Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah. Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih kompleks, tidak saja terbatas pada statistic atau ukuran tentang peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi juga factor yang mempengaruhinnya (determinant factors), seperti factor sosial, ekonomi, dan budaya. Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk. Ada berbagai macam ukuran kematian, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup kompleks.Namun demikian perlu di catat bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu angka tunggal saja.Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus guna mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan. Ukuran morbiditas dan mortalitas digunakan sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnnya tingkat kesakitan dan kematian suatu komunitas penduduk. Adanya beberapa ukuran kesakitan dan kematian yang dikenal,dari yang paling sederhana sampai dengan yang cukup kompleks Angka kematian (Mortalitas) dan angka kesakitan (Morbiditas) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari mengetahui angka kesakitan dan kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta upaya pengobatan yang dilakukan. Data kematian yang terdapat pada komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian pada fasilitaspelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah: Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur satu bulan. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death) adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat dilahirkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai dengan kurang dari satu tahun. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun.
B. Faktor Penyebab Morbiditas Dan Mortalitas
1. Pendidikan Latar pendidikan formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu akan mampu merncanakan kehamilan dengan baik sehingga bisa terhindar dari 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Dalam penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan sangat penting agar bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat menangani dan Terlambat mendapat pelayanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya. Dan sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di Indonesia, maka kesehatannya selama masa kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak terjadi kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang rendah. 2. Lingkungan Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA. Banyak aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas), lingkungan yang dibahas adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak ibu yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar. 3. Ekonomi Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu (hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan karena penyakit yang baru diketahui ketika akan melahirkan.
4. Minimnya Tenaga Medis
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan.. Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan persoalan berupa kevalidtan data dan kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi angka AKI. 5. Adat Istiadat Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang berpengaruh terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan bagi ibu di perdesaan dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan bantuan dukun beranak, bukan dengan bantuan petugas medis yang telah disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu yang mengharuskan ibu nifas ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang higienis. C. Sumber Data Mortalitas Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara lain : 1. Sistem registrasi vital Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital. 2. Sensus atau survei penduduk sensus atau survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua bagian : a. Bentuk langsung (Direct Mortality Data) Data kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu.Apabila ada tidaknya kematian tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai Current mortality Data. b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
Survivorship golongan penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan sebagainya.Dalam kenyataan data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan biasanya yaitu data Survivorship anak. Selain sumber data di atas, data kematian untuk penduduk golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu lintas dan sebagainya. E. Indikator Morbiditas Dan Mortalitas a. Indikator Morbiditas 1. Incidence Rate Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu. Incidence Rate (IR): (Jumlah penyakit baru /Jumlah populasi berisiko ) x k 2. Prevelence Rate Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate Prevalence Rate (PR): (Jumlah penyakit lama + baru ) /Jumlah populasi berisiko x k 3. Attack Rate Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu Attack Rate (AR): Jumlah penyakit baru/ Jumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah berlangsung) x k b. Indikator Mortalitas
Angka Kematian Kasar: jumlah semua kematian yang ditemukan
pada satu jangka waktu (satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen
atau permil. Rumus: AKK = jumlah seluruh kematian x 100%
Jumlah penduduk pertengahan Contoh: Di Desa Balusu dilaporkan 60 orang yang meninggal dunia akibat menderita berbagai penyakit.Sedang jumlah penduduk desa tersebut pada tanggal 1 Juli 2013 adalah 30.000 orang maka angka kematian kasarnya adalah. 60 AKK= X 100% = 0, 2% 3000
Angka Kematian Bayi: jumlah seluruh kematian bayi (umur dibawah
1 tahun) pada satu jangka waktu (satu tahun) dibagi dengan jumlah seluruh kelahiran hidup. Rumus: AKB = Jumlah seluruh kematian bayi X k Jumlah kelahiran bayi
Angka Kematian Menurut Umur : Angka kematian menurut usia
menunjukkan jumlah penduduk yang meninggal dunia dari seribu penduduk pada kelompok usia tertentu. Rumus: ASDR = jumlah penduduk yang meninggal pada kelompok usia t3 X k jumlah penduduk pada kelompok usia tertentu
Angka Kasus Fatal: jumlah seluruh kematian karena satu penyebab
dalam jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama. Rumus: Jumlah seluruh kematian karena penyakit tertentu AKF = X k Jumlah seluruh penderita penyaklit tertentu
Angka Kematian Neonatal: jumlah angka kematian bayi usia
dibawah usia 28 hari pada jangka waktu (satu tahun) dibagi jumlah kelahiran hidup pada jangka waktu tahun yang sama. Rumus: Jumlah kematian bayi usia di bawah 28 hari AKN = X k Jumlah kelahiran hidup Pada tahun yang sama
Angka Kematian Pranatal: jumlah kematian bayi 1 minggu dalam
satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama . Rumus: Jumlah kematian bayi usia 1minggu per tahun AKP = X k Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Angka Kematian Ibu: jumlah kematian ibu karena kehamilan,
persalinan, dan nifas dalam satu tahun dibagi dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama. Rumus: Jumlah kematian ibu karena kehamilan, kelahiran dan nifas AKI = X k Jumlah kelahiran hidup pada tahun yg sama.
Penanggulangan dan Promosi Kesehatan ( upaya penanganan DBD di
wilayah puskesmas) Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada: Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll. Penyuluhan perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan ( Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP ) Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan 1. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir : W1/laporan KLB (wabah) W2/laporan mingguan wabah SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP). 2. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.