberian oksigen

Turunnya

tekanan

darah

disertai

takikardi, pucat, kegagalan sirkulasi


berkurang

yang diikuti bradikardi


Penggunaan otot-otot
tambahan.

pernafasan

Derajat beratnya distress nafas dapat dinilai dengan menggunakan skor


Silverman- Anderson lebih sesuai digunakan untuk bayi prematur yang menderita
hyaline membrane disease (HMD) dan skor Downes skor Downes merupakan sistem
skoring yang lebih komprehensif dan dapat digunakan pada semua usia kehamilan.
Penilaian dengan sistem skoring ini sebaiknya dilakukan tiap setengah jam untuk
menilai progresivitasnya.16

Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk
menilai gagal nafas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada memerlukan tindakan
intubasi segera dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan sampel darah arterial
diperlukan untuk menganalisis tekanan gas darah (PaO2, PaCO2, dan pH) sambil
melakukan monitoring dengan pulse oxymetri. Hipoksemia berat ditandai dengan
PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg dengan FiO2 > 40%
pada bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat dengan PaCO2 > 55-60 mmHg dengan pH
<7,2-7,25.10,12-6

Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan sebagai pemeriksaan awal pada


pasien yang mengalami distress pernafasan antara lain: rontgen toraks (dapat
dilakukan setelah pemasangan ETT), pemeriksaan darah untuk skrining sepsis,
termasuk pemeriksaan darah rutin, hitung jenis, apus darah tepi, C-reactive protein,
kultur darah, glukosa darah, dan elektrolit.16-18

Selain menilai beratnya distress nafas yang terjadi, diperlukan juga penilaian
untuk memperkirakan penyebab dasar gangguan nafas untuk penatalaksanaan
selanjutnya. Pada bayi yang baru lahir dan mengalami distress nafas, penilaian

keadaan antepartum dan peripartum penting untuk dilakukan. Beberapa pertanyaan


yang dapat membantu memperkirakan penyebab distress nafas antara lain: apakah
terdapat faktor resiko antepartum atau tanda-tanda distress pada janin sebelum
kelahiran, adanya riwayat ketuban pecah dini, adanya mekoneum dalam cairan
ketuban, dan lain-lain.16

Pada pemeriksaan fisik, beberapa hasil pemeriksaan yang ditemukan juga


dapat membantu memperkirakan etiologi distress nafas. Bayi prematur dengan berat
badan lahir < 1500 gram dan mengalami retraksi kemungkinan menderita HMD, bayi
aterm yang lahir dengan mekoneum dalam caian ketuban dan diameter anteroposterior rongga dada yang membesar beresiko mengalami MAS, bayi yang letargis
dan keadaan sirkulasinya buruk kemungkinan menderita sepsis dengan atau tanpa
pneumonia, bayi yang hampir aterm tanpa faktor resiko tetapi mengalami distress
nafas ringan kemungkinan mengalami transient tachypnea of the newborn (TTN), dan
hasil pemeriksaan fisik lainnya yang dapat membantu memperikirakan etiologi
distress nafas.16

3.2.6 Tatalaksana

a. Penatalaksanaan Non Respiratorik

Monitoring temperatur merupakan hal yang penting dalam perawatan neonatus


yang mengalami distress pernafasan. Keadaan hipo maupun hipertermi harus dihindari.16,1820 Temperatur bayi harus dijaga dalam rentang 36,537,5oC.10

Enteral feeding harus dihindari pada neonatus yang mengalami distress nafas
yang berat, dan cairan intravena dapat segera diberikan, untuk mencegah keadaan
hipoglikemia.19 Keseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa harus diperhatikan. Pemberian
cairan biasanya dimulai dengan jumlah yang minimum, mulai dari 60 ml/kgBB/hari dengan
Dekstrose 10% atau dari kebutuhan cairan harian. Kalsium glukonas dengan dosis 6-8
ml/kgBB/hari dapat ditambahkan pada infus cairan yang diberikan.16 Pemberian nutrisi
parenteral dapat dimulai sejak hari pertama. Pemberian protein dapat dimulai dari 3,5
g/kgBB/hari dan lipid mulai dari 3 g/kgBB/hari.10

Prinsip lain perawatan neonatus yang mengalami distress nafas adalah


minimal handling. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan monitor sekaligus untuk menilai
keadaan kardiorespiratorik, temperatur, dan saturasi oksigen pada bayi. 19 Gejala dan hasil
pemeriksaan radiologis pada bayi yang mengalami distress nafas sering tidak spesifik
sehingga penyebab lain terjadinya distress nafas seperti sepsis perlu dipertimbangkan, dan
pemberian antibiotik spektrum luas sedini mungkin harus dimulai sampai hasil kultur terbukti
negatif. Pemilihan antibiotik inisial yang dianjurkan adalah ampicillin dan gentamicin. 7,18,19 b.
Penatalaksanaan Respiratorik


Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas
dibersihkan dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama diperlukan,
serta memastikan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Monitoring saturasi oksigen dapat
dilakukan dengan menggunakan pulse oxymetri secara kontinyu untuk memutuskan kapan memulai
intubasi dan ventilasi.16,20 Semua bayi yang mengalami distress nafas dengan atau 7 tanpa
sianosis harus mendapatkan tambahan oksigen. Oksigen yang diberikan sebaiknya oksigen
lembab dan telah dihangatkan.16

Tujuan utama dalam penatalaksanaan gagal nafas adalah menjamin kecukupan


pertukaran gas dan sirkulasi darah dengan komplikasi yang seminimal mungkin. Hal ini dapat
dicapai dengan menangani dan mengatasi etiologi gagal nafas. Indikasi untuk memulai
ventilasi mekanis pada pasien yang mengalami gagal nafas biasanya didasari atas menetap
atau memburuknya keadan klinis akibat proses pertukaran gas di paru-paru yang
terganggu.11,19


D
F
A

A
T
R

PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. EGC, Jakarta 2004. (hal
809-810)
2. Ilmu Bedah Saraf, Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon, Ka.SMF Bedah Saraf RS. Dr. M.
Djamil / FK-UNAND Padang. (www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html)
3. Tinjauan Pustaka Hidrosefalus. Sri M, Sunaka N, Kari K. Seksi Bedah Saraf Lab/SMF
Bedah FK UNUD RSU Sanglah, Denpasar-Bali. DEXA MEDIA No.1, Vol.19, JanuariMaret 2006 (hal 40-48)
4. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia jilid 3, edisi 6, sistem saraf dan alat-alat
sensoris. Kahle, Leonhardt, Platzer. (Hipokrates, hal 262-271)

5. Kamus Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC


6. Pedoman diagnosis dan terapi, LAB/UPF Ilmu Bedah 1994, Rumah Sakit Umum Daerah
Soetomo Surabaya (hal 10-12)
7. Jing L, Yun S, Jian-ying D, Tian Z, Jing-ya L, Li-li L, dkk. Clinical characteristics,
diagnosis and management of respiratory distress syndrome in full-term neonates. Chin
Med J. 2010;123(19):2640-44.
8. Levy M. Pathophysiology of oxygen delivery in respiratory failure. Chest. 2005;128:54753.
9.

Kumar A, Bhatnagar V. Respiratory Distress in Neonates. Indian J Pediatr 2005.


2005;72(5):425-38.

10. Sweet D, Carnielli V, Greisen G, Hallman M, Ozek E, Plavka R, dkk. European


consensus guidelines on the management of neonatal respiratory distress syndrome in
preterm infants: 2010 Update. Neonatology. 2010;97:402-17.
11. Frankel L. Respiratory distress and failure. Dalam: Kliegman R, Behrman R, Jenson H,
Stanton B, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 18. Philadelphia: Sunders
Elsevier; 2007. h. 421-4.
12. Ranjit S. Acute respiratory failure and oxygen therapy. Indian J Pediatr 2001.
2001;68(3):249-55.
13. Carlo W. Assisted ventilation. Dalam: Klaus M, Fanaroff A, penyunting. Care of the
high-risk neonate. Edisi 5. Philadelphia: Saunders; 2001. h. 277-300.
14. Allen M. Follow-up of high-risk infants. Dalam: Gomella T, Cunningham M, Eyal F,
Tuttle D, penyunting. Neonatology: Management, procedures, on-call problems,
diseases and drugs. Edisi 6. USA; 2009. h. 179.
15. AAP Committe on fetus and newborn. Use of Inhaled Nitric Oxide. Pediatrics.
2000;106(2).
16. Mathai S, Raju C, Kanitkar C. Management of respiratory distress in the newborn.
MJAFI. 2007;63(269-72).
17. Field D. Alternative strategies for the management of respiratory failure in the newborn
clinical realities. Semin Neonatol 2002. 2002;7:429-36.
18. Hermansen C, Lorah K. Respiratory distress in the newborn. Am Fam Physician.
2007;76:987-94.
19. Metropolitan health and aged division victorian government. Neonatal Handbook.
(Diunduh 18 November 2010); Tersedia dari: www.neonatalservices.health.vic.gov.au. 1

20. Doniger S, Sharieff G. Pediatric resuscitation revised: A summary of the updated


BLS/NALS/PALS
2007;7(2):18-25.

recommendations.

Israeli

Journal

of

Emergency

Medicine

You might also like